Laporan PKL
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Laporan PKL by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 160
Results Per Page
Sort Options
- ItemOPTIMASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI DI ALIRAN SUNGAI CIMUJA DESA DAYEUHKOLOT KECAMATAN SAGALAHERANG KAB. SUBANG, JAWA BARAT(PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN, POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-08-21) POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1,2020. TAP. PENDAHULUAN.Sektor pertanian memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, baik dari aspek produksi maupun penyerapan tenaga kerja. Di Indonesia, pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan ekonomi dan pembangunan. Petani di Indonesia umumnya menanam tanaman pangan. Dalam beberapa wilayah seperti pulau Jawa dan Sumatra, para petani menanam jenis tanaman pangan berupa padi. Hal tersebut karena letak geografis dan iklim yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi. Padi ditanam pada lahan sawah dengan sistem irigasi permukaan basah kering. Dan inovasi pertanian terus di lakukan untuk meningkatkan hasil produksi dan produktivitas padi. Kesesuaian syarat tumbuh tanaman padi bukan berarti produksi dan produktivitas pertanian mengalami peningkatan. Bahkan sektor pertanian mengalami penurunan produksi dan produktivitas pertanian. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah masalah dalam pengelolaan dan pemanfaatan air untuk mengairi lahan pertanian. Di beberapa lokasi air menjadi masalah yang sangat kompleks. Mulai dari kekeringan, perebutan penggunaan air, kondisi sumber air yang jauh dari lahan serta masalah lain yang terjadi pada lahan pertanian. Beberapa tahun terakhir ini permasalahan ketersediaan air untuk pemenuhan berbagai kebutuhan air semakin komplek, terutama kebutuhan air untuk pertanian. Dengan semakin meningkatnya pertambahan penduduk maka kebutuhan air akan semakin meningkat. Adanya peningkatan lahan pemukiman akan semakin mengurangi luas areal pertanian produktif yang sebenarnya memang sudah terbatas. Sedangkan disisi lain, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat pula, kita dituntut untuk bisa mengoptimalkan lahan pertanian yang ada agar mendapatkan hasil yang maksimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah Teknik Irigasi dengan konsentrasi pada Studi Optimasi. 2 Optimasi merupakan suatu rancangan dalam pemecahan masalah model model perencanaan dengan mendasarkan pada fungsi matematika yang membatasi sehingga merupakan suatu proses sistem untuk menghasilkan keputusan terbaik (Montarcih Limantara, L. & Azis Hoesein, Abdul. 2010). Dengan debit terbatas yang mengalir terutama saat musim kemarau, dan besarnya luas lahan pertanian yang harus diairi yaitu sebesar 94 Ha untuk saluran irigasi cimuja, menjadikan suatu pemikiran untuk mencari solusi yang tepat. Oleh karena itu dilakukan suatu proses optimasi terhadap volume kebutuhan air irigasi sehingga dihasilkan luas lahan pertanian maksimum yang dapat diairi dan keuntungan hasil produksi yang maksimal (Montarcih Limantara, L. 2011). Perhitungan studi optimasi distribusi air irigasi pada saluran irigasi cimuja ini diselesaikan dengan Program Linier. Alasan mengapa dilakukan dengan program linier adalah dikarenakan variabel – variabel yang ada dalam sistem irigasi ini bersifat linier, sehingga sangat tepat apabila dilaksanakan dengan Program tersebut. Selain itu Program Linier ini juga mempunyai beberapa keunggulan yaitu (Rispiningtati. 2008), yaitu memiliki fungsi matematika yang sederhana, hasilnya cukup akurat, efektif jika seluruh variabel dapat diasumsi deterministik (dapat diprediksi secara tepat), modul dari metode ini mudah diperoleh. Sedangkan keterbatasan dari program linier, antara lain sistem daerah irigasi yang komplek, memiliki kesulitan terhadap waktu dan fungsi tak linier, dan dalam penyelasaian perhitungan program linier sekarang ini dapat juga dilakukan melalui sistem komputerisasi dengan alat bantu (Software), sehingga hasil perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Dalam hal ini penulis merencanakan cara mengatasi masalah yang terjadi. Perencanaan tersebut dituangkan dalam laporan kegiatan PKL I PEPI Serpong yang berjudul “Optimasi Pemanfaatan Air Irigasi Di Aliran Sungai Cimuja Desa Dayeuhkolot Kecamatan Sagalaherang Kab. Subang, Jawa Barat.”. Dengan demikian penulis semoga dapat melaksanakan PKL I dengan tepat dan terarah sesuai dengan judul tema yang dibuat dilaporan.
- ItemPENGOPERASIAN PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PERONTOK PADI (POWER THRESHER) DI BPP GANDRUNGMANGU, DESA CINANGSI, KECAMATAN GANDRUNGMANGU(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022, 2022-08-21) Jannah, Resta Arshilla; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. THP. PENDAHULUAN.Tanaman Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras. Konsumsi padi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Padi yang dihasilkan berupa produk beras yang digunakan sebagai makanan pokok terbesar sehingga keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan karbohidrat. Mengingat pentingnya komoditas beras di Indonesia maka perlu upaya untuk menjaga ketersediaan beras. Salah satunya dengan menerapan teknologi pasca panen.(Saragih, 2001). Seiring dengan perkembangan teknologi dan tingginya permintaan terhadap konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh pesatnya penduduk, petani mulai menggunakan mesin perontok padi, karena dengan teknologi ini proses perontokan dapat mengurangi kehilangan gabah pada saat perontokan padi dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya (Sukirno, 1999). Mesin Perontok Padi (power threser) yang merupakan sebuah mesin yang digunakan untuk membantu pekerjaan petani dalam merontokkan padi untuk memperoleh gabah. sebelumnya para petani dalam merontokan padi masih sederhana atau tradisional yaitu dengan cara merontokan biji padi dengan menggunakan pijakan dan pukulan batang untuk mendapatkan hasil rontokan biji padi. Kelemahan dari proses tersebut yaitu tidak dapat mengefesienkan waktu pada masa pemanenan. Menurut Purwanto (2011).Tujuan dari penggunaan mesin perontok padi (Power Thresher) untuk mempermudah proses perontokan padi dalam memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau yang disebut dengan gabah. Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan perencanaan yang dituangkan dalam proposal ini untuk kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL I) yang berjudul “Pengoperasian penggunaan mesin perontok padi (Power Thresher) di Desa Cinangsi, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap” yang nantinya dapat bermanfaat untuk membantu masyarakat serta para petani dalam memahami proses pengoperasian yang baik pada mesin perontok padi dengan cara manual maupun menggunakan mesin.
- ItemTEKNIK OVERHAUL ENGINE TRAKTOR RODA EMPAT KUBOTA 90 HP STUDI KASUS PT MULTI ANDALAN SEJATI (RAWALUMBU, KOTA BEKASI, JAWA BARAT)(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Putra, Indi Dwi; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Penggunaan mesin pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk, serta pemberdayaan petani. Pada hakekatnya, penggunaan mesin di pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian, di mana setiap tahapan dari proses produksi tersebut dapat menggunakan alat dan mesin pertanian (Sukirno 1999). Alat dan mesin pertanian memiliki peran yang penting dalam menunjang proses budidaya, pasca panen, hingga pengolahan hasil pertanian menjadi lebih efektif dan efisien dari aspek tenaga kerja, biaya, dan waktu. Alat dan mesin pertanian yang menunjang proses budidaya antara lain traktor roda dua, traktor roda empat, transplanter, combine harvester dan lain-lain. Salah satu mesin yang banyak digunakan dalam proses penyiapan lahan yaitu traktor roda empat, yang memiliki fungsi penggerak atau penarik beban dan implement seperti pengolah lahan, implemen tanam, pemeliharaan tanaman (pompa air, sprayer), alat atau mesin pemanen, alat pengangkut, dan sebagai penggerak alat atau mesin pengolahan hasil pertanian (Rijk, 2010). Pemeliharaan traktor roda empat diperlukan agar mencegah kerusakan yang lebih parah pada komponen tertentu sehingga akan memperpanjang usia mesin serta selalu dalam kondisi optimal dan siap digunakan. Dengan demikian pengelolaan dan penggunaan traktor roda empat dapat dilaksanakan dengan lebih baik, terjadwal, dengan biaya yang dapat direncanakan. Manajemen pengelolaan dan pemeliharaan alat mesin pertanian khususnya traktor roda empat yang didukung dengan pelatihan dan standar operasional prosedur yang benar serta pengalaman dilapangan diharapkan kerusakan dan kecelakaan kerja diakibatkan dari penggunaan traktor roda empat dapat dihindari. Praktik Kerja Lapangan (PKL) II ini akan di laksanakan di PT Multi Andalan Sejati dimana perusahaan tersebut bergerak sebagai distributor alat mesin pertanian sekaligus penyedia jasa perbaikan dan suku cadang.
- ItemINVENTARISASI PERMASALAHAN PENGGUNAAN ALSINTAN DI UPTD BP4 WILAYAH III KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Salsabilla, Nasywa; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TMP. PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia dari waktu ke waktu, cara pengolahan lahan dan panen pun ikut mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan manusia akan pangan mendesak pemikir untuk memecahkan masalah bagaimana meningkatkan hasil produksi dan kemampuan kerja sesuai dengan waktu yang tersedia. Indonesia juga merupakan negara agraris yang tentunya tidak lepas dari sektor pertanian yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, hasil statistik BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa pada tahun 2009 jumlah petani mencapai 44% dari total angkatan tenaga kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa, hingga kini mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan salah satunya ialah dengan menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Teknologi yang digunakan dan sedang berkembang di Indonesia adalah mekanisasi pertanian yaitu merupakan sebuah wujud dari pengaplikasian berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi di bidang pertanian. Secara umum pertanian di Indonesia telah menggunakan berbagai macam alat dalam hal bercocok tanam dalam mengolah lahan, pertama alat yang paling dasar dan tradisional adalah cangkul, alat ini cukup sederhana dalam hal bentuk dan bahan yang digunakan, terdapat dua bahan salah satunya yaitu besi lebar dan cukup tebal yang berujung tajam memipih, bagian ini berguna sebagai benda tajam dan berat untuk membelah tanah kemudian mencungkilnya keluar. Perkembangan saat ini, pengolahan tanah pertanian telah banyak menggunakan mesin traktor yang memiliki fungsi seperti cangkul, akan tetapi traktor menggunakan konstruksi dari besi dan berpenggerak roda besi yang berputar dengan tenaga mesin motor bakar yang terpasang diatas konstruksi traktor. Traktor umumnya dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jumlah roda penggeraknya, yang pertama yaitu traktor roda empat, jenis ini biasa 2 berkonstruksi besar hampir menyerupai kendaraan mobil, dengan roda besar sebagai penggerak dan pengemudi diatas traktor dengan stir berbentuk lingkaran. Sedangkan yang kedua yaitu traktor dua roda, jenis ini berkonstruksi cukup sederhana dan biasa berukuran lebih kecil dari pada traktor roda empat, konstruksinya terdapat mesin yang berposisi diatas konstruksi dan putaran mesin tersebut dihubungkan oleh sabuk menuju ke puli yang putarannya digunakan untuk memutar dua roda penggerak, kemudian di belakang konstruksi traktor terdapat dua tuas kendali untuk pengendara mengkontrol traktor tersebut, pengendara tidak menaiki tetapi hanya berjalan di belakang traktor sambil memegang kendali traktor dengan menggunakan stang yang terdapat tuas dan handel pengontrol, tuas berfungsi untuk mengatur kecepatan jalan traktor dan handel berfungsi untuk membelokan traktor secara otomatis menggunakan mekanisme pengalih putaran roda antara yang kanan dan kiri. Praktik kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang tercantum dalam kurikulum Jurusan Teknologi Mekanisasi Pertanian (TMP). Program tersebut merupakan salah satu prasyarat kelulusan mahasiswa Jurusan Teknologi Mekanisasi Pertanian di Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI). Praktik kerja lapangan ini juga merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar berdasarkan pengalaman di luar sistem belajar mengajar. Dalam kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) ini, para mahasiswa dipersiapkan untuk mengerjakan rangkaian tugas keseharian di tempat kerja tersebut yang menunjang keterampilan akademis yang telah diperoleh di bangku kuliah yang menghubungkan pengetahuan akademis dengan keterampilan. Balai Pelatihan Pertanian (BPP) adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang pelatihan pertanian yang berada di bawah Kementerian Pertanian Indonesia. BPP bertanggungjawab kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, yang secara teknis dibina oleh Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian. Berdasarkan hal di atas, maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang mampu menunjang dan membimbing mahasiswa untuk mendapatkan materi pembelajaran di lapangan. Dengan demikian, BPP merupakan pilihan yang 3 tepat sebagai tempat praktik kerja lapangan bagi mahasiswa PEPI. Setelah mengamati dan mempertimbangkan arah penyusunan PKL yang akan ditempuh, maka mahasiswa bermaksud mengadakan praktik kerja lapangan di Balai Penyuluhan Pertanian, Pangan dan Perikanan (BP4) Wilayah III Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman, khususnya dalam bidang alat dan mesin pertanian.
- ItemPEMANFAATAN ALAT DAN MESIN TATA AIR PERTANIAN DI UPTD BP4 WILAYAH III KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DIY(PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN, POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Luthfiani, Intan; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1,2020. TAP. PENDAHULUAN.Indonesia memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian, terutama subsector hortikultura. Biro Pusat Statistik Indonesia (2019) menyebutkan bahwa subsektor hortikultura telah memberikan kontribusi sebagai penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia, di antaranya hasil komoditas sayuran yang mencapai hinga 13 juta ton, komoditas buah-buahan 21,5 juta ton, komoditas tanaman hias 870 juta tangkai, dan komoditas tanaman obat 676 ribu ton (Deddy Wahyudin Purba, 2020). Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki sumberdaya alam melimpah yang dijadikan sebagai sumber penghasilan dan sumber makanan. Kebutuhan air begitu vital terutama untuk memenuhi kebutuhan kelestarian tumbuhan atau lahan pertanian. Perlu diterapkan pengaturan untuk mengontrol sistem saluran irigasi yang bisa mengoptimalkan pemanfaatan pasokan air. Selain itu Indonesia juga merupakan negara pertanian dan memiliki sumber air yang luas (David Setiadi, 2018). Menurut PP irigasi No.20, 200 Irigasi secara umum didefinisikan sebagai suatu proses menyadap/mengambil air dari sumbernya untuk keperluan pertanian guna memenuhi kebutuhan air tanaman. Irigasi mikro adalah salah satu terobosan yang bisa dilakukan. Teknologi ini adalah suatu istilah bagi sistem irigasi yang mengaplikasikan air hanya di sekitar zona penakaran tanaman (Dadang Ridwan, 2014). Meningkatnya alih fungsi lahan menyebabkan lahan pertanian semakin terbatas. Irigasi mikro merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian pada lahan yang terbatas Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki alsintan yang baik, mulai dari adanya traktor roda dua, pompa, dan penerapan irigasi sesuai dengan program studi Tata Air Pertanian. Penerapa system irigasi yang dilakukan yaitu irigasi tetes, irigasi permukaan, irigasi springkler, irigasi bawah permukaan, dan lain lain. Begitupun dengan alat dan mesin pertanian lainnya, seperti traktor roda dua,, combine harvester, tractor roda empat (4), transplanter, dan sebagainya. Irigasi tetes dan irigasi springkler merupakan system irigasi yang memiliki kemampuan untuk mengurangi penggunaan air yang berlebih atau mampu menghemat air. Di wilayah sekitar UPTD BP4 Wilayah III ini belum banyak menggunakan system irigasi tetes dan springkler. Namun sudah beberapa wilayah menggunakan system irigasi ini. Dalam waktu dekat ini sedang dalam proses pengoperasian sistem irigasi tetes dan springkler. Penggunaan sistem irigasi ini sudah mulai berkembang dan menggunakan media tanam sekam bakar, arang, dan tanah yang dicampur menjadi satu. Bibit yang digunakan dalam pengoperasian irigasi tetes dan springkler dengan bibit cabai dan sawi. Seperti yang kita ketahui bahwa irigasi tetes adalah Irigasi tetes merupakan sistem pemberian air pada tanaman secara langsung baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan-tetesan secara sinambung dan perlahan (Susila, 2009). Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman. Sedangkan irigasi Springkler adalah Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan air irigasi adalah irigasi sprinkler. Sistem irigasi sprinkler merupakan salah satu alternatif metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Namun dalam penerapan sistem irigasi sprinkler di lapangan masih dijumpai banyak kendala, diantaranya adalah memerlukan biaya investasi awal dan operasional yang tinggi. Balai Penelitian Tanah (2009) menyatakan kelebihan teknologi irigasi sprinklerdapat menghemat air sampai 50% dibanding cara gelontor. Irigasi sprinkler meningkatkan efisiensi irigasi dan efisiensi penggunaan air dibandingkan dengan metode irigasi permukaan. (Rahmi Fauziah, 2016). Berdasarkan beberapa uraian diatas maka penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 dengan judul Pemanfaatan Alat Dan Mesin Tata Air Pertanian Di UPTD BP4 Wilayah Ill Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 ini dapat menjadi kesempatan bagi mahasiswa Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia untuk memperlajari dan menggali potensi untuk perkembangan teknologi pertanian di masa depan.
- ItemPembuatan Teh Bunga Telang Di Kelompok Wanita Tani (KWT) Dumay Perumahan Pamulang Estate Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Varton, Sevina Lorenza; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.THP.PENDAHULUAN.Masa pandemi virus corona mengakibatkan perubahan pada kehidupan manusia. Himbauan kepada masyarakat untuk tetap berada di rumah dan membatasi aktivitas di luar membuat jenuh sebagian besar masyarakat. Dibutuhkan kegiatan baru yang dapat meminimalisir kejenuhan pada kondisi seperti ini. Banyak alternatif kegiatan yang dapat mengatasi kejenuhan salah satunya adalah bercocok tanam. Selain dapat meminimalisir kejenuhan, bercocok tanam dapat membuat halaman rumah menjadi lebih asri dan dapat memanen hasil tanaman sendiri bahkan dapat dijadikan sebuah produk yang memiliki nilai jual. Tanaman yang dapat dipilih untuk bercocok tanam yaitu Telang. Tanaman bunga telang dikenal dengan nama butterfly pea, sedangkan bahasa ilmiah adalah Clitoria ternatea. Di Indonesia sendiri, bunga telang ini memiliki banyak nama. Seperti di Sumatera, bunga telang dikenal dengan nama bunga biru atau bunga kelentit, di Jawa, ia dikenal dengan nama kembang teleng atau menteleng; di Sulawesi, bunga ini disebut dengan bunga talang atau temanraleng, Menurut penelitian Tmannetje dan Jones (1992), bunga telang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi tanah berpasir, tahan terhadap kekeringan dengan curah hujan 500-900mm/tahun, dan mampu berkompetisi dengan gulma (tumbuhan pengganggu). Bunga telang cukup baik untuk dijadikan sebagai tanaman penutup tanah karena perkembangannya yang cukup cepat dan mudah. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Hall (1992), Gomes and Kalamani (2003), dan Cook et al. (2005) tentang bunga telang. Pertumbuhan bunga telang sendiri terbilang mudah karena tergolong tumbuhan liar dan pertumbuhannya merambat. Bunga yang oleh sebagian masyarakat dianggap hanya tanaman biasa ternyata memiliki khasiat yang luar biasa jika dikonsumsi. Tanaman Telang (Clitoria ternatea) atau Butterfly pea merupakan Bunga telang merupakan salah satu jenis tanaman merambat yang banyak dijumpai di hutan maupun di pekarangan rumah penduduk yang biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Tanaman yang umumnya memiliki bunga berwarna biru terang, putih, pink dan ungu ini dapat dimanfaatkan untuk beraneka ragam keperluan seperti sebagai pewarna makanan, kue serta sebagai bahan dasar pembuatan minuman (Purwandhani et all., 2019). Di dalam bunga telang terkandung tanin, flobatanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, fenolmfavanoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid (Budiasih, 2017). KWT Dumay Kecamatan Pamulang merupakan salah satu dari banyaknya KWT binaan BPP Jombang yang salah satu kegiatannya yaitu pengolahan bunga telang. Berdasarkan hal tersebut saya ingin melakukan kegiatan pengkajian dan belajar bersama ibu-ibu KWT Dumay dalam Pembuatan Teh Bunga Telang di KWT Dumay Kecamatan Pamulang.
- ItemPenerapan Teknologi Hasil Pertanian Di Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor : Pengolahan Kopi Robusta(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Rusdiyanti, Widya; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.THP.PENDAHULUAN.Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Pusat Data dan Informasi Pertanian, (2017) menunjukkan bahwa pada tahun 2016 kopi merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar kelima dengan nilai perdagangan mencapai 1.01 milyar USD atau berkontribusi 3.94% terhadap nilai perdagangan komoditas perkebunan yang mencapai 25.58 milyar US$. Besarnya nilai ekspor tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara eksportir kopi keempat terbesar dunia bersama Brazil, Vietnam dan Kolombia (Jamil.A, 2019). Menurut indra, dkk, (2019) menyatakan bahwa produksi kopi nasional pada 2014 sebanyak 685 ribu ton atau 8,9% dari jumlah total produksi kopi global dan roduksi kopi robusta sebanyak 76,7% dari jumlah total produksi nasional tersebut. Sisanya bersumber dari kopi arabika 23,3%. Bisnis kopi Indonesia menjadi peluang besar para petani kopi, hal ini disebabkan tingginya konsumen produk kopi di Indonesia. Menurut Asosisasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) tahun (2019), menyebutkan pertumbuhan konsumsi kopi nasional meningkat dari 0,8 kilogram per kapita menjadi 1,3 kilogram per kapita. Konsumsi kopi Indonesia yang merupakan konsumsi rumah tangga tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 10,54% terhadap konsumsi kopi tahun 2016 yang hanya mencapai 249,82 ribu ton, namun selanjutnya akan mengalami peningkatan sangat signifikan hingga tahun 2021 yaitu rata-rata 8,22% per tahun atau konsumsi domestik kopi di Indonesia diperkirakan akan mencapai 369,89 ribu ton pada tahun 2021 (Pusat data dan Informasi Pertanian, 2017). Kabupaten Bogor memiliki beberapa kecamatan penghasil kopi salah satunya yaitu di Kecamatan Babakan Madang. Menurut penyuluh UPT Pertanian Cibinong Wilayah IX, mayoritas jenis kopi yang dibudidayakan di desa karang tengah ini merupakan kopi dengan jenis kopi robusta. Jumlah produksi kopi robusta di Kecamatan Babakan Madang pada tahun 2018mencapai 86.283 kg dari luas areal perkebunan kopi robusta 122 ha (Sumantri dkk, 2020). Untuk mendapatkan hasil yang maksimal teknologi sangat berperan penting dalam setiap tahapan proses yang dilalui. Saat ini banyak dikembangkan teknologi untuk tahapan pengolahan, teknologi mesin yang paling umum diterapkan dalam usaha kopi adalah mesin sangrai kopi dan mesin penepung kopi (Naufal. B, dkk, 2020). Teknologi mesin yang diterapkan pada kelompok tani desa Karang Tengah adalah mesin huller, mesin roasting dan grinder. Dengan mempertimbangkan potensi pertanian di Kecamatan Babakan Madang serta potensi ekonomi dari pengembangan komoditas kopi, perlu dilakukan pendalaman mengenai penerapan teknologi pengolahan biji kopi, sebagai bagian dari pelaksanaan PKL I.
- ItemMempelajari Pengujian Alat Dan Mesin Vacuum Frying UIKM 12 Di PT. Bahagia Jaya Sejahtera, Ciawi, Bogor(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Chilmi, Anifuddin Sachawahul; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Teknologi pertanian meniliki pengertian penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumber daya pertanian dan sumber daya alam untuk kesejahteraan manusia. (Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2009). Dengan adanya penerapan teknologi pada sektor pertanian, diharapkan terciptanya pertanian yang maju dan modern, sehingga dapat menumbuhkan ekonomi dan taraf hidup para petani. Menurut Parjo, (2016). modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Pembangunan pertanian dengan teknologi yang selalu berkembang kepraktisan dan peningkatan hasil produksi akan lebih cepat dicapai apabila pelaku utama mengadopsi teknologi dibanding cara cara tradisional. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa modernisasi pertanian tidak hanya dapat merubah dampak social culture namun juga dapat mengurangi permasalahan-permasalahan teknis seperti, proses budidaya tanaman menjadi lebih efektif dan efisien, dan lebih low price, kemudian pada pasca panen misalnya dapat mengurangi lost product, mempercepat kegiatan sortasi dan pembersihan produk pertanian, bahkan hingga dapat menambah nilai jual dan menjaga kualitas produk hasil pertanian. Dampak mekanisasi pertanian dan modernisasi teknologi pertanian yang sedang ramai diperbincangkan dan berkembang di Indonesia, dapat memacu produsen-produsen Alat Dan Mesin Pertanian (ALSINTAN) dan juga pabrik manufaktur berusaha memproduksi ALSINTAN dengan teknologi canggih dan mudah digunakan oleh para petani dalam kegiatan usaha tani. Salah satunya adalah PT. Bahagia Jaya Sejahtera di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor yang merupakan produsen ALSINTAN juga sejenisnya. Kegiatan produksi ALSINTAN pada suatu perusahaan terdapat beberapa tahapan mulai dari desain dan perancangan, tahap manufaktur hingga tahap pengujian ALSINTAN. Tahap pengujian memiliki tujuan untuk mengetahui kinerja dari mesin tersebut, mulai dari kinerja mekanisme mesin, ketahanan mesin, hingga aspek safety atau keamanan mesin yang dapat berdampak terhadap penggunanya. Pengujian ALSINTAN akan dilaksanakan pada lembaga penguji, sehingga produsen tersebut harus melakukan persiapan pengujian, agar dapat menjaga quality control dan memastikan bahwa mesin tersebut lolos uji sesuai standar yang berlaku, dan mendapatkan sertifikat izin edar pemasaran ALSINTAN.
- ItemPengelolaan Teknis Alat dan Mesin Pertanian (Combine Harvester) Di Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Saridadi Desa Suruhkalang Kec. Jaten Kab. Karanganyar Provinsi Jawa Tengah(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Setiawan, Fariq Aqil; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Indonesia adalah negara agraris dimana pertanian merupakan salah satu kegiatan yang sangat menujang kehidupan masyarakat. Pada kehidupan saat ini pertanian banyak digeluti oleh masyarakat kecil maupun masyarakat tingkat menengah. Namun masyarakat kecil yang masih berada di daerah terhambat oleh kurangnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi. Pada saat ini teknologi pertanian sering dipahami sebagai penggunaan mesin-mesin pertanian lapang (mechanization) pada proses produksi pertanian, bahkan sering dipandang sebagai traktorisasi. Pemahaman seperti itu dapat dimaklumi karena introduksi teknologi dibidang pertanian ketika itu diawali dengan gerakan mekanisasi pertanian untuk memacu produksi pangan terutama dengan penerapan alsintan seperti percobaan traktor pada tahun 1958. Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian (Sukirno, 1999). Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Pada saat ini proses panen yang biasanya menggunakan alat-alat tradisional kini beralih ke penggunaan mesin pemanen padi modern Combine Harvester. Prinsip kerja mesin ini selain memotong padi (reaping), juga merontok (treshing) sekaligus mengemas gabah (packing). Selain meningkatkan efisiensi panen dengan pengurangan waktu bila di bandingkan tenaga manusia, alat panen padi ini juga menjadi wadah untuk mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian. Di Kecamatan Jaten masyarakat mulai menggunakan tenaga mesin Combine Harvester untuk proses panen padi. Sebagai bahan perbandingan, untuk memanen dan juga merontokkan padi di lahan 1,5 sampai 2 hektar, maka memerlukan setidaknya 15 sampai 25 tenaga petani untuk menyelesaikannya dalam sehari. Sedangkan bila menggunakan combine harvester dengan 3 operator, lahan seluas 6 hektar dapat dipanen sekaligus dirontokkan gabahnya dalam waktu 1 hari saja (Niagakita, 2020). Atas dasar tersebut saya merasa tertarik untuk mengambil judul “Pengelolaan Teknis Dan Usaha Alat Dan Mesin Pertanian (Combine Harvester) di UPJA Saridadi” dan mengetahui lebih dalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Combine Harvester.
- ItemPENGOPERASIAN MESIN COMBINE HARVESTER PADA PROSES PEMANENAN PADI DI KECAMATAN SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022, 2022-09-21) Wicaksono, Muhammad Abdiki; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TAP. PENDAHULUAN. Sistem panen mempengaruhi kegiatan perontokan yang akan dilaksanakan pada tahapan berikutnya. Proses pemanenan merupakan tahapan kegiatan yang dimulai dari pemotongan padi hingga perontokan gabah. Dalam sistem panen secara garis besar dipengaruhi oleh mekanisme panen itu sendiri dan proses pemanenan. Mekanisme panen sangat terkait dengan budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. terdapat tiga sistem pemanenan padi yang berkembang di masyarakat yaitu sistem ceblokan, sistem individu atau keroyokan dan sistem kelompok.Sistem panen tersebut sangat terkait dengan faktor sosial dan budaya masyarakat setempat yang pada akhirnya mempengaruhi pada tahapan selanjutnya berupa kegiatan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Pada umumnya petani tradisional padi sawah menggunakan alat pemotong padi tradisional yaitu sabit yang bergerigi dan perontok menggunakan mesin sederhana.Sistem ini dianggap kurang efisien dikarenakan oleh biaya tenaga kerja yang mahal dan banyak kehilangan hasil produksi. Hal ini disebabkan dalam panen tradisional banyak membutuhkan tenaga kerja, pemotong padi tradisional dalam proses pasca panen membutuhkan waktu yang lama sehingga berpengaruh pada kematangan buah padi yang memberikan kerugian hasil produksi petani padi sawah. Pemanenan padi sistem individual atau keroyokan dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas menyebabkan banyak gabah tercecer dan yang tidak terontok. Pemanenan padi dengan sistem kelompok atau beregu mudah terkontrol, sehingga dapat menekan tingkat kehilangan pada saat pemanenan (Ananto et.al, 2003). Menurut Irwanto (1980), cara kerja dari alat-alat pemanen padi dapat dibedakan menjadi bebrapa bagian yang diantaranya : Mesin panen yang hanya memotong rumpun padi kemudian melemparkan kesamping (reaper). Mesin panen yang mampu memotong rumpun, merontokkan dan membersihkan butiran gabah dari kotoran (Combine harvester) Saat sekarang ini proses panen ini yang biasanya menggunakan alat-alat panen padi tradisional kini beralih ke penggunaan mesin pemanen padi modern combine harvester, selain meningkatkan efisiensi panen dengan pengurangan waktu panen bila dibandingkan tenaga manusia dan penggunaan alat panen tradisional juga mengurangi tingkat kehilangan hasil, dikarenakan prinsip kerja alat pemanen 2 padi kombinasi ini selain memotong padi (reaping), juga merontok (threshing) juga sekaligus mengemas gabah.
- ItemPEMANFAATAN ALAT DAN MESIN TATA AIR PERTANIAN DI UPTD BP4 WILAYAH lll SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA(PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN, POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Pratiwi, Intan Agus; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TAP. PENDAHULUAN.Indonesia merupakan negara Agraris dimana pertanian merupakan salah satu prioritas pembangunan yang berperan penting dalam menunjang kesejahteraan masyarakat dari bangsa Indonesia. Hal ini di wujudkan dengan program pemerintah melalui swasembada beras tanaman pangan lainya. dan untuk mendukung ketahanan pangan. Irigasi adalah usaha penyediaa, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi Irigasi permukaan, irigasi bawah tanah, irigasi pompa, irigasi tetes, irigasi Sprinkler dan irigasi tambak. Irigasi berfungsi untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi tanaman pertanian dalam rangka ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. salah satunya dengan perbaikan pada Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian yang dapat dilakukan salah satunya dengan Praktik Kerja Lapang I dituangkan dalam proposal ini yang berjudul “Pemanfaatan Alat Dan Mesin Tata Air Pertanian Di Uptd Bp4 Wilayah lll Seyegan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan mengidentifikasi Irigasi Sprinkler di lapangan sprinkler merupakan irigasi irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana penyiramannya dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6 Atm) sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas.
- ItemPenerapan Sistem Irigasi Sawah di Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Elok Kurniasih, Qoria; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.TAP.PENDAHULUAN.Irigasi merupakan sebuah usaha dalam peningkatan hasil produksi padi. Irigasi tidak hanya mencakup penyediaan air tetapi juga pengaturan dan saluran pembuangan (drainase). Irigasi bagi tanaman padi sawah berfungsi sebagai penyedia air yang cukup untuk menjamin produksi. Air irigasi berperan penting dalam setiap tahapan penanaman padi sehingga menghasilkan produksi secara optimal. Sitorus (1985) menegaskan pembangunan sistem irigasi diperlukan karena hampir sepertiga dari lahan di permukaan bumi, terutama di daerah-daerah beriklim kering dan semi-arid kekurangan air sehingga air merupakan pembatas utama bagi pengembangan pertanian. Sistem irigasi dan bangunnan bendung perlu didirikan dalam pemenuhan kebutuhhan air di persawahan. Pemenuhan kebutuhan air untuk sawah dapat dilihat melalui jumlah ketersediaan air yang cukup untuk mengaliri seluruh petak sawah, terlebih pada musim kemarau. Kebutuhan dan ketersediaan adalah hal yang harus seimbang, artinya ketersediaan pada jaringan irigasi harus mampu mencukupi kebutuhan air untuk pertanian di daerah tersebut. Ketersediaan air akan terganggu akibat perubahan iklim maupun adanya degradasi lingkungan di daerah tersebut. Pada umumnya masalah yang sering muncul pada sawah irigasi adalah air untuk seluruh petak sawah yang tidak mencukupi. Apalagi jika memasuki musim kemarau maka daerah sawah bagian hilir pasti akan kekurangan air. Hal ini menandakan saluran irigasi pada waktu-waktu tertentu tidak selalu mencukupi. Masalah ini dikhawatirkan akan menjadi penghambat hasil produksi untuk masa mendatang. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi merupakan instansi pelaksana kegiatan penyuluhan pertanian. BPP kecamatan sukatani berada di bawah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Penyuluhan Cikarang Timur. Kecamatan Sukatani terletak dibagian Utara Kabupaten Bekasi dengan jarak ke ibu kota Kabupaten ± 36 KM, memiliki luas wilayah 3.419,29 Ha terdiri dari sawah 1.963 Ha dan darat 1.456,29 Ha. Jumlah luas areal sawah dan darat mengalami perubahan dikarenakan adanya lahan sawah yang beralih fungsi menjadi pemukiman/perumahan, daratan dan lain-lain. Secara topografis, wilayah Kecamatan Sukatani merupakan daerah landai dengan ketinggian 5 - 10 mdpl, jenis tanah Aluvial kelabu dengan pH 5-7. Sesuai dengan kondisi dan topografis, Kecamatan Sukatani potensial untuk pengembangan pertanian hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Areal pesawahan wilayah Kecamatan Sukatani kebutuhan airnya terutama pada musim kemarau mengandalkan dari Perum Jasa Tirta II Jatiluhur melalui saluran Induk Tarum Barat yang di alirkan ke Saluran Sekunder (SS) Srengseng Ilir, Bkp dan Bkc.
- ItemStrategi Peningkatan Mutu Olahan Pertanian dan Teknologi Pengolahan yang Digunakan Melalui Penerapan GMP dan HACCP Pada Usaha Kecil Menengah Dodol Bekasi “Buni Ayu” di Desa Sukarukun Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Afifah, Nida; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.TAP.PENDAHULUAN.Indonesia merupakan salah satu negara yang potensial untuk mengembangkan industri olahan berbasis tanaman pangan, memiliki tanah yang subur dan iklim tropis yang sangat menunjang bagi pertumbuhan berbagai bahan pangan. Komoditas unggulan pertanian Indonesia salah satunya adalah beras ketan. Peningkatan produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan guna mengantisipasi kelebihan produksi dan peningkatan nilai tambah. Beras ketan (Oriza Sativa Glatinus) termasuk serealia yang kaya akan karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai makanan pokok manusia, pakan ternak, dan industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan bakunya komponen kimia yang paling utama pada serelia adalah karbohidrat, terutama pati, kira- kira 80% dari bahan kering. Salah satu proses hasil pengolahan bahan pangan adalah pembuatan dodol. Dodol merupakan makanan yang terbuat dari campuran tepung ketan, gula merah dan santan yang didihkan sampai mengental (Anonim, 2012). Menurut Margareta (2013) menunjukkan bahwa “Dodol buah adalah salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah dihancurkan yang ditambahkan tepung ketan, santan dan gula dan dimasak hingga mengental tidak lengket”. Hampir semua jenis buah dapat diolah menjadi dodol. Dalam pembuatan dodol ini prosesnya masih sederhana dan masuk kedalam jenis makanan hasil industri rumahan, sehingga masih diperlukan binaan terhadap industri rumahan atau UKM (Usaha Kecil Menengah) yang bergerak dibidang pangan, agar para produsen pembuat dodol tahu akan pentingnya kualitas dan pengendalian mutu terhadap bahaya yang ditimbulkan apabila dalam mengolah bahan pangan tidak benar. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu produk maka semuanya perlu diperhatikan mulai dari bahan baku, proses pembuatan dan pengemasan, alat dan mesin yang diguanakan hingga sampai ke tangan konsumen. Selain itu proses pengolahan yang tepat akan dapat memperpanjang umur simpan produk, meningkatkan daya tahan produk, meningkatkan kualitas sebagai nilai tambah dan sebagai nilai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu produk akan mempunyai nilai ekonomi yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan. Pengendalian mutu juga diperlukan mulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir yang siap dipasarkan. Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif penganekaragaman produk sebagai penunjang agroindustri yang sesuai untuk tingkat pedesaan dan meningkatkan nilai tambah komoditas. Di samping itu dengan lebih beragamnya produk olahan diharapkan dapat mendukung program ketahanan pangan. Pangan yang aman dan bermutu sangat dibutuhkan untuk setiap lapisan masyarakat Indonesia. Jika dalam pemilihan bahan baku dan proses penanganannya tidak benar maka, pangan yang dihasilkan dapat membahayakan kesehatan. Untuk mencapai kualitas Dodol (dodol) yang baik dan sesuai kriteria yang dipersyaratkan yaitu SNI Nomor 01- 2986- 1992, maka dalam setiap tahapan proses pengolahan Dodol (dodol) perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian, mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk siap untuk dipasarkan. HACCP adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya, memperkirakan kemungkinan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan. Ukuran adalah nilai atau ketentuan yang digunakan dalam pengawasan untuk pencegahan dan pengendalian proses dari suatu produk (Suklan, 1998). Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin membuat “Strategi Peningkatan Mutu Olahan Pertanian dan Teknologi Pengolahan yang Digunakan Melalui Penerapan GMP dan HACCP Pada Usaha Kecil Menengah Dodol Bekasi “Buni Ayu” di Desa Sukarukun Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi" yang nantinya dapat dikembangkan sehingga bermanfaat untuk menambahkan dan mempertahankan mutu serta alat dan mesin pengolahan yang digunakan pada proses pembuatan dodol.
- ItemPENGOPERASIAN VERTICAL DRYER PADA PROSES PENGERINGAN BIJI JAGUNG DI WILAYAH KERJA BPP CARINGIN(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022, 2022-09-21) Rimadhani, Farras Fajria; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. THP.Pengeringan adalah proses penguapan air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara normal atau setara dengan nilai Activity Water (AW) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan sehingga memperpanjang daya simpan, mengecilkan ukuran bahan untuk mempermudah transportasi, dan memperpanjang waktu tersedianya bahan tersebut, Namun selama proses pengeringan dapat menimbulkan kerugian-kerugian yaitu terjadinya perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan (Anton, 2011). Jagung merupakan salah satu bahan hasil pertanian yang memenuhi kebutuhan industri makanan maupun pakan ternak (Revania, L. 2014). Permasalahan utama yang dihadapi petani adalah proses pengeringan jagung hasil panen terutama di musim penghujan. Cuaca yang tidak mendukung dan kadar air yang tinggi menjadi kendala yang sangat sulit diatasi. Penundaan waktu pengeringan dapat menimbulkan masalah karena jamur dapat tumbuh dengan mudah pada jagung yang berkadar air cukup tinggi. Sekali jagung tercemar oleh aflatoxin, industri tidak akan menerimanya, sedangkan untuk dikonsumsi secara langsung juga sangat berbahaya mengingat aflatoxin tidak dapat dinetralisir melalui pemasakan. Akibat berbagai kendala yang dihadapi tersebut, penggunaan alat pengering buatan mulai digunakan petani untuk mengeringkan jagung. Menurut Maryana & Meithasari (2017), beberapa alat mesin pengering buatan yang telah berkembang di masyarakat khususnya petani diantaranya pengering tipe box (box dryer) atau tumpukan datar (flat bed dryer), pengering tipe sirkulasi, dan pengering dengan tenaga matahari (solar dryer). Berbagai alat mesin pengering tersebut tidak memerlukan tempat yang luas dan minim kontaminasi benda asing maupun serangga. Kegiatan pengeringan di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Caringin ini salah satunya menggunakan alat mesin pengering Vertical Dryer. Vertical Dryer adalah mesin pengering yang memiliki ruang pengering (plenum) berbentuk silinder yang berdiri secara vertikal dan dilengkapi dengan screw untuk 2 menarik bahan ke atas secara continue. Mesin ini berbahan bakar dari kayu, bonggol jagung, sekam padi, batu bara, dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). Permasalahan yang ditemukan saat melakukan survey lapangan di BPP Caringin ini adalah petani di wilayah kerja BPP masih kurang akan kemampuan mengoperasikan alat, serta kebiasaan penggunaan alat pengering tradisional yang dianggap lebih murah dan mudah. Karena pentingnya pengeringan pada produk pertanian khususnya jagung, Praktik Kerja Lapangan I yang dilakukan di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Caringin akan mempelajari pengeringan pada produk pertanian berupa komoditi tanaman pangan. Vertical Dryer digunakan sebagai alat mesin pengering yang membantu proses pengeringan terutama pada saat musim hujan karena proses pengeringan menjadi lebih efisien baik dalam hal biaya ataupun waktu kerja. Sehingga produksi yang dihasilkan akan jauh lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, produk yang dihasilkan dari pengeringan menggunakan Vertical Dryer ini memiliki kualitas yang lebih baik dan mengurangi resiko kerusakan akibat keterlambatan dalam proses pengeringan.
- ItemMempelajari Proses Desain Mesin APPO (Alat Pengolah Pupuk Organi) di PT. Bahagia Jaya Sejahtera, Ciawi, Bogor, Jawa Bara(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Nuryadi, Ilham; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang seperti negara Indonesia. Peran atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi yang penting sekali. Hal ini antara lain disebabkan beberapa factor diantaranya adalaha Pertama, sektor pertanian merupakan sumber persediaan bahan makanan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu negara. Kedua meningkatnya pendapatan dari sebagian penduduk menyebabkan kebutuhan akan pangan terus meningkat. Ketiga, sektor pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk ekspansi sektor-sektor lain terutama sektor industri. Faktor-faktor ini biasanya berwujud modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. (Pratomo,2010). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka permintaan akan pangan semakin meningkat, oleh sebab itu sektor pertanian menjadi tumpuan hidup seluruh masyarakat Peran tenaga kerja pertanian Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja nasional memiliki kontribusi besar, namun sampai saat ini masih terdapat permasalahan serius di bidang ketenagakerjaan pertanian. Permasalahan utama yaitu perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian, yaitu petani berusia tua (lebih dari 55 tahun) jumlahnya semakin meningkat, sementara tenaga kerja usia muda semakin berkurang. Fenomena semakin menuanya petani (aging farmer) dan semakin menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian tersebut menambah permasalahan di ketenagakerjaan pertanian selama ini, yaitu rendahnya rata-rata tingkat pendidikan dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor lain. Salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja buruh tani yaitu, dengan memanfaatkan teknologi alat dan mesin pertanian. Berbagai kajian menyimpulkan bahwa alat dan mesin pertanian merupakan kebutuhan utama sektor pertanian sebagai akibat dari kelengkaan tenaga kerja di pedesaan. Kehilangan hasil karena penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik dapat mencapai 20-21%, terjadi pada pemanenan padi sekitar 9% dan pada perontokan sekitar 5%. Data lainnya menyebutkan kehilangan hasil saat panen dan pasca panen dapat mencapai 20,5%, dengan kehilangan pada saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78%, pengeringan 2,13%, penggilingan 2,19%, penyimpanan 1,16%, dan pengangkutan 0,19% (Iswari K. 2012). Kehilangan hasil dapat disebabkan oleh tercecernya gabah atau beras ketika proses panen dan pasca panen dilakukan. Untuk dapat menghasilkan alat dan mesin pertanian yang dapat berfungsi dengan baik maka diperlukan perencanaan pembuatan yang baik seperti proses pembuatan desain alat dan mesin pertanian. Desain alsintan akan sangat menentukan kemudahan dalam proses manufaktur dan keberhasilan alsintan tersebut pada saat dijalankan sebagaimana mestinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, Laporan Praktik Kerja Lapang II ini membahas tema proses desain mesin APPO yang di lakukan di PT. Bahagia Jaya Sejahtera.
- ItemANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI DALAM PEMBUATAN DAN PENGOLAHAN TEMPE DI KELOMPOK TANI SRI LESTARI DESA CINANGSI KECAMATAN GANDRUNGMANGU KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022, 2022-09-21) Ruchilika, Putri; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. THP. PENDAHULUAN. Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian dalam menyediakan bahan pangan (Anzitha, 2019). Pengolahan hasil pertanian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merubah bahan pangan menjadi beranekaragam bentuk dan macamnya dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian, serta dapat memperpanjang masa simpan dari produk pertanian. Salah satu pengolahan hasil pertanian yang sangat populer adalah pengolahan kedelai menjadi tempe. Tempe merupakan makanan tradisional dari indonesia yang dibuat dari fermentasi oleh jamur Rhizopus sp. Jamur ini kemudian akan membentuk hifa seperti benang-benang halus berwarna putih yang akan membentuk meselium yang berwarna putih. Tempe dikenal sebagai makanan tradisional indonesia yang dikenal sejak dahulu dengan diiringi penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi keseluruh Nusantara, bahkan saat ini tempe sudah merambah ke Manca Negara. (Astawan, 2013). Selain itu, tempe juga dibuat sebagai bahan pangan sumber pertanian yang relatif terjangkau dibandingkan dengan daging. Nilai gizi protein tempe meningkat setelah proses peragian, karena terjadi pembebasan asam amino yang terkandung dalam kedelai diperoleh dari ragi. (Cahyadi, 2007). Tempe memiliki banyak khasiat bagi kesehatan antar lain menurunkan kadar kolestrol, anti diare karena bakteri E. coli enterpropatogenik dan antioksidan. Teknologi pengolahan tempe di Indonesia pada umumnya menggunakan peralatan sederhana yang terdapat di rumah tangga. Namun demikian, tidak berarti proses pembuatan tempe dapat dilakukan oleh siapa saja. Hal ini karena dalam produksi tempe melibatkan proses pembersihan kedelai, perendaman, pengupasan kulit kedelai, pengukusan, peragian dan penyimpanan. Ketidak cermatan dalam proses tersebut dapat menyebabkan kegagalan produksi, mengingat besarnya manfaat kandungan tempe dan perlunya keterampilan tertentu dalam produksi tempe. Maka perlu dilakukan kegiatan PKL 1 di BPP Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Maka lokasi tersebut dipilih karna dapat memfasilitasi mahasiswa dalam mempelajari industri pengolahan tempe.
- ItemPERAKITAN DAN PERAWATAN IRIGASI DRIPSTICK BERBASIS INTERNET OF THINGS (IOT) DI DALAM GREENHOUSE DI PT HABIBI DIGITAL NUSANTARA.(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Sunuwibowo, FIQRI PRASETYO; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Salah satu teknologi dalam Smart farming yang sekarang sering digunakan yaitu Smart farming yang berbasis Internet of Things (IoT). Secara umum Internet of Things dapat diartikan sebagai jaringan yang menghubungkan segala sesuatunya dengan internet menggunkan Sensor untuk mengidentifikasikan data untuk kebutuhan pengguna. Internet of Things dalam bidang pertanian dapat merubah paradigma pertanian ke arah yang lebih maju dan akurat karena didukung dan berdasarkan data yang akurat. Seluruh pelaku kegiatan pertanian (petani) dapat terhubung kepada data sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Dalam pengembangan pertanian Internet of Things diharapkan dimanfaatkan untuk meningkatkan, menjaga dan mengoptimalkan hasil produksi dan mempermudah serta meningkatkan distribusi pangan. Aplikasi IoT dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan pelaku usaha tani seperti untuk menaikan kuantitas hasil pertanian dan mengefektifkan biaya produksi. Dalam penerapan teknologi Internet of Things kita memerlukan sensor,peranan sensor dalam teknologi IoT sangatlah penting yaitu sebagai alat untuk mengidentifikasi atau mengambil data yang dibutuhkan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh petani dan juga yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut, sensor dapat mengidentifikasi kondisi terkini dari tanaman tersebut. Irigasi tetes adalah merupakan suatu sistem irigasi yang tengah populer pada masa ini. Sistem ini lebih menekan pada tingkat keefektifan serta keefisienan air irigasi yang diaplikasikan pada lahan budidaya.Dengan dilakukannya penerapan fertigasi pada lahan budidaya (Ekaputra et al., 2018). Sistem Irigasi ini sudah digunakan dibeberapa perusahan pertanian modern salah satunya PT Habibi Digital Nusantara. PT. Habibi Digital Nusantara adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian modern yang terletak di daerah kecamatan Lembang, kabupaten Bandung. Perusahaan tersebut sudah menerapkan Industri pertanian 4.0 di lahan pertanian, salah satunya dalam bidang sistem irigasi tetes terhadap beberapa komuditas sayuran dan tanaman lain. Selain itu PT. Habibi Digital Industri juga sudah mulai menerapkan pertanian berbasis Internet of Things (IoT) dalam mengelola dan mengembangkan sistem pertaniannya. Oleh karena itu saya, selaku mahasiswa Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia tertarik membahas tentang penerapan IoT terutama sensor irigasi pada sistem irigasi pertanian tanaman horenso di PT. Habibi Digital Nusantara
- ItemPemanfaatan Alat Mesin Pertanian Untuk Pengolahan Biji Kopi Di Desa Pesangkalan Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Maharan, Nofa; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.THP.PENDAHULUAN.Kopi merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia karena melibatkan beberapa negara produsen dan negara konsumen. Kopi walaupun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, akan tetapi mempunyai peranan penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Agar perannya tetap penting maka, perkembangan yang cukup pesat ini perlu didukung oleh teknologi dan sarana pascapanen yang cocok dengan kondisi petani agar mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Wisata pedesaan menciptakan manfaat ekonomi sosial-budaya dan ekologi atau lingkungan untuk masyarakat pedesaan dan juga negara (Barkauskas et.al., 2015; Kazmina, et.al., 2020). Salah satu kegiatan agrowisata di pedesaan yang dapat dikembangkan yaitu melakukan budidaya dan pengolahan kopi, karena kegiatan agrowisata juga berpengaruh secara positif bagi petani kopi melalui kesadaran lingkungan dan motivasi untuk terlibat dalam praktik pertanian berkelanjutan (Duursma, 2016). Kabupaten Banjarnegara secara umum merupakan wilayah yang terletak pada kawasan dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang beragam karakteristiknya. Keragaman sifat fisik lahan akan menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta akan berpengaruh terhadap tingkat produktifitasnya. Selain itu beberapa daerah di Kabupaten Banjarnegara mempunyai kopi lokal yang kualitasnnya bagus, serta mempunyai cita rasa yang khas dan potensial untuk dikembangkan. Kinerja kebijakan pengembangan teknologi pascapanen kopi, baik Robusta maupun Arabika, cukup baik (Mayrowani et al.,2012). Hal ini karena didukung oleh berbagai faktor pendorong, seperti adanya bantuan alat pengupas kopi dan paket unit pengolahan kopi (UPK) yang disertai dengan bimbingan teknis dari pemerintah sehingga memungkinkan petani menangani pascapanen kopinya sesuai dengan kemajuan teknologi. Proses pengolahan pascapanen kopi diawali dengan pengupasan kulit buah dengan mesin mengupas (pulper). Mesin pengupas kulit kopi berjalan ini nantinya diharapkan akan dapat mempermudah dan mempercepat proses pengupasan itu sendiri. Teknologi yang digunakan dalam pengolahan kopi di Desa Pesangkalan sangat baik sehingga kopi yang dihasilkan memiliki kuaitas yang bagus. Terdapat beberapa mesin pengolahan biji kopi meliputi Huller,Roaster dan Pullper yang sesuai dengan program studi teknologi hasil pertanian.
- ItemPENGOPERASIAN MESIN PENGUPAS KULIT BUAH KOPI (PULPER) DALAM PROSES PENGUPASAN BASAH KOPI ARABIKA DI INKUBATOR USAHA TANI BALAI BESAR PELATIHAN LEMBANG(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022, 2022-09-21) Maulida, Muhammad Ghazi; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TAP. PENDAHULUAN.Buah kopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang berasal dari sektor perkebunan dan sudah lama dibudidayakan di sebagian wilayah Indonesia, terutama pada dataran tinggi dengan kelembaban udara serta suhu yang rendah. Kopi Arabika dan kopi Robusta adalah dua spesies utama yang diproduksi di Indonesia menurut Wachamo, (2017). Kopi arabika memiliki rasa khas yaitu asam dengan aroma yang begitu kuat dan warna yang tidak begitu pekat. Biji kopi arabika memiliki bentuk pipih, panjang, melebar, dan tekstur yang halus. Sedangkan kopi robusta memiliki rasa khas pahit dan berbentuk bulat dan memiliki warna pucat. Biji kopi didapatkan dari salah satu proses pengolahan buah kopi yaitu proses pengupasan kulit buah kopi yang dilakukan secara mekanis dengan menggiling buah kopi pada silinder pengupas. Sedangkan pengupasan kulit buah kopi dengan manual pengupasan kulit buah kopi dilakukan secara memutar mesin pengupas buah kopi menggunakan tenaga manusia. Menurut Mawardi et al., (2019) hasil temuan dan diskusi yang dilakukan tim pengabdian kepada masyarakat dengan kelompok tani permasalahan yang menjadi prioritas untuk diselesaikan yaitu petani kopi sebagai masyarakat mitra masih terkendala dalam proses pengupasan kulit buah kopi, yang membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan pengupasan kulit kopi menggunakan tenaga manusia. Mesin pengupas kulit buah kopi merupakan mesin yang dapat melakukan pemisahan biji kopi dari kulit utama dengan cara memutar penggilas biji kopi, sehingga biji kopi dapat terbelah dan biji kopi dapat terpisah dari kulit kopi. Mesin pengupas buah kopi digunakan untuk pengupasan kulit buah secara basah (wet processing). Buah kopi yang telah digiling akan keluar melalui lubang output hasil yang berbeda antara biji kopi dengan limbah kulit kopi. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan I yang dilakukan di BBPP Lembang dengan fokus pengupasan kulit buah kopi menggunakan mesin pengupas buah kopi diharapkan dapat memudahkan pengupasan kulit buah kopi yang sebelumnya dilakukan secara manual yaitu ditumbuk sehingga hasil produksi dan kualitas biji kopi tidak maksimal.
- ItemPENGOPERASIAN DAN PERAWATAN TRAKTOR RODA DUA DI BPTP BANTEN KEC.CIRUAS KAB.SERANG PROVINSI BANTEN(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Huri, Ahmad; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1. 2020.TMP. PENDAHULUAN. Alat mesin pertanian (alsintan) adalah alat dan mesin yang digunakan dalam usaha bidang pertanian. Peran strategis mekanisasi pertanian melalui alsintan adalah mempercepat proses dalam bidang pertanian seperti pengolahan lahan, panen, dan pascapanen dengan cepat. Tidak hanya sebatas proses budidaya, peran alsintan juga berguna dalam upaya pengembangan proses pascapanen menjadi aneka produk pangan. Alsintan menjadi pemicu transformasi teknologi kepada petani menuju pertanian yang lebih modern, efektif, dan ramah lingkungan. Teknologi mekanisasi tersebut harus mencakup dari hulu sampai hilir sehingga tidak hanya meningkatkan produksi, tapi juga kesejahteraan petani. Alsintan juga menekan kehilangan hasil dan meningkatkan nilai tambah, seperti penggunaan mesin thresher (perontok) yang efektif akan dapat menurunkan kehilangan hasil. Petani tentu diharapkan juga bisa merawat alsintan yang sudah dimiliki. Mesin yang tidak dirawat cenderung akan cepat rusak. Jika dua alsintan sudah memperlihatkan rusak ringan, tapi tidak dilakukan perbaikan, rusak ringan ini akan menjadi rusak berat. Selain itu, alsintan yang ada juga harus digunakan seoptimal mungkin, jangan sampai alsintan tidak terpakai dan akhirnya rusak. Peran alsintan dalam pengembangan pertanian ini menjadi transformasi teknologi kepada petani menuju pertanian yang lebih modern, efektif, dan ramah lingkungan. Teknologi mekanisasi tersebut harus mencakup dari hulu sampai hilir sehingga tidak hanya meningkatkan produksi, akan tetapi juga kesejahteraan petani. Berdasarkan hal tersebut dilakukan PKL dengan tema mengoprasikan pengoprasian traktor roda dua dan perawatannya dengan baik dan benar sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).