Tugas Akhir
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Tugas Akhir by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 71
Results Per Page
Sort Options
- ItemPENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYANGRAIAN TERHADAP MUTU FISIK DAN ORGANOLEPTIK KOPI ARABIKA(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09) Wahyono, Rudi; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaProses penyangraian adalah proses pembentukan rasa dan aroma pada biji kopi. Penyangraian sangat berperan penting terhadap hasil seduhan kopi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama penyangraian, diantaranya mesin sangrai, suhu dan waktu sangrai. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu dan waktu penyangraian terhadap sifat organoleptik kopi yang dihasilkan. Suhu dan waktu penyangraian yang digunakan adalah T1 (suhu 170 °C, waktu 25 menit), T2 (suhu 180 °C, waktu 20 menit) T3 (suhu 200 °C, waktu 15 menit). Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kadar air, warna, keasaman, dan organoleptik. Data dianalisis menggunakan metode Analysis of Varian (ANOVA) dan diuji menggunakan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa suhu dan waktu penyangraian memberikan pengaruh pada mutu fisik dan organoleptik kopi arabika yang dihasilkan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa secara mutu fisik, suhu dan waktu penyangraian mempengaruhi secara nyata hasil akhir kopi arabika pada parameter kadar air dengan kadar air yang dihasilkan dari ketiga perlakuan antara 1,38-1,89%, dan warna yang dihasilkan juga berbeda nyata pada taraf 5% dan pada perlakuan suhu 200˚C menghasilkan warna tergelap denan nilai 27,15. Pada mutu organoleptik, suhu dan waktu berpengaruh secara nyata pada parameter rasa dengan nilai antara 6,73-8,13. Pada parameter warna nilai yang didapatkan antara 6,60-8,03, dan pada parameter aroma kopi yang dihasilkan denan nilai antara 6,53-7,90.
- ItemPengaruh Suhu Pada Pengering Tipe Lorong Terhadap Proses Pengeringan Umbi Talas(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09) Zuhri, Dian Al-Munawar; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaTalas merupakan komoditas yang memiliki kadar air yang tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan, salah satunya adalah menggunakan pengering tipe lorong. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui suhu optimal dan biaya pengeringan pada proses pengeringan umbi talas menggunakan pengering tipe lorong. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2022 di BBP MEKTAN Serpong. Penelitian ini menggunakan perlakuan yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor pertama suhu (T): 50, 60, 70 ℃ serta faktor kedua yaitu waktu 60 menit. Parameter yang dianalisis yaitu laju pengeringan, penurunan kadar air, susut bobot dan biaya pengeringan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pengeringan pada pengering tipe lorong memberikan pengaruh terhadap laju pengeringan, penurunan kadar air, susut bobot. Perlakukan terbaik suhu pengeringan terdapat pada suhu 70 ℃ selama 7 jam mengasilkan laju pengeringan tertinggi pada awal pengeringan dengan nilai 4,23 %/jam, kadar air menurun hingga 13,79 %, dan susut bobot 84 %. Biaya pengeringan pada suhu 70 ℃ dengan bahan talas 8 kg sebesar Rp 96.453,00, jauh lebih mahal dari hasil pengeringan dengan nilai Rp 19.200,00 dan biaya per kg Rp 12.054,00
- ItemPengaruh Jarak silinder Pengupas Dan Kecepatan Putaran Mesin (RPM) Pada Mesin Pulper Terhadap Hasil Pengupasan Biji Kopi (Coffea arabica. L)(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Rahmah, Sufiyati; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKopi arabika merupakan kopi dengan citarasa yang baik dengan kadar kafein yang rendah sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibanding dengan jenis kopi lain. Proses pengupasan (pulping) merupakan salah satu tahapan dalam proses pengolahan kopi yang menentukan nilai biji kopi HS utuh, biji pecah, serpihan kulit, dan biji terikut kulit. Mesin yang digunakan yaitu mesin pulper dua tingkat dengan prinsip kerja memisahkan biji kopi dari lapisan terluarnya untuk menghasilkan biji kopi HS (Hard Skin). Beberapa faktor yang mempengaruhi pengupasan diantaranya adalah jarak silinder pengupas dan kecepatan putaran mesin (rpm). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak silinder pengupas dan kecepatan putaran mesin (rpm) terhadap hasil pengupasan dan mencari jarak silinder pengupas dan kecepatan putaran mesin terbaik. Pengujian dilakukan dengan perlakuan jarak silinder pengupas dengan jarak 2,5 mm, 3 mm, dan 4,5 mm dan perlakuan kecepatan putar mesin dengan kecepatan 356 rpm, 465 rpm, dan 575 rpm. Data dianalisis menggunakan Analysis of Varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan, serta uji bayes untuk menentukan perlakuan terbaik pada variasi perlakuan. Pengupasan pada sampel J2K3 yaitu penggunaan jarak 3 mm dan kecepatan putar mesin 575 rpm menghasilkan rendemen kupas terbaik dengan nilai HS 43,3%, BP 1,9%, SK 5,7%, dan BK 22%.
- ItemUji Kinerja Alat Peranjang Singkong Tipe Vertikal Terhadap Mata Pisau(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Prasetya, Ilham Budhi; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaAlat Perajang singkong merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah dalam proses perajangan singkong. Alat perajang singkong yang digunakan dengan tipe vertikal dengan kecepatan mesin 459,6 RPM, diukur menggunakan tachometer. Alat perajang singkong yang telah ada saat ini belum diketahui uji kinerja hasil ketebalan rajangan, kerusakan hasil rajangan serta kapasitas (kg/jam). Tujuan dilakukan untuk mengetahui ketebalan, kerusakan dan kapasitas hasil rajangan. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksplanatori. Uji kinerja dilakukan menggunakan jarak celah 4,2 mm dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk mendapatkan jarak celah yang sesuai dan sudut 62˚ didapatkan dengan cara menarik garis lurus ke bagian teluar pisau (Permana, H. I 2013). Uji ketebalan irisan singkong dilakukan dengan berat 2 kg, 4 kg dan 6 kg (Permana, H. I 2013) , proses mencari ketebalan irisan singkong dengan cara mengambil 100 irisan singkong (Badan Standardisasi Nasional, 2014). Hasil ketebalan irisan diperoleh yaitu 1,207 mm, 1,197 mm dan 1,203 mm. Menurut SNI 0838-1:2014 syarat keragaman yaitu 1-3 mm, data yang didapatkan telah memenuhi standar. Persentase kerusakan mendapatkan data yaitu 6,7 %, 7,05 % dan 6,9 % dengan rata – rata yaitu 6,9 % didapatkan dari hasil cacat pengujian ketebalan irisan singkong, persentase telah memenuhi standar menurut SNI 0838-1:2014 dengan syarat tidak melebihi 20%. Kapasitas aktual yang diperoleh dari mesin yaitu 1,452 kg/menit atau menghasilkan 87,12 kg/jam. Data kapasitas aktual telah memenuhi standar SNI 0838-1:2014 dengan minimal hasil 50 kg/jam.
- ItemManufaktur Mesin Pencampur Benih Bayam Tipe Mobile(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Abdulloh, Nashirul Hakim; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaSayur bayam merupakan bahan pangan, tetapi bukan makanan pokok melainkan sebagai pelengkap atau penyeimbang. Meskipun demikian sayur bayam tidak dapat diabaikan begitu saja. Sudah banyak diketahui pentinnya sayur bayam untuk kesehatan masnusia, berbagai jenis maanfaat yang diperoleh jika kita mengkonsumsi sayur bayam organik khususnya. Mesin mixer merupakan mesin yang berfungsi untuk mengaduk atau mencampurkan 2 bahan atau lebih, yang berbeda sehingga menghasilkan percampuran yang sempuran dan merata. Prinsip kerjanya yaitu mesin yang mentransmisikan energi ke drum, sehingga drum beruputar dengan kemiringan antara 45°-50°. Cocopeat adalah media tanam yang terbuat dari sabut kelapa yang berfungsi untuk menggantikan media tanah dalam proses penanaman. Dengan kangdungan unsur hara yang dimiliki oleh media tanam cocopeat berupa fosfor, kalium, magnesium, natrium, dan kalsium yang sangat penting untuk mendukung pertumbuahan tanaman. Sehingga cocopeat layak untuk menggantikan tanah sebagai media tanam. (1). Dalam proses manufaktur terdapat beberapa alat yang digunakan antara lain: (a). Mesin gerinda yang dilengkapi dengan mata pisau cutting wheel. (b). Mesin las yang dilengkapi dengan kawat las RD 260 dengan tegangan arus listrik 70 A. (c). Mesin bor yang dilengka dengan mata bor 3 mm, 6 mm, 7 mm, 8 mm, 10 mm, dan 12 mm. (d). Mesin frais yang dilengkapi dengan mata bor 7 mm. (e). Mesin bubut yang dilengkapi dengan mata pisau bubut dalam, pisau bubut rata kanan dan mata bor 7 mm, 10 mm, 12 mm. (2). Pada proses manufaktur untuk menciptakan prototype memerlukan bahan-bahan yang mendukung antara lain: (a). Besi hollow galvanis dengan ukuran 40 mm x 40 mm x 1,7 mm (b). Besi pipa galvanis dengan ukuran 26 mm x 2 mm (c). Besi siku dengan ukuran 40 mm x 40 mm x 2mm (d). Plat sirip dengan ukuran 25 mm x 3 mm dan 25 mm x 5 mm (e). Besi behel 10 mm (f). Plat besi 2 mm.
- ItemPENGUJIAN PROTOTIPE SENSOR JARAK LASER TOF 10120 PADA TEKNIK IRIGASI BASAH KERING AWD (Alternate Wetting Drying)(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Setiawan, Nugie; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaDalam banyak kondisi, pemantauan data cairan konvensional berdasarkan sensor Sensor ToF10120 memberikan pembacaan yang kurang dapat diandalkan karena. Selain itu, dalam beberapa kondisi, tidak hanya perlu mengukur ketinggian air tetapi juga mengontrol kelebihan atau kekurangan air. Serta kinerja sensor ToF10120. Untuk mengatasi masalah tersebut, Laporan ini mengusulkan sistem pengukuran air dengan menggunakan pengapung yang di baca dengan pantulan cahaya laser dari sensor ToF10120. untuk mengukur level air dalam bak ember. diperlukan pengapung dan rangakain sistem mikrokontroller. Sistem yang diusulkan juga menyediakan pengontrolan ketinggian air secara otomatis dengan menghubungkan modul lora ke generator pembuka tutup pintu air. sistem ini akan mengontrol kelebihan atau kekurangan air.
- ItemPenerapan Acetic Acid Dan Sodium Hypochlorite Pada Perawatan Sistem Irigasi Tetes Di Greenhouse I BBPP Lembang(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPerawatan sistem irigasi tetes pada dasarnya dilakukan untuk meminimalisir penyebab kerusakan dan memperpanjang umur kerja pada sistem irigasi. Adapun penyebab permasalahan yang sering terjadi antara lain, endapan sisa-sisa nutrisi yang menyebabkan kerak pada dripstick, penyumbatan pada dripstick yang mengakibatkan aliran nutrisi tidak mengalir dengan lancar, Pada penelitian ini saya menggunakan 2 larutan yaitu acetic acid dan sodium hypochlorite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan acetic acid dan sodium hypochlorite pada perawatan sistem irigasi tetes bisa mengatasi permasalahan yang ada pada saluran irigasi berupa penyumbatan akibat kerak larutan nutrisi yang dapat dikeluarkan dengan larutan tersebut.
- ItemPanduan Perawatan Traktor Roda Empat John Deere 6100B Studi Kasus Di Pt Multi Andalan Sejati(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Maulana, Futra; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPerawatan mesin merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam kegiatan produksi. Hal yang biasanya dilakukan pada proses perawatan adalah melakukan pemeliharaan, perbaikan dari alat-alat, peralatan, mesin dan perlengkapanya serta semua unit yang berhubungan dengan proses produksi apabila terjadi kerusakan atau terdapat kendala dalam pengoprasian. Perawatan yang baik dapat meningkatkan performa dan juga umur pakai yang panjang, sehingga proses perawatan mesin menjadi sangatlah penting. Tugas akhir ini dikhususkan pada mesin traktor roda empat yang memiliki tingkat kerusakan yang tinggi, sehingga dapat menghemat biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan.Hasil tugas akhir menunjukan bahwa perawatan yang dilakukan pada traktor roda empat John Deere 6100B. meliputi perawatan sistem bahan bakar, sistem pelumasan, sistem pendingin, sistem hidrolik, sistem kelistrikan. Komponen yang harus dirawat pada traktor roda empat adalah fuel pump, filter solar, selang solar, klem pengunci, filter oli, filter hidrolik, filter udara, air radiator, wateer separator, kabel, aki.pompa pump, katup / valve. tangki hidrolik.
- ItemPENGUJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SISTEM FERTIGASI IRIGASI TETES PADA TANAMAN MELON DI GREEN HOUSE BBP MEKTAN(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Firman Zuhdi, Muhammad; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaMeningkatnya kelangkaan sumberdaya air bagi negara berkembang diprediksi akan menyebabkan turunnya pertumbuhan produksi pangan. Irigasi tetes menjadi salah satu solusi yang bisa mengatasi persediaan air. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tau metode penyiraman mana yang tepat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketersediaan air pada irigasi tetes dan bagaiamana pengaruh media tanam yang digunakan terhadap kemampuan menyimpan air irigasi. Media tanam yang digunakan yaitu cocopeat memiliki pengaruh besar terhadap proses pertumbuhan tanaman. Pada hasil pengamatan media tanam cocopeat didapatkan hasil berat isi sebesar 0.115 dan 0.118 gram/cm³, berat jenis sebesar 0.72 dan 0.86 gram/cm³, dan memiliki porositas yang tinggi yaitu sekitar 84% dan 86%. Kadar air yang tersedia pada cocopeat memiliki perbandingan pada berat basah 6 kali dari berat kering dengan persentase kadar air yaitu 505% dan 534%. Coefficient of Uniformity (CU) digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari irigasi tetes. Pengukuran nilai CU terhadap emitter di green house BBP Mektan memiliki nilai terendah sebesar 64% dan nilai tertinggi sebesar 94%. Sedangkan untuk emitter yang digunakan sebagai sampel penelitian memiliki nilai 96%. Metode penyiraman FAO, polibag, dan kocor dipilih untuk melihat seberapa besar pengaruh pemberian air dari ketiga metode tersebut terhadap pertumbuhan tanaman melon (Cucumis Melo L). Pada metode FAO proses Evapotranspirasi tanaman (ETC) dihitung berdasarkan luas area jarak tanam 50 x 50 cm yaitu 0.25 m², pada polibag dihitung pada luas area lingkar perakaran 0.0706 m² (diameter 30 cm), dan kocor dihitung berdasarkan luas area lingkar perakaran 0.0176 m² (diameter 15 cm). Nilai (Evapotranspirasi potensial) ETo didalam green house adalah 75% dari kondisi iklim mikro yang berada diluar green house. Dengan nilai ETC yang berbeda dari metode FAO, polibag, dan kocor berurutan mimiliki persentase keberhasilan pertumbuhan sebesar 100%, 80%, dan 65%.
- ItemUji Kinerja Mesin Tanam Padi Indo Jarwo Tipe Walking(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Rifaldi, Daffa Rizki; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaSektor pertanian memiliki peranan penting dalam sebagai penyedia pangan, dan pakan untuk hewan ternak.Petani adalah profesi utama sebagaian besar masyarakat Indonesia sebagai negara agraris. Padi sebagai sumber makanan pokok masyarakat di Indonesia sehingga sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Teknologi budidaya padi sudah banyak berkembang di Indonesia, salah satunya rice transplanter yang digunakan dalam proses penanaman padi. Proses penanaman padi akan menjadi lebih efektif dan efiesien. Kegiatan tugas akhir ini meliputi kegiatan pengujian mesin rice transplanter di lapangan untuk memperoleh data kapasitas kerja, kualitas penanaman, serta kondisi lahan yang uji yang dimualai dari observasi lahan, pengukuran kecepatan mesin, mengukur panjang lintasan, dan menganalisis data yang meliputi kedalaman tanam, sudut rebah, dan jarak tanam antar bibit yang dilanjutkan dengan analisis data. Berdasarkan pegngujian rice transplanter didapat nilai KLT sebesar 0,27 ha/jam atau 3,69 jam/ha, KLE sebesar 0.10 ha/jam atau 9.99 jam/ha, dan efisiensi sebesar 36,91%. Berdasarkan parameter SNI maka hasil parameter uji yang dilakukan masih belum memenuhi setandar (SNI)
- ItemModifikasi Implemen Penggulud Pada Mesin Cultivator Yanmar Tipe TE550N(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Putri, Sinta Diana; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaSejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia dari waktu ke waktu, cara pengolahan tanah pun ikut mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan. Petani sudah mulai mengganti cara mengolah tanah tradisional ke modern dengan menggunakan teknologi berupa alat mesin pertanian salah satunya cultivator. Pembuatan sebuah guludan secara manual dapat dibentuk dengan menggunakan cangkul sedangkan pembuatan guludan secara mekanis dapat dengan menggunakan bajak guludan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat implemen penggulud yang dapat diatur kelebarannya menjadi dua ukuran yang ingin dicapai. Guludan dengan lebar bawah 50 cm, lebar atas 30 cm, tinggi 20 cm untuk ukuran pertama dan lebar bawah 40 cm, lebar atas 20 cm, tinggi 20 cm untuk ukuran kedua. Metode pelaksanaan yang dilakukan yaitu identifikasi kebutuhan desain, membuat konsep desain implemen untuk jenis cultivator yanmar tipe TE550N, pembuatan prototipe dan pengambilan data uji fungsional. Identifikasi kebutuhan guludan dilakukan di Kabupaten Wonosobo dan pengambilan data hasil guludan berlokasi di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah dengan kondisi tanah berwarna merah bertekstur lempung yang telah digemburkan. Pengujian dilakukan dengan membuat sebanyak 6 lintasan/alur. 3 guludan untuk ukuran pertama dan 3 guludan untuk ukuran. Pembuatan 1 guludan dilakukan sebanyak 2 kali jalan berbolak-balik sepanjang 10 meter untuk memperoleh hasil yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil pada ukuran pertama memiliki rata-rata lebar guludan bawah 50,5 cm, lebar guludan atas 33 cm, tinggi 14,4 cm dan rata-rata lebar guludan bawah 39,6 cm, lebar guludan atas 23 cm, tinggi 14,1 cm untuk ukuran kedua. Maka dapat disimpulkan bahwa implemen penggulud tersebut mendekati ukuran yang ingin dicapai.
- ItemAnalisis Rancangan Jaringan Pada Implementasi Teknologi Irigasi Tetes Untuk Budidaya Tanaman Melon(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Hanifah Khoirunnisa, Nabilla; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaSistem irigasi tetes merupakan penggunaan air yang efektif dan efisien karena pemberian air dapat diatur secara tepat baik volume maupun arah sasaran. Pengujian kinerja jaringan sistem irigasi tetes perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume air, debit air, dan laju tetesan pada emitter. Merancang jaringan pada sistem irigasi tetes perlu dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan jaringan sistem irigasi tersebut sudah sesuai dengan standar pada umumnya. Metode pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan pengukuran langsung di lapangan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa perbedaan volume air yang keluar dari tiap emitter dipengaruhi oleh faktor teknis yaitu jarak tiap emitter dari sumber air sehingga memengaruhi tekanan air yang keluar dan faktor lain yaitu tersumbat dan rusaknya emitter sehingga menghambat keluarnya air. Volume air yang optimal berdasarkan kebutuhan tanaman melon yaitu antara 200 ml – 350 ml dengan waktu penyiraman selama 3 menit dalam selang waktu 2 jam dari pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB dengan laju tetesan emitter antara 26,6 mm/jam – 46,6 mm/jam. Laju tetesan emitter berbanding lurus dengan debit air yang keluar pada emitter, semakin besar debit air maka semakin cepat laju tetesan pada emitter.
- ItemPemanfaatan Loofah Sponge dan Daun Bambu pada Filter untuk Menaikkan Kualitas Air Limbah Pupuk Kimia dengan Parameter pH dan TDS(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Noor Maytila, Vicy; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKualitas air yang berkurang seiring dengan bertambahnya penggunaan bahan kimia dalam kegiatan manusia sehari – hari. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan penggunaan pestisida dalam kegiatan pertanian. Pengaruh ketebalan media filtrasi daun bambu dan loofah sponge terhadap kualitas air yang tercemar limbah pertanian. Bahan – bahan filter air berupa kerikil,sabut kelapa,pasir kuarsa, zeolite, daun bambu, dan loofah sponge.Alat filter berupa pipa ukuran 1 meter dengan diameter 4”. Aliran air intermitten (gaya gravitasi bumi). Perlakuan 1 dengan perbedaan ketebalan pada media daun bambu dan loofah sponge dapat menaikkan kadar pH dalam air dari 5,0 menjadi 6,5 dan pada perlakuan 2 dapat menaikkan kadar pH air dari 5,0 ke 7,8. Sedangkan dengan parameter TDS perlakuan 1 dapat menurunkan kadar ppm dari 2510 ppm menjadi 1393,3 ppm dan perlakuan 2 dapat menurunkan kadar ppm dari 2510 ppm menjadi 1080 ppm. Uji ANOVA menyatakan bahwa pada perlakuan 1 mempunyai signifikansi 0,001 dan perlakuan 2 mempunyai signifikansi 0,003 dapat dinyatakan terdapat perbedaan signifikan pada perbedaan ketebalan media filter air. Penggunaan limbah padat pertanian berupa daun bambu dan loofah sponge terbukti dapat menurunkan menaikkan kadar pH menjadi netral dan menurunkan nilai ppm yang signifikan terhadap limbah pupuk kimia majemuk.
- ItemPerancangan Rumah Pengering Kopi Tipe Mini(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Rahiim, Sufian Muhamad Hibatur; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Selain sebagai sumber penghasilan rakyat, kopi menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Meskipun demikian, komoditas kopi sering kali mengalami fluktuasi harga sebagai akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan komoditas kopi di pasar dunia. Pada perancangan tugas akhir rumah pengering kopi tipe mini menggunakan software SolidWorks dengan 4 tahapan pengerjaan, yaitu tahapan sketsa gambar kasar alat (sketching), tahapan pembuatan desain (drawing), tahapan penggabungan berbagai gambar (assembly), dan terakhir tahapan pembuatan gambar kerja (layout). Hasil rata-rata berat yang diperoleh dari satu tray yaitu 3,9 Kg dan memiliki kapasitas tampungan kopi sebesar 31,2 Kg/proses selama 3hari pengeringan, dengan 8 tumpukan biji kopi dalam satu rak pengering yang memiliki tinggi 6cm. Rumah pengering kopi tipe mini memiliki ketinggian 1022 mm, tinggi bagian belakang 795 mm, dan tinggi bagian depan 695 mm. Alat ini memiliki lebar 1019 mm dengan panjang 1320 mm. Rumah pengering kopi tipe mini ini memiliki bentuk persegi untuk bagian ruang pengering dan rangka kaki. Rumah pengering kopi tipe mini memiliki berat 33 Kg.
- ItemANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BENIH KENTANG G0 (Solanum tuberosum L.) SISTEM AEOROPONIK(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Ayu Safira, Mutiara; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaKentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat yang merupakan famili Solanaceae, tanaman kentang ini memiliki nilai gizi yang sangat tinggi sehingga perlu ditingkatkan produksi dalam segi kulitas maupun kuantitasnya. Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran di udara tanpa menggunakan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan hara atau nutrisi disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Tugas Akhir ini dilakukan untuk mengetahui keuntungan dan kelayakan usahatani benih kentang G0 (Solanum tuberosum L.) dengan sistem aeroponic dan menganalisis aspek yang meliputi keuntungan, Break Event Point (BEP) dan R/C Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan Keuntungan usahatani benih kentang G0 sistem aeroponik di BBPP Lembang dengan modal produksi Rp 10,520,123 dan penerimaan Rp 15.000.000, maka pendapatan atau keuntungan yang di dapatkan Rp 4.479.877. Kelayakan usahatani benih kentang G0 sistem aeroponik di BBPP Lembang dengan BEP unit atau produksi benih kentang G0 penjualan basah sebanyak 3.507 knol dan BEP unit atau produksi benih kentang G0 dormansi sebanyak 2.630 knol dan BEP harga Rp 1.202 artinya mencapai titik impas atau tidak untung dan tidak rugi, serta R/C Ratio 1,4 dikatakan layak diusahakan di BBPP Lembang
- ItemRancang Mesin pencampur Benih Bayam Dengan Media Tanam (Cocopeat) Tipe Mobile Menggunakan software Solidworks(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Andrian, Marvin; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaBayam (Amaranthus spp.) merupakan salah satu sayuran yang memiliki banyak kandungan seperti vitamin A, vitamin C, vitamin K1, asam folat, zat besi, dan kalsium. Tanaman bayam dapat tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian hingga 1000 mdpl. Proses penanaman benih harus dicampur atau diaduk dengan media tanam salah satunya yaitu cocopeat. Pecampuran masih menggunakan manual yaitu diaduk dengan tangan ataupun sendok sehingga hasil yang didapat tidak maksimal. Rancangan mesin pencampur benih bayam dirancang dengan metode pengumpulan data bertujuan untuk menentukan spesifikasi yang akurat sebelum dilakukan proses pembuatan fisik mesin. Analisis teknis meliputi kegiatan merancang volume dan kapasitas tabung mikser, perencanaan sistem transmisi, sistem mobilitas, dan sistem loading dan unloading. Analisis tersebut akan dituangkan dalam wujud desain. Penentuan material dan metode manufaktur juga dituangkan dalam gambar kerja. Berdasarkan hasil desain yang telah dirancang, mesin mikser dilengkapi dengan 2 roda dengan dimensi dimensi panjang 1187 mm x lebar 830 mm x tinggi 908 mm, diameter drum 60 cm, tinggi 54 cm, dengan kapasitas 3,8 kg, menggunakan penggerak motor bensin. Dengan kemiringan pada saat mikser beroperasi yaitu 20°.
- ItemDesain Alat Dan Mesin Pemipil Jagung(Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Wahyudi, Tri Nur; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPada tahun 2015-2018 produksi jagung nasional mengalami kenaikan secara signifikan. Alat dan mesin pemipil jagung merupakan salah satu peralatan mekanis untuk penanganan pascapanen jagung. Petani membutuhkan alat pemipil jagung mekanis karena pada saat ini, alat pemipil jagung mekanis dapat meningkatkan kapasitas kerja dibandingkan dengan cara manual. Maka dari itu perlu dilakukan terobosan inovasi baru dalam pengembangan alat pemipil jagung sistem mekanis yang terjangkau untuk petani kecil. Perancangan alat dan mesin pemipil jagung ini untuk mengetahui desain dan prinsip kerja. Ukuran jagung sasaran dengan ukuran Ø 40 mm hingga Ø 60 mm. Panjang jagung 100-130 mm dengan kandungan air 13 14%. Desain ini dibuat dengan menggunakan perhitungan teknis dan dilakukan menggunakan aplikasi solidworks. Hasil perancangan yaitu berupa desain dengan panjang 600 mm, lebar 300 mm dan. tinggi 455 mm. mesin pemipil digerakan menggunakan motor listrik 0,5 HP, rpm 700, menggunakan sistem transmisi pulley dan v-belt rasio 1: 2 dengan kapasitas kerja 11 buah/menit.
- ItemANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE (DFT)(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Khofifah, Indri; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaBagi masyarakat Indonesia sayuran tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan budidaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyrakat akan sayuran yaitu budidaya sayuran sawi. Salah satu jenis sayuran sawi yang banyak dibudidayakan saat ini yaitu pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan sayuran dengan proses budidaya selama 45 hari untuk dikonsumsi daunnya. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam melakukan budidaya tanaman pakcoy adalah dengan teknik hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT). Tugas akhir ini bertujuan menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha budidaya sistem hidroponik DFT yang dikelola oleh BBPP Lembang. Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha untuk dilanjutkan, dapat ditentukan dengan cara menganalisis aspek ekonomi yang meliputi analisis Keuntungan, R/C ratio, dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis yang didapatkan dari usahatani budidaya hidroponik sistem DFT tanaman pakcoy 1000 lubang tanam di BBPP Lembang mendapat keuntungan sebesar Rp 556.563, - setiap musim dengan nilai R/C ratio 1,35 dimana nilai R/C lebih dari 1 ini artinya usaha layak untuk dijalankan, serta mengalami titik impas apabila hasil panen yang diperoleh sebanyak 134 kg, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 581.437, - , dan harga pakcoy Rp 8.908, -/kg
- ItemUji Sifat Fisik Dan Organoleptik Mie Mocaf Dengan Penambahan Tepung Ubi Ungu (Ipomoea batatas)(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Rusdiyanti, Widya; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaCommercial noodles which are generally consumed by Indonesian people, are noodles with wheat flour as the raw material. This causes the level of dependence on the use of wheat flour in Indonesia to increase, so there is a need for food diversification to suppress the high import of wheat in Indonesia, one of which is by maximizing the use of processed flour from tubers as raw materials. This study aims to determine the physical and organoleptic properties of the mocaf noodle product with the addition of purple sweet potato flour. Parameters of physical characteristics test include water content, water absorption and elasticity, while organoleptic tests include color, aroma, taste, and texture. The research design of this final project was carried out using a completely randomized design (CRD) with 3 treatments, K0 (100% wheat flour), F1 comparison of mocaf flour and purple sweet potato flour 4:6, while F2 comparison of mocaf flour and purple sweet potato flour 3:7. The resulting data is then processed with ANOVA at the 5% level. If the sig value <0.05, it means that there are significant differences in physical and organoleptic tests, so Duncen's further test is carried out. The results of the physical test of water content at K0, F1, and F2 were 29.21%, 28.97%, 22.6%. The water absorption of samples K0, F1, and F2 were 90%, 60%, 60%. The sample elasticities K0, F1, and F2 have values of 20.33(N/m2 ), 452.3(N/m2 ), 195.14(N/m2 ). The overall level of acceptance of the panelists on the preference level test was sample F2, with a color value of 4.90, aroma 4.17, texture 4.47, while in terms of taste it was 4.43.
- ItemPENGUJIAN SISTEM IRIGASI TETES BERBASIS SOIL MOISTURE SENSOR PADA OPEN FIELD DI PT. POWER AGRO INDONESIA(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-01) Sani, Azwar; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini sudah hampir digunakan pada berbagai bidang tak terkecuali pada bidang pertanian, kemajuan irigasi pertanian salah satunya penggunaan irigasi tetes dalam memberikan air pada tanaman, dengan kemajuan teknologi perlu adanya pengolaborasian irigasi tetes yang dipadukan dengan soil moisture sensor untuk menambah tingkat efisiensi dalam membaca kelembaban tanah, dengan adanya hal tersebut perlu adanya pengujian sistem dan pengujian komponen pendukung pada sistem irigasi tetes berbasis soil moisture sensor hal ini bertujuan untuk memvalidasi bahwa seluruh sistem irigasi berbasis mikrokontroler dengan menggunakan soil moisture sensor berjalan sesuai dengan perencanaan. Metode pengujian menggunakan 5 sampel tanah untuk mengetahui keberhasilan dalam kalibrasi, pengujian soil moisture sensor menggunakan 2 sensor dengan output 1 solenoid, dalam pengujian komponen pendukung menggunakan avometer. Hasil dari pengujian tersebut dapat mengetahui presentase kelembapan tanah < 20% maka solenoid valve open dan apabila > 20% solenoid valve close, dan hasil dari pengujian tersebut juga dapat mengetahui error dan laju kinerja pada setiap komponen pendukung.