Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 71
Results Per Page
Sort Options
- ItemPengujian Prototipe Data Logger Radiasi Matahari Panel Surya Untuk Kendali Pintu Air pada Teknik Irigasi Basah Kering di Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia(POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA, 11/24/2022) Ahmad Kirom AlfainPanel Surya merupakan alat konversi energi matahari menjadi energi listrik secara langsung menggunakan bahan semikonduktor berdasarkan prinsip efek fotolistrik. Sel surya merupakan lapisan semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari rangkain dioda.Matahari merupakan energi yang dihasilkan atau dipancarkan dari sumber cahaya. Seperti diketahui matahari merupakan sumber dari energi penerangan yang paling besar di dunia terkadang energi ini juga disebut sebagai energi surya karena sebenarnya sumber dari penerangan berasal dari tenaga surya atau matahari. Teknologi ini sangat berpotensi diterapkan di Indonesia yang mempunyai iklim tropis, tetapi permasalahan utama dari sistem ini adalah ketidak setabilan tegangan arus dan daya yang di hasilkan sangat tergantung pada intensitas matahari yang di terima oleh panel surya . Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh panel surya dapat di maksimalkan dengan cara memasang panel surya, dengan sudut kemiringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyerapan panel surya diwilayah kampus Politeknik Enjiniring Pertanian Pertanian Indonesia dengan sudut kemiringan 40°sehingga dari sudut ini bisa diketahui tegangan, arus, dan daya yang optimal.Tugas akhir ini membahas mengenai hasil keluaran panel surya yang meliputi tegangan, arus dan daya yang dihasilkan dari pengujian panel surya di wilayah kampus Politeknik Enjiniring Pertanian Pertanian Indonesia dengan sudut kemiringan 40˚. Pengujian ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut, Tegangan rata-rata tertinggi di hasilkan pada pengujian yaitu 18.79 Volt, sedangkan arus rata-rata tertinggi di hasilkan pada pengujian yaitu 0.17 Ampere, dan daya rata-rata tertinggi juga pada pengujian yaitu 33.73 Watt. Berdasarkan hasil dari penelitian efisiensi yang dihasilkan panel surya di wilayah Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia dengan ketinggian 60 MDPL yaitu 9%.
- ItemPengaruh Suhu Pada Pengering Tipe Lorong Terhadap Proses Pengeringan Umbi Talas(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09) Zuhri, Dian Al-Munawar; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaTalas merupakan komoditas yang memiliki kadar air yang tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan, salah satunya adalah menggunakan pengering tipe lorong. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui suhu optimal dan biaya pengeringan pada proses pengeringan umbi talas menggunakan pengering tipe lorong. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2022 di BBP MEKTAN Serpong. Penelitian ini menggunakan perlakuan yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor pertama suhu (T): 50, 60, 70 ℃ serta faktor kedua yaitu waktu 60 menit. Parameter yang dianalisis yaitu laju pengeringan, penurunan kadar air, susut bobot dan biaya pengeringan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pengeringan pada pengering tipe lorong memberikan pengaruh terhadap laju pengeringan, penurunan kadar air, susut bobot. Perlakukan terbaik suhu pengeringan terdapat pada suhu 70 ℃ selama 7 jam mengasilkan laju pengeringan tertinggi pada awal pengeringan dengan nilai 4,23 %/jam, kadar air menurun hingga 13,79 %, dan susut bobot 84 %. Biaya pengeringan pada suhu 70 ℃ dengan bahan talas 8 kg sebesar Rp 96.453,00, jauh lebih mahal dari hasil pengeringan dengan nilai Rp 19.200,00 dan biaya per kg Rp 12.054,00
- ItemPENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP MUTU FISIK DAN ORGANOLEPTIK KOPI ARABIKA(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09) Wahyono, Rudi; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaProses penyangraian adalah proses pembentukan rasa dan aroma pada biji kopi. Penyangraian sangat berperan penting terhadap hasil seduhan kopi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama penyangraian, diantaranya mesin sangrai, suhu dan waktu sangrai. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu dan waktu penyangraian terhadap sifat organoleptik kopi yang dihasilkan. Suhu dan waktu penyangraian yang digunakan adalah T1 (suhu 170 °C, waktu 25 menit), T2 (suhu 180 °C, waktu 20 menit) T3 (suhu 200 °C, waktu 15 menit). Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kadar air, warna, keasaman, dan organoleptik. Data dianalisis menggunakan metode Analysis of Varian (ANOVA) dan diuji menggunakan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa suhu dan waktu penyangraian memberikan pengaruh pada mutu fisik dan organoleptik kopi arabika yang dihasilkan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa secara mutu fisik, suhu dan waktu penyangraian mempengaruhi secara nyata hasil akhir kopi arabika pada parameter kadar air dengan kadar air yang dihasilkan dari ketiga perlakuan antara 1,38-1,89%, dan warna yang dihasilkan juga berbeda nyata pada taraf 5% dan pada perlakuan suhu 200˚C menghasilkan warna tergelap denan nilai 27,15. Pada mutu organoleptik, suhu dan waktu berpengaruh secara nyata pada parameter rasa dengan nilai antara 6,73-8,13. Pada parameter warna nilai yang didapatkan antara 6,60-8,03, dan pada parameter aroma kopi yang dihasilkan denan nilai antara 6,53-7,90.
- ItemSrategi Pemasaran Beras Kemas Dalam Meningkatkan Penjualan (Studi Kasus Pada Gapoktan Harapan Makmur(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Rahmasinta, Maulida; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaBeras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. Petani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi jutaan rumah tangga pertanian. Gapoktan Harapan Makmur merupakan lembaga usaha yang bergerak dalam bidang produksi beras. Studi ini menguraikan rumusan masalah, yaitu bagaimana strategi pemasaran beras yang dilakukan oleh Gapoktan Harapan Makmur dalam meningkatkan penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kejelasan tentang bagaimana Strategi Pemasaran Beras dalam Meningkatkan Penjualan pada Gapoktan Harapan Makmur. Peneliti menggunakan jenis penelitian studi lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Field research yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini menghasilkan data tentang strategi pemasaran yang diartikan sebagai fakta atau informasi dari Gapoktan Harapan Makmur. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan wawancara dan observasi langsung pada Ketua Gapoktan Harapan Makmur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan proses jual beli, Gapoktan Harapan Makmur menerapkan beberapa strategi pemasaran yaitu a) strategi produk dengan menawarkan 4 macam merek beras, b) strategi penetapan harga yang ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan, c) strategi tempat/distribusi dengan melihat berbagai potensi pasar pada suatu wilayah dan d) strategi promosi dengan menggunakan media online yaitu melalui Facebook dan WhatsApp, dan media offline yaitu brosur dan pamflet.
- ItemOptimasi Rumah Pengering Tenaga Surya Dengan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD)(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Putra, Muhammad Dimastria; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPengeringan kopi dengan sinar matahari memerlukan waktu yang sangat lama sehingga perancangan greenhouse pengering dengan bahan dasar polikarbonat dapat meningkatkan proses hingga dua kali lipat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang rumah pengering tenaga surya dan mengetahui sebaran suhu dengan menggunakan analisis Computational Fluid Dynamic (CFD). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah optimasi menggunakan Solidworks 2018 dan untuk analisis CFD menggunakan Solidworks flow simulation 2018. Perlakukan yang dilakukan sebanyak 5 (lima) skenario terhadap posisi dan jumlah kipas pembuang, serta 4 (empat) skenario tingkatan tray (lapis). Optimasi terdiri dari penentuan parameter pengeringan, pembuatan sketsa 2d, pemilihan material bahan, pembuatan gambar 3D, dam proses evaluasi desain menggunakan CFD. Berdasarkan hasil iterasi simulasi CFD menunjukan bahwa keseragaman sebaran udara panas yang optimal terdapat pada skenario 1 layer 4 dengan posisi kipas buang dibawah tepatnya dibagian depan dekat pintu masuk sebanyak 2 (buah), dan dibawah tepatnya dibagian samping belakang kanan dan kiri masing-masing sebanyak 1 (buah). Pada skenario 1 layer 4 memiliki rata-rata suhu dalam ruangan 63,48 C, ΔT adalah 40,9 C dan memiliki standar deviasi sebesar 3,20.
- ItemPENGUJIAN PROTOTIPE SENSOR JARAK LASER TOF 10120 PADA TEKNIK IRIGASI BASAH KERING AWD (Alternate Wetting Drying)(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Setiawan, Nugie; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaDalam banyak kondisi, pemantauan data cairan konvensional berdasarkan sensor Sensor ToF10120 memberikan pembacaan yang kurang dapat diandalkan karena. Selain itu, dalam beberapa kondisi, tidak hanya perlu mengukur ketinggian air tetapi juga mengontrol kelebihan atau kekurangan air. Serta kinerja sensor ToF10120. Untuk mengatasi masalah tersebut, Laporan ini mengusulkan sistem pengukuran air dengan menggunakan pengapung yang di baca dengan pantulan cahaya laser dari sensor ToF10120. untuk mengukur level air dalam bak ember. diperlukan pengapung dan rangakain sistem mikrokontroller. Sistem yang diusulkan juga menyediakan pengontrolan ketinggian air secara otomatis dengan menghubungkan modul lora ke generator pembuka tutup pintu air. sistem ini akan mengontrol kelebihan atau kekurangan air.
- ItemANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE (DFT)(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Khofifah, Indri; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaBagi masyarakat Indonesia sayuran tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan budidaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyrakat akan sayuran yaitu budidaya sayuran sawi. Salah satu jenis sayuran sawi yang banyak dibudidayakan saat ini yaitu pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan sayuran dengan proses budidaya selama 45 hari untuk dikonsumsi daunnya. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam melakukan budidaya tanaman pakcoy adalah dengan teknik hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT). Tugas akhir ini bertujuan menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha budidaya sistem hidroponik DFT yang dikelola oleh BBPP Lembang. Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dilanjutkan, dapat ditentukan dengan cara menganalisis aspek ekonomi yang meliputi analisis Keuntungan, R/C ratio, dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis yang didapatkan dari usahatani budidaya hidroponik sistem DFT tanaman pakcoy 1000 lubang tanam di BBPP Lembang mendapat keuntungan sebesar Rp 556.563, - setiap musim dengan nilai R/C ratio 1,35 dimana nilai R/C lebih dari 1 ini artinya usaha layak untuk dijalankan, serta mengalami titik impas apabila hasil panen yang diperoleh sebanyak 134 kg, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 581.437, - , dan harga pakcoy Rp 8.908, -/kg
- ItemPENGUJIAN OTOMATISASI SISTEM PENGKABUTAN MENGGUNAKAN SENSOR KELEMBABAN TANAH (Capacitive Soil Moisture Sensor V1.2) PADA INSTALASI AEROPONIK(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Ridho; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaAeroponik adalah sebuah teknik bertanam dengan cara menggantungkan akar tanaman tersebut di udara dan tumbuh di lingkungan lembab tanpa tanah, karena akarnya digantungkan di udara, dan tidak memerlukan tanah, maka memungkinkan teknik ini untuk dilakukan hampir di mana saja (Siregar dan Rivai, 2018). Tujuan tugas akhir yaitu mendesain rancang bangun instalasi aeroponik dengan sistem pengendali otomatis. dan Penggunaan alat mikrokontroler. Metode pengumpulan data yaitu metode penelitian deskriptif. Pada pembuatan rancang bangun instalasi aeroponik, dan membuat sistem kontrol dengan Internet of Things (IoT), selain itu dilakukan pengujian antara Uji Analisa debit instalasi Aeroponik yaitu Q tot 1,61x10-3 M3/S, uji keseragaman semprotan air pada nozzle dengan hasil 97% dan Pengujian fungsi sistem kontrol instalasi aeroponik. Pada pembuatan mikrokontroler dengan memanfaatkan IoT, Rancang bangun aeroponik dibuat berdasarkan desain yang telah dibuat dengan ukuran keseluruhan yaitu Panjang 6 meter, lebaran 1, 04 meter dan tinggi 1 meter dan juga dengan detail-detail perancangan pada instalasi aeroponik. Penggunaan instalasi aeroponik dengan otomatisasi pompa pendorong aeroponik dapat dikendalikan secara otomatis melalui sistem kontrol utama yaitu sensor kelembaban pada rockwool yang didukung dengan mikrokontroler.
- ItemPengembangan Rancangan Traktor Roda Satu Menggunakan software Solidworks(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Putra, Indi Dwi; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaTerbatasnya prasarana pertanian seperti jalan menuju lokasi usaha tani maupun bengkel tempat perbaikan alsintan, dapat mengurangi mobilitas operasional dan produktivitas kerja dari alsintan yang menjadikan kinerja alsintan tidak optimal. Tujuan tugas akhir yang dilakukan adalah mengetahui prinsip kerja traktor roda satu dan melakukan pengembangan rancangan desain traktor roda satu. Pelaksanaan kegiatan penelitian Tugas Akhir dilaksanakan pada 6 Juni 2022 – 19 Juli 2022. Tempat dilaksanakannya yaitu di laboratorium desain kampus PEPI. Metode tugas akhir rancangan traktor roda satu menggunakan software SolidWorks ini dibagi menjadi beberapa prosedur tahapan, yaitu tahapan identifikasi, tahapan analisa teknis, tahapan sketsa, tahapan gambar desain dan tahapan simulasi gambar kerja. Hasil perancangan alat ini didasarkan hasil pengamatan dan literatur traktor yang sudah ada, kemudian dilakukan perancangan traktor roda satu. Rancangan desain traktor roda satu ini mempunyai 8 bagian utama, yaitu : accessories, implement, rangka traktor, sistem penggerak utama, sistem transmisi gear, sistem transmisi roda dan sistem transmisi sabuk pulley.
- ItemANALISIS EKONOMI DAN KELAYAKAN PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KEMASAN BERAS ORGANIK(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Maulidah, Nada Ahsana; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaRespon konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi. Tahapan pascapanen yang mempengaruhi mutu beras diantaranya adalah pengemasan. Pengemasan merupakan salah satu faktor penting untuk menjaga produk agar dapat disimpan lebih lama dan memiliki kualitas yang tetap terjaga. Kemasan vakum mampu mempertahankan kualitas beras selama penyimpanan Adapun produk beras kemasan yang di produksi Gapoktan Simpatik yaitu beras Sukapura, Sunria dan Galunggung. Tujuan dari pengkajian ini adalah mengetahui perbandingan minat konsumen dari ketiga kemasan beras organik dan analisis ekonomi. Penelitian ini menggunakan data analisis kuantitatif dan diolah menggunakan uji anova. Hasil dari pengkajian didapatkan data minat kemasan produk yang variatif, berdasarkan analisis ekonomi usaha penjualan produk berkategori layak dijalankan.
- ItemPENERAPAN IOT (INTERNET OF THINGS) PADA SISTEM IRIGASI SPRINKLER FOGGER TANAMAN SELADA(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Shidqi Khoirie, Faiz; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPenerapan IoT pada sektor pertanian menjadi gagasan baru yang harus dikembangkan dan sangat tepat untuk direalisasikan pada sektor pertanian. Karena IoT mampu menjawab semua permasalahan yang dimiliki oleh petani. Adanya IoT dapat mengubah kegiatan pertanian khususnya sistem irigasi pada tanaman, tanpa harus berada pada suatu lokasi tempat instalasi perangkat. Sehingga ini menjadikan solusi untuk menjaga kelembaban tanah. Sensor soil moisture VL.2 adalah sensor kelembaban tanah berfungsi untuk mendeteksi kadar kelembaban tanah. BBPP Lembang memiliki instalasi sprinkler yang sudah terpasang dengan IoT. Aplikasi yang diterapkan di lahan irigasi sprinkler IUT BBPP Lembang dinamakan “Smart Farming BBPP”. Aplikasi ini berfungsi sebagai platform untuk menjalankan dan mengoperasikan on/off pompa air penyiraman tanaman dan terdapat fitur/tampilan monitoring kelembaban tanah, kelembaban udara dan temperatur suhu diluar lingkungan sekitar. Nilai kelembaban tanah, kelembaban udara dan temperatur suhu dilingkungan sekitar dikirimkan oleh NodeMCU ESP8266 ke modul IoT. Tampilan menu dari sistem tersebut terlihat dua menu yaitu monitoring kelembaban tanah dan kontrol pompa irigasi. Pada kontrol pompa irigasi pengguna melakukan interaksi dari pengguna aplikasi, maka secara otomatis akan memberikan notifikasi pada sistem ke smartphone yang telah terinstal aplikasi. Konsep IoT yang diterapkan di BBPP Lembang mampu menghasilkan sistem monitoring yang efektif dan efisien karena tidak terkendala dengan jarak sehingga pemilik tanaman dapat melakukan monitoring terhadap penyiraman tanaman.
- ItemPengambilan Data Kapasitas Dan Kualitas Output Mesin Perajang Sawut Singkong(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Chilmi, Anifuddin Sacahawahul; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaSingkong atau ubi kayu merupakan tanaman dengan kandungan karbohidrat yang tinggi. Pemanfaatan singkong dapat dijadikan berbagai makanan, salah satunya jajanan sawut singkong. Perajang singkong merupakan alat mesin yang memiliki fungsi mengiris singkong menjadi ketebalan tertentu. Pengujian mesin ini berupa uji kapasitas, uji keseragaman, dan ketebalan keluaran atau hasil perajangan. Pengujian bersifat kuantitatif dan metode yang digunakan deskriptif eksplanatori. Berdasarkan pengujian ini diperoleh data kapasitas terbesar 25,8 kg/jam dengan waktu 11,28 yang terjadi pada pengaturan pisau B dengan jarak pisau 5 mm, didapatkan niai efisiensi paling tinggi sebesar 79,2%. Data ketebalan didapatkan nilai sebesar 0,848 mm untuk pengaturan pisau A dan 0,916 mm pengaturan pisau B. pisau jarak ± 3mm memiliki Std. Deviasi 0,188 dan Koef. Variasi 22,2%, dan pada jarak ± 5mm memiliki Std. Deviasi 0,149 dan Koef. Variasi 16,3%. presentase kerusakan produk tertinggi pada jarak ± 5mm sebesar 19, 9 %. Kapasitas efektifitas tertinggi diantara pengaturan A pada jarak ± 3mm 25,8 kg/jam sebesar pengaturan pengaturan B pada jarak ± 5mm kapasitasnya sebesar 22,1 kg/jam. Hasil perajangan paling baik selama pengujian ini pada pengaturan pisau A pada jarak ± 3mm sebesar 0,91 mm, rata-rata lebar 5,8 mm, dan rataan panjang 5,15 mm. menyebabkan kerusakan lebih tinggi sebesar 19% hampir mendekati batas standar kerusakan 20%
- ItemPERAN GROUND SENSOR PADA SISTEM FERTIGASI IRIGASI TETES TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN MELON DI BBPP LEMBANG(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Arismawati, Liza; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaSelama ini, kebanyakan petanidi Indonesia hanya menggunakan pengatur waktu (timer) dalam upaya mengatur penjadwalan irigasi tetes. Cara ini masih kurang efektif dalam memberi air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman karena hanya mampu mengatur pemberian irigasi berdasarkan interval waktu yang telah ditentukan saja. Hal ini membuat kelebihan maupun kekurangan air tidak dapat dikendalikan. Salah satu sistem irigasi yang dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman adalah sistem irigasi tetes, khususnya sistem irigasi tetes berbasis Internet of Things (IoT). Tujuannya untuk mengetahui peran IoT terhadap pertumbuhan tanaman sebagai kendali penuh terhadap tanaman-tanaman mulai dari monitoring kondisi tanaman secara real time hingga mengendalikan penggunaan debit air. Metode pengamatan yang dilakukan yaitu, studi literatur, observasi dan metode pengujian. Berdasarkan hasil pengamatan, penyiraman secara otomatis dilakukan sebanyak 5 kali sebesar 1000 ml dan manual dilakukan penyiraman sebanyak 3 kali sebanyak 900 ml. Sehingga didapat nilai kelembaban tanah terendah yaitu 11,6% - 17% dan nilai tertinggi 31,2% - 39%. Rata – rata tinggi tanaman dengan irigasi tetes otomatis 121,3 cm dan tanaman dengan penyiraman manual 118 cm; diameter pangkal dengan irigasi tetes otomatis 0,72 cm dan manual 0,61 cm; diameter batang 1 m dengan irigasi otomatis 0,32 cm dan manual 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa otomasi baik dihubungkan dengan ground sensor karena pada tanaman dengan sistem irigasi otomatis larutan nutrisi tersedia dalam rentang waktu yang lebih lama dibandingkan manual.
- ItemRANCANG BANGUN ALAT SOIL MOISTURE SENSOR PADA LAHAN IRIGASI TETES BERBASIS ESP32(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Maulana, Adrian; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKemajuan teknologi tidak bisa dihindari sehingga menyebabkan sektor pertanian di Indonesia harus mengalami industri 4.0, walaupun penyebaran industri 4.0 belum merata dikarenakan sumber daya manusia (SDM), kondisi lahan dan sosial budaya masyarakat. Melalui industri 4.0 membuat pertanian semakin efisien. Oleh karena itu melalui dobrakan teknologi, petani memikirkan cara memberikan air irigasi yang efisien menggunakan sensor. Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang bangun alat soil moistur sensor berbasis ESP32 agar dapat mengetahui persenan dari kelembaban tanah dan menguji kinerja sensor serta mikrokontroller secara fungsional. Daya yang didapatkan untuk rancang bangun alat ini yaitu dari solar panel 10 Watt Peak (WP) yang dapat mengisi pada baterai sebesar 12.6 volt yang akan diberikan kepada solenoid valve serta sensor. Alat ini menggunakan perangkat keras seperti soil moisture sensor, mikrokontroller dan solenoid valve. Rancang bangun ini dapat membaca kelembaban tanah mulai dari 0 % sampai 100 %. Hanya perlu penyesuaian dengan kebutuhan tanaman yang akan ditanam nantinya. Pada tahap simulasi yang digunakan yaitu sensor akan membaca kelembaban tanah kemudian jika sensor membaca data kurang dari 20 % maka solenoid akan terbuka dan jika sensor membaca kelembaban tanah lebih dari 20 % solenoid valve akan tertutup.
- ItemANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BENIH KENTANG G0 (Solanum tuberosum L.) SISTEM AEOROPONIK(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Ayu Safira, Mutiara; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat yang merupakan famili Solanaceae, tanaman kentang ini memiliki nilai gizi yang sangat tinggi sehingga perlu ditingkatkan produksi dalam segi kulitas maupun kuantitasnya. Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran di udara tanpa menggunakan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan hara atau nutrisi disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Tugas Akhir ini dilakukan untuk mengetahui keuntungan dan kelayakan usahatani benih kentang G0 (Solanum tuberosum L.) dengan sistem aeroponic dan menganalisis aspek yang meliputi keuntungan, Break Event Point (BEP) dan R/C Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan Keuntungan usahatani benih kentang G0 sistem aeroponik di BBPP Lembang dengan modal produksi Rp 10,520,123 dan penerimaan Rp 15.000.000, maka pendapatan atau keuntungan yang di dapatkan Rp 4.479.877. Kelayakan usahatani benih kentang G0 sistem aeroponik di BBPP Lembang dengan BEP unit atau produksi benih kentang G0 penjualan basah sebanyak 3.507 knol dan BEP unit atau produksi benih kentang G0 dormansi sebanyak 2.630 knol dan BEP harga Rp 1.202 artinya mencapai titik impas atau tidak untung dan tidak rugi, serta R/C Ratio 1,4 dikatakan layak diusahakan di BBPP Lembang
- ItemRANCANG BANGUN ALAT MONITORING ELECTRICAL CONDUCTIVITY (EC) DAN NILAI POWER OF HYDROGEN (pH) PADA INSTALASI HIDROPONIK(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Marwah, Sofwa; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaLahan pertanian yang menyempit mengakibatkan banyak petani dan masyarakat yang berpindah cara bercocok tanam dari cara konvensional menjadi budidaya dengan teknologi tanpa media tanam salah satunya sistem hidroponik. Dalam proses budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik harus selalu dilakukan pengecekan kadar nutrisi pada media air, pengecekan ini harus dilakukan minimal 1 kali sehari menggunakan TDS Meter. Dalam larutan nutrisi hidroponik tersebut terdapat kandungan garam yang terlarut yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, kandungan garam ini bisa diukur secara akurat menggunakan EC meter atau sensor EC. Selain kandungan garam, nilai asam pada larutan nutrisi hidroponik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, sehingga nilai pH tanaman juga harus diperhatikan, nilai pH ini bisa diukur menggunakan sensor pH. Pada kegiatan ini saya ingin membuat sebuah alat untuk monitoring kadar nutrsisi Electrical Conductivity (EC) dan kadar pH Air pada sistem budidaya hidroponik yang bisa dimonitoring melalui LCD. Alat ini tentunya akan memudahkan petani dalam proses budidaya hidroponik. Metode pengujian alat menggunakan larutan kalibrasi dan pengaruh suhu terhadap nilai EC dan pH yang dihasilkan. Melalui pengujian sensor EC dan sensor pH akan mendapatkan persamaan yang selannjutnya akan dijadikan acuan pada program mikrokontroller. Hasil dari pengujian ini didapatkan bahwa nilai EC dan pH berbanding lurus dengan suhu, seiiring naiknya suhu maka nilai EC dan pH akan naik dan tegangan yg dihasilkan juga meningkat.
- ItemUJI UNJUK KERJA SISTEM IRIGASI TETES PADA TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Elok Kurniasih, Qoria; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaAir merupakan sumber kehidupan yang memiliki peran sangat penting, salah satunya bagi tumbuhan. Irigasi tetes merupakan inovasi teknik pemberian air pada daerah perakaran tanaman dengan efisien. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisa hasil kinerja sistem irigasi tetes pada tanaman melon. Kajian tugas akhir ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu tahapan persiapan, pengujian, dan pengolahan data. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2022 di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang (BBPP Lembang). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung. Populasi tanaman melon sebanyak 400 tanaman, dengan sampel yang diambil sebanyak 40 tanaman melon. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu menggunakan metode acak sistematis. Pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi microsoft excel. Hasil dari kajian ini diperoleh rata-rata debit penetes dengan 3 hari pengulangan sebesar 1,63 × 10−3 liter/detik. Berdasarkan pengujian koefisien keseragaman (CU) diperoleh rata-rata nilai CU sebesar 99,996%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai CU pada sistem irigasi tetes tergolong baik. Hasil rata-rata yang didapatkan dalam pengujian keseragaman pemberian air (EU) sebesar 99,52%, dan termasuk kriteria sangat baik. Pada pengujian efisiensi penyimanan (Ea) diperoleh rata-rata sebesar 89,57% dimana hal tersebut termasuk cukup baik. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor meliputi sistem penjadwalan pemberian air dan perawatan yang dilakukan. Berdasarkan hasil dari pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem irigasi tetes pada tanaman melon di BBPP Lembang memiliki kinerja yang baik dan cukup efisien.
- ItemKarakteristik Mutu Pengeringan Nanas Menggunakan Food Dehydrator Dan Tray Dryer(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Kartika, Zuliyana; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaBuah nanas mempunyai daya simpan yang relatif pendek yaitu antara satu sampai tujuh hari. Salah satu alternatif untuk memperpanjang daya simpan buah nanas adalah dengan mengeringkan buah nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap tebal irisan dan metode pengeringan buah nanas terhadap karakteristik mutu nanas kering terbaik. Penelitian ini menggunakan dua faktorial, yaitu tebal irisan (T): 7 mm (T1) dan 10 mm (T2) serta menggunakan metode pengeringan (P): sinar matahari (P1), tray dryer (P2) dan food dehydrator (P3). Parameter yang dianalisis meliputi kadar air, nilai derajat keasaman (pH), nilai organoleptik warna dan aroma lalu dilakukan uji penentuan mutu terbaik menggunakan metode Bayes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air semakin menurun dengan menggunakan alat pengering disetiap perbedaan ketebalan irisan dibanding dengan menggunakan sinar matahari. Nilai pH semakin meningkat dengan menggunakan alat pengering disetiap perbedaan ketebalan irisan dibanding dengan menggunakan sinar matahari. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna dan aroma nanas kering semakin meningkat dengan menggunakan alat pengering disetiap perbedaan ketebalan irisan dibanding dengan menggunakan sinar matahari. Hasil buah nanas kering terbaik menurut metode Bayes adalah pada tebal irisan 7 mm dan metode pengeringan food dehydrator (T1P3) dimana hasil yang didapatkan nilai kadar air sebesar 18,39%. Nilai derajat keasaman (pH) sebesar 3,52. Nilai organoleptik warna berdasarkan uji hedonik sebesar 3,49 yang menyatakan suka dan nilai organoleptik sebesar 3,92 yang menyatakan suka
- ItemUJI FISIK DAN ORGANOLEPTIK PADA TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea Batatas var Ayamurasaki)(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Natasya, Retno; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaUbi jalar ungu banyak ditemui di Indonesia, tetapi pemanfaatannya masih rendah sehingga umur simpannya tidak bertahan lama. Oleh karena itu dilakukan pengolahan menjadi tepung ubi jalar ungu. Tahapan penting dalam pembuatan tepung ubi jalar ungu adalah pengeringan. Pengeringan dengan suhu tidak dikontrol akan menurunkan mutu tepung, baik secara fisik maupun organoleptik, dengan adanya hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian sifat fisik dan organoleptik tepung ubi jalar ungu dengan menggunakan perbedaan suhu pengeringan sehingga dapat diketahui proses pengeringan mana yang mempunyai sifat fisik dan organoleptik yang baik. Rancangan percobaan menggunakan 4 perlakuan suhu pengeringan yang berbeda yaitu T0, T1, T2 dan T3 selama 8 jam. Perlakuan T0 memiliki kadar air tertinggi yaitu 10,74 %. Perlakuan T0 memiliki randemen tertinggi yaitu 40 %. Perlakuan T0 memiliki nilai warna kecerahan tertinggi yaitu 65,02 %. Semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka kadar air, randemen dan warna semakin menurun. Hasil uji organoleptik tertinggi dari segi warna yaitu T0 sebesar 4,6, aroma yaitu T1 sebesar 4,5 dan tekstur yaitu T3 sebesar 4,67.
- ItemPemanfaatan Loofah Sponge dan Daun Bambu pada Filter untuk Menaikkan Kualitas Air Limbah Pupuk Kimia dengan Parameter pH dan TDS(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 9/1/2022) Noor Maytila, Vicy; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKualitas air yang berkurang seiring dengan bertambahnya penggunaan bahan kimia dalam kegiatan manusia sehari – hari. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian. Pengaruh ketebalan media filtrasi daun bambu dan loofah sponge terhadap kualitas air yang tercemar limbah pertanian. Bahan – bahan filter air berupa kerikil,sabut kelapa,pasir kuarsa, zeolite, daun bambu, dan loofah sponge.Alat filter berupa pipa ukuran 1 meter dengan diameter 4”. Aliran air intermitten (gaya gravitasi bumi). Perlakuan 1 dengan perbedaan ketebalan pada media daun bambu dan loofah sponge dapat menaikkan kadar pH dalam air dari 5,0 menjadi 6,5 dan pada perlakuan 2 dapat menaikkan kadar pH air dari 5,0 ke 7,8. Sedangkan dengan parameter TDS perlakuan 1 dapat menurunkan kadar ppm dari 2510 ppm menjadi 1393,3 ppm dan perlakuan 2 dapat menurunkan kadar ppm dari 2510 ppm menjadi 1080 ppm. Uji ANOVA menyatakan bahwa pada perlakuan 1 mempunyai signifikansi 0,001 dan perlakuan 2 mempunyai signifikansi 0,003 dapat dinyatakan terdapat perbedaan signifikan pada perbedaan ketebalan media filter air. Penggunaan limbah padat pertanian berupa daun bambu dan loofah sponge terbukti dapat menurunkan menaikkan kadar pH menjadi netral dan menurunkan nilai ppm yang signifikan terhadap limbah pupuk kimia majemuk.