Prosiding Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 561
Results Per Page
Sort Options
- ItemStudi Peran Kelembagaan dan Sistem Perbenihan Dalam Pengembangan Padi Hibrida(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-10-18) Mulya, Shri H.; Satoto; P. Wardana; A. SetyonoAbstract Studies on the Role of Seed Institution and Seed System on the Development of Hybrid Rice. A Survey to obtain information on the pattern of development of hybrid rice seed production systems done by either formal or informal institutions was carried out in Central lava and East Java, during the cropping season of 2009. Results of the experiment indicated that the performance of the rice seed institutions in Central Java was still unsatisfied. This condition was might be due to the limited human resources in term of numbers, ability, or skills, and lack of supports. Farmers' groups were not interested in hybrid rice seed development, due to its high level of risk and its low profit. In East and Central Java, slow development of hybrid rice was mostly due to the low average yields, its susceptibility to major rice pests and diseases, high cost of production, low price of the grains, knowledge of farmers on hybrid rice is still low, farmers were not familiar with the hybrid seeds. and the hybrid seeds were not easily obtained from the market. The yields obtained from the primary source of seeds were different from that the growers. This might be due to genetic factors of the rice variety and low technological level of the farmers. Abstrak Survei untuk mendapatkan informasi tentang pola pengembangan padi hibrida dan sistem perbenihannya melalui pendekatan kelembagaan formal dan informal telah dilaksanakan di Provinsi lawa Tengah, pada MT 2009. Hasil identifikasi kondisi balai benih padi di Jawa Tengah sebagai institusi penghasil benih sumber, menunjukkan kinerja yang belum optimal. Beberapa faktor penyebab di antaranya adalah: (1) SDM vang terbatas, baik dari segi jumlah, kemampuan, maupun keterampilan, (2) sarana prasarana pendukung yang kurang memadai, (3) kondisi kebijakan/perundang-undangan/perda setempat yang belum mendukung tugas produsen. Sedangkan pada kelembagaan informal seperti pada kelompok petani, yang terjadi adalah bahwa mereka belum tertarik pada penangkaran benih padi jenis hibrida (public variety). Hal ini terutama disebabkan oleh tingkat risiko yang tinggi dan keuntungan yang rendah. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah perkembangan padi hibrida yang lambat, antara lain disebabkan oleh rata-rata produksi yang tidak berbeda dengan produksi padi non-hibrida, rentan terhadap hama penyakit, input produksi lebih tinggi, harga jual GKP hibrida tidak menguntungkan, pengetahuan petani tentang padi hibrida masih rendah, petani masih terbiasa menggunakan benih turunan, dan benih hibrida tidak tersedia di kios-kios. Benih sumber dari lokasi penelitian berbeda dengan yang dari penangkar, yang disebabkan oleh faktor genetik tetua benih yang belum stabil dan tingkat penguasaan teknologi oleh penangkar yang masih rendah.
- ItemKeberlanjutan Sistem Intensifikasi Padi di Indonesia Ditinjau Dari Indikator Hayati Studi Kasus di Jawa Barat dan Bali(2010-11-10) I Nyoman Widiarta; Made Subiksa; M. Oka A. ManikmasAbstract (Bhs. Inggris) Sustainability of System of Rice Intensification in Indonesia as Considered through Biological Indicator: A Case Study in West Java and Bali, Green Revolution has been practiced in Indonesia as Indonesian's System of Rice Intensification. The rice intensification itself has been initiated since the launch of mass guidance (BIMAS) program. Recently, the BIMAS was improved and renamed as National Rice Improvement Program (P2BN). Through such program the country was successfully attained the rice self sufficiency state in 1984 and 2008. In order to evaluate sustainability of rice intensification in Indonesia, survey was conducted in Tabanan and Badung Districts of Bali Province and in Karawang and Cianjur Districts of West Java Province. During the surveys in these two provinces, four indicators were observed, i.e.: (1) chemical input, (2) soil, (3) biological diversity, and (4) agricultural waste water. Sustainability of rice intensification was evaluated on the combination of sustainability-value of these four indicators. Results of these surveys indicated that rice intensification in Tabanan was classified as sustainable enough, in Cianjur was less sustainable, while in both Badung and Karawang were not sustainable. These results indicated that rice intensification practices in Tabanan shoud be maintained and while those in the other three districts, i.e. Badung, Cianjur, and Karawang, to prevent further environmental deterioration, the rice intensification should be improved. Abstrak Sistem intesifikasi padi (SIP) yang dimulai dari BIMAS sampai dengan P2BN yang merupakan adaptasi dari Revolusi Hijau telah berhasil mengantarkan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984 dan tahun 2008. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, membawa perhatian pada keberlanjutan sistem intensifiaksi padi. Untuk mengetahui keberlanjutan sistem intensifikasi padi diteliti indikator faktor produksi-input dan biologi serta indikator faktor yang terkait dengan faktor hayati. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tabanan dan Badung, Provinsi Bali serta di Kabupaten Karawang dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Indikator yang diamati meliputi: (1) input kimiawi, (2) tanah, (3) keragaman hayati, dan (4) air limbah pertanian. Keberlanjűtan sistem intensifikasi ditentukan dari gabungan nilai keberlajutan dari keempat indikator tersebut. Dilihat dari nilai keberlanjutan hanya di Tabanan yang masuk kategori cukup terlanjutkan, sedangkan di Cianjur termasuk kurang terlanjutkan, dan di Karawang dan Badung sudah termasuk kategori tidak terlanjutkan. Implikasinya adalah pengelolaan di Tabanan perlu dipertahankan dan di tiga kabupaten lainnya perlu ditingkatkan supaya keragaman hayati tidak terganggu dan intensifikasi padi terlanjutkan.
- ItemHubungan Harga dan Kualitas Beras di Tingkat Penggilingan dan Pedagang di Provinsi Bali(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Wardana, I Putu; Jumali; Wibowo, PribadiAbstract Relationship between the Price and the Quality of Rice at the Milling Unit and the Trader Level in Bali. The objective of this experiment was to identify the price of rice as affected by its quality. This activity involved the rice milling units and the milled rice traders in Tabanan, Gianyar, and Jembrana Districts, Bali. The owner of the rice milling unit and the traders were interviewed and samples were collected for its physical characters. Data were analysed and the milled rice characters obtained were compared to the National Standard of Indonesia (SNI) on the milled rice criteria. Results of the experiment revealed that the quality of milled rice at the milling unit and at the trader levels was not significantly different, since the rice traders usually obtained the milled rice from the local rice milling unit. It was observed that good milling and selling processes of rice occurred but the understanding on the national standard of rice quality established by the National Standard of Indonesia for Rice was still poor. A significant different of price was observed at the trader level among locations. Price of rice at Tabanan market was Rp. 4,675/kg higher than those at Gianyar and Jembrana markets. Approximately 60% of price of milled rice at Tabanan market was affected by head rice, damaged grain, and size of the grain. Head rice and size contributed about 33% of price at Gianyar market. At Jembrana market, 45% of price was affected by head rice, milling degree, and size of the grain. Abstrak Penelitian tentang hubungan harga dan kualitas beras pada tingkat penggilingan dan pedagang beras telah dilaksanakan di Provinsi Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara harga dengan komponen mutu beras. Penelitian melibatkan unit penggilingan padi dan pedagang beras di Kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Jembrana. Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap pemilik penggilingan padi dan pedagang beras di pasar. Sampel beras sebanyak 2 kg diambil dari penggilingan dan pedagang beras untuk dianalisis karakteristik mutu fisiknya. Data karakteristik mutu beras dibandingkan dengan mutu beras Standar Nasional Indonesia (SNI). Hubungan antara harga dan kualitas beras dianalisa dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas beras pada tingkat penggilingan dan pada tingkat pedagang tidak berbeda nyata, karena pedagang umumnya mendapatkan beras dari penggilingan lokal. Cara prosesing beras di penggilingan dan cara penjualan beras umumnya sudah berjalan baik, tetapi pemahaman tentang mutu beras berdasarkan SNI masih kurang. Harga beras di tingkat pedagang berbeda nyata antarlokasi. Harga beras berturut-turut sebesar Rp. 4.675, Rp. 4.327, dan Rp. 4.104/kg, di pasar Tabanan, Gianyar, dan Jembrana. Enam puluh persen harga beras di Tabanan dipengaruhi oleh beras kepala, beras patah, dan ukuran beras, sedangkan di Gianyar, 33% dipengaruhi oleh beras kepala dan ukuran beras, sedangkan di Jembrana 45% dipengaruhi oleh beras kepala, derajat sosoh, dan ukuran beras.
- ItemEvaluasi Susut Panen Dengan Metode Konvensional dan Metode Papan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Nugraha, SigitAbstract Evaluation of Yield Lost at Harvest through Conventional and Wooden Plate Methods. Harvesting lost value is very important in relation to production value either in the farmer level, regional level, or national level. An accurate harvesting lost value also will affect very much to the national food stock of the country. During the period of 1985-2000, harvesting lost value was predicted by comparing the yields of the control plots and that of the treatment plots. Currently, the value was being evaluated to be estimated through the method of nine wooden plates. An experiment to evaluate methods of harvesting lost values in rice yields was conducted in irrigated and rainfed rice ecosystems in dry season of 2005 and wet season of 2005/2006. In each location, three farmers were involved in the evaluation of the tested methods which were replicated 5 times. Results of the experiment indicated that the nine-wooden plate method was observed to be the best method to estimate the harvesting lost values. It was shown by the value of the harvesting loss of 1.18-1.52% and 1.37-1.54%, during the dry and wet season, respectively. Abstrak Berkaitan dengan produksi per satuan luas, angka susut panen memiliki arti yang sangat penting, baik untuk skala petani, skala regional, maupun skala nasional. Akurasi angka susut panen sangat berpengaruh terhadap prediksi ketersediaan stok pangan nasional dan kebijakan pangan oleh pemerintah. Pada periode 1985-2000, angka susut panen dihitung sebagai selisih hasil petak kontrol dengan hasil petak perlakuan. Untuk meningkatkan akurasi angka susut panen yang tersedia telah dilakukan penelitian untuk mendapatkan metode yang tepat dalam pengukuran angka susut panen. Penelitian dilakukan di lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan pada MK 2005 dan MH 2005/2006. Di tiap lokasi dipilih tiga petani untuk melakukan lima kali pengukuran hasil panen dengan menggunakan metode 9 papan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran susut panen karena gabah rontok dengan menggunakan metode 9 papan menghasilkan angka susut antara 1,18-1,52% pada kadar air panen antara 20,50-22,48% yang dilakukan pada panen musim kemarau dan antara 1,37-1,54% pada kadar air panen antara 25,30-26,47% yang dilakukan pada panen musim hujan. Metode ini dilaksanakan sangat hati-hati, sehingga tidak dapat digunakan untuk mempraktikkan kehilangan hasil secara realistik.
- ItemPotensi Pengembangan Perbenihan Padi di Jawa Barat Berdasarkan Analisis SWOT(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Ishaq, IskandarAbstract Possibility of SWOT Method to Analyses the Potential of Rice Seed Development in West Java. One of the main factors determining rice production was the use of quality rice seeds. It was estimated that the need of quality rice seeds in West Java was approximately 45,078.19 t/year and 3,674.11 t/year for irrigated lowland and upland rice, respectively. Ironically the utilization of certified seeds was only 31.36% of the above mention predicted demand. Various problems related to this condition might arise since the process of seed production, the distribution, and the spread of the seeds, as well as the organization of the seed growers themselves. Based on these issues, it might be useful to apply the SWOT analysis method to identify problems and opportunity, as well as to identify strategies to solve the identified problems in the quality of rice seed development in West Java. Results of the study indicated that the development of the quality rice seeds in West Java can be achieved through a well consideration of four strategies, namely (1) strength-opportunity/SO strategy is aggressive, (2) strength-threat/ST strategy is consolidation, (3) weakness-opportunity/WO strategy is diversification, and (4) weakness-threat/WT strategy is defensive. The policies needed to achieve the target increase of rice seed development, such as (1) performance improvement, planning, supervision, and consistency in the implementation of government policy (intensification) is mainly associated with rice seed development orient agribusiness, (2) increase coordination among relevant agencies in developing rice seed and the involvement of private sector through partnership with farmers. (3) increase production efficiency and quality of rice seeds during the next five years with growth of 10-20% or 2-4% per year, and (4) increased household income farmers, rice seed breeder with a 100-150% or 20-25% growth per year. Abstrak Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan ketersediaan beras adalah benih bermutu varietas unggul yang ditanam dalam skala luas. Potensi kebutuhan benih padi bermutu di Jawa Barat diperkirakan mencapai 45.078,19 tahun dan 3.674,11 t/tahun berturut-turut untuk lahan sawah dan lahan kering, tetapi penggunaan benih hanya 31,36% dari perkiraan kebutuhan tersebut. Berbagai kendala yang berkaitan dengan kondisi ini, diperkirakan muncul dalam proses produksi itu sendiri, sejak proses produksi benih sumber, proses penyaluran benih sebar, sampai kapasitas kelembagaan petani penangkar benih. Berdasarkan kondisi itu, maka dilakukan analisis SWOT untuk mengidentifikasi masalah dan peluang, serta strategi mengatasi berbagai kendala yang teridentifikasi. Hasil kajian menunjukkan, bahwa pengembangan perbenihan padi di Jawa Barat dapat ditempuh melalui empat strategi, yaitu (1) strategi kekuatan-peluang/SO bersifat agresif, (2) strategi kekuatan-ancaman/ST bersifat konsolidatif, (3) strategi kelemahan-peluang/WO bersifat diversifikatif, dan (4) strategi kelemahan-ancaman/WT bersifat defensif. Kebijakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran peningkatan pengembangan perbenihan padi, yaitu (1) peningkatan kinerja, perencanaan, pengawasan, dan konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan Pemda (program intensifikasi) terutama yang berkaitan dengan pengembangan perbenihan padi yang berorientasi agribisnis, (2) peningkatan koordinasi antarinstansi terkait dalam pengembangan perbenihan padi dan keterlibatan swasta melalui kemitraan dengan petani. (3) peningkatan efisiensi produksi dan mutu benih padi selama lima tahun kedepan 10-20% atau dengan pertumbuhan 2-4% per tahun, dan (4) peningkatan pendapatan rumah tanga petani penangkar benih padi 100-150% atau dengan pertumbuhan 20-25% per tahun.
- ItemKompatibilitas Kinerja Ruang Penguji Daya Berkecambah Dengan Standard Germinator Cabinet Dalam Pengujian Mutu Benih(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Nugraha, Udin S.; Rasam; AstantoAbstract Compatibility of Room Germinator with Standard Germinator Cabinet in Seed Testing. Testing for compatibility of room germinator with standard germinator was carried out contemporaneously at Indonesian Center for Rice Research (ICRR) and Maros Cereal Research Institute (MCRI) laboratories. The testing was aimed at verifying conformity of room germinator performance to the requirements of standard germination test method. Two activities have been completed, Le. (1) modification of room germinator to improve energy efficiency, and (2) evaluation on compatibility of room germinator's functional performance with those of standard germinator. Modification in humidifier was carried out at ICRR laboratory, Sukamandi by inserting thermal insulation (styrofoam) between inner and outer walls of humidifier, and removing ones out of twos unit heater and blower, respectively. Evaluation on compatibility of room germinator functional performance was done by c by comparing the results of germination test in room germinator at MCRI laboratory to those in standard germinator at ICRR Sukamandi. Germination test at both MCRI and ICRR was carried out in accord to ISTA standard method. The results of activity (1) showed that modification on room germinator has been reducing power input by 53% from 3,250 watt to 1,540 watt without decreasing its mechanical performance. Change over time from 20 to 30 °C or vice versa, and relative humidity achieved in room germinator during 85 hours observation were conformed to standard method requirements. However, functional performance of room germinator found to be compatible only for rice and corn seed germination tests. It means MCRI laboratory has been able to produce seed germination data of rice and corn by using room germinator that comparable to those by using standard germinator cabinet. For germination data of other seeds (timothy, celery and chili) were incompatible. The most probable cause for Incompatibility were merely variation in seed analysis competence 13. and quality seed testing substrates, definitely, incompatibility problem was not caused by room germinator performance. Abstrak Pengujian ian kompatibilitas kinerja untuk memverifikasi kesesuaian kinerja mekanik dan kinerja fungsional Ruang Pengaji Daya Berkecambah (RPDB) dengan persyaratan metode pengujian days berkecambah baku (ISTA Rules), telah dilakukan di laboratorium benih BB Padi, Sukamandi dan di Balitsereal, Maros. Dua kegiatan telah dilakukan, yaitu (1) modifikasi RPBD untuk meningkatkan efisiensi energi input, dan (2) evaluasi kompatibiltas RPDB dengan Standard Germinator Cabinet (SGC) Modifikasi humidifier dilakukan di RPDB BB Padi dengan menambah insulasi termal (styrofoam) di antara dua dinding luar dan dinding dalam humidifier, serta mengurangi jumlah pemanas (heater) dan blower, masing-masing dari 2 menjadi 1 unit. Evaluasi kompatibilitas RPDB dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian daya berkecambah dalam RPDB yang dilakukan di Balitsereal dengan hasil pengujian dalam SGC yang dilakukan di BB Padi. Untuk menekan keragaman hasil uji antar-analis Maros dan Sukamandi, cara pengujian dilakukan dengan mengikuti prosedur baku ISTA (2006), suatu metode uji yang telah terbukti memiliki reproducibility dan repeatability tinggi. Hasil pengujian kegiatan (1) menunjukkan bahwa modifikasi heater dan blower menurunkan penggunaan daya listrik, dari 3.250 watts menjadi 1.540 watts tanpa menurunkan kinerja mekanik anik RPDB. Change over time, alternast suhu 20 C/30 Catau sebaliknya, dan kelembaban yang berhasil dicapai selama periode 85 jam masih sesuai dengan persyaratan metode baku. Dari kegiatan (2) diketahui bahwa kinerja mekanik RPDB sesuai dengan persyaratan metode uji daya berkecambah baku, sehingga alat ini dapat digunakan sebagai pengganti SGC dalam pengujian daya berkecambah benih. Namun kinerja fungsional RPDB belum kompatibel sepenuhnya dengan alat uji baku (SGC) Hasil yang kompatibel baru terjadi untuk pengujian daya berkecambah benih jagung dan benih padi. Artinya, dalam pengujian benih padi dan Jagung dengan menggunakan RPDB ini, Laboratorium Balitsereal telah memberikan hasil uji yang tidak nyata berbeda dengan hasil uji menggunakan SGC. Us di laboratorium, seperti timothy, selada, seledri, dan cabal, hasil Untuk jenis benih lain yang jarang diuji ui dengan kedua alat ini tidak kompatibel. Inkompatibilitas ini disebabkan oleh keragaman kompetensi analis dalam mengevaluasi normalitas kecambah dan keragaman kualitas (sifat fisikokimiawi) substrat
- ItemInisiasi Kelembagaan Perbenihan Padi Varietas Unggul Baru di Lokasi Prima Tani Desa Tulakan, Kabupaten Jepara(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Suhendrata, Tota; Kushartanti, EkaningtyasAbstract Institutional Initiating for the Rice Seed Farming System of New Rice High Yielding Variety at Prima Tani Location in Tulakan Village, Jepara District. High yielding varieties and good quality rice seeds play a very important role in increasing productivity, production, and yield quality of rice. This assessment was aimed to study the possibility of establishing institutional producer of the quality rice seeds and to study the prospect of its development. The assessment was carried out at Tulakan Village, Jepara District during the wet season 2 (March-July) of 2008. The rice varieties of Mekongga, Cibogo, Conde, and Cigeulis were grown and maintained through the integrated crop management (ICM) approach. Seeds of the crops were harvested and were processed during August-October 2008. Results of this assessment indicated that the institutional model of the rice quality seeds has been established, in which farmers of the farmers group played as the seed grower and the union of the farmers' groups (Gapoktan) Margo Utomo was as the producer. Economics analyses indicated that such model of collaboration earned the benefit as much as Rp8.186.000/ha/season with the RC ratio value of 2.3 and Rp7.154.580/ha/season with RC ratio value of 1.57 for the grower and the producer, respectively. The rice seeds produced were classified as the seed class of stock seed (SS) and were reached the amount of 5.34: (32.16%), 4.30 1 (25.89%), 4.21 1 (25.38%), and 2.75 t (16.58%) for Mekongga, Cibogo, Conde, and Cigeulis, respectively. Abstrak Varietas unggul dan benih bermutu memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil panen usahatani padi. Pengkajian untuk mempelajari pembentukan kelembagaan perbenihan padi dan prospek pengembangannya telah dilaksanakan di lokasi Prima Tani Desa Tulakan, Kabupaten Jepara, pada tahun 2008. Kelembagaan perbenihan padi dibentuk sebagai upaya pemberdayaan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Desa Tulakan. Calon benih padi varietas Mekongga. Cibogo, Conde, dan Cigeulis ditanam pada MT-2 (Maret-Juli) 2008 dan dikelola melalui konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Prosesing dan uji laboratorium gabah hasil panen dilaksanakan pada Agustus-Oktober 2008. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kelembagaan usahatani perbenihan padi penangkar-produsen, telah terbentuk. Petani anggota kelompok tani adalah sebagai penangkar dan Gapoktan Margo Utomo sebagai produsen. Hasil analisis ekonomi usaha menunjukkan bahwa dengan model kelembagaan perbenihan padi seperti ini, penangkar mendapat keuntungan sebesar Rp8.186.000/ha/musim dengan nilai R/C 2,30 dan pihak produsen mendapat keuntungan sebesar Rp7.154.580 dengan nilai R/C 1,57. Dari nilai R/C ini menunjukkan bahwa penangkar-produsen seperti ini menguntungkan kedua belah pihak. Benih yang diproduksi adalah benih padi kelas SS sebanyak 16,59 t terdiri atas Mekongga 5,341 (32.16%), Cibogo 4,30 t (25,89%), Conde 4,21 t (25,38%), dan Cigeulis 2,75 t (16,58%). Ditinjau dari aspek teknis dan finansial model usahatani perbenihan penangkar-produsen mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan.
- ItemPengaruh Perbedaan Kelas Benih Terhadap Produktivitas Padi Varietas Ciherang dan IR64(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Mulsanti, Indria W.; Wahyuni, SriAbstract The Influence of Different Seed Classes to the Irrigated Rice Productivity of Ciherang and IR64. Respond of farmers to high quality rice seeds was increasing at recent time. Formally, the quality of seeds, including the rice seeds in each province was under the responsibility of the Seed Control and Certification Service. There are 4 classes of rice seeds in Indonesia i.e. breeder seed (BS), foundation seed (FS), stock seed (SS), and extension seed (ES). Due to the price of each class of rice seeds, it is suggested that farmers should grow the extension seeds in producing rice grain for consumption. However, recently several farmers preferred the stock seed class instead, as they thought that the higher the level of the seed class will produce the higher of the rice grain when they were grown. An experiment to study the influence of various seed classes on plant performance, yield, and yield component of paddy has been conducted at Sukamandi Experimental Station of the Indonesian Centre for Rice Research (ICCR) during the dry season of 2007. Three different rice seed classes of Ciherang and IR64 varieties i.e. FS, SS, and ES were planted in plots of 6 m x 4m in size with the planting distance of 25 cm x 25 cm. The crops were fertilized with 250 kg/ha urea, 100 kg/ha SP36, and 100 kg/ha KC1. The yield and yield components were measured at harvest time, while the seed quality was assessed in the Seed Quality Laboratory of the ICRR. Results of this experiment indicated that plant performance, yield component, yield of rice, and seed quality were not significantly affected by the seed classes used. Abstrak Respons petani terhadap benih padi bermutu makin meningkat. Secara formal Balai Pengawasan dan Serifikasi Benih di tiap provinsi mempunyai otoritas untuk mengendalikan mutu benih selama proses produksi, pengolahan, dan pemasarannya. Dalam sistem perbenihan di Indonesia, terdapat empat kelas benih, yaitu benih penjenis (breeder seed, BS), benih dasar (foundation seed, FS), benih pokok (stock seed, SS), dan benih sebar (extension seed, ES). Selama ini, untuk produksi gabah konsumsi, petani dianjurkan untuk menanam benih sebar. Namun, ternyata banyak petani yang menggunakan benih pokok, karena mereka menganggap bahwa kelas benih yang lebih tinggi akan menghasilkan gabah yang lebih tinggi pula. Penelitian untuk mempelajari pengaruh perbedaan kelas benih padi terhadap penampilan tanaman, hasil gabah, dan komponen hasil padi telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, pada MK 2007. Masing-masing tiga kelas benih padi varietas Ciherang dan IR64, yaitu benih dasar, benih pokok, dan benih sebar, ditanam dalam rancangan percobaan kelompok, dengan nan dipupuk dengan 250 kg/ha urea, 100 ulangan dengan jarab kg/ha SP36, and 100 kg/ha KCl. Tinggi tanaman dan jumlah anakan amati sejak di pert pertanaman sampai setelah panen, komponen hasil dan hasil gabah diukur saat panen, sedangkan mutu benih (daya berkecambah dan vigor benih) diamati di Laboratorium Mutu Benih, BB Padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas benih yang ditanam tidak nyata berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot gabah isi. panjang malai, jumla isi/malai, bobot 1.000 butir, hasil gabah, dan mutu gabah dari jumlah gabah pertanaman yang berasal dari kelas benih yang berbeda tersebut.
- ItemPreferensi Petani Terhadap Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo, Studi Kasus di Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Widyantoro; Zarwazi, Lalu M.; Toha, Husin M.Abstract Preferences of Farmers in Several Improved Upland Rice Varieties. Improved new rice variety is one of the main technologies developed by the Indonesian Centre for Rice Research which play a dominant role in increasing rice production in Indonesia. Several strategies of dissemination to introduce the newly developed varieties of rice to the farmers have already been done, but it seems still ineffective. Method of dissemination in which farmers, both as the producer and the consumers have an opportunity to directly participate in evaluating, judging, and selecting the new rice varieties was being introduced. An experiment to evaluate the response of farmers in upland ecosystem to the 8 new varieties, Batutegi, Situ Patenggang. Situ Bagendit, Jatiluhur, Limboto, IR64, Ciherang, and Cimelati and to a breeding line, TB490C was conducted in land areas covered by the young teak trees in Ngliron Village, Randublatung Sub-district, District of Blora, Central Java Province during the WS of 2008/2009. This experiment involved a total of 25 cooperators consisted of farmers, rice traders, seed producers, and the household women. Evaluation on the response of farmers was conducted through the distribution of questionnaires during the cropping season, and through the organoleptic test. Results of this experiment indicated that based on plant type, plant height, number of tillers, and number of panicles, the varieties of Batutegi and Situ Patenggang were the most preferred by the farmers. Based on the type of rice grains, the colour of the rice grain, and the quality of the milled rice, the rice varieties of Situ Bagendit, 1864, and Ciherang were the most preferred by the farmers. While the type of long and slender grains was another character of grain in which farmers like more than the long oval type of rice grains. The organoleptic test showed that farmers favoured to the quality of the milled rice of all varieties tested. Abstrak Varietas unggul padi merupakan inovasi teknologi utama yang dihasilkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yang berperan sangat dominan dalam upaya peningkatan produksi padi. Berbagai upaya dalam kerangka diseminasi telah dilakukan untuk memperkenalkan varietas unggul padi yang telah dilepas kepada petani. Diperlukan suatu metode agar petani sebagai produsen bisa langsung melihat, merasakan, dan mengadopsi varietas-varietas yang baru dikenalnya. Percobaan untuk mengevaluasi respons petani laban kering terhadap 8 varietas, Batutegi, Situ Patenggang Situ Bagendit, Jatiluhur, Limboto, IR64, Ciherang, dan Cimelati, dan terhadap 1 galur padi gogo, TB490C telah dilaksanakan di lahan hutan jati muda Desa Ngliron, Kecamatan Randublarung Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada MH 2008/2009. Percobaan ini melibatkan sejumlah 25 petani kooperator, terdiri atas petani, pedagang beras, penangkar benih, dan ibu rumah tangga. Evaluasi preferensi dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dilaksanakan sejak pertanaman mencapai fase vegetatif sampai saat fase generatif dan dengan metode uji rasa nasi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa berdasarkan pada tipe tanaman, tinggi tanaman, jumlah anakan, dan panjang malas, varietas Batutegi dan Situ Bagendit sangat disukai petani. Dari bentuk gabah, warna gabah, dan mutu beras, varietas Situ Bagendit, IR64, dan Ciherang sangat disukai petani. Gabah panjang dan ramping merupakan bentuk gabah yang g lebih disukai petani daripada yang berbentuk agak bulat. Berdasarkari rasa nasi, semua varietas yang diperkenalkan memiliki nasi yang dapat diterima petani
- ItemPemanfaatan Plasma Nutfah Beras Hitam Lokal Yogyakarta Sebagai Pangan Fungsional(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Purwaningsih, Heni; KristiamtiniAbstract The Usage of Brown Rice, the Local Germplasm of Yogyakarta as Functional Food. Wide range of climate in Yogyakarta Special Region brings about the diversities in agricultural germplasms. Among these were the red rice and the brown rice which were special to local Yogyakarta. Both red and brown rice contain one or more compounds which are important for human health. Results of the analysis of red and brown rice conducted in laboratorium pascapanen BPTP Yogyakarta and laboratorium Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta during the year of 2008, indicated that red rice contained protein, fat, amylase, amylopectin, and starch as much as 9.04, 1.59, 21.42, 45.65, and 67.07%, respectively. Red rice also contained beta-carotene and anthocyanin as much as 158.29 mg/100 g and 2.88 ppm, respectively. The brown rice contained protein, fat, amylase, amylopectin, and starch as much as 5.51, 1.85, 22.97, 51.54, and 74.52%, respectively. The brown rice also contained beta-carotene and anthocyanin as much as 804.16 mg/100 g and 393.93 ppm, respectively. The low amylose and the high amylopectin contain of the red and the brown rice meet the quality preference of most of the Indonesian Red and brown rice also contained higher iron as compared to white rice. Red and brown rice can be prepared as steamed cake with an attractive taste and appearance. Organoleptic test indicated that consumers preferred more the brown rice steamed cake than the red rice steamed cake. The brown rice and the red rice steamed cake contained anthocyanin as much as 0.33 and 36.76 ppm, respectively. Abstrak Keanekaragaman lingkungan fisik yang ada di DIY membawa konsekuensi keanekaragaman plasma nutfah pertanian yang tersedia di daerah tersebut. Salah satu keanekaragaman plasma nutfah yang dimiliki DIY adalah beras merah dan beras hitam. Kedua jenis beras ini merupakan pangan fungsional yang mengandung satu atau lebih senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Penelitian dilaksanakan di labolatorium pascapanen BPTP Yogyakarta dan labolatorium Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta pada tahun 2008. Hasil analisis menunjukkan bahwa beras merah dan beras hitam mengandung antioksidan beta karoten dan antosianin yang cukup tinggi. Beras merah mengandung nutrisi yang juga cukup tinggi, di antaranya protein, lemak, amilosa, amilopektin, dan pati dengan kandungan berturut-turut 9.04%, 1.59%, 21.42%, 45.65%. dan 67,07%. Beras merah juga megandung beta-karoten dan antosianin, berturut-turut sebesar 158,29 mg/100 g dan antosianin 2.88 ppm. Sementara itu, beras hitam mengandung protein, lemak, amilosa, amilopektin, dan pati dengan kandungan berturut-turut 5.51%, 1,85%, 22,97%, 51,54%, dan 74,52%. Beras hitam juga mengandung beta-karoten 804,16 mg/100 gr; dan antosianin 393,93 ppm. Kadar amilosa yang rendah dan amilopektin yang tinggi menyebabkan nasi kedua beras tersebut terasa enak dan pulen, Oleb karena kandungan nutrisi dan mineral penting untuk kesehatan. beras merah dan beras hitam perlu dilestarikan dan dibudidayakan untuk dikonsumsi baik dalam bentuk nasi maupun dalam bentuk produk olahan lain. Cake kukus berbahan dasar beras merah dan beras hitam lokal merupakan bentuk diversifikasi pangan fungsional yang dapat disediakan. Uji organoleptik menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai cake kukus beras hitam dibanding cake kukus beras merah. Kandungan antosianin cakr kukus beras hitam sebesar 36,79 ppm, jauh lebih tinggi dibanding kandungan. antosianin cake kukus beras merah yang hanya 0,33 ppm. Hal ini sekaligus merupakan usaha pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah padi local sebagai pangan fungsional.
- ItemAnalisis Usahatani Padi Gogo di Desa Buyut Udik, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Tambunan, Reny Debora; Barus, JunitaAbstract Farming Analysis of Several Upland Rice Varieties Grown under Different Planting System in Central Lampung District. The assessment was conducted at Buyut Udik Village, Gunung Sugih Sub-district, Central Lampung District during the wet season of 2008/2009 involving a total of 6 farmers with total of 3 ha dry land. The objective of this assessment was to evaluate the financial feasibility of cropping several varieties of upland rice grown under some methods of planting, the in-row planting (legowo), squared-planting, integrated crop management (ICM), and farmer practice (non-ICM). Duta collected and analyses were the farmer's income and the R/C ratio. Results of this assessment indicated that the legowo 2:1 planting system increased the rice yield and the income of the farmers. Total production cost in the legowo 2:1 planting system was 2.4% higher than that of in the squared-planting system, but the profit was 15.92% higher. Both the leg squared-planting systems were feasible, with their R/C values of legowo 2: 1 and the 1.91 and 1.78, respectively. The rice crops managed through ICM increased front by 65.57%. Both cropping systems indicated the R/C valour of 1.84 and 1.38 for the ICM and the non-ICM planting systems, respectively. Abstrak Pengkajian dilaksanakan di Desa Buyut Udik, Kecamatan Gurang Sugih, Kabupaten Lampung Tengah pada MH 2008/2009 melibatkan 6 orang petani kooperator, dengan total luas lahan 3 ha. Tujuan pengkajian ini adalah untuk usahatani beberapa varietas padi gogo dengan sistern tanam legowo menganalisis kelayakan 2:1, sistern tanam tegel, pengelolaan tanaman terpadu (PTT), dan pengelolaan tanaman petani (non-PTT). Data yang dikumpulkan dan dianalisis meliputi pendapatan usahatani dan rasio R/C Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo 2:1 dapat meningkatkan produksi padi gogo dan pendapatan petani. Total biaya pada sistem legowo 2: 1 adalah 2.4% lebih tinggi dari total biaya pada sistem tanam tegel, tetapi keuntungan yang diperoleh pada sistem legowo 2:1 sebesar Rp616000 (15,92%) lebih besar dibanding keuntungan yang diperoleh pada sistem tanam tegel yang ditunjukkan di kedua sistem tanam sebesar 1,91 dan 1,78, berturut-turut untuk sistem tanam legowo 2:1 dan sistem tanam tegel. Ini berarti bahwa secara finansial kedua sistem tanam layak untuk diusahakan oleh petani. Pertanaman padi gogo yang dikelola melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT) memberikan keuntungan 65.57% lebih tinggi dari keuntungan usahatani padi non-PTT, meskipun biaya produksi pertanaman padi gogo yang dikelola melalui PTT, lebih tinggi sebesar 23.96% daripada biaya pada pertanaman non-PTT. Pertanaman padi gogo yang dikelola melalui PTT dan non-PTT menunjukkan nilai R/C berturut-turut sebesar 1,84 dan 1.38.
- ItemPengolahan Tanah Dalam Sistem Produksi Padi Sawah Mendukung IP300-IP400(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Dadan Ridwan AhmadAbstract Soil Tillage in Rice Production System to Support Index Cultivation (IC 300/IC 400). The Application of integrated crop management in which the land restructuring components were included, should be followed by the tilling of the soil. This paper summarizes the results of research on the role of soil treatment in paddy rice production systems to the implementation of the development of the 400 of rice cropping intensity (IC 400). Cultivating of rice field soil is needed to improve the efficiency of labour of planting and weeding, and the mass density of soil water-resistant coating that in general is still under 1.323 g/cc. Theoretically, the increasing the mass density of water-resistant layer of the soil will be followed by the increasing of the paddy yield per unit area, but it did not occur in practice, since the increased density of soil mass water-resistant coating was relatively small. Tilling also helps in incorporating the organic material into the soil, so that the land productivity is expected to remains high for long time, despite the provision of organic materials reduce the mass density of the soil. In many cases, the cultivating of land also increases the efficiency of the production cost of 5.17%. Abstrak Penerapan pengelolaan tanaman terpadu yang memasukkan komponen penyehatan lahan untuk memperbaiki produksi padi di Indonesia, perlu diikuti oleh upaya pengolahan tanah yang memadai. Tulisan ini merangkum hasil-hasil penelitian tentang peranan pengolahan tanah dalam sistem produksi padi sawah menuju pelaksanaan pengembangan IP Padi 400. Pengolahan tanah pada lahan sawah diperlukan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja penanaman, penyiangan, dan kerapatan massa pada lapisan tanah kedap air yang urnumnya masih di bawah 1,323 g/cc. Secara teoritis, peningkatan kerapatan massa lapisan tanah kedap air akan meningkatkan hasil padi per satuan luas, narnun dalam prakteknya. peningkatan hasil padi tidak nyata dipengaruhi oleh pengolahan tanah, karena peningkatan kerapatan massa lapisan kedap air relatif kecil. Pengolahan tanah juga membantu pembenaman bahan organik ke dalam tanah, sehingga kondisi fisik dan biologis tanah membaik, yang selanjutnya akan mendukung produktivitas lahan tetap tinggi.. Dalam beberapa kasus menunjukkan bahwa pengolahan tanah berkontribusi meningkatkan efisiensi biaya produksi sebesar 5,17%.
- ItemPenampilan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi di Lahan Sawah Irigasi Paya Lombang, Kabupaten Serdang Bedagai(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) AkmalAbstract Performance of Several New Improved Rice Varieties in Paya Lombang Irrigated Lowland, Serdang Bedagai District. The assessment on the performance of 5 new improved rice varieties, Cibogo. Mekongga, Cigeulis, Bondoyudo, and Kahayan, has been conducted on irrigated lowland rice field in Paya Lombang Village, Tebing Tinggi Sub-district, Serdang Bedagai District. North Sumatra during the dry season of 2007. Paya Lombang Village is a location of Prima Tani's intensive lowland rice in North Sumatra. The objective of this assessment was to evaluate the growth and the yield performance of these 5 new improved rice varieties in Serdang Bedagai District. The assessment was conducted through a participative approach, in which each rice variety was planted individually by farmers' group (FG) of 2-7 farmers per FG on an intensive lowland rice of 1-3 ha. Total lowland rice fields planted in this assessment were 10 ha, involving a total of 24 farmers. Yield and its components were observed, analyzed and compared to that of Ciherang grown by the farmers in the surrounding areas of assessment. Results indicated that the yields harvested were 7.60, 7.58, 7.50, 7.40, and 7.44 t/ha of dried milling grain for Bondoyudo, Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Kahayan, respectively. As compared to Ciherang variety, these 5 new improved rice varieties increased rice production by 18-19%. Based on the yield harvested, it was concluded that these varieties were potentially good to be grown In the District of Serdang Bedagai, North Sumatera. Abstrak Pengkajian keragaan varietas unggul baru (VUB) Cibogo, Mekongga, Cigeulis, Bondoyudo, dan Kahayan telah dilakukan di lahan sawah irigasi Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara pada musim kemarau (MK) 2007. Desa Paya Lombang merupakan salah satu lokasi Prima Tani lahan sawah intensif (LSI) di Sumatera Utara. Tujuan pengkajian adalah untuk mengevaluasi kemampuan adaptasi dan hasil beberapa VUB di LSI Kabupaten Serdang Bedagai. Pengkajian dilakukan secara partisipatif, masing-masing varietas ditanam secara terpisah oleh kelompok tani beranggotakan 2-7 petani/kelompok pada lahan seluas 1-3 ha dengan jumlah petani 2-7 petani. Total lahan yang digunakan dalam kajian ini seluas 10 ha dan melibatkan 24 orang petani. Variabel hasil dan komponen hasil diamati saat panen, dianalisis, dan dibandingkan terhadap hasil dan komponen hasil varietas Ciherang yang diproduksi petani di sekitar lokasi pengkajian. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi varietas Bondoyudo, Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Kahayan, berturut-turut adalah 7,60 t, 7,58 t, 7,50 t, 7,40 t, dan 7,44 t/ha GKG. Dibandingkan dengan produksi Ciherang, produksi VUB yang diuji meningkat antara 18-19%. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa kelima varietas yang diuji layak untuk ditanam dan dikembangkan di Desa Paya Lombang, Kabupaten Serdang Bedagai.
- ItemStudi Penggunaan Varietas Unggul Baru Berdaya Hasil Tinggi di Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Mahargono Kobarsih; Rob. Mudjisihono; Subowo G.Abstract Evaluation on the Use of New High Yielding Varieties of Rice in Kebonagung Village, Imogiri Sab-district, Bantul District. An experiment to evaluate the performance of four rice varieties of Ciherang, Singkil, Fatmawati, and IR64 managed in the Integrated Crop and Resources Management (ICM) was conducted in the village of Kebonagung, Imogiri, Bantul, during the wet season of 2007/2008. The experiment was arranged in a Randomized Block Design with three replications. Results of the trials indicated that the yields reached 8.03 t, 8.67 t, and 7.2 t/ha milling dried grain for. Ciherang, Singkil, and IR64, respectively. Meanwhile, under the transplanting management of in-row planting and direct seeding, yields of the variety Fatmawati reached 8.33 t and 9.12 t/ha, respectively. Urea fertilizer applied at the rate of 125-250 kg/ha improved rice yields, and therefore it was recommended to be adopted in that particular area. As a whole, the fertilizers of urea, SP36, and KCI at the rates of 250 kg. 100 kg, and 100 kg/ha, respectively, shall be adopted in this particular area. Organic fertilizer is strongly recommended, since it maintains the soil fertility and improves grain quality. Abstrak Percobaan untuk mengevalasi penampilan empat varietas padi. Ciherang, Singkil, Fatmawati, dan IR64 yang dikelola melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT), telah dilakukan di Desa Kebonagung. Imogiri, Bantul, pada MH 2007/2008. Percobaan ditata dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa rata-rata hasil gabah varietas-varietas Ciherang mencapai 8,03 t/ha, Singkil 8,67 t/ha, dan IR64 7,2 t/ha GKP. Hasil tinggi sebanyak 9,12 t. 8,33 t, dan 9,12 t/ha GKP dicapai oleh varietas Fatmawati yang berturut-turut ditanam dengan sistem tanam pindah, legowo, dan tabela. Pupuk urea dengan dosis antara 125-250 kg/ha mampu menghasilkan hasil gabah yang tinggi, sehingga dapat direkomendasikan untuk dipakai di kawasan tersebut di atas. Secara keseluruhan takaran pupuk anjuran untuk urea, SP36, dan KCI berturut-turut adalah 250 kg, 100 kg, dan 100 kg/ha. Bahan organik sangat dianjurkan, di samping dapat mempertahankan kesuburan tanah, hasil percobaan ini menunjukkan bahwa bahan organik dapat menurunkan butir gabah hijau dan meningkatkan gabah isi (bernas).
- ItemKetersediaan Teknologi dan Peluang Peningkatan Produksi Padi IP 300 di Lahan Sawah Semi-Intensif Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Jumakir; Julistia BobihoeAbstract Rice cropping on semi-intensive lowland of Jambi Province in Tanjung Jabung Barat District, increasing rice production on semi-intensive lowland can be supported by the availability of natural resources, human resources, and the suitability of agroecosystem. Technology innovations that support rice production including soil tillage, new superior rice varieties, legowo planting system, young seedling, water management, pest and disease control, as well as harvest and postharvest technology. The opportunity to increase rice production could be done the practice of IP 300 and to make use of fallow period with soybean planting with rice-rice-soybean pattern. In this area soybean planting was only on 20-40% of the area, so about 60-80% of the area could be planted with rice (IP 300). In addition, to support the implementation of rice IP 300 technologies, farm input and integrated among institutions are required. Abstrak Pertanaman padi di lahan sawah semi-intensif Provinsi Jambi terletak di Desa Sri Agung, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Peluang peningkatan produksi padi di lahan sawah semi-intensif memiliki potensi dan prospek yang baik karena didukung oleh ketersediaan teknologi, sumber daya manusia dan lahan, serta agroekosistem yang cocok, Inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan produksi melalui PTT padi antara lain pengolahan tanah sempurna, varietas unggul baru, sistem tanam jajar legowo, umur bibit muda, pemupukan berdasarkan analisis tanah, pemberian pupuk organik, pengairan berselang, PHT dan panen/prosesing. Peluang peningkatan produksi padi (IP 300) di lahan sawah semi-intensif Desa Sri Agung dengan PTT padi dan memanfaatkan lahan bera dengan menanam kedelai dengan pola tanam padi-padi-kedelai, namun lahan yang digunakan untuk tanaman kedelai sekitar 20-40%, artinya 60-80% lagi dapat dimanfaatkan dengan tanam padi. Ketersediaan air sepanjang tahun memberikan kontribusi yang cukup besar untuk mendukung IP padi 300. Selain itu, untuk mendukung IP Padi 300 perlu penerapan inovasi teknologi, keberadaan sarana produksi, penyediaan modal usahatani, kelembagaan dan koordinasi antar instansi.
- ItemPenampilan Pertumbuhan dan Hasil Genotipe Padi Tipe Baru Pada Dua Sistem Tanam di Lahan Sawah Irigasi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Agus GuswaraAbstract Growth and Yield Performance of New Plant Type Rice Grown under Two Planting Systems in Irrigated Lowland Area. An experiment on growth and yield performance of New Plant Type (NPT) genotypes has been conducted at the Sukamandi Experimental Station of the Indonesian Center for Rice Research, during the dry season of 2007. The objective of this experiment was to study the responses of the NPT genotypes to two planting systems, direct seeding and transplanting. The experiment was arranged in a Split Plot Design with 3 replications. The main plots were three planting systems, i.e. transplanting with the space of 20 cm x 20 cm, transplanting with the space of 20 cm x 10 cm, and direct seeding with space of 20 cm x 5 cm. The sub-plots were two NPT varieties, Le. Fatmawati and Gilirang, one NPT breeding line, i.e. BP360E-MR-79-Pn-2, and one superior variety, i.e. IR64. Analyses of variance (ANOVA) revealed that NPT genotypes and planting systems were significantly affect the growth and yield characters, but not the interaction of these two factors. The highest grain yields were 7.29 t and 7.21 t/ha demonstrated by Fatmawati and Gilirang. respectively, and were significantly different from that of IR64 and BP360E-MR-79-Pn-2. It was revealed that the yield of rice grown under transplanting system with the space of 20 cm x 20 cm was higher than that of rice grown under direct seeding planting. Abstrak Penelitian penampilan pertumbuhan dan hasil varietas unggul padi tipe baru telah dilakukan di Kebun Percoban Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada MK 2007. Penelitian bertujuan untuk budidaya yang diterapkan. Penelitian diatur dalam Rancangan Petak Terpisah dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah tiga sistem tanam, yaitu tanam pindah dengan jarak 20 cm x 20 cm, tanam pindah dengan jarak 20 cm x 10 cm, dan tanam benih langsung (tabela) dengan jarak 20 cm x 5 cm. Sebagai anak petak adalah dua VUTB (Fatmawati dan Gilirang), satu galur PTB (BP360 E-MR-79-Pn-2), dan satu varietas konvensional (IR64). Analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa varietas unggul padi tipe baru dan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil, tetapi interaksi keduanya tidak nyata. Hasil gabah kering tertinggi dicapai sebesar 7,29 t dan 7,21 t/ha GKG, berturut-turut untuk Fatmawati dan Gilirang, berbeda nyata dibandingkan dengan hasil gabah kering varietas IR64 dan galur BP360E-MR-79-Pn-2. Sistem tanam pindah (tapin) memb ikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan tabela. Sistem tanam Japin dengan jarak 20 cm x 20 cm memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam tabela untuk keempat varietas yang diuji.
- ItemEvaluasi Varietas Unggul Baru Pada Pengkajian Budidaya Beberapa Varietas Padi Sawah di Lampung Tengah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Rr. ErnawatiAbstract Evaluation of the Performance of the New Improved Rice Varieties in Central Lampung. Ciherang rice variety has been continuously and widely planted in Central Lampung. The continuous planting of a particular variety can cause yield decrease of the variety planted. The objective of the assessment was to evaluate some new improved rice varieties, in order to replace the Ciherang variety in lowland irrigated area in Central Lampung. The assessment was carried out during the dry and wet seasons of 2007. The evaluated rice varieties were planted in a row planting system of 4: 1, at the planting space of 25 cm x 12.5 cm and one seedling per hole. The new improved rice varieties tested were Cigeulis, Mekongga, Batang Piaman, and Ciherang. The assessment was arranged in Randomized Block Design with five replications. Result of this study indicated that the new variety Cigeulis was potential to be developed in Central Lampung to replace Ciherang variety. Abstrak Selama ini padi sawah VUB Ciherang ditanam secara terus menerus di Lampung Tengah. Penanaman suatu varietas tertentu secara terus menerus dapat menyebabkan penurunan hasil. Percobaan yang bertujuan untuk mengevaluasi VUB selain Ciherang yang digunakan pada kajian budidaya beberapa varietas unggul baru padi sawah telah dilaksanakan di Lampung Tengah pada musim kering (Mei 2007) dan pada musim hujan (Januari 2008). Padi varietas unggul baru yang dievaluasi yaitu Cigeulis, Mekongga, Batang Piaman, dan Ciherang ditanam dengan cara tanam jajar legowo 4: 1(empat baris penuh dan satu baris kosong), dengan jarak tanam 25 cm antarbaris dan 12.5 cm dalam baris dengan menggunakan satu bibit per lubang tanam. Percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok dengan lima ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa VUB Cigeulis memberikan prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai varietas pendamping atau alternatif pengganti VUB Čiherang.
- ItemSekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Kawasan Pengairan Pedesaan Lombok Timur, NTB(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Husin M. Toha; I.N. Widiarta; A. Guswara; M. ZairinAbstract Implementation of ICM Field School in Rural Areas in East Lombok. It was reported that the implementation of the integrated crop management (ICM) increased grain yield by 37% over those managed through the farmer's practices. In order to increase both the rice production and farmers' income, it would be necessary to bring the ICM into the farmer's fields. A demonstration plot of ICM with its component of the new HYV has been carried out in North Jenggik Village, Montong Gading Sub-district, East Lombok District. Rice crops established through the implementation of square planting of 20 cm x 20 cm in space and in-row planting legowo of 40 cm x 20 cm x 10 cm in space with planting young seedlings of 2-3 seedlings/hole were introduced to the farmers under guidance of extension workers and researchers. Farmers' field school was conducted to train farmers on HYV, ICM, and integrated pest management. Data indicated that the average yield harvested from 10 HYVs were 7.1 t/ha, with the range of yield were of 6.7-7.4 t/ha. The yield of HYV by farmers' practice was 6.7 t/ha. Planting in-row, "legowo" increased yield by 6%. Five HYVs, Mekongga, Cibogo, Cimelati, Tukad Unda. and Cilosari planted in legowo planting system yielded 27.5 t/ha. Mean income of planting 10 HYVs in the demonstration plot was Rp17,552,833 with the range of Rp16,670,400 to Rp18,544,900. The mean cost for rice production was Rp5,233,617 and, therefore, the mean benefit obtained by the farmers was Rp12,329,217 per ha/season. The highest benefit were obtained by planting rice in legowo, followed by square planting system and farmers' practice with values of Rp13,155,400, Rp12,213,800 and Rp11,618,360, respectively. The additional cost due to the adoption of square and legowo planting systems were Rp100,000 and Rp150,000 per ha, respectively. The additional cost was considerably small as related to the overall farmers benefit obtained from adopting these planting methods. Abstrak Hasil penelitian budidaya produksi padi melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan komponen varietas unggul dapat menghasilkan gabah 37% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil gabah petani. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi, perlu diseminasi PTT dengan baik. Demplot PTT dengan komponen utama beberapa varietas unggul telah dilakukan di Desa Jenggik Utara, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur. Kondisi lapan lapangan, respons petani, dan dukungan aparat setempat cukup baik. Hasil demplot menunjukkan bahwa hasil rata-rata 10 varietas unggul yang dikelola dengan 3 cara tanam mencapai 7,10 t/ha GKG, dengan kisaran 6,73 t/ha GKG (Ciliwung) sampai 7,37 t/ha GKG (Mekongga). Hasil gabah paling rendah sebesar 6,74 t/ha GKG diperoleh dari pertanaman yang dikelola menurut cara non-PTT (petani). Upaya perbaikan cara tanam dengan menerapkan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan sistem tanam dalam barisan "jajar legowo" dengan jarak tananı ((20 x 10) x 40) cm dapat menghasilkan berturut-turut sebesar 7,05 dan 7,50 t/ha GKG atau terjadi peningkatan hasil sebesar 5-11%. Melalui tanam jajar legowo 5 varietas, yaitu Mekongga, Cibogo, Cimelati, Tukad Unda, dan Cilosari mampu menghasilkan gabah 27,5 t/ha GKG. Rata-rata pendapatan bruto mencapai Rp17.552.833 dengan kisaran Rp16.670.400 sampai Rp18.544.900. Pendapatan tertinggi diperoleh petani yang menerapkan cara tanam jajar legowo dan yang paling rendah pada petani yang menerapkan cara tanam non-PTT. Dengan rata-rata biaya produkksi sebesar Rp5.223.617, maka keuntungan petani dapat mencapai Rp12.329.217. Sebagaimana hasil gabahnya. kruntungan tertinggi juga diperoleh dari pertanaman yang dikelola dengan cara tanam jajar legowo diikuti oleh pertanaman yang dikelola dengan cara tanarn tegel, dan terakhir pada pertanaman yang dikelola dengan cara tanam petani, berturut-turut sebesar Rp13.155.410, Rp12.213.880, dan Rp11.618.360 per ha. Tambahan braya tanam sebesar Rp100.000 dan Rp150.000, berturut-turut untuk sistem tanam tegel dan sistem tanam jajar legowo masih lebih menguntungkan dibanding cara tanam petani.
- ItemPeranan Teknologi PTT Dalam Upaya Mengamankan Produksi Padi Dari Serangan OPT Utama(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) .B.K. SuastikaAbstract The Role of IPM Technologies to Protect Rice Production from Major Pests and Diseases. Integrated crop management (ICM) is a model or an approach to manage soil, water, crop, pests, and diseases to keep the environment in a balanced condition. The application of ICM technology has been conducted at Subak Guama, Selanbawak Village, Marga Sub-district, Tabanan District in 2008. The IPM components applied were superior variety Ciherang, young seedlings (12-15 days of age), provision of intermittent irrigation, and in-row (legowo) planting system. The check was technology provided by farmers themselves. The objectives of the experiment were to evaluate the role of ICM in securing rice production against main pests and diseases. ICM treatments involved 20 farmers, conducted plots of 0.1-0.15 ha in size. Each treatment consisted of 3 plots as replication was arranged in a randomized block design. Technical application of ICM technology was using 2-3 plants per hole with young seedlings of 12-15 days of age. The rice seedlings were transplanted at a planting distance of 50 cm x 25 cm x 12.5 cm. Fertilizers were applied based on soil analysis previously done by IAAT Bali. Urea and Phonska fertilizers were applied at 15-21 and 40-50 days after planting, respectively, at the rate of 200 kg. Results of this experiment indicated that ICM technology increased rice yield by 9.2%, plant height, and number tillers. ICM also reduced main pests and diseases, which might be due to the effect of planting legowo 2:1 through the unfavorable micro climate in the plant canopies. It was observed that the occurrence of stem borer, rat and blast reached 10.5%, 15.5%, and 20%, respectively. Based on the economic analysis, it was noticed that ICM provided better profit i.e. Rp9.147.000 as compared to control, Rp7.298.000. Abstrak orang Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu model atau pendekatan dengan tujuan untuk mengelola tanah, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) agar berada dalam kondisi seimbang. Pengkajian PTT yang dilaksanakan di Subak Guama, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan pada tahun 2008 dengan inovasi teknologi, antara lain penggunaan varietas unggul bermutu, bibit muda (12-15 HST), pengairan berselang, cara tanam pindah legowo 2:1, dan cara petani sebagai kontrol. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana model PTT mampu mengamankan produksi padi dari serangan OPT utama. Pengkajian dilaksanakan oleh 200 petani termasuk 10 orang petani sebagai kontrol yang diterapkan pada petak-petak alami seluas 0,10-0,15 ha dengan menggunakan varietas Ciherang. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali pada petak-petak alami dengan rancangan acak kelompok. Bibit padi varietas Ciherang berumur muda (12-15 hari) ditanam sebanyak 2-3 tanaman/lubang dengan sistem tanam pindah legowo 2:1 dengan jarak tanam 50 cm x 25 cm x 12,5 cm dan cara petani sebagai kontrol. Pemupukan urea dan Phonska sesuai analisis tanah dengan dosis masing-masing sebanyak 200 kg/ha yang diberikan pada umur 15-21 hari setelah tanam (HST) dan 40-50 HST. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa teknologi PTT mampu meningkatkan produksi padi, yang ditunjukkan oleh keragaan pertumbuhan tanaman terutama tinggi tanaman, jumlah anakan, dan produksi/ha berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan cara petani dengan peningkatan produksi/ha 9,2% atau 400 kg/ha. Di samping itu, teknologi PTT mampu mengurangi serangan OPT utama, terutama hama penggerek batang, tikus, dan penyakit blas, karena pengaruh sistem tanam pindah legowo 2:1 yang membuat iklim mikro tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit, yaitu tingkat serangan 10.5%, 15,5%, dan 20% dibandingkan dengan 15%, 20%, dan 30%. Dari segi usahatani teknologi PTT lebih menguntungkan karena keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan cara petani, yaitu Rp9.147.000 lebih besar dari Rp7.298.000 dengan B/C 2,56 lebih besar dari 2,1.
- ItemOptimalisasi Potensi Hasil Berbagai Tipe Varietas Padi Melalui Pengaturan Populasi dan Pemupukan Nitrogen(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Sarlan Abdulrachman; Hasil Sembiring; Nurwulan AgustianiAbstract Optimalization of Yield Potential on Several Types of Rice Varieties through Arrangement of Plant Population and Nitrogen Fertilizer. The phenomenon showed that lowland rice productivity under intensive technology has been stagnant, even declined. So that, to increase rice production, used of improved varieties and correctly management are needed. To examine the interaction among rice variety, plant population, and fertilizer N management on rice growth and yield, and also to develop "healthy canopy" in order to get high yield and efficiency input production as well field experiments had been done at ICRR Sukamandi Field Experimental on DS and WS 2008/09. Variety, plant population and N fertilizer management were used as the treatments and designed in Randomized Complete Block with four replications. Selection of varieties was basically based on panicle length and tillers number. VI: long panicle and high tillers number (hybrid Rokan). V2: long panicle and low tillers number (NPT, BP360E-MR-9-PN-2), and V3: short panicle and high tillers number (inbred Ciherang). Plant population consisted of P1: recommended plant spacing 20 cm x 20 cm or 25 hills per m' and P2: un optimum plant spacing 25 cm x 25 cm or 16 hills per m³. Nitrogen fertilizer management was two different treatments, NI: SSNM recommendation (30-45-60), and N2: high early N dosage (60-45-30). The research results were: (1) The most significant response of variety was observed on rice growth, yield component, and grain yield, followed by plant population and N fertilizer management. Having better growth Performance, hybrid Rokan had also high yield (8.49 t/ha in DS 2008 and 7.10 t/ha in WS 2008/09). Meanwhile, NPT BP 360 produced 8.50 t/ha in DS 2008 and 6.46 t/ha in WS 2008/09), and inbred Ciherang 7.89 1/ha in DS 2008 and 6.48 t/ha in WS 2008/09, and (2) On unfavourable environment (high rainfall) rice was more sensitive to treatments. To get high yield needs a wider spacing 25 cm x 25 cm with high dosage of early N fertilization (60 kg/ha) in order to prevent from logging and improving tillering ability. Abstrak Fenomena menunjukkan bahwa produksi padi pada lahan irigasi dengan teknologi intensif sudah mulai stagnasi, bahkan ada yang mulai menurun. Oleh karena itu, peningkatan produksi saat ini perlu ditempuh melalui pemilihan varietas yang unggul dan dengan manajemen yang sesuai. Penelitian untuk mengetahui pengaruh interaksi antara varietas padi, populasi tanaman, dan pengelolaan pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil padi serta pemanfaatan hasil penelitian untuk pengembangan konsep "kanopi sehat sebagai dasar pengelolaan tanaman padi agar diperoleh hasil tinggi dan efisien input produksi telah dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada MK 2008 dan MH 2008/2009. Perlakuan percobaan adalah varietas, populasi, dan pengelolaan N. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Varietas atau galur yang digunakan diseleksi atas dasar perbedaan karakter panjang malai dan jumlah anakan. VI: malai panjang dengan jumlah anakan banyak (hibrida Rokan), V2: malai panjang dengan jumlah anakan rendah (PTB, galur BP360E-MR-9-PN-2), dan V3: malai pendek dengan jumlah anakan banyak (inbrida Ciherang). Populasi tanaman terdiri atas P1: jarak tanam rekomendasi 20 cm x 20 cm atau 25 rumpun per m² dan P2: jarak tanam dengan asumsi kurang optimal (yang sering digunakan petani), yaitu rata-rata 25 cm x 25 cm atau 16 rumpun per m². Sedangkan pengelolaan pupuk N dibedakan atas NI: rekomendasi PHSL terkini untuk pengelolaan N (30-45-60), dan N2: pemberian pupuk N awal yang tinggi (60-45-30). Dari penelitian ini dihasilkan (1) perlakuan varietas paling menonjol pengaruhnya terhadap pertumbuhan, komponen hasil maupun hasil, disusul perlakuan populasi, dan pengaturan pupuk N. Hibrida Rokan selain memiliki pertumbuhan yang lebih baik, juga memberikan produksi tertinggi (8,49 t/ha pada MK 2008 dan 7,10 t/ha pada MH 2008/09), РТВ ВР 360 (8,50 t/ha pada MK 2008 dan 6,46 t/ha pada MH 2008/2009). inbrida Ciherang (7.89 t/ha pada MK 2008 dan 6,48 t/ha pada MH 2008/2009), dan (2) Pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif (intensitas curah hujan tinggi) tanaman lebih sensitif terhadap perlakuan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi diperlukan jarak tanam yang lebar 25 x 25 cm dengan pupuk N dasar tinggi (60 kg/ha). Hal ini untuk mengurangi tingkat kerebahan dan mendorong pembentukan lebih banyak anakan.