Perbenihan Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perbenihan Perkebunan by Title
Now showing 1 - 20 of 72
Results Per Page
Sort Options
- ItemAPLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) WINARTO, B.W.; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPada umumnya proses degumming pada serat rami kasar hasil proses dekortikasi(=china grass) ialah dengan cara kimia. Cara ini menggunakan bahan kimia utamanya NaOH di samping bahan kimia lain seperti Na-karbonat, Na-tripo-lifosfat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula asam asetat untuk menetralkan sisa alkali pada serat setelah proses de-gumming selesai. Kegunaan NaOH ialah untuk melarutkan jaringan pengikat antar helaian serat. Hasilnya ialah helaian serat yang dapat dipakai untuk bahan sandang; baik berupa serat rami murni maupun blending dengan serat alam/sintetis lainnya. Penggunaan bahan kimia berupa alkali untuk proses degumming ini menimbulkan masalah berupa limbah bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan bila tidak diproses lebih lanjut. Penelitian ditujukan untuk mencari kemung-kinan penggunaan metode biologis di samping metode kimia untuk proses serat rami kasar (china grass). Penelitian di-laksanakan bulan Januari sampai dengan Desember 2003. Bahan yang dipakai untuk proses degumming ialah enzim K2-157 dan K-64 serta inokulum bakteri. Analisis kualitatif terhadap serat setelah proses berjalan selama 9 hari. Sebagai pembanding ialah serat rami hasil dari proses degumming secara kimiawi dan mikrobiologis yang dihasilkan oleh salah seorang pengusaha di Wonosobo. RAL dengan tiga ulangan dipakai untuk melaksanakan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan enzim K2-157 dan K-64 dapat berperan dengan baik pada proses cara bio-logis. Ini ditandai dengan warna serat putih, tidak ada/sedikit sekali kotoran yang berasal dari sisa kulit atau jaringan antarserat yang belum terdegradasi menjadi senyawa karbohidrat sederhana. Pegangan serat lemas menunjukkan sedikit sekali kulit yang belum jadi serat. Penetapan kekuatan serat perlu dilakukan untuk menetapkan lama proses ini tepat waktu atau lewat waktu yang berakibat serat rapuh.
- ItemBudi Daya dan Pascapanen Jambu Mente(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Lubis, Muhd. Yaqub; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianEkspor kacang mente yang terus meningkat ini menunjukkan adanya peluang untuk menunjang kegiatan agro-industri/agribisnis jambu mente di pedesaan. Dalam hal ini dituntut peningkatan produktivitas dan kualitas, baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi maupun diversifikasi. Agro-ekosistem kawasan timur Indonesia sangat sesuai untuk tanaman jambu mente. Untuk meningkatkan produktivitas perlu pemanfaatan dan penerapan teknologi budi daya meliputi penggunaan bahan tanaman unggul, penerapan kultur teknis yang tepat seperti keseimbangan kebutuhan air terutama untuk tanaman muda dan pemupukan berimbang, serta pengelolaan pasca panen yang tepat.
- ItemBudi Daya dan Pascapanen Wijen (Sesamum indicum Linn.)(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) Soenardi; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratWijen (Sesamum indicum L.) diperkirakan berasal dari benua Afrika, kemungkinan Ethiopia. Telah lama tumbuh berkembang di daerah savana sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan jenis liar banyak diketemukan di sana. Termasuk famili pedaliceae, genus Sesamum dan telah diidentifikasi sebanyak 24 spesies.
- ItemBudi Daya Kapas(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Sutijah; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianTanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) adalah tumbuhan perdu yang dapat diusahakan di dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Sejarah tanaman kapas sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Gossypium hirsutum berasal dari Meksiko, berkembang ke Amerika Tengah, Hindia Barat, Florida, dan diintroduksi ke Asia serta Afrika, tetapi baru abad ke 16 kapas diusahakan secara intensif, dan pada abad ke 18 menjadi komoditas yang penting di Amerika Serikat. Penelitian kapas di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Hasil penelitiannya dapat ditelusuri melalui majalah atau publikasi lain yang terbit sejak tahun 1936, tetapi hasil penelitian serupa sulit ditemukan antara tahun 1940 - 1960-an. Sesudah itu baru ditemukan lagi hasil-hasil penelitian kapas di Indonesia. Pada tahun 1960-an banyak jenis kapas lokal di Indonesia yang diganti dengan kapas up land, atau G. hirsutum atau kapas Amerika. Tanaman kapas dimanfaatkan terutama untuk produksi seratnya, dan sebagai hasil samping adalah minyak makan dari biji kapas, serta bungkilnya untuk campuran makanan ternak. Di luar negeri, minyak biji kapas sudah dimanfaatkan sebagai minyak makan, sedangkan tepung biji kapas digunakan untuk bahan makanan campuran guna meningkatkan nilai proteinnya.
- ItemBudidaya Artemisia(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2021) Gusmaini; Balai Penelitian Tanaman Rempah dan ObatTanaman artemisia merupakan salah satu tanaman semusim yang hasilnya dipergunakan untuk industri obat. Tanaman artemisia dapat diperbanyak secara generatif menggunakan biji, Hasil dari tanaman ini adalah daun dan ranting. Dalam upaya mendukung pengembangan artemisia di Indonesia, Balai Penelitian tanaman rempah dan obat telah melakukan penelitian mengenai teknologi budidaya yang diperlukan mulai dari persyaratan tumbuh, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen serta kandungan senyawa aktifnya. Buku ini menguraikan tentang teknologi budidaya dan pasca panen serta manfaat tanaman artemisia yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan di lapang. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang ingin membudidayakan tanaman artemisia.
- ItemBudidaya Kelapa Sawit dan Varietas Kelapa Sawit(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat, 2020-12-17) Silitonga, Yesika R.; Heryanto, Religius; Taufik, Nursyamsi; Indrayana, Ketut; Nas, Marwayanti; Kusrini, Nini; BPTP Sulawesi Barat
- ItemBudidaya Nilam yang baik dan benar(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2015-06-10) Trisilawati, Octivia; Hadipoentyanti, Endang; Balittro-
- ItemDeteksi dan Pengendalian Layu Bakteri Tanaman Jahe(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittro, 2012-06) Wahyudi, Agus, dkk; Balittro
- ItemDeteksi Penyakit Mosaik pada Tanaman Nilam secara Serologi dan Molekuler(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittro, 2013-06-10) Noveriza, Rita; Balittro
- ItemHama dan Penyakit Pada Tanaman Lada di Indonesia(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2020) Dyah Manohara, Dono Wahyono; Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
- ItemHama dan Peyakit Pada Abaka (Musa Textils)(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2016-04) Winarno, Dwi; Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
- ItemHAMA TANAMAN KENAF DAN PENGENDALIANNYA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2009) SUNARTO, Dwi Adi; Deciyanto Soetopo; Sujak; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemKiat berkebun lada(Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, 2018) Kementerian Pertanian, Pusat Perpustakaan dan Penyebran Teknologi Pertanian
- ItemMembangun Kebun Benih Varietas Unggul Akar Wangi(Balittro, 2020-12-12) Syukur, Cheppy; Trisilawati, Octivia; Hadipoentyanti, Endang; Balittro
- ItemMODEL SISTEM PERBENIHAN KAPAS: SEBUAH PEMIKIRAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS DI INDONESIA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SULISTYOWATI, Emy; Siwi Sumartini; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratProgram intensifikasi kapas rakyat (IKR) yang dimulai sejak tahun 1978/1979 saat ini arealnya hanya berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. IKR bertujuan untuk meningkatkan produksi serat kapas dan pendapatan petani, membuka dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan terhadap serat kapas impor. Luas areal pengembangan kapas setiap tahun semakin menurun; demikian juga produktivitas di tingkat petani rendah yaitu 0,48—0,52 ton/ha. Salah satu penyebabnya adalah kurang tersedianya benih bermutu bagi petani. Pasar benih kapas belum berkembang sehingga belum ada industri benih profesional yang bergerak di bidang perbenihan kapas. Penyediaan benih sebar kapas (BS) untuk petani di beberapa lokasi pengembangan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat dilakukan oleh pengelola kapas yang bekerja sama dengan petani penangkar benih, yang proses sertifikasinya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BP2MB). Adapun benih sumber berupa benih pokok (BP) atau benih dasar (BD) dan teknologi prosesing benih kapas berasal dari Balittas. Dari hasil studi kesesuaian lahan, potensi areal yang sesuai untuk pengembangan kapas seluas 269.000 ha, sehingga diperlukan benih sebar delinted sebanyak 1.614 ton (pemakaian 6 kg benih/ha). Untuk mencukupi kebutuhan benih tersebut, diperlukan areal perbenihan seluas 2.700–4.000 ha (produktivitas lahan 1–1,5 ton/ha). Pengelola yang selama ini bermitra dengan petani dalam pengembangan kapas memiliki potensi yang cukup besar sebagai produsen benih sebar bermutu untuk mencukupi kebutuhan petani binaannya. Oleh karena itu fasilitasi unit-unit pascapanen dan prosesing benih dapat merangsang tumbuhnya industri benih kapas yang sederhana tetapi efisien. Pengembangan sistem perbenihan kapas dengan model yang kompetitif akan merangsang terbentuknya industri benih kapas yang profesional dalam mendukung pengembangan kapas nasional.
- ItemMORFOLOGI DAN BIOLOGI TEMBAKAU VIRGINIA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2011) SUWARSO; Fatkhur Rochman; Sri Yulaikah; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemOPTIMASI MASA INDUKSI AKAR PADA KULTUR EXVITRO JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) NOVITA, Linda; Teuku Tajuddin; Minaldi; Balai Pengkajian Bioteknologi- BPPT, Tangerang; Balai Pengkajian Bioteknologi- BPPT, TangerangPermasalahan yang dihadapi dalam penanaman jarak pagar adalah belum adanya varietas atau klon yang unggul, serta jumlah ketersediaan benih berkualitas yang terbatas. Petani dan masyarakat yang berminat menanam jarak pagar juga menghadapi kendala akan sulit dan mahalnya transportasi bibit dari sentra pembibitan ke lokasi tanam. Dalam mengatasi kelangkaan bibit tersebut, perlu dikembangkan metode perbanyakan bibit secara kultur exvitro. Kultur exvitro merupakan salah satu teknik perbanyakan yang relatif sederhana, murah, dan dapat menghasilkan bibit tanaman yang sempurna dalam jumlah banyak dan relatif seragam dalam umur, tinggi tanaman, ketahanan terhadap hama dan penyakit, maupun sifat-sifat unggul lain, seperti tanaman induknya. Beberapa perlakuan selama masa inkubasi dalam sungkup dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi keberhasilan tunas dalam membentuk perakaran. Perlakuan yang digunakan antara lain adalah metode pemotongan tunas pucuk, kelembapan dan suhu dalam sungkup, optimasi masa induksi akar, dan jenis media perakaran. Keberhasilan tunas dalam membentuk akar tertinggi diperoleh pada perlakuan pemotongan tunas di bawah buku, kelembapan relatif 80–90%, dan suhu 30–37oC, serta penggunaan sekam bakar sebagai media perakaran.
- ItemPanduan Produksi Benih Jarak Kepyar(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanAgar stok benih untuk pengembangan jarak kepyar selalu tersedia, harus dilakukan penangkaran benih secara berjenjang mulai dari penangkaran benih penjenis (BPj), benih dasar (BD), benih pokok (BP) dan benih sebar (BS). Penangkaran benih penjenis dan benih dasar menjadi kewajiban/kewenangan balai penelitian komoditas (dalam halini Balittas), sedangkan produksi benih pokok dan benih sebar merupakan kewajiban dari pengembang/pengusaha/ kelompok tani jarak kepyar.
- ItemPanduan Produksi Benih Tembakau(Puslitbang Perkebunan, 2007) Suwarso; HasnamBeberapa daerah di Indonesia menempatkan agribisnis tembakau sebagai andalan penggerak perekonomian daerah dan sumber pendapatan daerah dan sumber pendapatan utama bagi petani. Untuk menjaga agar daya saing komoditas tembakau tetap tinggi, perlu didukung dengan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan potensi hasil dan mutu tembakau.
- ItemPanduan Produksi Benih Wijen(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan; Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanSalah satu masalah utama pengembangan tanaman wijen adalah produktivitas yang rendah di tingkat petani. Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas wijen diperlukan penggunaan benih bermutu.