Perbenihan Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perbenihan Perkebunan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 72
Results Per Page
Sort Options
- ItemPedoman Pembibitan Tanaman Lada(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1988) Wahid, Pasril; yufdy, M.PramaTanaman lada merupakan tanaman “dimorphic” yang memiliki dua macam salur yaitu sulur panjat dan sulur (cabang) buah. Sulur panjat tumbuh memanjat pada pohon penegaknya melalui akar lekat, sedangkan cabang buah tumbuh mendaftar tanpa memiliki akar lekat pada buku-buku ruasnya. Di samping ke dua macam sulur itu dikenal pula adana sulur gantung dan sulur tanah. Sulur gantung tumbuh menggantung di permukaan lingkaran taju, sedangkan sulur tanah menjalar di permukaan tanah. Kedua sulur ini memiliki buku ruas yang lebih panjang sehingga bila digunakan sebagai bahan perbanyakan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berproduksi. Untuk bahan perbanyakan setek sebaiknya digunakan sulur panjat yang tumbuh sehat dan kuat yang memiliki akar lekat pada setiap buku ruasnya. Bahan setek tersebut dapat digunakan untuk penanaman langsung di kebun atau pun di perbanyak terlebih dahuu berupa setek pendek satu ruas berdaun tunggal. Dalam hal ini pertimbangan yang di perlukan adalah jumlah bahan tanaman yang tersedia. Perbanyakan menggunakan setek satu ruas berdauan tunggal disarankan hanya bila bahan tanaman tidak mencukupi untuk dapat di tanaman langsung di kebun dalam bentuk setek panjang tujuh ruas. Pedoman pembibitan berikut ini hanyalah menyangkut pelaksanaan perbanyakan tanaman lada dengan setek satu ruas berdauan tunggal. Perbanyak dengan setek panjang tujuh ruas yang dilakukan dengan menanam lamgsung dikebun tidak melalui proses pembititan.
- ItemPedoman Pembibitan Tanaman Lada(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1988) Wahid, Pasril; Yufdi, M. PramaTanaman lada merupakan tanaman “dimorphic” yang memiliki dua macam salur yaitu sulur panjat dan sulur (cabang) buah. Sulur panjat tumbuh memanjat pada pohon penegaknya melalui akar lekat, sedangkan cabang buah tumbuh mendaftar tanpa memiliki akar lekat pada buku-buku ruasnya. Di samping ke dua macam sulur itu dikenal pula adana sulur gantung dan sulur tanah. Sulur gantung tumbuh menggantung di permukaan lingkaran taju, sedangkan sulur tanah menjalar di permukaan tanah. Kedua sulur ini memiliki buku ruas yang lebih panjang sehingga bila digunakan sebagai bahan perbanyakan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berproduksi. Untuk bahan perbanyakan setek sebaiknya digunakan sulur panjat yang tumbuh sehat dan kuat yang memiliki akar lekat pada setiap buku ruasnya. Bahan setek tersebut dapat digunakan untuk penanaman langsung di kebun atau pun di perbanyak terlebih dahuu berupa setek pendek satu ruas berdaun tunggal. Dalam hal ini pertimbangan yang di perlukan adalah jumlah bahan tanaman yang tersedia. Perbanyakan menggunakan setek satu ruas berdauan tunggal disarankan hanya bila bahan tanaman tidak mencukupi untuk dapat di tanaman langsung di kebun dalam bentuk setek panjang tujuh ruas. Pedoman pembibitan berikut ini hanyalah menyangkut pelaksanaan perbanyakan tanaman lada dengan setek satu ruas berdauan tunggal. Perbanyak dengan setek panjang tujuh ruas yang dilakukan dengan menanam lamgsung dikebun tidak melalui proses pembititan.
- ItemBudi Daya Kapas(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Sutijah; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianTanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) adalah tumbuhan perdu yang dapat diusahakan di dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Sejarah tanaman kapas sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Gossypium hirsutum berasal dari Meksiko, berkembang ke Amerika Tengah, Hindia Barat, Florida, dan diintroduksi ke Asia serta Afrika, tetapi baru abad ke 16 kapas diusahakan secara intensif, dan pada abad ke 18 menjadi komoditas yang penting di Amerika Serikat. Penelitian kapas di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Hasil penelitiannya dapat ditelusuri melalui majalah atau publikasi lain yang terbit sejak tahun 1936, tetapi hasil penelitian serupa sulit ditemukan antara tahun 1940 - 1960-an. Sesudah itu baru ditemukan lagi hasil-hasil penelitian kapas di Indonesia. Pada tahun 1960-an banyak jenis kapas lokal di Indonesia yang diganti dengan kapas up land, atau G. hirsutum atau kapas Amerika. Tanaman kapas dimanfaatkan terutama untuk produksi seratnya, dan sebagai hasil samping adalah minyak makan dari biji kapas, serta bungkilnya untuk campuran makanan ternak. Di luar negeri, minyak biji kapas sudah dimanfaatkan sebagai minyak makan, sedangkan tepung biji kapas digunakan untuk bahan makanan campuran guna meningkatkan nilai proteinnya.
- ItemUsahatani Lada Perdu(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Salim, Farida; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianDari hasil rekayasa teknologi budi daya tanaman lada, telah dihasilkan lada perdu yang mempunyai efisiensi usahatani lebih tinggi daripada lada biasa. Dengan perkiraan produksi ±0,3 kg/tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 1 x 1,5 m, setiap hektar tanaman lada perdu memberikan hasil yang hampir sama dengan tanaman lada biasa. Keuntungan menanam lada perdu ini adalah tanaman lebih cepat berproduksi, tidak memerlukan tiang panjat, populasi per satuan luas lebih banyak, pemeliharaan lebih mudah, tidak memerlukan lahan yang luas, dan mempunyai nilai estetika.
- ItemBudi Daya dan Pascapanen Jambu Mente(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Lubis, Muhd. Yaqub; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianEkspor kacang mente yang terus meningkat ini menunjukkan adanya peluang untuk menunjang kegiatan agro-industri/agribisnis jambu mente di pedesaan. Dalam hal ini dituntut peningkatan produktivitas dan kualitas, baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi maupun diversifikasi. Agro-ekosistem kawasan timur Indonesia sangat sesuai untuk tanaman jambu mente. Untuk meningkatkan produktivitas perlu pemanfaatan dan penerapan teknologi budi daya meliputi penggunaan bahan tanaman unggul, penerapan kultur teknis yang tepat seperti keseimbangan kebutuhan air terutama untuk tanaman muda dan pemupukan berimbang, serta pengelolaan pasca panen yang tepat.
- ItemBudi Daya dan Pascapanen Wijen (Sesamum indicum Linn.)(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) Soenardi; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratWijen (Sesamum indicum L.) diperkirakan berasal dari benua Afrika, kemungkinan Ethiopia. Telah lama tumbuh berkembang di daerah savana sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan jenis liar banyak diketemukan di sana. Termasuk famili pedaliceae, genus Sesamum dan telah diidentifikasi sebanyak 24 spesies.
- ItemPetunjuk Praktis Budidaya Lada (Piper nigrum L.)(Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2003) Nuryani, Yang; Zaubin, Robber; Mustika, Ika; Kuswara, Edi; Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianLada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia yang mampu menyediakan 30% kebutuhan dunia. Dari waktu ke waktu persaingan dagang semakin ketat baik dari segi kuantitas, kontinuitas, dan kualitas produk yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak agar peluang pasartidak direbut negara lain. Rendahnya kuantitas, kualitas serta tidak terjaminnya kontinuitas, sebagian besar sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang masih konvensional. Di lain pihak tantangan kondisi pasar semakin berat dan semakin kompleks. Melalui penerbitan PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA LADA ini, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BP2TP), berharap dapat memberikan dukungan terutama kepada para pelaku usahatani lada untuk memperbaiki teknologi budidayanya agar dapat mencapai kuantitas, kontinuitas dan kualitas produk lada di Indonesia dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan peluang pasar lada dunia.
- ItemPetunjuk Teknis Perbenihan Jarak Pagar (Jatropha curcas L)(Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005) Mahmud, Zainal; Hasnam; Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal PerkebunanDemam jarak pagar (Jatropha curcas L) membuat orang mengembangkannya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah budidaya; terutama dalam penggunaan bahan tanaman (benih). Jarak pagar adalah tanaman tahunan yang berumur panjang, sampai 50 tahun, sehingga penggunaan bahan tanaman yang salah akan berakibat fatal dikemudian hari. Oleh karena itu, walaupun menggunakan jalan pintas adalah bijaksana bila pengembangan komoditas ini tetap dilakukan sesuai dengan prosedur yang baku, yaitu menggunakan bahan tanaman yang berasal dari kebun induk. Permasalahannya, saat ini kebun induk jarak pagar sebagai sumber benih belum tersedia, baik untuk produksi biji maupun setek. Mengingat varietas unggul kemungkinan baru akan ada pada tahun 2007, maka sumber materi genetik untuk pembangunan kebun induk akan diperoleh dari seleksi langsung dari lapangan, di daerah-daerah yang mempunyai populasi relatif banyak. Petunjuk teknis bergambar ini disusun oleh Puslitbang Perkebunan, Badan Litbang Pertanian, dan diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, Direktorat Jenderal Perkebunan, terutama diperuntukkan bagi penangkar benih, petugas lapangan perkebunan dan kelompok tani agar mengelola perbenihan jarak pagar dengan baik dan benar.
- ItemPanduan Produksi Benih Jarak Kepyar(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanAgar stok benih untuk pengembangan jarak kepyar selalu tersedia, harus dilakukan penangkaran benih secara berjenjang mulai dari penangkaran benih penjenis (BPj), benih dasar (BD), benih pokok (BP) dan benih sebar (BS). Penangkaran benih penjenis dan benih dasar menjadi kewajiban/kewenangan balai penelitian komoditas (dalam halini Balittas), sedangkan produksi benih pokok dan benih sebar merupakan kewajiban dari pengembang/pengusaha/ kelompok tani jarak kepyar.
- ItemTeknik Budidaya Dan Pengolahan Hasil Tanaman Kakao(BPTP Sumatera Utara, 2007) BPTP Sumatera Utara; BPTP Sumatera UtaraKakao merupakan komoditas yang memberi keuntungan cukup besar karena harga pasaran yang relatif stabil dibanding dengan komoditas perkebunan yang lain. Tanaman kakao mempunyai harapan dimasa depan yang cukup cerah. Pengembangan kakao pada saat ini cukup pesat terutama di luar Pulau Jawa, khususnya Sumatera Utara. Dalam budidaya kakao dijumpai banyak masalah terutama masalah bibit dan pembibitan, pemupukan, pemangkasan, hama dan penyakit serta pengolahan hasil. Dalam tulisan ini akan memberi gambaran secara singkat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. Teknologi yang disampaikan ini adalah hasil pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (Badan Litbang Pertanian).
- ItemPanduan Produksi Benih Wijen(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanSalah satu masalah utama pengembangan tanaman wijen adalah produktivitas yang rendah di tingkat petani. Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas wijen diperlukan penggunaan benih bermutu.
- ItemRESPON AKSESI WIJEN (Sesamum indicum L.) TERHADAP INFEKSI PENYEBAB PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii)(Hidayah dan Cece Suhara, 2007) HIDAYAH, Nurul; Cece Suhara; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenyakit rebah kecambah (damping off) yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman wijen. Penggunaan varietas tahan penyakit merupakan alternatif pengendalian yang tepat untuk melindungi tanaman wijen dari infeksi patogen ini. Untuk mengetahui tingkat ketahanan plasma nutfah wijen (Sesamum indicum L.) terhadap penyakit rebah kecambah, sebanyak 30 aksesi wijen diinokulasi S. rolfsii dengan cara menaburkan sekam yang sudah diinfestasi S. rolfsii dengan dosis 50 g/bak plastik di atas medium tanah dalam bak plastik kemudian ditutup dengan pasir steril. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 1 aksesi bersifat moderat, 13 aksesi bersifat rentan, dan 16 aksesi bersifat sangat rentan.
- ItemAPLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) WINARTO, B.W.; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPada umumnya proses degumming pada serat rami kasar hasil proses dekortikasi(=china grass) ialah dengan cara kimia. Cara ini menggunakan bahan kimia utamanya NaOH di samping bahan kimia lain seperti Na-karbonat, Na-tripo-lifosfat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula asam asetat untuk menetralkan sisa alkali pada serat setelah proses de-gumming selesai. Kegunaan NaOH ialah untuk melarutkan jaringan pengikat antar helaian serat. Hasilnya ialah helaian serat yang dapat dipakai untuk bahan sandang; baik berupa serat rami murni maupun blending dengan serat alam/sintetis lainnya. Penggunaan bahan kimia berupa alkali untuk proses degumming ini menimbulkan masalah berupa limbah bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan bila tidak diproses lebih lanjut. Penelitian ditujukan untuk mencari kemung-kinan penggunaan metode biologis di samping metode kimia untuk proses serat rami kasar (china grass). Penelitian di-laksanakan bulan Januari sampai dengan Desember 2003. Bahan yang dipakai untuk proses degumming ialah enzim K2-157 dan K-64 serta inokulum bakteri. Analisis kualitatif terhadap serat setelah proses berjalan selama 9 hari. Sebagai pembanding ialah serat rami hasil dari proses degumming secara kimiawi dan mikrobiologis yang dihasilkan oleh salah seorang pengusaha di Wonosobo. RAL dengan tiga ulangan dipakai untuk melaksanakan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan enzim K2-157 dan K-64 dapat berperan dengan baik pada proses cara bio-logis. Ini ditandai dengan warna serat putih, tidak ada/sedikit sekali kotoran yang berasal dari sisa kulit atau jaringan antarserat yang belum terdegradasi menjadi senyawa karbohidrat sederhana. Pegangan serat lemas menunjukkan sedikit sekali kulit yang belum jadi serat. Penetapan kekuatan serat perlu dilakukan untuk menetapkan lama proses ini tepat waktu atau lewat waktu yang berakibat serat rapuh.
- ItemMODEL SISTEM PERBENIHAN KAPAS: SEBUAH PEMIKIRAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS DI INDONESIA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SULISTYOWATI, Emy; Siwi Sumartini; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratProgram intensifikasi kapas rakyat (IKR) yang dimulai sejak tahun 1978/1979 saat ini arealnya hanya berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. IKR bertujuan untuk meningkatkan produksi serat kapas dan pendapatan petani, membuka dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan terhadap serat kapas impor. Luas areal pengembangan kapas setiap tahun semakin menurun; demikian juga produktivitas di tingkat petani rendah yaitu 0,48—0,52 ton/ha. Salah satu penyebabnya adalah kurang tersedianya benih bermutu bagi petani. Pasar benih kapas belum berkembang sehingga belum ada industri benih profesional yang bergerak di bidang perbenihan kapas. Penyediaan benih sebar kapas (BS) untuk petani di beberapa lokasi pengembangan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat dilakukan oleh pengelola kapas yang bekerja sama dengan petani penangkar benih, yang proses sertifikasinya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BP2MB). Adapun benih sumber berupa benih pokok (BP) atau benih dasar (BD) dan teknologi prosesing benih kapas berasal dari Balittas. Dari hasil studi kesesuaian lahan, potensi areal yang sesuai untuk pengembangan kapas seluas 269.000 ha, sehingga diperlukan benih sebar delinted sebanyak 1.614 ton (pemakaian 6 kg benih/ha). Untuk mencukupi kebutuhan benih tersebut, diperlukan areal perbenihan seluas 2.700–4.000 ha (produktivitas lahan 1–1,5 ton/ha). Pengelola yang selama ini bermitra dengan petani dalam pengembangan kapas memiliki potensi yang cukup besar sebagai produsen benih sebar bermutu untuk mencukupi kebutuhan petani binaannya. Oleh karena itu fasilitasi unit-unit pascapanen dan prosesing benih dapat merangsang tumbuhnya industri benih kapas yang sederhana tetapi efisien. Pengembangan sistem perbenihan kapas dengan model yang kompetitif akan merangsang terbentuknya industri benih kapas yang profesional dalam mendukung pengembangan kapas nasional.
- ItemPENGADAAN BIBIT UNGGUL RAMI DENGAN RIZOMA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) SETYOBUDI, Untung; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemPanduan Produksi Benih Tembakau(Puslitbang Perkebunan, 2007) Suwarso; HasnamBeberapa daerah di Indonesia menempatkan agribisnis tembakau sebagai andalan penggerak perekonomian daerah dan sumber pendapatan daerah dan sumber pendapatan utama bagi petani. Untuk menjaga agar daya saing komoditas tembakau tetap tinggi, perlu didukung dengan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan potensi hasil dan mutu tembakau.
- ItemOPTIMASI MASA INDUKSI AKAR PADA KULTUR EXVITRO JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) NOVITA, Linda; Teuku Tajuddin; Minaldi; Balai Pengkajian Bioteknologi- BPPT, Tangerang; Balai Pengkajian Bioteknologi- BPPT, TangerangPermasalahan yang dihadapi dalam penanaman jarak pagar adalah belum adanya varietas atau klon yang unggul, serta jumlah ketersediaan benih berkualitas yang terbatas. Petani dan masyarakat yang berminat menanam jarak pagar juga menghadapi kendala akan sulit dan mahalnya transportasi bibit dari sentra pembibitan ke lokasi tanam. Dalam mengatasi kelangkaan bibit tersebut, perlu dikembangkan metode perbanyakan bibit secara kultur exvitro. Kultur exvitro merupakan salah satu teknik perbanyakan yang relatif sederhana, murah, dan dapat menghasilkan bibit tanaman yang sempurna dalam jumlah banyak dan relatif seragam dalam umur, tinggi tanaman, ketahanan terhadap hama dan penyakit, maupun sifat-sifat unggul lain, seperti tanaman induknya. Beberapa perlakuan selama masa inkubasi dalam sungkup dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi keberhasilan tunas dalam membentuk perakaran. Perlakuan yang digunakan antara lain adalah metode pemotongan tunas pucuk, kelembapan dan suhu dalam sungkup, optimasi masa induksi akar, dan jenis media perakaran. Keberhasilan tunas dalam membentuk akar tertinggi diperoleh pada perlakuan pemotongan tunas di bawah buku, kelembapan relatif 80–90%, dan suhu 30–37oC, serta penggunaan sekam bakar sebagai media perakaran.
- ItemSTUDI PENDAHULUAN VARIASI GENETIK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) LOKAL BERDASARKAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA(Bayumedia Publishing, 2008) MAFTUCHAH; Agus Zainudin; Pusat Pengembangan Bioteknologi-Universitas Muhammadiyah Malang, Malang; Pusat Pengembangan Bioteknologi-Universitas Muhammadiyah Malang, MalangInformasi mengenai variasi genetik plasma nutfah sangat diperlukan untuk mendukung program pemuliaan. Pe-nanda random amplified polymorphic DNA telah dipergunakan secara luas dalam studi variasi genetik tanaman. Pene-litian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi variasi genetik tiga aksesi jarak pagar lokal (Karangtengah, Malang; Nusa Tenggara Barat; dan Lamongan) dengan menggunakan penanda molekuler random amplified polymorphic DNA. Penelitian dilaksanakan di Pusat Pengembangan Bioteknologi-Universitas Muhammadiyah Malang dengan mengguna-kan plasma nutfah jarak pagar koleksi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Karangploso–Malang. Hasil pe-nelitian menunjukkan bahwa dari 3 aksesi plasma nutfah jarak pagar yang diamplifikasi dengan menggunakan 14 pri-mer RAPD (OPA 2, OPA 9, OPA 10, OPA 13, OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA 20, OPF 6, OPF 8, OPF 10, OPF 13, OPF 15, dan OPF 18) telah diperoleh total sejumlah 75 pita DNA pada jarak pagar aksesi Karangtengah; 91 pita pada aksesi Lamongan; dan 60 pita pada aksesi NTB. Pita-pita DNA yang dihasilkan dalam reaksi PCR-RAPD tersebut ber-variasi, dengan ukuran antara 200 bp sampai 2642 bp. Pemakaian primer OPA 18 dan OPA 20 memberikan pola pita DNA yang serupa pada ketiga aksesi tanaman jarak pagar yang diuji. Primer OPA 13, OPA 15, OPA 19, dan OPF 8 ti-dak memberikan perbedaan pada pola pita DNA yang dihasilkan dari jarak pagar aksesi Karangtengah dan aksesi La-mongan, namun pada aksesi NTB diperoleh perbedaan pola pita DNA yang dihasilkan dibandingkan kedua aksesi lain-nya.
- ItemPENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) SUDJINDRO; Sri Rustini; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenelitian pengaruh genotipe dan lingkungan tumbuh terhadap perkecambahan benih jarak pagar (Jatropha cur-cas L.) dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2007 di Balittas, Malang. Tujuan penelitian adalah untuk me-ngetahui kondisi lingkungan tumbuh yang paling sesuai untuk perkecambahan benih beberapa genotipe J. curcas. Pene-litian menggunakan rancangan faktorial yang diatur secara acak lengkap dengan 3 ulangan. Faktor I adalah 3 genotipe J. curcas yaitu: 1. Kediri, 2. NTB, dan 3. IP-1M. Faktor II adalah kondisi lingkungan tumbuh, yaitu: a). rumah kaca, b) ru-mah plastik, c) ruangan laboratorium. Tiap kombinasi perlakuan ditanam pada bak plastik ukuran 35 x 43 x 15 cm. Medium perkecambahan adalah pasir steril, dan tiap bak ditanam sebanyak 100 butir benih. Pengamatan dimulai pada hari ke-5 dan diakhiri pada hari ke-15 setelah tanam, meliputi daya berkecambah, vigor, tinggi, diameter, dan panjang akar kecambah. Sedangkan lingkungan tumbuh diamati suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa ada interaksi antara genotipe dan kondisi lingkungan tumbuh. Genotipe IP-1M yang dikecambahkan pada kondisi lingkungan di rumah kaca memiliki daya berkecambah dan vigor lebih baik dibanding genotipe lainnya. Panjang akar kecambah terbaik diperoleh pada kondisi lingkungan rumah plastik atau rumah kaca untuk semua genoti-pe. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan Jatropha adalah rumah kaca atau rumah plastik.
- ItemPENYAKIT BUSUK ARANG PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) YULIANTI, Titiek; Supriyono; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenyakit busuk arang yang disebabkan oleh Rhizoctonia bataticola, merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis ketika kondisi lingkungan kering dan panas. Pada tanaman jarak pagar, penyakit ini pertama kali dite-mukan di KP Ngemplak-Pati. Observasi di lapangan menunjukkan bahwa bibit jarak pagar yang berasal dari setek cen-derung lebih rentan dibandingkan yang berasal dari biji. Jamur ini memiliki inang yang cukup banyak. Dari pengujian patogenisitas jamur terhadap jagung, kedelai, wijen, kacang tanah, bunga matahari, kapas, jarak kepyar, dan jarak pagar diketahui bahwa R. bataticola menyerang semua tanaman tersebut. Pemberian ekstrak nabati pada medium tumbuh ja-mur mampu menghambat pertumbuhan. Mimba merupakan ekstrak nabati terbaik dalam menghambat pertumbuhan ja-mur.