Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan by Title
Now showing 1 - 20 of 65
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Perluasan dan Penyiasatan Pasar Ekspor Tanaman Pangan(Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP, 2005) Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianBuku Analisa Perluasan dan Penyiasatan Pasar Ekspor Tanaman Pangan menjelaskan tentang peraturan ekspor tanaman pangan di negara Jepang dan China.
- ItemAnalisis Dan Penilaian Pasar Produk Unggulan Perkebunan, Identifikasi Negara Utama Tujuan Ekspor, Serta Hambatan Perdagangannya(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2021) Dikin, Antarjo; Rulianti, Ebi; Silalahi, Agnes Verawaty; Saputra, Boy Arif; Mulyasari, Melly; Ambarwati, Rita; Mangunsong, Raden Carlos; Kurniawan, Kukuh KurniawanKajian ini dilakukan sebagai salah satu tahapan penting dari Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida) di subsektor perkebunan. Gerakan ini merupakan strategi unggulan untuk mengoptimalkan hasil-hasil perkebunan di pasar ekspor sehingga diharapkan dapat memberikan dampak lebih signifikan lagi ke sektor pertanian dan perekonomian secara umum.
- ItemANALISIS PROSPEK EKONOMI TEMBAKAU DI PASAR DUNIA DAN REFLEKSINYA DI INDONESIA TAHUN 2010(Balai Penelitian Tembakau dan Serat, 2008) SUDARYANTO, Tahlim; Prajogo U. Hadi; Supena Friyatno; Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertanian; Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen PertanianSelama dasawarsa terakhir, meluasnya kampanye antitembakau karena pertimbangan kesehatan yang diperkuat dengan telah diratifikasinya Konvensi Kerangka Pengendalian Tembakau, berkurangnya dukungan pemerintah untuk pengembangan ekonomi tembakau, serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan, maka ancaman terha-dap ekonomi tembakau dunia dan Indonesia mulai terasa. Dikhawatirkan ekonomi tembakau dunia akan terus mengala-mi penurunan dan berdampak pada Indonesia. Sehubungan dengan itu, makalah ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis prospek produksi, konsumsi, ekspor, dan impor tembakau di pasar dunia dan Indonesia tahun 2010; (2) Menganalisis peranan agribisnis tembakau dan industri rokok dalam perekonomian nasional; dan (3) Mengidentifikasi prospek peng-gunaan tembakau untuk produk selain rokok. Beberapa temuan penting adalah sebagai berikut. Pertama, secara global, prospek ekonomi tembakau sampai tahun 2010 masih cukup baik. Produksi, konsumsi, ekspor, dan impor diproyeksi-kan masih akan meningkat sampai tahun 2010. Produksi dan konsumsi lebih cepat meningkat di negara berkembang di-banding di negara maju; konsumsi di negara berkembang cepat meningkat sedangkan di negara maju menurun; ekspor dari negara maju dan negara berkembang sama-sama meningkat dengan laju peningkatan yang lambat; dan impor ke negara maju cepat meningkat, sedangkan ke negara berkembang sedikit meningkat. Kedua, di Indonesia, produksi dan konsumsi pada tahun 2010 diproyeksikan akan sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2005, tetapi jauh lebih rendah diban-ding tahun 1997–1999. Dalam perdagangan internasional, komoditas tembakau dan rokok lebih banyak menguras dari-pada menghasilkan devisa negara. Dalam perekonomian nasional, peranan agribisnis tembakau dan industri rokok da-lam penciptaan nilai output, nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja kurang signifikan, namun kedua sektor tersebut mempunyai angka pengganda (multiplier effect) output yang cukup besar, terutama tembakau. Angka pengganda untuk tenaga kerja agribisnis tembakau lebih besar daripada industri rokok. Agribisnis tembakau mampu menarik sektor hulu dan mendorong sektor hilir untuk berkembang, sedangkan industri rokok hanya mampu mendorong sektor hilir saja. Kedua sektor (terutama industri rokok) memberikan sumbangan sekitar 7% terhadap penerimaan negara dari dalam ne-geri. Ketiga, dalam daun dan batang tembakau ada unsur-unsur yang dapat dikonsumsi manusia yaitu protein, gula, mi-nyak eter, nitrogen, fosfat, dan kalium. Kandungan protein dalam tembakau lebih banyak dibanding dalam kedelai dan mempunyai kualitas yang sama dengan protein dalam air susu mamalia. Produk sisa (waste) dari proses pengolah-an/ekstraksi protein/gula dapat digunakan untuk pakan ternak dan pupuk organik tanaman. Disarankan agar ada keseim-bangan antara aspek ekonomi dan aspek kesehatan dalam pengembangan tembakau/industri rokok. Salah satu prioritas penelitian tembakau ke depan adalah mengurangi kandungan nikotin dan tar dalam tembakau.
- ItemAPLIKASI GELOMBANG ULTRASONIK UNTUK PENGOLAHAN BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) SUSILO, Bambang; Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Univ. Brawijaya, Malang Bambang; Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Univ. Brawijaya, MalangUmumnya pengolahan minyak jarak menjadi biodiesel dengan perlakuan panas pada temperatur antara 50oC s.d. 60oC. Pengolahan biodiesel dari minyak jarak pagar menggunakan gelombang ultrasonik dimaksudkan untuk mencari alternatif lain proses transesterifikasi tanpa menggunakan panas langsung dan diharapkan dapat mengurangi input ener-gi proses. Percobaan transesterifikasi minyak jarak dengan katalis KOH menggunakan pembangkit gelombang ultraso-nik dengan frekuensi 19,3 kHz dan frekuensi 29,53 kHz. Sebelum dilakukan transesterifikasi, minyak jarak dinetralisir hingga kandungan FFA berkisar 1%. Percobaan dilakukan dengan waktu proses 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dan volume minyak jarak yang telah dinetralisir masing-masing 200 ml, 300 ml, dan 400 ml. Penggunaan gelombang ultra-sonik meningkatkan suhu reaksi tanpa input panas langsung dan kebutuhan energi spesifik pengolahan minyak jarak menjadi biodiesel relatif rendah.
- ItemBiologi dan Morfologi Tembakau Madura(Balittas, 1999) BASUKI, Sesanti; Anik Herwati; Sri Yulaikah; Balittas
- ItemBuku Saku Penanganan Pascapanen Pala Secara Baik dan Benar (Good Handling Practices/GHP)(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2018) Sulistyorini, Henny; Abineno, Anggit Prastiwi; Asmoro, Helmi PutroPascapanen yang baik dan benar (Good Handling Practices/GHP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani pekebun). Melalui pascapanen yang baik akan dapat mengurangi kehilangan hasil, memperpanjang daya simpan serta memperbaiki mutu komoditi. Seiring dengan perkembangan zaman, diperlukan alat/tools yang praktis tentang cara penanganan pascapanen.
- ItemBunga Rampai Peningkatan Produktivitas Tebu Untuk Mempercepat Swasembada Gula(IAARD Press, 2016) Penyunting: Subiyakto; Emy Sulistyowati; Bambang Heliyanto; Rully Dyah Purwati; Titiek Yulianti; Djumali; Gatot Suharto Abdul Fatah; BalittasSetelah mengalami dua kali target swasembada gula tidak tercapai tahun 2009 dan 2014, maka pada akhir tahun 2016 Pemerintah kembali menetapkan beberapa target swasembada gula yang dituangkan dalam Peta Jalan Menuju Swasembada Gula. Pemerintah mencanangkan bahwa swasembada gula untuk konsumsi langsung rumah tangga dapat tercapai pada tahun 2019, dengan produksi gula dalam negeri sekitar 3,26 juta ton, sedangkan kebutuhan konsumsi langsung rumah tangga diperkirakan 3,12 juta ton. Untuk swasembada gula total (kebutuhan 80%) baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun konsumsi industri makanan dan minuman dapat tercapai pada tahun 2025 dengan target produksi gula dalam negeri sekitar 6,19 juta ton dengan kebutuhan dalam negeri 6,34 juta ton. Berbagai asumsi yang digunakan oleh Pemerintah dalam pencapaian swasembada gula antara lain deregulasi kebijakan yaitu merevisi beberapa Peraturan Pemerintah, penambahan lahan sekitar 705 ribu ha, intensifikasi areal existing, revitalisasi, dan amalgamasi PG, kebijakan industri gula satu pintu dan terintegrasi, stabilisasi harga, pengembangan infrastruktur, pengembangan riset dan teknologi serta optimalisasi kelembagaan petani. Dalam mengeksekusi asumsi tersebut diperlukan kerjasama berbagai pihak antara lain Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tantangan Kementerian Pertanian dalam target swasembada gula adalah dalam bidang on farm yaitu dukungan teknologi untuk mempercepat pencapaian swasembada gula. Dukungan teknologi tersebut telah berhasil disusun dan disajikan dalam buku Bunga Rampai. Buku ini terdiri atas 15 bab yang didahului dengan Pendahuluan, Isi berupa dukungan teknologi (Pemuliaan Tanaman Tebu sampai Pengelolaan Tebang Muat Angkut, dan Diversifikasi Produk) serta Penutup. Terimakasih kepada para penyusun, penyunting, redaksi pelaksana dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian Bunga Rampai ini. Semoga sumbang pemikiran ini bermanfaat dalam upaya mempercepat pencapaian swasembada gula untuk menuju kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
- ItemDiversifikasi Produk Olahan Pala(Pertanian Press, 2022) Fibriyanti, Dini; Pani, Rifqi Pasca Very Dwi; Kardiyono; BPTP MalukuIndonesia sudah sepatutnya bersyukur karena dipilih menjadi salah satu produsen Pala terbaik di dunia, dan Maluku merupakan wilayah penghasil Pala terbanyak di bumi Indonesia. Tanaman tropis ini mempunyai nilai ekonomis baik biji maupun daging buahnya. Olahan biji Pala antara lain dibuat menjadi bumbu masak dalam bentuk bubuk. Buah Pala memiliki keistimewaan yang tidak ditemukan pada buah lainnya, yaitu kandungan minyak atsiri secara alami dalam buahnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Seiring perkembangan zaman dan teknologi serta kebutuhan manusia, saat ini turunan Pala tidak hanya diolah menjadi bubuk dan manisan. Aneka produk olahan Pala yang memiliki prospek dan nilai ekonomi antara lain,sirup Pala, saos Pala, selai Pala, atau bahkan cooked oil yang berbahan utama Pala. Buku ini memuat informasi mengenai aneka produk olahan Pala dari hasil kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku dan review dari beberapa hasil penelitian lainnya.
- ItemDUKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT PADA PENDIRIAN PABRIK PEMINTALAN RAMI (SERAT PANJANG) DI KABUPATEN GARUT(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) Tim Pendirian Pabrik Rami (Pemda Garut); Tim Pendirian Pabrik Rami (Pemda Garut)
- ItemINDUSTRI BERBAHAN BAKU WIJEN DAN PERMASALAHANNYA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SUGIYARTI, Tutik; Pengrajin Wijen Kabupaten Sukoharjo; Pengrajin Wijen Kabupaten SukoharjoWijen (Sesamum indicum L.) sudah lama dikenal di dunia, karena banyak manfaat yang terkandung di dalamnya. Minyak yang berasal dari biji wijen mengandung asam lemak tidak jenuh sampai 86,5%, yang bila dikonsumsi mampu mengikat kelebihan kolesterol dalam darah, sehingga sangat baik untuk kesehatan. Biji wijen manfaatnya antara lain sebagai bahan baku industri, bahan industri rumah tangga, konsumsi keluarga, dan obat-obatan. Hasil samping minyak wijen berupa bungkil dapat diproses menjadi kecap yang mengandung protein. Dalam pengembangan industri berbahan baku wijen banyak kendala, antara lain peralatan yang masih tradisional, sehingga kualitas hasil kurang sempurna. Kemasan produk kurang menarik, dan pemasaran masih terbatas, karena kurang promosi. Untuk itu perlu adanya perbaikan dan pemecahan masalah dengan strategi teknologi bisnis yang tepat. Hal ini karena industri berbahan baku wijen punya peluang yang cukup cerah dan baik.
- ItemKEBIJAKAN INDUSTRI TPT BERBASIS RAMI DAN DUKUNGAN PADA PILOT PROJECT AGRIBISNIS RAMI DI KABUPATEN GARUT(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT); Departemen Perindustrian; Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT)
- ItemKEBIJAKAN PENGEMBANGAN RAMI DAN DUKUNGAN PADA PILOT PROJECT PENGEMBANGAN RAMI DI KABUPATEN GARUT(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) Direktorat Budi Daya Tanaman Semusim; Direktorat Jenderal Perkebunan; Departemen Pertanian; Direktorat Budi Daya Tanaman Semusim
- ItemKERAGAAN INDUSTRI SIGARET KERETEK(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) ACHMAD, Djufan; Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia; Mukani; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemMenjaring investasi meraih swasembada gula(IAARD Press, 2018-09-05) Sulaiman, Andi Amran; Subagyono, Kasdi; Soetopo, Deciyanto; Richana, Nur; Syukur, Mat; Hermanto; Ardana, I Ketut; Balitbangtan
- ItemMODEL KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) WAHYUDI. Agus; Suci Wulandari; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor; Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanIndonesia bermaksud mengembangkan biofuel sebagai sumber alternatif energi yang terbarukan. Namun demi-kian, masih ada beberapa permasalahan utama yang harus diatasi, salah satunya menggunakan pendekatan agribisnis. Pengembangan agribisnis jarak pagar harus dilakukan secara horizontal, vertikal, dan terintegrasi. Pengembangan seca-ra horizontal dilakukan dengan memperbaiki kegiatan dari hulu sampai hilir dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk. Pengembangan secara vertikal dilakukan melalui jejaring kerja sama dalam upaya untuk membagi sumber daya dan risiko yang dihadapi. Semua upaya pengembangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi. Model yang bisa di-kembangkan berbentuk Desa Mandiri Energi atau Cluster Industri. Program Desa Mandiri Energi akan memberikan tambahan pendapatan dan kesempatan kerja bagi jutaan petani dan rumah tangga. Inti dari proyek bioenergi yang ber-kesinambungan, dalam konteks sosial, adalah apabila mereka dapat diterima dan memberikan manfaat bagi petani. Stra-tegi pengembangan agribisnis jarak pagar dilakukan dalam rangka mengoptimalkan peran dan dukungan pemerintah. Hal ini dicapai dengan menciptakan peraturan yang kondusif, memberikan dukungan dana, jasa pelayanan, dan teknolo-gi.
- ItemMutu Komponen Aktif Kakao(CV. Cahaya Arsh Publisher & Printing, 2021-06-21) Laboko, Asriani; Nurhafsah, Nurhafsah; BPTP Sulawesi Barat
- ItemOPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN DENGAN PENANAMAN RAPAT DAN TUMPANG SARI PADA PERTANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBELUM MENCAPAI KESTABILAN PRODUKSI(Bayumedia Publishing, 2008) WIDARYANTO, Eko; Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya, Malang; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPercobaan dilakukan pada bulan Februari s.d. Juni 2006 di lahan tadah hujan di daerah Merjosari, Lowokwaru, Kotamadya Malang pada ketinggian 500 m dpl. Curah hujan rata-rata 1.750 mm/th. Percobaan dengan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 5 macam tanaman sela sawi daging diikuti penanaman sawi hijau, buncis te-gak, kangkung darat, kacang merah, dan kacang tanah. Tanaman jarak pagar ditanam dengan jarak tanam separuh anjur-an yaitu 0,8 x 0,8 m, pada menjelang musim tanam, selanjutnya tanaman jarak pagar ditebang selang-seling sehingga jarak tanam menjadi 1,6 x 1,6 m. Adapun hasil tebangan batang jarak dijual sebagai bahan setek. Panen tanaman sela kangkung dilakukan secara ratoon 3 kali, panen sawi daging kemudian diikuti panen penanaman sawi hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pengaruh macam tanaman sela pada pertumbuhan awal tanaman jarak pa-gar, 2) Mengetahui nilai tambah dengan penanaman berbagai macam tanaman sela, dan 3) Pemanfaatan lahan dengan penanaman jarak pagar dengan rapat untuk mendapatkan hasil setek pada pemangkasan tahun pertama. Perlakuan je-nis tanaman sela seperti sawi daging, sawi hijau, kangkung darat, buncis tegak, kacang merah, dan kacang tanah tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan awal tanaman jarak pagar yang meliputi: tinggi tanaman, panjang tanam-an, jumlah daun, luas daun, indeks luas daun, lebar kanopi, jumlah tunas, panjang tunas, panjang batang tunas, dan jum-lah buah. Nilai R/C dihitung dengan menjumlah pendapatan tanaman sela dengan asumsi penjualan setek hasil pe-mangkasan jarak pagar senilai Rp9.450.000,00 per ha (setara dengan 9 setek/tanaman (3 bt x 3 setek) x 10.500 tanaman x Rp100,00 per setek) tanaman yang ditebang. Sedangkan biaya produksi dihitung dengan menjumlah biaya produksi tanaman sela dengan biaya budi daya tanaman pokok jarak serta biaya sewa tanah Rp1.000.000,00/tahun. R/C rasio ter-tinggi dicapai oleh perlakuan tumpang sari jarak pagar dan sawi daging sebesar 2,72 dengan keuntungan sebesar Rp22.149.100,00 kemudian, perlakuan tumpang sari jarak pagar dan kangkung darat dengan nilai R/C ratio sebesar 2,67 dengan keuntungan sebesar Rp20.838.800,00, kemudian perlakuan tumpang sari jarak pagar dan buncis tegak dengan nilai R/C ratio sebesar 2,11; keuntungan sebesar Rp12.332.610,00 perlakuan tumpang sari jarak pagar dan kacang me-rah dengan R/C ratio sebesar 1,56; dengan keuntungan sebesar Rp5.883.860,00 dan nilai R/C ratio terendah pada perla-kuan tumpang sari jarak pagar dan kacang tanah sebesar 1,31 dengan keuntungan sebesar Rp3.250.820,00.
- ItemPedoman Pengukuran Rendemen Minyak Kelapa Sawit(Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP, 2013-12) Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianBuku "Pedoman Pengukuran Rendemen Minyak Kelapa Sawit" ini merupakan revisi dari pedoman sebelumnya dan disusun sebagai acuan dalam melaksanakan pengukuran rendemen CPO dan Inti. Hal ini dilakukan agar mengikuti norma dan kriteria yang tepat dalam pengukurannya. Rendemen CPO dan Inti merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penentuan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani. Buku ini meliputi pendahuluan, tujuan, sasaran, karakteristik umum buah sawit, faktor yang mempengaruhi rendemen, pengukuran rendemen, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan rendemen dan penutup.
- ItemPedoman Teknis Pelayanan Informasi Pasar Komoditas Perkebunan(Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP, 2011-01) Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianBuku "Pedoman Teknis Pelayanan Informasi Pasar" ini memuat tentang metode pengumpulan, pengolahan, pengiriman data serta penyebarluasan informasi pasar. Pedoman teknis ini merupakan acuan operasional bagi Pembina dan Petugas PIP pada Dinas lingkup Pertanian balk di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota.
- ItemPedoman Teknis Penanganan Pascapanen Kakao(Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, 2012) Direktorat Jenderal PerkebunanPemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67 Tahun 2010 tentang Pemberlakuan Bea Keluar (BK) kakao sebesar 5-15 % mulai 1 April 2010. Kebijakan ini diharapkan akan mendorong industri pengolahan kakao dan mendorong petani untuk melakukan fermentasi biji kakao. Pemberlakuan BK kakao diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah sebanyak mungkin di dalam negeri. Di lain pihak, pemberlakuan automatic detention untuk biji kakao kepada seluruh negara pengekspor bisa menjadi momentum untuk memperbaiki mutu biji kakao dalam negeri dan mendekatkan proses produksi dengan cara mengubah model bisnis yang selama ini sudah berjalan.