Laporan PKL
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Laporan PKL by Title
Now showing 1 - 20 of 160
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISA KINERJA DAN PERAWATAN MESIN ROASTING KOPI DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG, JAWA BARAT(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Tyas, Shinta Ayuning; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Kopi merupakan komoditas yang berasal dari sektor perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pada tahun 2019 produksi kopi mencapai sekitar 752,51 ribu ton dan pada tahun 2020 produksi kopi sekitar 762,38 ribu ton, sehingga produksi kopi di Indonesia dari tahun 2019-2020 mengalami kenaikan sekitar 1,31 persen (Badan Pusat Statistik, 2020). Kopi merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi pengolahan kopi dan pemasaran komoditas kopi. Upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012). Teknologi budidaya dan pengolahan kopi yang meliputi pemilihan bahan tanam bibit kopi unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman, pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan, serta pengolahan pasca panen merupakan langkah strategi yang sangat dibutuhkan untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo, 2012). Salah satu proses yang penting untuk mendapatkan aroma dan cita rasa kopi yang berkualitas adalah proses roasting kopi. Menurut Purnama (2016), proses roasting dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: light roast, medium roast, dan dark roast. Proses ini sangat menentukan cita rasa kopi yang akan dinikmati, sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan ini merupakan proses yang sangat penting dibanding semua tahapan pengolahan kopi. Cita rasa kopi mampu divariasikan sesuai selera, tergantung pada bagaimana proses roasting ini dilakukan. Pengolahan kopi saat ini tersebar luas di beberapa wilayah di Jawa Barat. Salah satunya di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Ketersediaan mesin roasting kopi di BBPP Lembang dapat dimanfaatkan untuk mengolah green bean menjadi roasted bean yang dapat meningkatkan nilai kopi tersebut. Penggunaan mesin roasting kopi di BBPP Lembang masih belum optimal karena belum diketahui data kinerja mesin serta perawatan dan pemeliharaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian mengenai kinerja mesin penyangrai (roasting) kopi dan perawatan serta pemeliharaan mesin tersebut.
- ItemANALISA TEKNIS DAN EKONOMI PADA PROSES PEMBUATAN DODOL BEKASI BUNI AYU DI DESA SUKARUKUN KECAMATAN SUKATANI KABUPATEN BEKASI(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Lishandi, Renita; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.TAP.PENDAHULUAN.Dodol merupakan makanan tradisional yang cukup populer dibeberapa daerah Indonesia. Dodol merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari campuran tepung beras ketan, gula merah, gula pasir, dan santan kelapa yang dididihkan hingga menjadi kental, berminyak dan tidak lengket. Apabila didinginkan, dodol akan menjadi padat, kenyal, dan dapat diiris. Jenis dodol sangat beragam tergantung keragaman campuran tambahan dan juga cara pembuatannya (Haryadi, 2006). Dodol merupakan makanan semi basah (intermediate moisture food) atau makanan yang memiliki kadar air sedang yaitu 15-50 % dan aktivitas air kurang dari 0,9. Dodol juga banyak mengandung zat penting, antara lain zat besi, kalsium, niasin, karoten, vitamin B1 dan B2 lebih tinggi dari pada kue (Haryati, 1994). Karakteristik dodol yang diinginkan memiliki aktivitas air (aw) 0.6-0.8. Aw lebih besar dari 0.8 memicu pertumbuhan kapang sehingga umur simpan dodol menjadi singkat (Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010). Bahan baku utama dalam pembuatan dodol adalah tepung ketan, karena tepung ketan dapat membuat tekstur dodol menjadi kenyal. Namun tidak banyak masyarakat yang menyadari bahwa dodol dapat dibuat dengan mensubtitusi sebagian tepung ketan dengan tepung yang lain agar memperkaya variasi dodol (Wulandari et al., 2014). Dodol diklasifikasikan menjadi dua yaitu dodol yang diolah dari buahbuahan dan dodol yang diolah dari tepung-tepungan. Selain bahan utama dapat ditambahkan bahan-bahan lain untuk memperoleh rasa dan aroma yang diinginkan. Di Desa Sukarukun Kecamatan Sukatani terdapat usaha dodol yang menjadi salah satu sentra pembuatan dodol di Kabupaten Bekasi yaitu Dodol Bekasi Buni Ayu. Dengan adanya UKM Dodol Buni Ayu ini dapat memberikan nilai tambah, sehingga pada akhirnya keberadaan usaha olahan dodol dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kecamatan Sukatani. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis teknis dan ekonomi pada proses pembuatan dodol.
- ItemAnalisis Konstruksi dan Tata Letak Sistem Irigasi Tetes (Drip System) Untuk Tanaman Hortikultura Pada Green house di PT. Habibi Digital Nusantara Lembang, Bandung(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Khoirunnisa, Nabilla Hanifah; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Green house merupakan teknologi yang sudah berkembang hampir ke seluruh dunia karena bisa melakukan proses pertanian dengan efisien, yakni salah satunya dengan menerapkan metode irigasi dengan sistem irigasi tetes, atau yang biasa disebut sebagai metode pertanian infus. Dikatakan sebagai metode pertanian infus karena proses penyiraman tanaman tidak berlangsung seperti biasa, melainkan dengan cara ditetes. Air yang diteteskan ke setiap tanaman disalurkan dari sebuah mesin di dalam Green house menggunakan paralon dan selang kecil langsung ke setiap pot yang diisi tanaman. Mesin ini mengatur penetesan air secara otomatis. Selain menggunakan teknik penyiraman mutakhir yang bisa menghemat air, teknik bertani menggunakan Green house juga bisa membuat lahan pertanian lebih produktif, bahkan para petaninya bisa full bercocok tanam selama 12 bulan dalam satu tahun. Sebabnya, teknik bertani ini dilangsungkan di dalam ruangan. Kebutuhan air akan disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman. Ada jenis tanaman yang menyukai banyak air tetapi ada juga yang kurang menyukai banyak air. Pada tanaman muda biasanya membutuhkan air dalam jumlah sedikit dan akan bertambah kebutuhan airnya dengan bertambahnya umur tanaman. Hasil penelitian Balitbangda Tahun 2016 tetang Irigasi tetes menunjukkan bahwa teknologi Irigasi tetes cocok untuk tanaman hortikultura dibandingkan untuk tanaman pangan (umbiumbian dan jagung). Kebutuhan air untuk tanaman hortikultura hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman hortikultura (tomat dan sawi) membutuhkan air 6 mm per hari. Namun, Sebelum membuat suatu sistem irigasi, maka dalam tahap perancangan harus dibuatkan terlebih dahulu lay out atau tata letak sistem irigasi permukaan. Lay out atau tata letak sistem irigasi harus menunjukkan hal-hal seperti lokasi bangunan atau greenhouse, trase jaringan irigasi dan pembuang, batas-batas dan perkiraan luas bangunan jaringan irigasi dengan saluran primer, sekunder dan tersier. Selain itu pula dibutuhkan pengetahuan umum dan analisis mengenai konstruksi pada sistem irigasi yaitu komponen-komponen yang digunakan dalam sistem irigasi.Prinsip irigasi tetes adalah irigasi yang menggunakan jaringan aliran dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Jaringan irigasi tetes terdiri dari pipa utama, pipa pembagi dan pipa lateral. Pada pipa lateral dipasang alat penetes/emitter yang digunakan untuk mendistribusikan air langsung pada pohon tanaman sesuai kebutuhan. Alat penetes/emiter dipasang didekat batang tanaman atau perakaran sehingga tanah yang berada di daerah perakaran selalu lembab. Kegiatan Irigasi Tetes Tanaman Hortikultura diarahkan untuk menunjang terwujudnya ketahanan pangan melalui kegiatan pengembangan optimasi lahan kering dan Untuk meningkatkan pemanfaatan lahan dan perluasan areal tanam bagi komoditi tanaman hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan analisis mengenai konstruksi dan tata letak sistem irigasi tetes yang digunakan agar kegiatan pertanian dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
- ItemANALISIS PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN MESIN HULLER PADA PROSES PENGOLAHAN KOPI DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) LEMBANG(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Nurhidayah, VINA; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 12,72 % pada tahun 2019 Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Kopi merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia (BPS, 2019). Kopi juga merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo 7: 2012). Kopi merupakan kebutuhan yang memiliki khasiat untuk kesehatan yaitu dapat mengurangi resiko diabetes, sebagai pembangkit stamina, mengurangi sakit kepala dan melegakan nafas (Budiman, 45: 2012). Menurut hasil penelitian, kopi mampu menurunkan risiko diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, kanker serta mampu menurunkan kadar asam urat darah. Hal tersebut karena kandungan polyphenol yaitu chlorogenic acid di dalam kopi (Lelyana, 2008). Kandungan polyphenol yang terdapat dalam kopi dapat berfungsi sebagai penangkap radikal bebas gugus hidroksil sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA dalam sel. Kopi juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar kopi di dalam negeri masih cukup besar (BPS, 2019). Dua varietas yang paling banyak dibudidayakan yaitu kopi arabika (75%) dan kopi robusta (20%). Kopi arabika mengandung sekitar 0.8- 1.4% kafein, sedangkan kopi robusta 1.7 - 4% kafein. Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan dan komoditas ekspor utama dari setengah negara berkembang di dunia. Di indonesia tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar dibeberapa tempat, antara lain di Aceh, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan, dari keseluruhan sentra produksi tersebut produksi kopinya mencapai 88,37% dari total produksi Indonesia (Affan Iqbal, 2011). Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar didunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya 33% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/ kapita/ tahun. Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 800 gram/ kapita/ tahun. Dengan demikian dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gram/ kapita/ pertahun Persaingan pasar kopi kian ketat itu bisa dilihat dari banyaknya produk-produk kopi yang beredar di pasaran yang ada di Indonesia, hal tersebut terjadi karena kopi adalah minuman penyegar yang paling sering dikonsumsi. Data statistik yang dikeluarkan oleh badan pusat statistik tahun 2000 menunjukan bahwa rata-rata tingkat konsumsi kopi instan di Indonesia adalah 12,5 gram per minggu, sedangkan rata-rata konsumsi teh adalah 11,2 gram per kapita per minggu. Berdasarkan data statistik tersebut, kopi bahkan dikonsumsi paling banyak dibandingkan dengan bahan minuman lainnya seperti coklat instan, coklat bubuk dan sirup. Perkembangan kopi di Indonesia selama delapan tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 4,73% pertahun, sedangkan konsumsi perkapita menunjukan pertumbuhan (8,14 Kg/Th) (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia).
- ItemAnalisis Teknik Penggunaan Environtmental Monitoring System Pada Usaha Tanaman Hortikultura di Agrifarm PT. Daya Santosa Rekayasa Desa Tawangargo Kecamatan Karang Ploso Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Safira, Mutiara Ayu; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN. Revolusi Industri 4.0 yang sedang berkembang saat ini sudah tidak lagi membicarakan otomatisasi alat, tetapi lebih pada sistem siber fisik atau Internet of Things. Sektor pertanian Indonesia harus siap dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 saat ini. Mekanisasi alat dan mesin pertanian tidak hanya harus bisa berjalan secara otomatis, tetapi juga terintegrasi dengan jaringan internet. Sistem mekanisasi tersebut akan berperan penting dalam mencapai target swasembada pangan yang berkelanjutan. Revolusi Industri 4.0 yang menuntut pengembangan teknologi mekanisasi pertanian tentu juga akan memiliki dampak dan tantangan tersendiri. Salah satu dampak yang sudah terlihat jelas adalah dengan meningkatnya penerapan teknologi pada sistem pertanian modern, maka akan mengurangi tenaga kerja yang dibutuhkan. Walaupun nilai produksinya akan semakin meningkat, tetapi jumlah petani atau tenaga kerja yang dibutuhkan akan jauh lebih sedikit karena sudah tergantikan oleh mesin atau teknologi. Selain akan berkurangnya kebutuhan tenaga kerja, tantangan yang harus dihadapi sektor pertanian saat ini bukan hanya pemanfaatan lahan atau sumber daya alam lainnya, tetapi harus lebih kepada digitalisasi dalam meningkatkan efektivitas proses meminjam istilah ‘smart’ dalam smart city, smart farming yang pada awalnya disebut ‘precision agriculture’ digadang-gadang akan menjadi konsep wajib pertanian di masa depan karena keterbatasan lahan. Smart farming memanfaatkan Internet of Things (IoT) demi meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam industri agrikultur. (Rusli, 2021) Pemanfaatan teknlogi industri 4.0 akan mampu mewujudkan ketahanan pangan dengan meningkatkan produktivitas dan biaya produksi rendah. Dalam menciptakan ketahanan pangan yang dibutuhkan saat ini adalah smart farming dan pertanian presisi. Penerapan smart farming yang berbasis teknolgi kecerdasan buatan akan memberikan beberapa keuntungan yaitu peningkatan produktivitas, efisiensi dan pengurangan dampak buruk terhadap lingkungan. Diberbagai negara saat ini system smart farming ini telah diterapkan untuk berbagai aspek yaitu, pembibitan, penanaman, penyemprotan hingga panen dan pasca panen bahkan bisa juga untuk pengelolaan ternak dan sebagainya. Dalam meningkatkan produksi dan mencapai swasembada pertanian smart farming merupakan solusi yang tepat. Dengan menggunakan smart farming seorang petani dapat memprediksu hasil pertanian dan dengan bantuan system akar dapat memperoleh informasi upaya apa yang harus dilakukan berikutnya seperti apa yang akan ditanam, di mana dan kapan untuk mencapai hasil panen yang maksimal. Karena smart farming menggunakan model matematika untuk menganalisa data hasil panen sebelumnya, cuaca, kangdungan kimiawi, kondisi daun dan biomassa. Prediksi hasil pertanian seperti ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian di daerh yang laju pertumbuhan peduduknya tinggi seperti di Indonesia (Colantoni A, 2018) Seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi pertanian dan dengan adanya smart farming saat ini para petani semakin mudah untuk melakukan kegiatan pertanian, dan dengan didukung penggunaan environtmental monitoring system para petani sudah dapat melakukan monitoring dari jarak jauh.
- ItemANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI DALAM PEMBUATAN DAN PENGOLAHAN TEMPE DI KELOMPOK TANI SRI LESTARI DESA CINANGSI KECAMATAN GANDRUNGMANGU KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022, 2022-09-21) Ruchilika, Putri; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. THP. PENDAHULUAN. Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian dalam menyediakan bahan pangan (Anzitha, 2019). Pengolahan hasil pertanian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merubah bahan pangan menjadi beranekaragam bentuk dan macamnya dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian, serta dapat memperpanjang masa simpan dari produk pertanian. Salah satu pengolahan hasil pertanian yang sangat populer adalah pengolahan kedelai menjadi tempe. Tempe merupakan makanan tradisional dari indonesia yang dibuat dari fermentasi oleh jamur Rhizopus sp. Jamur ini kemudian akan membentuk hifa seperti benang-benang halus berwarna putih yang akan membentuk meselium yang berwarna putih. Tempe dikenal sebagai makanan tradisional indonesia yang dikenal sejak dahulu dengan diiringi penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi keseluruh Nusantara, bahkan saat ini tempe sudah merambah ke Manca Negara. (Astawan, 2013). Selain itu, tempe juga dibuat sebagai bahan pangan sumber pertanian yang relatif terjangkau dibandingkan dengan daging. Nilai gizi protein tempe meningkat setelah proses peragian, karena terjadi pembebasan asam amino yang terkandung dalam kedelai diperoleh dari ragi. (Cahyadi, 2007). Tempe memiliki banyak khasiat bagi kesehatan antar lain menurunkan kadar kolestrol, anti diare karena bakteri E. coli enterpropatogenik dan antioksidan. Teknologi pengolahan tempe di Indonesia pada umumnya menggunakan peralatan sederhana yang terdapat di rumah tangga. Namun demikian, tidak berarti proses pembuatan tempe dapat dilakukan oleh siapa saja. Hal ini karena dalam produksi tempe melibatkan proses pembersihan kedelai, perendaman, pengupasan kulit kedelai, pengukusan, peragian dan penyimpanan. Ketidak cermatan dalam proses tersebut dapat menyebabkan kegagalan produksi, mengingat besarnya manfaat kandungan tempe dan perlunya keterampilan tertentu dalam produksi tempe. Maka perlu dilakukan kegiatan PKL 1 di BPP Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Maka lokasi tersebut dipilih karna dapat memfasilitasi mahasiswa dalam mempelajari industri pengolahan tempe.
- ItemANALISIS TEKNIS USAHA KERIPIK BROWNIES DENGAN BAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG DI DESA AYAM PUTIH KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Zuhr, Dian Al-Munawar; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.TAP.PENDAHULUAN.Keripik merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua dan mudah untuk didapatkan, baik dalam bentuk curah maupun dalam kemasan. Salah satu inovasi jajanan keripik ini adalah dengan membuat keripik brownis berbahan dasar tepung singkong dimana keripik ini di buat menggunakan adonan brownies yang dipotong tipis-tipis sehingga menjadi keripik brownies. Desa Ayam Putih Kecamatan Buluspesantren terdapat sentra usaha pembuatan keripik brownies atau yang di singkat dengan nama Kribow. Adanya usaha pembuatan keripik brownies berbahan dasar singkong ini bermanfaat bagi petani singkong dimana dengan adanya inovasi ini maka hasil panen petani dapat lebih bernilai ekonomis karena singkong merupakan salah satu hasil pertanian yang masih rendah harga pasarnya. Rendahnya harga singkong dipengaruhi oleh sifat singkong segar yang mudah rusak bila tidak segera dilakukan penanganan pasca panen karena kadar air singkong segar yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan proses untuk meningkatkan produksi olahan berbahan dasar singkong untuk dapat mengurangi tingkat kerusakan pada singkong akibat produksi singkong yang melimpah, salah satunya dimanfaatkan untuk bahan pembuatan keripik brownies. Berdasarkan beberapa uraian diatas maka penulis akan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 dengan judul analisis teknis usaha keripik brownies dengan bahan baku tepung singkong didesa Ayam Putih Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen.
- ItemANALISIS USAHA TANI DAUN BAWANG MENGGUNAKAN SISTEM IRIGASI PERMUKAAN DI DESA LEBAKMUNCANG KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG(PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN, POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Putri, Mega Regita; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TAP. PENDAHULUAN.Air merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan di bidang pertanian dalam penyediaan air irigasi. Sumber air permukaan sampai saat ini masih menjadi andalan dalam penyediaan air irigasi terutama pada musim kemarau. Pekerjaan irigasi meliputi penampungan dan pengambilan air dari sumbernya, mengalirkannya melalui saluran-saluran ke lahan pertanian dan membuang kelebihan air ke saluran pembuangan. Irigasi permukaan (surface irrigation) merupakan metode pemberian air yang paling awal dikembangkan. Pada sistem irigasi permukaan, air irigasi disebarkan ke permukaan tanah dan dibiarkan meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka maupun melalui pipa dengan tekanan rendah. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan sistem irigasi permukan relatif lebih kecil, bila dibandingkan dengan sistem irigasi curah maupun tetes, kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras. Kawasan Agropolitan Ciwidey merupakan salah satu wujud dari pengembangan pertanian di Kabupaten Bandung. Kawasan ini memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam pendapatan pertanian di Jawa Barat dengan penerapan sistem irigasi yang efisien terhadap komoditas hortikultura khususnya pada tanaman daun bawang. Daun Bawang adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang berpotensi dikembangkan secara intensif dan komersil. Saat ini di Kecamatan Ciwidey daun bawang merupakan salah satu produk tanaman sayur yang diunggulkan. Selain itu sayuran di Kecamatan Ciwidey tergolong sayuran dengan budidaya yang relatif mudah karena tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam dan memiliki umur panen yang singkat. Tanaman sayuran yang dominan diusahakan petani di Kecamatan Ciwidey adalah tomat, buncis, seledri, petsai, selada air, bawang daun, cabe besar, dan kembang kol (Bandung, Pemerintah Kabupaten, 2007). 2 Hasil produksi tersebut disalurkan ke pasar lokal seperti Pasar Caringin dan Andir serta pasar luar daerah seperti Pasar Induk Cibitung, Pasar Tangerang dan Lampung. Hortikultura merupakan kelompok komoditas yang penting dan strategis karena merupakan sebuah kebutuhan manusia. Oleh karena itu Analisis Usaha Tani Daun Bawang dengan Penerapan Sistem Irigasi Permukaan khususnya pada tanaman Daun Bawang sangat penting untuk di kelola lebih lanjut. Karena dengan sistem irigasi yang baik dan stabil indeks pertanian akan semakin meningkat.
- ItemAplikasi dan Perawatan Sistem Irigasi Tetes Pada Usaha Tanaman Salada (Lactuca Sativa L) Di PT. Daya Santosa Rekayasa Desa Bonowarih Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang Jawa Timu(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia karena lahannya yang cukup subur dan luas. Hal ini pula yang menyebabkan mata pencaharian di Indonesia sebagai besar adalah sebagai petani. Meningkatkan kesejahteraan melalui swasembada pangan menjadi salah satu fokus pencapaian pemerintah. Beberapa upaya pun banyak dilakukan guna tercapainaya target ini diantaranya yaitu melalui usaha pengembangan irigasi. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Begitu pentingnya sistem irigasi dalam pengairan menyebabkan banyak sekali inovasi-inovasi yang dikembangkan sehingga banyak jenis-jenis irigasi yang diterapkan mulai yang konvensional hingga sistem irigasi modern, sistem irigasi mikro dan sistem irigasi makro. Sistem irigasi mikro adalah mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Sistem ini diterapkan untuk efektifitas dan efisiensi penggunaan air serta kemudahan dalam penyiraman tanaman. Penggunaan sistem irigasi bertujuan untuk memanfaatkan air secara efektif dan efisien, terutama pada daerah sulit air dan daerah kering. Salah satu sistem irigasi modern untuk budidaya tanaman sayur yang telah banyak diterapkan di Indonesia adalah irigasi tetes (drip irrigation). PT. Daya Santosa Rekayasa sebagai penyedia peralatan irigasi tertutup dan otomatisasi pertanian, suku cadang, sensor, pengontrol cerdas, dan konsultasi sistem irigasi. PT. Daya Santosa Rekayasa telah menjadi pelopor dalam memperkenalkan sistem irigasi tertutup kepada petani Indonesia. Hal ini tidak hanya memberikan solusi terhadap sistem pengairan bagi para petani tetapi juga mendatangkan keuntungan dimulai dari penghematan jumlah air dan pupuk yang digunakan, penghematan tenaga kerja, waktu penyiraman yang konsisten, hingga pemilihan sistem dan cara irigasi yang tepat dapat membantu meningkatkan produksi tanaman.
- ItemAplikasi Fertigasi Pada Sistem Irigasi Tetes Tanaman Tomat Beef di PT. Habibi Digital Nusantara Desa Langensari Kec. Lembang Kab. Bandung Barat Prov. Jawa Bara(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Kurniasih, Qoria Elok; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Sistem irigasi merupakan suatu usaha dalam mengalirkan air dengan membuat sebuah bangunan dan sistem secara teratur untuk air dapat mencapai ke tanaman. Irigasi menjadi faktor penting dalam berkembangnya sebuah pertanian, oleh karena itu perlu dikembangkannya teknologi irigasi yang tepat guna dan efisien. Salah satu perkembangan teknologi irigasi di Indonesia yaitu fertigasi. Fertigasi merupakan teknik sistem irigasi atau pengairan yang dilakukan bersama-sama dengan aplikasi pupuk. Sistem irigasi tetes salah satu sistem yang menggunakan teknik fertigasi. Pupuk akan diberikan secara fertigasi dengan sistem irigasi tetes dan akan menyebar dengan rata ke sistem perakaran tanaman. Teknik tersebut dapat mengefisiensikan pemberian dosis pupuk sehingga dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan sesuai dengan tahap pertumbuhannya. Salah satu tanaman yang membutuhkan sistem irigasi tetes tersebut adalah tanaman tomat. Tomat merupakan tanaman buah yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan buah tomat memiliki kandungan gizi yang terdiri dari vitamin dan mineral sehingga sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Sehingga kebutuhan pasar terhadap buah tomat di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data (Badan Pusat Statistik, 2019) di provinsi Jawa Barat jumlah produksi tomat sebesar 284.948 ton dan meningkat pada tahun 2020 menurut data (Badan Pusat Statistik, 2020) menjadi sebesar 299.267 ton. Hal tersebut perlu adanya dukungan dalam perkembangan sistem pertanian yang dapat meningkatkan produksi serta kualitas buah tomat dalam memenuhi kebutuhan pasar tanaman buah tomat setiap tahunnya. Aspek pemeliharaan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan suatu usaha. Pengembangan secara modern merupakan sistem yang aspek pemeliharaannya dilakukan secara intensif dan terukur dari berbagai macam segi. Oleh karena itu pada jaman modern ini perlu adanya penerapan teknologi untuk menghasilkan suatu fungsi agar dapat mencapai suatu tujuan dari pertanian modern itu sendiri. Dengan prospek pengembangan buah tomat yang sangat menjajikan, banyak perusahaan di bidang pertanian yang mulai menerapkan sistem teknologi modern salah satunya adalah PT. Habibi Digital Nusantara. PT. Habibi Digital Nusantara merupakan salah satu perusahaan di daerah Jawa Barat yang bergerak di bidang teknologi pertanian digital. Untuk membantu para petani buah tomat di Jawa Barat dalam menghasilkan tomat dengan kualitas dan mutu yang terbaik, maka PT. Habibi Digital Nusantara menciptakan sebuah inovasi teknologi irigasi otomatis dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT) dan sensor realtime. Sistem irigasi otomatis dapat menjadi solusi dalam meningkatkan kualitas dan hasil produksi tomat di Jawa Barat. Oleh karena itu, penulis tertarik membahas tentang penerapan fertigasi pada sistem irigasi tetes sebagai teknik pertanian modern yang diterapkan pada suatu sisitem irigasi tetes terhadap tanaman buah tomat sebagai topik dalam kegiatan praktik kerja lapang II kali ini.
- ItemBALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN KECAMATAN CIRUAS KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Hussein, Muhammad Habib; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TMP. PENDAHULUAN.Panen padi merupakan saat yang paling ditunggu-tunggu petani. Pemanenan harusnya dilakukan pada umur yang tepat, karena ketidak-tepatan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi yang tentunya dapat merugikan petani. Panen padi yang selama ini banyak dilakukan petani adalah dengan menggunakan alat yang dinamakan ani-ani atau juga dengan arit atau sabit dan selanjutnya dikembangkan menjadi sabit bergerigi yang lebih mudah penggunaannya. Penggunaan alat ini membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak dan waktu yang panjang serta biaya yang cukup besar. Sementara itu jumlah buruh tani panen terbatas. Hal ini menyebabkan penundaan waktu panen akibat menunggu tersedianya tenaga panen. Akibatnya panen dilakukan pada saat yang tidak tepat yang berdampak pada penurunan hasil panen. Untuk itu penggunaan alat pertanian modern combine harvester merupakan satu solusi untuk mengatasi masalah itu, dengan combine harvester maka waktu pemanenan padi lebih cepat, losses yang kecil, dan biaya yang digunakan dapat ditekan, sehingga masalah keterbatasan jumlah buruh panen bisa teratatasi. Combine harvester adalah mesin pemanen padi yang dapat memotong tanaman padi, merontokkan, dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan. Dengan demikian waktu pemanenan padi menjadi lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidakmembutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional (Smith dalam Purba et al., 2015). Namun dalam pemanfaatannya masih banyak petani yang belum mengerti cara perbaikan mesin combine harvester yang baik dan benar. Maka diperlukanlah metode perbaikan yang baik untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, memperpanjang umur pakai mesin dan mempersiapkan untuk pemakaian di musim berikutnya.
- ItemEKSISTENSI KELEMBAGAAN P3A BERKAH EMMUT TERHADAP KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA TANAMAN PADI di DESA PADANGSARI KECAMATAN MAJENANG KABUPATEN CILACAP(PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN, POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Nurmalitasari, Dewi; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020.TAP. PENDAHULUAN.Tanaman padi (Oryza Sativa) merupakan komoditas yang menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia karena nasi merupakan sumber pangan pokok. Dalam kegiatan budidaya tanaman padi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya yaitu tingkat efektivitas pemberian air irigasinya. Pada setiap fase pertumbuhan tanaman padi akan selalu membutuhkan jumlah air yang berbeda-beda. Kemudian pengertian dari Irigasi yaitu faktor yang sangat penting dalam menunjang kegiatan budidaya tanaman. Penggunaan air hujan sebagai pengairan pada tanaman belum tentu mencukupi kebutuhan air tanaman sehingga para petani banyak yang menggunakan sumber mata air lain seperti sumur, sungai, danau, waduk dan berbagai sumber air lainnya untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman yang dibudidayakan. Sistem irigasi dalam kegiatan pengairan diantaranya adalah prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia. Di Indonesia ada beberapa jenis irigasi yang diterapkan oleh para petani untuk mengairi lahan sawah seperti irigasi permukaan, irigasi air tanah, irigasi pompa, irigasi rawa, serta irigasi tambak. Dan untuk pengertian dari Efektivitas adalah suatu penyelesaian pekerjaan yang tidak hanya dipandang dari aspek pencapaian suatu tujuan saja namun ada aspek ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. (Kurniawan., 2005:106). Efektivitas saluran irigasi dapat diartikan sebagai bentuk tingkat kemampuan suatu saluran irigasi dalam mendistribusikan air dari sumbernya menuju petak sawah milik petani. Pemberian air irigasi dapat dikatakan efektif apabila semua petak sawah dapat menerima air secara merata sesuai dengan kebutuhannya. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan sebuah organiasasi yang memiliki peran penting dalam kegiatan pengelolaan air irigasi dalam lingkup wilayah tertentu. Pemeliharaan dan pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh P3A ini meliputi saluran irigasi tingkat tersier. P3A ini memiliki peran dalam pengelolaan, pengoperasian, dan pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi. 2 Air irigasi yang tersedia di Desa Padangsari Kecamatan Majenang difungsikan sebagai sarana untuk mengairi lahan sawah yang dominan ditanami padi, dimana komoditas yang mereka tanam digunakan sebagai sumber utama makanan pokok warga setempat dan sebagian ada yang dijual. Dengan demikian, diperlukannya pemberian air irigasi yang efektif dan efisien demi menunjang keberhasilan kegiatan budidaya tersebut. Namun, tidak jarang muncul sebuah permasalahan yang kerap terjadi di masyarakat yaitu seperti penyalahgunaan air irigasi sebagai keperluan selain pertanian, terjadinya perebutan dalam pembagian air ke petak sawah petani, dan ketidakperdulian petani terhadap pemeliharaan jaringan irigasi pada saluran tersier. Maka, salah satu sistem yang memiliki peran penting dalam pengelolaan irigasi yaitu kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang dapat dijadikan sebagai faktor penunjang keberhasilan dalam pendistribusian air irigasi sekaligus pihak yang memiliki hak dalam pengoperasian sekaligus pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Oleh karena itu, sangat diperlukan Eksistensi Kelembagaan P3A Berkah Emmut Terhadap Kebutuhan Air Pada Tanaman Padi di Desa Padangsari Kecamatan Majenang demi menunjang keberlangsungan kegiatan budidaya tanaman padi agar mendapatkan hasil yang optimal.
- Itemerancangan (Desain) Rumah Pengering Portabel Tenaga Surya (Portable Solar Home Dryer) Di PT. Giat Mukti Selaras Kabupaten Karanganyar Jawa Teng(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Putra, Muhammad Dimastria; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TMP.PENDAHULUAN.Penggunaan teknologi pada alat mesin pengering pertanian yang efektif dan efisien yakni dengan menggunakan sumber panas matahari yang di tangkap dalam suatu ruangan pengering dan didukung dengan tenaga surya (solar dryer), tenaga surya memberikan arus listrik untuk membuang udara panas yang terperangkap dalam ruangan pengering. Perkebunan di Indonesia letak geografisnya bermacammacam sesuai dengan komoditas yang ditanami, berdasarkan kebutuhan petani dalam melakukan pengeringan komoditas pertanian diperlukannya tempat pengeringan yang memadai dan lokasinya dekat dengan kebun, karena umumnya lokasi kebun dan tempat pengeringan cukup jauh. Untuk memudahkan petani menjemur hasil panen dapat dibuat suatu alat atau rumah pengering yang ringkas (portable) dan yang dekat dengan kebun Dalam pembuatan ataupun perancangan rumah pengering portable bertenaga surya (portable solar home dryer) perlu dilakukan secara sistematis dengan melakukan perancangan yang sesuai agar kapasitas pengeringan, biaya, dan dimensi portable solar home dryer terhadap lingkungan sekitar efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah flow chart dari rancang bangun portable solar home dryer.
- ItemIDENTIFIKASI PEMANFAATAN PENGGUNAAN ALSINTAN TRAKTOR RODA DUA DI BALAI PENYULUH PERTANIAN (BPP) WILAYAH V KABUPATEN BOGOR(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Rifaldi, Muhammad Ihsan; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TMP. PENDAHULUAN.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi sangat cepat. Dengan semakin banyaknya pertumbuhan usaha menyebabkan persaingan semakin pesat dan ketat. Pesatnya persaingan usaha tersebut, menjadikan tuntutan bagi mahasiswa sebagai salah satu sumber daya manusia untuk meningkatkan daya intelektual serta diikuti langkah profesionalitas agar dapat berperan aktif dalam persaingan. Kebutuhan pengetahuan dan pengalaman digunakan sebagai tolak ukur dalam masalah yang ada. Penerapan ilmu dalam kegiatan praktik secara langsung digunakan untuk menambah pengalaman yang diperoleh saat kegiatan belajar mengajar. Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) di era pertanian modern telah menjadi kebutuhan utama para petani dalam proses pengelolaan aktivitas budidaya tanaman seperti mengolah tanah, menanam, pemanenan hingga pengolahan menjadi suatu produk, mengingat tenaga kerja/buruh tani yang semakin sulit diperoleh dan mahal. Penggunaan alat dan mesin pertanian bertujuan untuk meningkatkan luas tanah yang diolah dan intensitas penanaman (Wati dan Chazali, 2015). Penerapan alat dan mesin pertanian juga berperan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani, menekan kehilangan hasil, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk (Amrullah dan Hadi 2016) Pemanfaatan mesin pertanian tergantung pada beberapa faktor antara lain intensitas sistem pertanian, ketersediaan pelengkap teknologi dan kapasitas penggunaan mesin pertanian (Diao et al.,2016). Laporan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan alat mesin pertanian traktor roda dua di BPP Dramaga
- ItemIDENTIFIKASI SALURAN DRAINASE PERTANIAN DI DESA CIHOWE, KECAMATAN CISEENG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT.(PROGRAM STUDI TATA AIR PERTANIAN, POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Azis, Abrar Ghani; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TAP. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang pertanian. Dalam rangka mewujudkan indonesia sebagai lumbung pangan dunia di tahun 2045, maka perlu dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas unggulan. Salah satunya adalah dengan melakukan optimalisasi alat dan mesin pertanian baik pada saat pengolahan lahan, proses produksi, pemanenan, bahkan sampai pada pengolahan hasil produksinya. Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) sebagai penyelenggara pendidikan tinggi vokasi di lingkup Kementerian Pertanian bertujuan menghasilkan sumber daya manusia lulusan yang terampil pada bidang mekanisasi pertanian serta menjadi praktisi agribisnis yang memiliki daya saing serta berjiwa wirausaha.penyelenggara pendidikan PEPI bertujuan untuk menghasilkan job creator dan job seeker yang akan bermitra dengan dunia usaha/dunia kerja. Sistem pendidikan yang diberikan berbasis pada peningkatan keterampilan sumberdaya manusia dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar yang kuat, sehingga lulusannya mampu mengembangkan diri untuk menghadapi perubahan lingkungan. Selain itu lulusan PEPI diharapkan dapat berkompetisi di dunia industri dan mampu berwirausaha secara mandiri. Persawahan merupakan sebuah tempat dimana sumber pangan dari bangsa Indonesia di bangun. Persawahan menjadi sebuah tempat penting dimana tanaman – tanaman untuk pertahanan pangan ditanam guna memenuhi kebutuhan primer sebagai manusia dan sebagai tugas pokok negara. Setiap penduduk, bahkan makhluk hidup membutuhkan makanan untuk tetap bertahan. Sebagai tempat penanaman tumbuh – tumbuhan untuk kebutuhan pangan, tentu saja areal persawahan membutuhkan air. Kebutuhan air ini biasa disebut dengan air irigasi yang memang disediakan oleh manusia guna memenuhi kebutuhan air dari seluruh lingkup tumbuh – tumbuhan di areal persawahan itu. Penyediaan air yang cukup bagi tumbuhan yang ada di areal persawahan akan memberikan dampak pertumbuhan dari tumbuhan itu yang juga baik. Kebutuhan air dari 2 tumbuhan bukan tidak terbatas, akan tetapi ada batas tertentu dimana tumbuhan tersebut akan merasa cukup dengan penyediaan air. Apabila penyediaan air untuk tumbuhan menjadi berlebih, akan memberikan efek negatif pada tumbuhan yang telah kita tanam. Tumbuhan yang kelebihan air akan mengalami fase layu atau bahkan mati. Untuk menghindari kelebihan air pada tumbuhan inilah perlu adanya sistem drainasi pada persawahan.
- ItemIMPLEMENTASI BANGUNAN GREEN HOUSE UNTUK TEKNOLOGI REKAYASA IKLIM MIKRO PADA SISTEM BUDIDAYA HIDROPONIK(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21)PROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Pada masa sekarang ini perubahan iklim semakin sangatlah cepat berubah, Perubahan iklim adalah salah satu isu lingkungan global yang paling penting dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Dampak dari perubahan iklim salah satunya menyebabkan kerugian pada sektor pertanian karena iklim atau cuaca tersebut tidak sesuai syarat tumbuh tanaman yang masyarakat tani budidayakan hal ini berdampak pada tanaman yang dibudidayakan mengalami kegagalan dalam budidaya tanaman bahkan sampai mengalami gagal panen. Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim. Maka dari itu sektor pertanian diindonesia harus mengalami adaptasi atas perubahan iklim contohnya penelitian dan pengembangan bibit unggul yang mampu bertahan pada perubahan iklim, teknologi pertanian berupa alsintan, sarana prasarana pertanian dan irigasi pertanian serta iklim buatan mikro berupa rumah tumbuh terkendali “smart green house”. Pada sektor pertanian terdapat teknologi yang dapat menciptakan iklim buatan mikro, iklim buatan mikro merupakan kondisi alam yang dapat dikendalikan dan diatur pada tempat yang sempit dan terbatas contohnya green house, teknologi green house bisa menjadi solusi bagi petani dalam menghadapi kondisi iklim yang tidak menentu, karena di dalam green house lingkungan bisa dikendalikan dan diatur melalui penerapan teknologi green house bagaimana pun kondisi lingkungan di luar. Pengaturan yang dapat diatur pada green house yaitu intensitas cahaya matahari, kelembaban, suhu udara dan pengaturan instalasi irigasi pada sistem hidroponik. Hidroponik adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
- ItemImplementasi Sistem Mikrokontroler Pada Smart Irigation Di Lahan Pertanian Kentang Di Taman Teknologi Pertanian (TTP) Cikajang Kabupaten Garu(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Setiawan, Nugie; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Kemajuan teknologi sangat berguna untuk memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan melakukan pekerjaan. Di bidang pertanian penerapan teknologi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil pertanian baik kualitas maupun kuantitas. Salah satunya adalah sistem irigasi, sistem irigasi merupakan hal penting dan sangat besar pengaruhnya dengan hasil yang akan dipanen. Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan dan saluran-saluran untuk ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Atau dapat juga Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar lahan digunakan untuk bercocok tanam. Mulai dari tanaman palawija hingga tanaman untuk makanan pangan seperti kentang. Budidaya Kentang juga memerlukan saluran distribusi irigasi yang cukup baik. Perawatan dan pengaturan irigasi sawah masih banyak menggunakan cara konvensional. Pemilik sawah harus selalu datang ke area lahan untuk membuka tutup saluran irigasi, begitu pula dengan pemilik sawah lainnya, harus bergantian untuk sesuai waktu untuk mengaliri air melalui saluran irigasi yang digunakan bersama-sama. Banyak kendala menggunakan cara konvensional, perlunya banyak tenaga untuk selalu membuka dan menutup irigasi dan diharuskannya disiplin dalam pembagian waktu irigasi. Tentunya hal ini kurang efektif dan praktis sehingga perlu mendapatkan sentuhan teknologi tepat guna pada permasalahan tersebut. Dalam kasus ini penulis ingin memberikan solusi yaitu implementasi sistem mikrokontroler pada smart irigation di lahan pertanian kentang di taman teknologi pertanian (ttp) cikajang kabupaten garut alat yang dapat menggantikan tugas petani dalam melakukan buka tutup saluran irigasi lahan, yang biasanya masih dilakukan dengan cara manual dan tentunya memerlukan banyak tenaga. Cara kerja mikrokontroler ini, jika air yang dibutuhkan lahan tersebut belum tercukupi, maka secara otomatis akan menyalakan pompa dan air akan di salurkan ke tanaman melalui selang distribusi menuju emitter. Ketika sudah tercukupi, maka secara otomatis pompa akan berhenti.
- ItemIMPLEMENTASI TRAKTOR RODA DUA DAN COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Putri, Sinta Diana; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.TMP.PENDAHULUAN.Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia dari waktu ke waktu, cara pengolahan lahan dan panen pun ikut mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan manusia akan pangan mendesak pemikir untuk memecahkan masalah bagaimana meningkatkan hasil produksi dan kemampuan kerja sesuai dengan waktu yang tersedia (Sumardi). Indonesia juga merupakan negara agraris yang tentunya tidak lepas dari sektor pertanian. Teknologi yang digunakan dan sedang berkembang di Indonesia adalah mekanisasi pertanian yaitu merupakan sebuah wujud dari pengaplikasian berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi di bidang pertanian. Selain meningkatkan produksi, mekanisasi pertanian bertujuan membuka peluang usaha atau lapangan kerja baru. Pada umumnya, petani padi diidentikkan dengan pertanian tradisional, akan tetapi di beberapa tempat, petani padi mulai menggunakan teknologi modern. Salah satunya di wilayah Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di wilayah tersebut, petani sudah mulai mengganti cara pengolahan lahan dan panen padi tradisional ke modern yaitu dengan menggunakan teknologi traktor roda 2 dan combine harvester. Traktor roda dua (two wheel drive tractor) atau traktor tangan (hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan pertanian lainnya. Untuk kegiatan pengolahan tanah, mesin ini mempunyai efisiensi yang tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu bersamaan (Hardjosentono dkk. 1985). Menurut (Smith, 1965), Combine Harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Oleh karena itu penggunaan mesin ini dapat menggantikan dan meniadakan alat-alat pengikat, pemotong dan perontok pada kegiatan pemanenan. Adapun keuntungan dari penggunaan alat ini adalah mengurangi biaya pemanenan dan perontokan, kebutuhan tenaga berkurang, lahan dapat lebih cepat dibersihkan untuk kegiatan pengolahan lahan tanah kembali, jerami terdistribusi di atas tanah serta proses pemasaran dari produksi ataupun hasil panen dapat segera dilakukan sedangkan kendala dari alat ini yaitu investasi yang dibutuhkan relatif besar.
- ItemINSTALASI DAN PENERAPAN IRIGASI TETES TERHADAP TANAMAN STROBERI DI PT HABIBI DIGITAL NUSANTARA KECAMATAN ARCAMANIK KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Dirghantara, Grahito Taruna; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.TAP.PENDAHULUAN.Irigasi tetes mengalirkan air dengan secara menetes yang diatur debitnya sesuai dengan kebutuhan tanaman, sampai sekarang masih terus dikembangkan. Sistem irigasi tetes mempunyai cara pengontrolan yang baik sejak air dialirkan sampai diserap tanaman. Di samping itu sistem irigasi tetes mengurangi proses penguapan (evaporasi), di mana nutrisi dapat langsung diberikan ke tanaman melalui irigasi. Sistem irigasi cocok digunakan untuk tanaman stroberi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga dapat menutupi biaya penyusutan perangkat irigasi tetes. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang smart farming ialah PT Habibi Digital Nusantara (Habibi Garden) yang berlokasi di Kota Bandung Jawa Barat. PT Habibi Digital Nusantara telah menerapkan teknologi pertanian terutama dalam bidang irigasi tetes untuk beberapa komuditas sayuran dan tanaman diantaranya adalah tanaman stroberi. Teknologi yang sudah diterapkan di PT Habibi yaitu smart green house dan pertanian berbasis Internet of Things (IoT) terhadap instalasi irigasi yang diletakan di lahan pertanian
- ItemINVENTARISASI PERMASALAHAN PENGGUNAAN ALSINTAN DI UPTD BP4 WILAYAH III KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN(PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN, 2022-09-21) Salsabilla, Nasywa; POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANPROPOSAL PKL 1, 2020. TMP. PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia dari waktu ke waktu, cara pengolahan lahan dan panen pun ikut mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan manusia akan pangan mendesak pemikir untuk memecahkan masalah bagaimana meningkatkan hasil produksi dan kemampuan kerja sesuai dengan waktu yang tersedia. Indonesia juga merupakan negara agraris yang tentunya tidak lepas dari sektor pertanian yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, hasil statistik BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan bahwa pada tahun 2009 jumlah petani mencapai 44% dari total angkatan tenaga kerja di Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa, hingga kini mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan salah satunya ialah dengan menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Teknologi yang digunakan dan sedang berkembang di Indonesia adalah mekanisasi pertanian yaitu merupakan sebuah wujud dari pengaplikasian berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi di bidang pertanian. Secara umum pertanian di Indonesia telah menggunakan berbagai macam alat dalam hal bercocok tanam dalam mengolah lahan, pertama alat yang paling dasar dan tradisional adalah cangkul, alat ini cukup sederhana dalam hal bentuk dan bahan yang digunakan, terdapat dua bahan salah satunya yaitu besi lebar dan cukup tebal yang berujung tajam memipih, bagian ini berguna sebagai benda tajam dan berat untuk membelah tanah kemudian mencungkilnya keluar. Perkembangan saat ini, pengolahan tanah pertanian telah banyak menggunakan mesin traktor yang memiliki fungsi seperti cangkul, akan tetapi traktor menggunakan konstruksi dari besi dan berpenggerak roda besi yang berputar dengan tenaga mesin motor bakar yang terpasang diatas konstruksi traktor. Traktor umumnya dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jumlah roda penggeraknya, yang pertama yaitu traktor roda empat, jenis ini biasa 2 berkonstruksi besar hampir menyerupai kendaraan mobil, dengan roda besar sebagai penggerak dan pengemudi diatas traktor dengan stir berbentuk lingkaran. Sedangkan yang kedua yaitu traktor dua roda, jenis ini berkonstruksi cukup sederhana dan biasa berukuran lebih kecil dari pada traktor roda empat, konstruksinya terdapat mesin yang berposisi diatas konstruksi dan putaran mesin tersebut dihubungkan oleh sabuk menuju ke puli yang putarannya digunakan untuk memutar dua roda penggerak, kemudian di belakang konstruksi traktor terdapat dua tuas kendali untuk pengendara mengkontrol traktor tersebut, pengendara tidak menaiki tetapi hanya berjalan di belakang traktor sambil memegang kendali traktor dengan menggunakan stang yang terdapat tuas dan handel pengontrol, tuas berfungsi untuk mengatur kecepatan jalan traktor dan handel berfungsi untuk membelokan traktor secara otomatis menggunakan mekanisme pengalih putaran roda antara yang kanan dan kiri. Praktik kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang tercantum dalam kurikulum Jurusan Teknologi Mekanisasi Pertanian (TMP). Program tersebut merupakan salah satu prasyarat kelulusan mahasiswa Jurusan Teknologi Mekanisasi Pertanian di Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI). Praktik kerja lapangan ini juga merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar berdasarkan pengalaman di luar sistem belajar mengajar. Dalam kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) ini, para mahasiswa dipersiapkan untuk mengerjakan rangkaian tugas keseharian di tempat kerja tersebut yang menunjang keterampilan akademis yang telah diperoleh di bangku kuliah yang menghubungkan pengetahuan akademis dengan keterampilan. Balai Pelatihan Pertanian (BPP) adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang pelatihan pertanian yang berada di bawah Kementerian Pertanian Indonesia. BPP bertanggungjawab kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, yang secara teknis dibina oleh Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian. Berdasarkan hal di atas, maka dibutuhkan suatu pembelajaran yang mampu menunjang dan membimbing mahasiswa untuk mendapatkan materi pembelajaran di lapangan. Dengan demikian, BPP merupakan pilihan yang 3 tepat sebagai tempat praktik kerja lapangan bagi mahasiswa PEPI. Setelah mengamati dan mempertimbangkan arah penyusunan PKL yang akan ditempuh, maka mahasiswa bermaksud mengadakan praktik kerja lapangan di Balai Penyuluhan Pertanian, Pangan dan Perikanan (BP4) Wilayah III Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman, khususnya dalam bidang alat dan mesin pertanian.