Repositori Kementerian Pertanian

Repositori Publikasi Kementerian Pertanian merupakan kumpulan koleksi digital dari publikasi terbitan lingkup Kementerian Pertanian. Publikasi terdiri dari:

  • terbitan berkala ilmiah (scientific journal, scientific periodical)
  • berkala semi ilmiah (semi populer jurnal)
  • tidak berkala (leaflet, poster, infografis)

Repositori dikelola oleh Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian untuk meningkatkan akses publik terhadap informasi ilmiah sebagai bagian dari komitmen pelayanan publik Kementerian Pertanian dalam penyediaan informasi pertanian.

Guna meningkatkan mutu layanan yang lebih baik, kami mengharap kesediaan Saudara berkenan mengisi Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terkait layanan Repositori Publikasi Kementerian Pertanian pada link berikut ini https://pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id/surveypustakadigital/.

Image by nikitabuida on Freepik
 

Recent Submissions

Item
BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) MENGGUNAKAN SISTEM IRIGASI TETES DI DALAM SCREEN HOUSE
(2025-09-04) Andreas Rizki
Komoditas buah-buahan merupakan salah satu komoditas penting dalam pertanian dan memiliki permintaan domestik yang tinggi. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim buah dengan nilai ekonomis tinggi yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Kandungan gizi pada buah melon sangat baik untuk tubuh, berupa vitamin dan mineral yang dapat mencegah berbagai penyakit karena kandungan vitamin a dan vitamin c yang cukup tinggi. Kandungan pada daging buah melon berupa 92,1% air; 1,5% protein; 0,3% lemak; 6,2% karbohidrat; 0,5% serat; 0,4% abu dan Vitamin A 357 IU ,dengan kandungan air yang tinggi pada melon membuat sensasi menyegarkan saat dikonsumsi (Maghfirani et al., 2024). Kandungan gizi pada melon menjadikannya banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, selain itu melon memiliki keunggulan dari segi rasa yang manis, teksturnya yang renyah, warna daging yang bervariasi dan aromanya yang khas sehingga konsumsi buah melon terus meningkat setiap tahunnya (Krisdiyantoro et al., 2023). Kesadaran Masyarakat akan gizi yang meningkat menyebabkan permintaan buah-buahan meningkat, khususnya melon.
Item
Penerapan Sistem Irigasi Tetes Pada Budidaya Tomat Beef (Solanum lycopersicum) dalam Screen House di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang
(2025-09-04) Sopiyul Anam
Tomat (Solanum lycopersicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dibudidayakan di berbagai wilayah Indonesia (Sari et al., 2021). Selain menjadi bahan konsumsi segar, tomat juga berperan penting sebagai bahan baku industri pangan, minuman, hingga farmasi karena kandungan gizinya yang tinggi, terutama vitamin C, provitamin A, serta senyawa likopen yang berfungsi sebagai antioksidan (Mamarimbing et al., 2023). Salah satu jenis tomat yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dimanfaatkan adalah tomat beef. Jenis tomat ini cukup berbeda dengan jenis tomat lainnya karena berukuran besar, keras, dan bertekstur renyah. Selain memiliki harga jual yang tinggi dan stabil, tomat beef memiliki daya simpan yang lebih lama (Ihsani et al., 2024). Tingginya permintaan tomat ini menjadikan prospek yang menjanjikan untuk terus dikembangkan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2024), produksi tomat di Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2022 produksi tomat mencapai 1,17 juta ton sedangkan pada tahun 2023 menurun 2,13% menjadi 1,14 juta ton dan meningkat lagi di tahun 2024 sebesar 0,79% dengan mencapai 1,15 juta ton.
Item
LAPORAN KULIAH KERJA PROFESI PEMANFAATAN TEKNOLOGI AEROPONIK UNTUK PRODUKSI BENIH KENTANG G0 (Solanum tuberosum L.)
(2025-09-04) Laode Muhamad Jumaidin
Permintaan terhadap produk pertanian terus meningkat dan semakin beragam sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat (Wulandari et al., 2017). Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum L). Kentang sebagai bahan pangan alternatif memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang dapat menunjang diversikasi pangan. Jumlah kandungan karbohidrat yang dimiliki kentang bahkan lebih besar dibandingkan beras, jagung, dan gandum (Agatha & Wulandari, 2018). Produksi kentang di Indonesia mengalami fluktuasi dalam kurun waktu tahun 2021-2024. Tahun 2021 produksi kentang di Indonesia sebesar 1.361.064 ton, tahun 2022 mengalami kenaikan produksi hingga 1.503.998 ton. Namun pada tahun 2023 produksi mengalami penurunan sebesar 1.248.513 ton, dan kembali naik 1.400.376 ton (Badan Pusat Statistik, 2024). Salah satu kendala utama dalam melakukan usaha tani kentang adalah ketersediaan benih yang berkualitas secara berkelanjutan dalam jumlah yang memadai serta dalam waktu yang tepat. Benih berkualitas di Indonesia ketersediaannya masih rendah. Hingga saat ini ketersediaan dan penggunaan benih kentang berkualitas di Indonesia baru sekitar 15% saja (Pusat Teknologi Produksi Pertanian, 2017).
Item
LAPORAN TAHUNAN 2010 BALAI BESAR PENGKAJIAN
(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian), 2011-01) Ketut Gede Mudiarta; Enti Sirnawati; A. Saleh; Ari Murtiningsih; Rita Indraswati; Bekti Subagja; Mimi Haryani; Achmad Subaidi; Chaerunisa Safitrie; Astrina Yulianli; Vyta W. Hanifah; Dani Medionovionto
Item
LAPORAN TAHUNAN BALAI BESAR PENGKAJIAN 2009
(2010) Muhriza! Sarwani; Yovita Anggita D; Vyta W. Hanifah; Idha Widi Arsanti; Achmad Subaidl; Ume Humaedah; Bekti Subagja; Restu Desi Djarwowati; Dani Medionovianto; Rita Indraswati
Satu tahun telah dilewati dan banyak catatan keberhasilan ditorehkan pada TA. 2009, yang kesemuanya menjadi penanda pencapaian kinerja institusi. Catatan tersebut perlu didokumentasikan dengan baik, salah satunya melalui Laporan Tahunan. Banyak hal baru yang ditampilkan dalam Laporan Tahunan 2009, karena tahun 2009 juga menjadi awal dari pelaksanaan beberapa terobosan baru. Terobosan- terobosan tersebut khususnya terkait kerja sama penelitian, pendampingan program-program strategis Kementerian Pertanian, dan perbaikan kinerja pelayanan melalui inisiasi implementasi Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 : 2008.