Prosiding Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 439
Results Per Page
Sort Options
- Item5. Keragaan Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Pola PTT di Lima Kabupaten Provinsi Papua(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Djufry, Fadjry; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Provinsi Papua memiliki potensi cadangan lahan untuk pertanian yang sangat luas. Terdapat lahan seluas 1 juta ha yang dipersiapkan untuk program nasional Food Estate di Kabupaten Merauke. Produktivitas padi di Provinsi Papua baru mencapai 3 t/ha GKG. Masalah utama adalah rendahnya penerapan teknologi budidaya oleh petani. Upaya peningkatan produksi padi tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya dengan perbaikan cara budidaya tanaman melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dan introduksi varietas padi yang adaptif terhadap lingkungan dan mampu memberikan hasil yang tinggi. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan produksi varietas unggul baru padi di lima kabupaten lokasi SL-PTT di Papua. Pengkajian dilaksanakan pada musim tanam (MH I) pada bulan Desember 2009 – April 2010 dan Juni- Oktober 2010. Pengkajian dilaksanakan di kabupaten sentra tanaman padi di provinsi Papua yaitu, Kabupaten Merauke, Jayapura, Keerom, Nabire dan Sarmi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang diulang sebanyak tiga kali. Pada tiap kabupaten dipilih 3 (tiga) orang petani kooperator dan ditetapkan sebagai unit percobaan. Pada tiap unit percobaan ditanam 4 (lima) varietas unggul baru yaitu Inpari 1, Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, Inpari 9 dan sebagai pembanding adalah varietas ciherang/mekongga. Variabel diamati meliputi tinggi tanaman maksimum, jumlah anakan/rumpun, jumlah malai/rumpun, panjang malai, jumlah gabah/malai, gabah isi, bobot 1.000 butir gabah, dan produktivitas gabah kering giling (t/ha). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perbaikan cara budidaya melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu dan introduksi varietas unggul baru tahan tungro mampu meningkatkan produktivitas padi rata-rata sebesar 1–2 t/ha (50%). Produksi tertinggi berturut-turut dicapai oleh varietas Inpari 9 (9 t/ha GKG), Inpari 8 (8,71 t/ha GKG) dan Inpari 7 (7,76 t/ha GKG).
- Item3. Efisiensi Pemupukan NPK Dengan Pemberian Bahan Organik Pada Lahan Sawah Berstatus P dan K Rendah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Burbey; Abdullah, Syahrial; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian dilaksanakan di empat lokasi yaitu tanah petani Tanjung Mutiara, Bungo Koto Tuo (Baso), Palupuh, dan Kampeh (Baso), Kabupaten Agam dengan tanah berstatus P and K potensial rendah pada MT 2007. Penelitian menggunakan rancangan Streep Plot dua faktor dengan 4 ulangan. Faktor pertama pemupukan NPK: (1) tanpa N, dipupuk P dan K, (2) tanpa P, dipupuk N dan K, (3) tanpa K, dipupuk N dan P, dan (4) dipupuk NPK, sedangkan Faktor kedua pemberian bahan organik: (a) tanpa bahan organik, (b) pemberian kompos pupuk kadang 2 t/ha, dan (c) pemberian kompos jerami 5 t/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk N, P, dan K dengan pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, total serapan N, P dan K tanaman, komponen hasil dan hasil padi sawah. Tanpa pemupukan N (urea) memberikan pertumbuhan, total serapan N, P, dan K, komponen hasil dan hasil nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan tanpa P (-P), tanpa K (-K) serta dengan perlakuan lengkap NPK. Tanpa pemupukan P dan tanpa pemupukan K memberikan pertumbuhan, total serapan N, P dan K, komponen hasil dan hasil yang nyata lebih rendah dibandingkan dibandingkan dengan pemupukan lengkap NPK. Pemberian 2 ton pupuk kandang/ha serta pemberian 5 ton kompos jerami/ha belum dapat meningkatkan efi siensi pemupukan NPK terhadap pertumbuhan, total serapan N, P, dan K serta komponen hasil dan hasil padi sawah. Pada lahan sawah berstatus P dan K rendah pemupukan N (urea), P (SP36), dan K (KCl) mutlak diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan, total serapan hara, komponen hasil, dan hasil yang tinggi. Pemberian kompos pupuk kandang atau jerami padi belum dapat meningkatkan efi siensi pemupukan NPK secara nyata terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi sawah.
- ItemIntroduksi VUB Padi Sawah Irigasi MH di SL-PTT Lamongan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Sugiono; Priyanti, Aming; M. Taufiqurahman; Korlina, Eli; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Peranan padi sawah sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan khususnya beras, karena 90% produksi padi nasional dari lahan sawah. Perakitan varietas unggul padi sawah dengan potensi hasil lebih tinggi harus dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan. Tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi VUB dengan produksi, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan respon petani sebagai umpan balik adopsi varietas pergiliran varietas. Introduksi varietas unggul baru (VUB) dilakukan di lokasi sawah kawasan SL-PTT Desa Bakalrejo, Kecamatan Sugio, Lamongan pada MH 2009/2010, ketinggian tempat 8 meter dari permukaan laut, jenis tanah Grumosol. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 8 varietas: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, Inpari 9 Elo, OM1/Inpari 13, OM2/Inpari 12, dan Ciherang sebagai varietas pembanding dilokasi SL-PTT dan luar SL-PTT. Hasil penelitian diperoleh produksi gabah kering panen (GKP/kadar air 14%) setara varietas Ciherang (7,67 ton/ha) tertinggi berturut-turut adalah OM 1/Inpari 13 (8,47 ton/ha), OM 2/Inpari 12 (8,08 ton/ha) dan Inpari 4 (7,92 ton/ha). Hasil Inpari 8 (7,71 ton /ha), Inpari1(7,67 ton/ha), diluar SL-PTT produksi Ciherang 6,4 ton/ha. Produksi varietas Ciherang dengan penerapan SL-PTT (7,67 ton/ha) naik 1,27 ton/ha, B/C Ratio 1.04, produksi lokasi luar SL-PTT 6,4 ton/ha, B/C Ratio 0.94. Varietas Inpari 1, Inpari 8, Inpari 4, OM1/Inpari 13 dan OM2/Inpari 12 layak diintroduksi mendampingi varietas Ciherang dalam pergiliran varietas SL-PTT karena produksi lebih tinggi. OM2/Inpari 12 agak rentan busuk leher malai/neckblast dan hama penggerek batang (beluk). Respons Petani sangat baik dengan adanya uji VUB diharapkan untuk pergiliran varietas Ciherang, terutama varietas OM1/Inpari 13 karena selain hasilnya tinggi, pertanaman serempak dan umur genjah, sedangkan varitas lain yang disukai Inpari 4 dan Inpari 1 hasil tinggi dibanding Ciherang.
- Item7. Kajian Penggunaan Pupuk Organik Pabrikan dan Pupuk NPK Terhadap Hasil VUB Padi Pada Lokasi Demplot SL-PTT di Kabupaten Lampung Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Barus, Junita; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Berbagai macam pupuk organik produk pabrikan telah beredar di masyarakat sehingga perlu di uji efektifi tasnya, agar diketahui sejauh mana manfaatnya dalam peningkatan produksi terutama pada tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa kombinasi dosis pupuk anorganik dan pupuk organik pabrikan (POP). Jenis pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik bersubsidi, dimana perusahaan yang memproduksinya juga memproduksi pupuk kimia NPK Phonska dan SP36. Ada empat taraf kombinasi dosis pupuk tersebut, yaitu: (A) 200 kg NPK Phonska (15 : 15 : 15) + 200 kg urea + 800 kg POP; (B) 150 kg NPK Phonska (15 : 15 : 15) + 150 kg urea + 800 kg POP; (C) 100 kg NPK Phonska (15 : 15 : 15) + 100 kg urea + 800 kg POP; dan (D) 200 kg NPK Phonska (15 : 15 : 15) + 200 kg urea. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif, komponen hasil, dan hasil gabah (t/ha). Data yang diperoleh dianalisis sidik ragamnya dan apabila nyata pada taraf 0,05 dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil yang diperoleh yaitu pupuk organik tidak nyata meningkatkan hasil gabah, namun pemberian pupuk organik disamping pupuk anorganik (NPK) dengan takaran 100% (Perlakuan A) memberikan hasil tertinggi (5,84 t/ha). Pengurangan 50% takaran pupuk NPK, walaupun ditambah dengan pupuk organik (Perlakuan C) memberikan hasil terendah yaitu 5,41 t/ha.
- ItemKajian Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Inbrida Spesifik Lokasi di Bandung Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Bandjar, Hasmi; Sutrisna, Nana; Rohaeni, Wage Ratna; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu strategi dan metodologi dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi. PTT sangat memperhatikan sumberdaya setempat (spesifi k lokasi), sehingga pengkajian terhadap penerapan beberapa komponen teknologi PTT penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil padi inbrida dengan menerapkan beberapa komponen PTT dan (2) mendapatkan komponen teknologi PTT padi inbrida spesifi k lokasi. Penelitian dilakukan di 3 lokasi yaitu Cipatat, Cipeundeuy, dan Padalarang. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 5 komponen teknologi PTT termasuk teknologi dari petani sebagai control dengan 5 ulangan. Varietas yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah Inpari 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komponen teknologi PTT yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap komponen hasil dan hasil (GKP) tanaman padi inbrida pada lokasi satu dengan yang lain. Pengaruh sangat nyata terhadap hasil (GKP) terdapat pada lokasi Cipeundeuy. Paket komponen teknologi PTT yang memberikan hasil GKP paling tinggi adalah paket C yaitu paket dengan penerapan komponen teknologi PTT yang lengkap (komponen teknologi dasar dan pilihan). Hasil kajian menunjukan bahwa komponen teknologi spesifi k lokasi yaitu komponen teknologi pilihan perontokan gabah sesegera mungkin yang efektif meningkatkan hasil GKP pada lokasi Cipeundeuy.
- Item4. Keragaan Hasil Varietas Unggul Baru Padi Pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng - Muh. Asaad, Azis Bilang, Dan Warda (BPTP Gorontalo), (BPTP SulSel)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Assad, Muh.; Bilang, Azis; Warda; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Produktivitas padi sawah di Sulawesi Selatan selama tahun 2000–2007 baru mencapai 4,66 t/ha. Produktivitas ini masih rendah dibanding potensi hasil padi sawah. Hal ini disebabkan antara lain rendahnya penerapan inovasi teknologi dan informasi teknologi belum sampai ke petani. Salah satu upaya menyebarluaskan pemahaman PTT dengan baik ke tingkat petani adalah melaksanakan program SLPTT. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui keragaan hasil beberapa VUB padi pada kegiatan SL-PTT. Kajian dilaksanakan di Kecamatan Liliriaja dari bulan April sampai Oktober 2010. Kajian dilaksanakan dengan introduksi empat varietas padi terbaru yaitu Inpari 1, Inpari 6, Inpari 9 dan Inpari 10 yang dilaksanakan dalam bentuk demplot seluas 0,25 ha pada 21 kelompok tani pelaksana. Sebagai pembanding adalah varietas padi yang ditanam petani melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) pada program SL-PTT. Kisaran hasil padi inbrida yang diperoleh pada sistem tegel maupun legowo 2:1, 4:1 untuk varietas Inpari 1 adalah 6,24–10,40 t/ha; Inpari 6 sebesar 5,92–12,80 t/ha; 4,80–10,40 t/ha pada Inpari 10 dan 8,8 t/ha pada varietas Inpari 9. Sementara kisaran hasil varietas pembanding pada areal laboratorium lapangan (LL) adalah 6,72–8,96 t/ha pada varietas Ciliwung; 8,00–9,60 t/ha pada varietas Cigeulis; 6,72–12,48 t/ha pada varietas Way Apo Buru dan 8,80–9,76 t/ha pada varietas Situ Bagendit.
- ItemPeluang Pengembangan Padi Gogo IP 200(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Widyantoro; Toha, Husin M.; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian peluang pengembangan padi gogo IP 200 dilaksanakan di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas pada MK 2010 dan MH 2010/2011 dengan tujuan untuk mengetahui wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200 dan alternatif budidaya. Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei dan demplot di lahan petani. Metode survei digunakan untuk mengetahui deliniasi wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200, sedangkan metode demplot digunakan untuk mengetahui adaptasi varietas unggul padi gogo IP 200 berikut kendala pemecahan budidaya padi gogo IP 200. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan deliniasi wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200 terdapat peluang pengembangan padi gogo dapat ditingkatkan menjadi dua kali, dari satu kali tanam pada musim hujan menjadi dua kali tanam pada musim hujan I dan musim musim hujan II (MK I). Pada wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan lebih dari 7 bulan basah mempunyai peluang untuk pengembangan padi gogo IP 200. Hasil uji adaptasi varietas unggul padi gogo ratarata hasil mencapai 5,5 t/ha GKP pada MK 2010 dengan kisaran 4,0 t/ha (Limboto) sampai 6,5 t/ha (Situ Patenggang), dan 5,63 t/ha GKP pada MH 2010/2011 dengan kisaran 4,45 t/ha (Limboto) sampai 6,30 t/ha (Situ Patenggang). Hasil evaluasi pertanaman VUB padi gogo di tingkat petani, rata-rata hasil mencapai 5,94 t/ha GKP pada MK 2010 dan 6,13 t/ha GKP pada MH 2010/2011. Dilihat dari segi varietas, hasil padi gogo tertinggi dicapai pada varietas Situ Patenggang, diikuti Towuti, Batutegi, dan Situ Bagendit.
- Item6. Sistem Tata Air dan Pengelolaan Hara N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Pasang Surut Bergambut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Ar-Riza, Isdijanto; D. Nazemi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Usahatani padi di lahan pasang surut bergambut masih menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah kondisi tata air yang belum terkendali dan masalah hara tanah yang kurang mendukung, karena tingkat kemasakan gambut yang begaram, subsidensi dan rentan terbakar. Untuk menjawab masalah tersebut dilakukan penelitian teknik pengaturan air dan pengelolaan hara dilahan gambut. Penelitian dilaksanakan di sawah pasang surut bergambut tipe luapan B, di Dadahup A2 Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah pada MH 2006/2007. Lahan pasang surut bergambut tipe luapan B, pH 4, dan status hara N-tot rendah (0,196). Percobaan dilaksanakan menggunakan rancangan RCBD, 3 ulangan. Sebagai faktor pertama adalah tiga macam cara pengaturan air (A: diupayakan tergenang terus menerus; B: air diatur dapat keluar masuk dan dipertahankan sesuai periode dan kondisi pasang dan surut, dan C: tanpa pengaturan). Sebagai faktor kedua adalah dua dosis pupuk N (I:90 kg/ha N, II:120 kg/ha N). Penyiapan lahan dilaksanakan dengan pengolahan tanah ringan, dengan cara mencangkul ringan dan pembersihan gulma. Pengaturan air dilakukan dengan membuat saluransaluran air, di sisi petak dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur dan pintu pengatur pada saluran kwarternya, sehingga aliran air dapat diatur sesuai perlakuan. Petak percobaan dengan ukuran 5 m x 4 m dibuat dengan galangan pemisah yang di sebelah dalamnya/sisinya dilapisi dengan plastik penahan rembesan air horizontal (perkolasi) antar petak. Diperoleh hasil bawa pada petak yang airnya dapat diatur masuk kemudian dipertahankan selama pasang, selanjutnya air dalam petak digelontor keluar saat surut (perlakuan B) dikombinasikan dengan dosis N yang lebih tinggi (perlakuan II) dapat memberikan hasil yang lebih baik (5,74 t/ha) dibanding dengan hasil pada perlakuan lain yang diteliti (2,78–4,8 t/ha). Adapun perlakuan B yang dikombinasikan dengan dosis N yang lebih rendah (90 kg/ha N) hasilnya (4,78 t/ha) sama baiknya atau tidak berbeda nyata dengan hasil pada pelakuan C yang dikombinasikan dengan dosis N yang lebih tinggi (120 kg/ha N) sebesar 4,80 t/ha. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara pengaturan air dan pemberian pupuk N terhadap hasil padi di lahan gambut, dengan kata lain untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan gambut, diperlukan pengaturan air (pengasatan sesaat) dan pemberian pupuk N yang tepat. Namun demikian perlu diperhatikan jangan sampai terjadi pengeringan, cukup dengan pengasatan saja, karena pengeringan akan mempercepat subsidensi ketebalan gambut.
- ItemEfisiensi Pemanfaatan Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi (Oryza Sativa) Pada Tiga Toposequen di Daerah Aliran Sungai Yeh Hoo Tabanan Bali(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Arsana, I Gusti Komang Dana; Prajitno, Djoko; Syukur, Abdul; Hendrayana, Heru; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian ini telah dilaksanakan selama dua musim tanam (MT) yaitu mulai bulan Desember 2009–Agustus 2010 di daerah toposequen hulu, tengah dan hilir daerah aliran sungai (DAS) Yeh Ho, Tabanan-Bali. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan teknologi pengairan yang efi sien untuk tanaman padi serta pengaruhnya terhadap karakter agronomis padi varietas unggul baru. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah (Split-plot-design) dengan tiga ulangan. Petak utama (main-plot-factor) adalah cara pengairan, yaitu cara petani, pengairan berselang 4 hari sekali dan pengairan berselang 8 hari sekali. Anak petak (sub-plot) yaitu varietas padi, yang terdiri dari Mekongga, Inpari I, dan Inpari 10 Laeya. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (analysis of variance) pada taraf 5%. Untuk membedakan pengaruh toposequen dilakukan analisis gabungan (Combined analysis). Untuk mengetahui hubungan hasil dengan faktor pendukung digunakan analisis regresi stepwise. Pemilihan teknologi untuk setiap musim digunakan analisis kluster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efi siensi pemakaian air didaerah toposequen hulu adalah pengairan 8 hari dapat meningkatkan efi siensi pemakaian air 38,0% dibandingkan pengairan empat hari sekali, dengan cara petani meningkatkan efi siensi 21,9%. Pada daerah toposequen tengah, pengairan 8 hari sekali dengan pengairan 4 hari meningkatkan efi siensi pemanfaatan air sebesar 25,9%, dengan pengairan cara petani 21,3%. Di daerah toposequen hilir, pengairan 8 hari sekali dengan pengairan 4 hari meningkat 31,2% dan dengan cara petani meningkat 19.1%. Hasil gabah kering giling (GKG) di daerah hulu MT 1 6,97 t/ha dan MT 2 6,42 t/h, daerah tengah MT 1 7,16 t/ ha dan MT 2 6,25 t/ha, daerah hilir MT 1 7,65 t/ha dan MT 2 7,42 t/ha. Hasil analisis regresi stepwise menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap hasil antara lain: jumlah gabah/malai, anakan 42 HST dan tinggi tanaman 28 HST. Teknologi pengairan terpilih pada toposequen hulu, tengah dan hilir adalah pengairan 8 hari sekali dengan varietas Mekongga, Inpari 1 dan Inpari 10 Laeya. Kesimpulan penelitian dapat menjawab skenario meningkatkan produksi dengan mengurangi pemakaian air rata-rata 21–38%.
- ItemIntroduksi VUB Padi Sawah Irigasi MH di SL-PTT Lamongan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Korlina, Eli; M. Taufiqurahman; Priyanti, Aming; Sugiono; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPeranan padi sawah sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan khususnya beras, karena 90% produksi padi nasional dari lahan sawah. Perakitan varietas unggul padi sawah dengan potensi hasil lebih tinggi harus dilakukan untuk mendukung ketahanan pangan. Tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi VUB dengan produksi, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan respon petani sebagai umpan balik adopsi varietas pergiliran varietas. Introduksi varietas unggul baru (VUB) dilakukan di lokasi sawah kawasan SL-PTT Desa Bakalrejo, Kecamatan Sugio, Lamongan pada MH 2009/2010, ketinggian tempat 8 meter dari permukaan laut, jenis tanah Grumosol. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 8 varietas: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, Inpari 9 Elo, OM1/Inpari 13, OM2/Inpari 12, dan Ciherang sebagai varietas pembanding dilokasi SL-PTT dan luar SL-PTT. Hasil penelitian diperoleh produksi gabah kering panen (GKP/kadar air 14%) setara varietas Ciherang (7,67 ton/ha) tertinggi berturut-turut adalah OM 1/Inpari 13 (8,47 ton/ha), OM 2/Inpari 12 (8,08 ton/ha) dan Inpari 4 (7,92 ton/ha). Hasil Inpari 8 (7,71 ton /ha), Inpari1(7,67 ton/ha), diluar SL-PTT produksi Ciherang 6,4 ton/ha. Produksi varietas Ciherang dengan penerapan SL-PTT (7,67 ton/ha) naik 1,27 ton/ha, B/C Ratio 1.04, produksi lokasi luar SL-PTT 6,4 ton/ha, B/C Ratio 0.94. Varietas Inpari 1, Inpari 8, Inpari 4, OM1/Inpari 13 dan OM2/Inpari 12 layak diintroduksi mendampingi varietas Ciherang dalam pergiliran varietas SL-PTT karena produksi lebih tinggi. OM2/Inpari 12 agak rentan busuk leher malai/neckblast dan hama penggerek batang (beluk). Respons Petani sangat baik dengan adanya uji VUB diharapkan untuk pergiliran varietas Ciherang, terutama varietas OM1/Inpari 13 karena selain hasilnya tinggi, pertanaman serempak dan umur genjah, sedangkan varitas lain yang disukai Inpari 4 dan Inpari 1 hasil tinggi dibanding Ciherang.
- ItemPenerapan Komponen Teknologi PTT padi di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Iriani, Endang; Wulanjari, M. Eti; Jauhari, Sodiq; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalah satu program Kementrian Pertanian di bidang pangan adalah peningkatan produksi padi dan peningkatan pendapatan petani. Salah satu strategi yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah memasyarakatkan penerapan Pengelolaaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Salah satu lokasi kegiatan SL-PTT ini adalah Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan yang dilaksanakan adalah demplot seluas 0,25 hektar dengan penerapan teknologi PTT. Teknologi PTT yang diimplementasikan meliputi komponen dasar maupun komponen penunjang dengan penerapan spesifi k lokasi. Varietas yang diintroduksikan terdiri dari 6 varietas yaitu Inpari 1, Inpari 2, Inpari 6, Inpari 8, Mekongga, dan Conde yang ditanam dalam design rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi teknis, ekonomi, dan persepsi petani. Hasil dari kegiatan menunjukkan bahwa secara umum daya tumbuh dan pertumbuhannya seragam antar varietasnya dan menunjukkan spesifi kasi sesuai diskripsi masingmasing varietas. Keragaan tingkat ketahanan varietas terhadap serangan penyakit kresek menunjukkan bahwa varietas Conde dan Inpari 8 lebih tahan dibandingkan 4 varietas lainnya. Keragaan produksi rata-rata tiap varietas adalah berturut-turut varietas Mekongga (7,29 t/ha), Conde (8,61 t/ha), Inpari 1 (8,09 t/ha), Inpari 2 (6,09 t/ha), Inpari 6 (8,95 t/ha); dan Inpari 8 (8,38 t/ha). Persepsi petani terutama terhadap VUB padi secara ranking terpilih Mekongga, Inpari 8 (untuk antisipasi wereng cokelat dan kresek), dan Conde (untuk antisipasi penyakit kresek). Hasil analisa usahatani khususnya pada varietas Conde dengan penerapan teknologi mengalami kenaikan keuntungan sebesar 18% dibandingkan dari sebelumnya (dari Rp.14.620.000 menjadi Rp.17.860.000) dengan kenaikan R/C ratio sebesar 0,08. Implikasi kebijakan yang perlu dilaksanakan adalah penerapan program peningkatan produktivitas komoditas pangan dengan penerapan teknologi PTT secara lebih luas. Untuk pencapaian tujuan ini, penerapan teknologi PTT ini diperlukan pendampingan petugas. Upaya untuk memenuhi varietas yang menjadi pilihan petani perlu diperbanyak melalui usaha perbenihan dengan penangkarpenangkar benih di tingkat kelompok
- ItemRespon Mekongga Terhadap Empat Paket Pemupukan NPK di Lahan Sawah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Sution; Sution; Hadian, Sukron; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPelaksanaan pengkajian terhadap beberapa dosis pemupukan pada lahan sawah di Desa Mak Kawing, Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau pada bulan Mei sampai Oktober 2010, dengan luas 0,25 ha dengan menggunakan varietas Mekongga. Penanaman dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Benih yang digunakan benih bermutu (berlabel) kelas FS, pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul ringan (minimum tilage). Penanaman dilakukan umur 18 hari, sistem legowo 4:1, dengan bibit 1-3 per tanaman. Perlakukan pemupukan dengan dosis (1) NPK 600 kg/ha, (2) NPK 400 kg/ha + urea 66,7 kg/ha, (3) NPK 240 kg/ha + urea 120 kg/ha + KCl 70 kg/ha, (4) urea 200 kg/ ha + SP36 100 kg/ha + KCl 100 kg/ha + kompos jerami 0,5 t/ha. Tujuan dari pengkajian ini untuk mengetahui dosis pupuk yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi sawah varietas Mekongga di Kecamatan Balai Kabupaten Sanggau. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dari 4 pelakukan pemupukan produktivitas tertinggi berdasarkan hasil ubinan 2 m x 3 m menggunakan dosis urea 200 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg/ha + kompos jerami 0,5 t/ha dengan hasil produksi gabah (3,6 t/ha GKP) dan produktivitas terendah perlakuan pupuk NPK kebomas 600 kg/ha hasil produksi gabah (2,2 t/ha GKP)
- ItemTampilan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Dalam Sistem Tanam Berbeda Mendukung Kegiatan Perbenihan Padi di Bali(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Aribawa, Ida Bagus; IBK Suastika; AANB Kamandalu; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiKajian dengan topik tampilan beberapa varietas unggul baru padi dalam sistem tanam yang berbeda mendukung kegiatan perbenihan di Bali telah dilakukan di Subak Jagaraga, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana pada MK 2009. Jembrana merupakan salah satu kabupaten di Bali yang menjadi sentra penghasil padi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat tampilan beberapa varietas unggul baru padi dalam sistem tanam yang berbeda mendukung kegiatan perbenihan di Bali. Kajian menggunakan rancangan petak terpisah. Sebagai petak utama (main plot) adalah empat varietas padi, yaitu: Ciherang (v1 ), Inpari 1 (v2 ), Inpari 6 Jete (v3 ), dan Pepe (v4 ). Sedangkan anak petak (sub plot) adalah perbedaan sistem tanam, yaitu : tabela legowo 2:1 (t1 ), tapin legowo 2:1 (t2 ) dan tapin cara petani, tegel 25 cm x 25 cm (t3 ). Perlakuan di atas diulang tiga kali. Luas petak yang digunakan ádalah mengikuti luas petak alami petani, dengan petani kooperator sebagai ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah isi dan hampa per malai dan berat gabah kering panen per hektar. Hasil kajian menunjukkan interaksi antara perlakuan varietas dengan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua komponen tanaman yang diamati. Sedangkan perlakuan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap semua komponen tanaman yang diamati. Hasil padi tertinggi dihasilkan oleh varietas Inpari 6 Jete, yaitu 9,16 ton/ha GKP, meningkat sebesar 19,87% dibandingkan varietas unggul Ciherang. Sedangkan hasil padi tertinggi dalam perlakuan sistem tanam, dihasilkan oleh perlakuan sistem tanam tapin legowo 2:1, yaitu 8,64 ton/ ha GKP, meningkat sebesar 8,68% dibandingkan dengan sistem tapin cara petani.
- ItemVarietas Padi Toleran Rendaman dan Cara Pemupukan Untuk Mengurangi Kehilangan Hasil Padi Akibat Banjir(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Ikhwani; Makarim, A. Karim; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiBanjir dan rendaman sering terjadi pada lahan sawah rawan banjir yang dapat menurunkan hasil padi hingga puso. Penggunaan varietas toleran rendaman dan cara pemberian pupuk diharapkan dapat mengurangi kehilangan hasil padi akibat rendaman, sebagai tujuan dari penelitian ini. Percobaan dilaksanakan pada MT-2 2010 di KP Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menggunakan kolam khusus perendaman. Rancangan Petak Terpisah digunakan dengan tiga ulangan. Petak Utama (pemberian pupuk135 kg/ha N): (U-urea pril split 3x; G-urea granul slow release SCU 1x) dan Anak petak (varietas toleran rendaman): (V1) IR64 sub-1 (Inpara 5), (V2) Swarna sub-1 (Inpara 4), (V3) Inpara 3, dan (V4) Inpari 10 (kontrol). Perendaman seluruh bagian tanaman selama 14 hari (14–28 HST atau fase vegetatif) menyebabkan semua varietas yang diuji tidak dapat bertahan hidup (mati), sedangkan perendaman pada fase primordia (28–35 HST) menyebabkan semua varietas tetap hidup hingga panen, namun terjadi penurunan hasil yang berbeda. Varietas Swarna sub-1 (Inpara 4) dengan perendaman menghasilkan 4,7 t/ha GKP (tertinggi) atau turun 10% dibandingkan bila tidak terendam, sedangkan IR64 sub-1 (Inpara 5) menghasilkan 1,8 t/ha GKP (terendah) atau turun 55% dibandingkan bila tidak terendam. Varietas toleran rendaman lainnya mengalami penurunan hasil akibat perendaman masing-masing Inpari 10 12,0% dan Inpara 3 11,3%. Pengaruh bentuk pupuk N (urea diberikan 3x versus SCU diberikan 1x) pada percobaan ini tidak nyata terhadap hasil tanaman padi, karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Empat varietas yang diuji sangat nyata berbeda dan mempengaruhi semua komponen hasil, kecuali panjang malai.
- ItemPengaruh Sistem Tanam dan Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah di Daerah Kuala Cinaku Kabupaten Indragiri Hulu Riau(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Yunizar; Jamil, Ali; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiTelah dilaksanakan penelitian lapang pengaruh sistem tanam dan macam bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah pada MH 2008 di Kuala cinaku Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Jenis tanah lokasi kegiatan adalah ultisol. Secara klimatologis lokasi termasuk tipe iklim B1 (Oldeman 1979), dimana 9 bulan berturut-turut merupakan bulan basah (CH >200 mm) dan kurang dari 3 bulan kering berturut-turut (CH <100 mm). Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh sistem tanam dan bentuk bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah di daerah Kuala Cinaku Riau. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor I adalah sistem tanam terdiri dari; (1) jarak tanam 20 cm x 20 cm; (2) jajar legowo 2:1 dan (3) jajar legowo 4:1. Faktor II macam bahan organik terdiri dari; (1) kompos Mucuna 2 t/ ha; (2) kompos Flamengia 2 t/ha; (3) kompos jerami tanaman jagung 2 t/ha. dan (4) kotoran sapi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara sistem tanam dan macam bahan organik terhadap jumlah anakan produktif dan hasil padi sawah. Kombinasi perlakuan sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan kotoran sapi memberikan hasil tertinggi (5,4 t/ha), sedangkan hasil padi terendah didapatkan dari kombinasi sistem jajar legowo 4:1 dengan pemberian Flamengia. Sistem tanam juga berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan. Sistem tanam jajar legowo 2:1 memberikan tinggi tanaman dan jumlah anakan terbaik, sedangkan macam bahan organik berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan hasil. Bahan organik kotoran sapi memberikan tinggi tanaman, jumlah anakan, dan hasil terbaik dibanding bahan organik lainnya.
- ItemPemanfaatan Kompos Jerami dan Pupuk Anorganik Untuk Peningkatan Produksi Padi VUB di Sulawesi Selatan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) J. Limbongan; Sahardi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPemanfaatan kompos jerami dan pupuk anorganik untuk peningkatan produksi padi varietas Unggul Baru (VUB) di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Tujuan jangka panjang dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah melalui perbaikan kesuburan lahan dengan memanfaatkan kompos jerami sebagai sumber bahan organik. Tujuan jangka pendek untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos jerami padi yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik terhadap produksi VUB. Pengkajian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Mariri Kabupaten Luwu Utara, tanam tanggal 14 Oktober 2010 dan panen 21 Januari 2011. Pelakuan yang dikaji adalah: (1) kompos jerami 5 ton + pupuk organik cair 4 liter/ha, (2) kompos jerami 5 ton + ½ rekomendasi urea dan NPK, (3) kompos jerami 5 ton + urea dan NPK sesuai rekomendasi, dan (4) urea + NPK sesuai rekomendasi (kontrol). Dosis pupuk sesuai rekomendasi yaitu 180 kg urea) + NPK (15:15:15) 200 kg/ha. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Varietas yang ditanam adalah Inpari 7 Lanrang, ditanam dengan cara jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam {(20 cm x 10 cm) x 40 cm}. Hasil pengkajian menunjukan bahwa produksi gabah kering panen tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos jerami 5 ton + urea 180 kg + NPK 200 kg/ha yaitu rata-rata 8,40 t/ha, namun hanya berbeda secara nyata dengan perlakukan Kompos jerami 5 t/ha + pupuk organik cair yang memberikan hasil 7,20 t/ha GKP
- ItemPengaruh Pupuk Hayati Biobus Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Rustiati, Tita; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPupuk hayati Biobus merupakan jenis pupuk berbentuk granuler yang dilengkapi dengan tiga jenis mikroba yakni: Azotobacter, Azospirillum, dan Aspergillus. Kedua mikroba pertama tergolong bakteri yang dapat menambat N udara secara bebas (free living N fi xer). Mikroba ketiga adalah jamur yang dapat mengurai P yang terikat dalam partikel tanah. Berdasar hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati Biobus dengan takaran 75 kg/ha dikombinasikan dengan pupuk anorganik 50% dan 75% dosis rekomendasi mampu menghasilkan gabah yang tidak berbeda nyata dengan pemberian 100% takaran rekomendasi. Hasil pendahuluan tersebut perlu dimantapkan lagi melalui uji lapang yang dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Penelitian pada MH 2008, menggunakan rancangan acak kelompok. Perlakuan meliputi (a) tanpa pemberian pupuk sebagai kontrol, (b) pemberian pupuk sesuai takaran rekomendasi pemupukan setempat (300 kg/ha urea, 150 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl), (c) 75% takaran rekomendasi setempat + 75 kg pupuk hayati Biobus/ha (225 kg/ha urea, 112,5 kg/ha SP36, 37,5 kg/ha KCl + 75 kg/ha Biobus) dan (d) 50% takaran rekomendasi setempat + 75 kg/ha pupuk hayati Biobus (150 kg/ha urea, 75 kg/ha SP36, 25 kg/ha KCl + 75 kg/ha Biobus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati Biobus sebanyak 75 kg/ha ditambah pemberian pupuk anorganik (urea, SP36 dan KCl) 50% dari dosis rekomendasi pada tanaman padi varietas Ciherang mampu memberikan hasil gabah yang tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk sesuai dengan 100% takaran rekomendasi. Besar penurunan penggunaan pupuk anorganik mencapai 50% dari anjuran atau setara dengan penghematan biaya penggunaan pupuk sampai Rp.410.000/ha/musim namun harus menambahkan pupuk hayati Biobus sebanyak 75 kg/ha/musim. Pertumbuhan tanaman padi pada pemberian pupuk hayati Biobus tidak mengalami kahat hara dibanding tanaman padi yang memperoleh hara dari pupuk sesuai rekomendasi (100% rekomendasi pemupukan) ditandai dengan jumlah anakan, tinggi tanaman dan tingkat warna daun yang tidak berbeda nyata secara statistik.
- ItemRespon Padi Varietas Inpari 1 Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Petronik Q.(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Ernawanto, Dadang; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian pengkajian respon padi varietas Inpari 1 terhadap aplikasi pupuk organik ‘Petronik’ dilakukan di sentra produksi padi yaitu di Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Jember, pada bulan Mei–Oktober 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan dengan perlakuan kombinasi pemberian pupuk organik Petronik, pupuk kandang, dan pupuk anorganik. Percobaan dilakukan pada lahan sawah petani dengan luas sekitar 0,3 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon varietas unggul baru (VUB) Inpari 1 terhadap aplikasi pupuk organik Petronik, dosis dan efi siensinya. Pengamatan dilakukan terhadap sampel tanah sebelum dan sesudah percobaan serta hasil dan komponen hasil varietas Inpari 1 yang digunakan. Untuk mengetahui respon varietas, dilakukan analisis varian terhadap peubah komponen hasil dan hasil dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Untuk mengetahui efi siensi penggunaan pupuk petronik terbaik dilakukan analisis ekonomi berdasarkan hasil penelitian ini. Hasil penelitian diperoleh dosis pupuk organik Petronik sebanyak 750 kg yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik 200 kg urea dan 300 kg Phonska per ha meningkatkan jumlah gabah isi, bobot 1000 butir gabah isi dan hasil gabah kering panen padi varietas Inpari 1 pada tanah incepticol di Jember. Hasil gabah kering panen tertinggi varietas tersebut mencapai 8,45 t/ha dengan pendapatan bersih sebesar Rp.15.345.000 dan B/C ratio 1,53. Penggunaan pupuk organik petronik 750 kg/ha dapat mengantikan penggunaan pupuk kandang 2000 kg/ha pada usaha tani padi padi varietas Inpari 1. Penggunaan pupuk Petronik sebanyak 750 kg Petronik + 200 kg urea + 300 kg Phonska/ha disarankan pada lahan usaha tani padi berupa tanah Aluvial (Inceptisol) di Jember.
- ItemKesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah di Wilayah Kepulauan Kabupaten Sumenep(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Arifin, Zainal; Sugiono; Istiqomah, Nurul; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenentuan arahan pengembangan tanaman padi didasarkan pada kesesuaian dan potensi serta ketersediaan lahan. Agar tanaman padi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal memerlukan informasi kualitas dan karakteristik lahan serta manajemen tertentu. Oleh karena itu, pengumpulan data penggunaan lahan berikut statusnya merupakan bagian dari kegiatan pemetaan kesesuaian lahan untuk tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman padi di wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep. Lokasi penelitian meliputi Kabupaten Sumenep kawasan kepulauan yang terdiri dari 9 kecamatan (84 desa), yaitu Kecamatan Giligenteng, Talango, Nonggunong, Gayam, Raas, Sapeken, Arjasa, Kangayan dan Masalembu. Data dan peta yang dikumpulkan meliputi : sumberdaya lahan berupa peta wilayah Kabupaten Sumenep, data iklim (curah hujan) serta survey lokasi penelitian. Penyusunan kesesuaian lahan untuk tanaman padi mengacu pada konsep sistem pakar (Expert System) dengan pendekatan pencocokan (matching) antara karakteristik iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman padi. Data diolah secara sederhana dan dinterpretasikan dengan peta-peta digital kesesuaian lahan untuk tanaman padi di wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian menunjukkan wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep tergolong beriklim kering dengan tipe iklim berdasarkan Oldeman E4 dan D3 dengan bulan basah antara 1–4 bulan dan bulan kering 6–11 bulan. Jenis tanahnya terdiri dari Aluvial Hidromorf; Komplek Mediteran Grumusol, Regosol dan Litosol; Regosol Cokelat kekuningan; dan Komplek Mediteran Merah dan Litosol. Peta digital kesesuaian lahan dari masing-masing wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep, cukup beragam dan pada dasarnya hampir semua wilayah kepulauan di dominasi oleh sesuai dan sebagian sesuai marginal untuk tanaman padi.
- Item1. Profil Tanaman Padi dengan Pemberian Bahan Organik di Lokasi SL-PTT Kabupaten Bengkayang(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012-06) David H, Jhon; Tommy P; Sution; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Bahan organik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fi sik seperti menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah. Kajian ini bertujuan membandingkan penggunaan bahan organik dan paket rekomendasi pemupukan di lokasi SL-PTT 2010 di Kabupaten Bengkayang yang dimulai bulan April– Desember 2010. Digunakan dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu bahan organik (Kotoran Sapi 4 t/ha, pengembalian jerami 5 t/ha), faktor kedua paket rekomendasi pemupukan (pemupukan berdasarkan rekomendasi umum yaitu 250 kg urea,150 kg SP36, dan 150 kg KCl), (pemupukan dengan rekomendasi hanya 75%), (50% dari rekomendasi umum), (dosis P dan K berdasar status hara tanah + N berdasar BWD), (150 kg SP36 + 150 kg KCl + N berdasar BWD). Parameter kajian adalah jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot gabah permalai, bobot gabah per rumpun, bobot 1000 butir, persentase gabah hampa, panen dan hasil gabah per ha. Hasil yang terbaik didapatkan adalah dengan penggunaan bahan organic kotoran sapi 4 t/ha dengan 3.34 t/ha GKP dan dengan paket pemupukan 50% dari rekomendasi umum hanya menghasilkan 2.15 t/ha GKP.