Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 68
Results Per Page
Sort Options
- ItemProperties of Plasticized-Zei Film as Affected by Plasticier Treatments(2000-06-23) Raffi Paramawati; Tomoyuki Yoshino; See Chiro Isobe
- ItemEvaluation and Improvement of Biodegradble Zein Based Film(2000-08-10) T. Yoshino; Raffi, Paramawati; H. Sakabe; I. Isobe; S.Sase; T. Maekawa
- ItemUji Pendahuluan Pada Mesin Pengering Padi Sistem Apung Kontinyu(2003-07-10) Abdul Hafid; Harsono; Ahmas Asari; HarsitoPrototipe mesin pengering padi sistem apung kontinu dengan nomor pe.ten P 00200101009 telah dibuat. Lift pendahuluan pada mesin pengering yang menggunakan sistem apung kontinu oleh getaran rode eksentris pada susunan meja getar dan sistem pemanas clan* air panes yang disirkulasi dalam radiator di dalam ruang pengering, menunjukkkan bahwa target suhu ruang pengering pada kisaran antara 50° hingga 60°, telah tercapai pada angka 50° dengan suhu air 90°. Aliran padi basah di atas meja getar pada pemasukan secara manual bedumlah kecil, menunjukkan hash yang cukup 5aik. Pada pemasukan secara otomatis dan berjumlah banyak, menunjukkan hash yang kurang balk karena ada penumpukan padi basah di nisi pinggir meja getar.
- ItemMetode Pengeringan RSS Melalui Cara Pengeringan Awal Dengan Panas Matahari Langsung(2003-07-10) Agus AlamAkhir-akhir ini kegunaan kayu karat tidak hanya sebagai bahan bakar terutama pengenbgan karat, namun juga sebagai bahan industri perkayuan, oleh sebab itu kelangkaan sebagai bahan bakar pengeringan karat perlu clitanggulangi dengan memanfaatkan panas matahari. Hasil pengeringan awal cara jemur 2 hart dengan rentang radiasi antara 2200 – 3500 W.j/m2 tetap menghasilkan RSS1 yang berwama cokiat lebih cerah, yang ditandai nilai LAU.. 8-9 dibanding nilai LAU cara konvensional lebih tinggi yaitu:12-16. Perbedaan rentang Po: 44,0 – 46,5 dibanding cara konvensional 47,5 – 50,5 menandakan fotodegradasi cukup berpengaruh terhadap nilai Po, namun kadar kotoran 0,011 – 0,013 dibanding cara konvensional 0,014 – 0,019 yang menunjukkan asap kayu karat menambah prosentase kotoran. Metode pengeringan melalui cam pengeringan awal disini menghemat penggunaan kayu untuk selama 2 hap pada proses pengeringan konvensional.
- ItemPerbaikan Disain Pompa Irigasi Sentrifugal Buatan Lokal(2003-07-10) Agung Prabowo; Agung Hendriadi; Novi Sulistyosari; Hari Gunardi; AffifudinUntuk meningkatkan unjuk kerja pompa ingasi sentrifugal buatan lokal , yang hanya mencapai efisiensi 45% – 65%, maka Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian melakukan perbaikan disain impeller dan casing dari pompa sentrifugal. Perbaikan disain tersebut telah dilakukan dengan mengacu teori-teon Addisson, Churh dan Stepanoff Pabrikasi dilakukan bekerjasama dengan CV. Pabrik Mesin Guntur, Malang, sebagai salah satu prudusen lokal pompa ingasi di Indonesia. Prototipe pompa yang dihasilkan adalah AP-S100 Pompa Sentrifugal diameter 100 mm), dengan dimensi sebagai berikut : panjang 388,49 mm ; lebar 274 mm ; tinggi 275,89 mm dan bobot 28 kg. Prototipe tersebut telah dicji di laboratorium uji CV. Pabrik mesin Guntur, Malang dan Balai Besar Pengembangan Mekarisasi Pertanian, Serpong. Hasil uji itu mengindikasikan keunggulan dibandingkan unjuk kerja pompa lokal yang ada dipasaran saat ini. Efisensi mengalami peningkatan 10.65% - 17.07%, debit 6.29% – 12.14% dan tinggi total 12.01% 41.62%. Pompa AP-S100 ini mampu menghemat energi potensial yang digunakan untuk rnemompa sejumlah unit volume air sebesar 1.08% - 3.79% kJ/m3. Biaya produksi dindikasikan lebih murah karena bobot prototipe pompa AP-S100 lebih nngan 51.30% dibandingkan pompa lokal yang telah
- ItemRancang Bangun Tungku Biomassa dan Unit Penukar Panas Pada Alat Pengering Ikan Energi Surya(BBP Mektan, 2003-07-10) Hadi Surachman
- ItemHasil Destilasi Kering Limbah Proses Pembaharuan Telapak Ban Sebagai Bahan Bakar dan Bahan Komponen Karet Alam(BBP Mektan, 2003-07-10) Agus AlamSekitar 70% produksi karat alam digunakan untuk ban kendaraan. Proses pembaharuan telapak ban menghasilkan parutan ban. Umumnya parutan ban dijadikan recl'rned rubber dengan menggunakan mesin bertenaga besar. Jika digunakan sebagai pembangkit enegi diperiukan peralatan dan tungku khusus. Keduanya memerlukan investasi besar. Sisanya dibuang atau sebagai bahan bakar dengan cara pembakaran konvensional yang menimbulkan bau tidak enak yang sangat mengganggu lingkungan. Apabila didestilasi kering diperoleh arang dan campuran tar dan minyak distilat. Parutan ban di dalam retort baja diameter 28cmx60cm yang diberi pipa saluran kondensor dan penampung minyak dipanaskan di dalam tungku pot dengan cara pembakaran biomasa dan briket batubara. Suhu destilasi dijaga pada 450°C-500°C selama 5jam. Asap bergerak menuju kondensor dan mencair berupa minyak bercampur tar. Proksimat arang diuji. Kompon karat alam yang dihubuhi campuran minyak destilat dan tar diuji pada sifat masak dan sifat fisik vu!kanisat. Hasa percobaan diperoleh arang antara 29,40%-40,20% dan minyak destilasi bercampur tar 9,45%-14,26%. Sifat kimia arang adalah kadar air 1,44%-1,56% kadar abu 12,51%-12,55% kadar zaf mudah menguap 2, 75%-2,90(%), kadar karbon terikat 83,11%-83,18%,nilai kalor 7110(kal/gram)-7321(kal/gram) atau tergolong kalor finggi. Karakteristik vulkanisasi kontrol dan percobaan diperoleh nilai torsi modulus cenderung lebih rendah, waktu pravulkanisasi dan pemasakan dua kali lebih lama. Sifat fisik tank dan kekerasan tidak jauh berbeda.
- ItemEvaluasi Penanganan Panen Dan Pascapanen di Beberapa Lokasi Pengembangan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T)(BBP Mektan, 2003-07-10) E. Eko Ananto; Sutrisno; Dadan R.A; KomarudinMasalah yang aihadapi petani dalam penanganan panen dan pascapanen adalah masa parer yang jatuh di musim hujan disetfai dengan terbatasnya tenaga kerja dan fasilitas/alsintan yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan kerusakan gabah karena tertumpuk di sawah, tidak dapat segera dirontok dan dikeringkan, sehingga menghasilkan beras bermutu rendah. Untuk memperbaikinya perlu percepatan proses dengan bantuan mesin perontok dan mesin pengering. Perbaikan penanganan panen dan pascapanen dengan menggunakan mesin tersebut berhasil meningkatkan rendemen beras giling dan memperbaiki mutunya. Perbaikan mutu tersebut diharapkan dapat meningkatkan harga just beras dan memberikan nilai tambah. Penggilingan padi biasanya lebih dulu berkembang karena paling menguntungkan dibanding alsintan lain. RMU yang ada terdiri dari tipe single pass dan tipe tipe double pass. Upaya perbaikan mutu beras dan kelayakan usaha penggilingan melalui pengembangan RMU tipe double pass harus disertai oleh tedaminnya jumlah pasokan gabah dengan mutu yang balk mulai dari sejak dipanen. Dengan demikian perbaikan mutu harus dilakukan sejak dad proses pemanenan sampai penggilingan. Dalam operasionalisasinya, pengembangan mesin pengering dapat di mulai dari pengusaha RMU, karena di samping berkepentingan dalam peningkatan mutu, penempatan mesin pengering di RMU lebih efisien, jumlah pasokan gabah lebih terjamin dan petani lebih leluasa dalam melakukan
- ItemRancang Bangun Reaktor Pirolisis Limbah Biomassa dan Pemanfaat Destilatnya Sebagai Processing Aids Pada Pengolahan Karet(BBP Mektan, 2003-07-10) Dadi R. Maspanger; Agus Alam; Ad CifriadiDewasa ini masih banyak Iimbah industri yang belum dimanfaatkan secara optima! menjadi produk bemilal ekonomi tinggi, termasuk Iimbah pertanian yang setiap tahunnya diperkirakan mencapai tidak kurang dari 25 juta ton. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya pemanfaatan Iimbah biomassa melalui kegiatan rancangbangun reaktor pirolisis disertai uji kinerjanya, dan studi pemanfatan cairan pirolignin sebagai koagulan lateks dan processing aids pada pembuatan barang jadi karet. Hasil percobaan pendahuluan menunjukkan bahwa dengan menggunakan reaktor pirolisis skala prototipe, berhasil diproduksi cairan pirolignin dad Iimbah kayu karat dengan rendemen 35-43 L/100 kg Iimbah kayu, arang 25-29 kg/100 kg Iimbah kayu, dan tar 4-5 kg/100 kg Iimbah kayu, dengan kebutuhan bahan bakar pemanas briket batubara sebanyak 0,06-0,07 kg/kg umpan Iimbah kayu/jam. Cairan pirolignin yang dihasilkan memiliki kadar asain 1,2-1,5% dengan pH 2,5-3. Untuk koagulasi lateks kebun (KKK 15%) diperiukan sekitar 55 mUL lateks. Kemudian basil pengujian sifat fisik barang jadi karet menunjukkan bahwa tar dapat berfungsi sebagai processing aids.
- ItemPemisahan Kulit Batang Kenaf Dengan Ribboner Tipe Dua Silinder(BBP Mektan, 2003-07-10) Darmono; Samsuri Titosastro; Winarto; B.W. Budi Saroso; Abi Dwi HastonoRibboner two cylinder type produce ribbon from kenaf and allied stem so it could ribbon ratting which is less budget than traditional ratting. The previous nbboner produce fibre with lower fibre strenght compare with traditional ratting process, due to impact of hammer system of this separation. This experiment conducted at Malang during 2002. To improve the ribboner performance, the important think is replace the impact system to another system e.g. to broke in small pieces with two cylinders contains fin with overlap partial. In this part the stem push intrough. While the cylinders revolving the stem will broken but not the ribbon.. After the component had made followed by assembling and functional testing. The result of the teset showed that the capacity reach 500 - 600 kg/hour fresh kenaf stem, with Rp. 32,40/kg for separate the bark. We hope this new machine could produce ribbon and fbre with good quality. Strengthtening (Tenacity) of the fibre reach 19,19 gram/text - 20,61 gram/text.
- ItemMembangun Budaya Inovasi Teknologi Melalui Penelitian dan Perekayasaan(BBP Mektan, 2003-07-10) Didiek Hadjar Gunadi; Gede Wibawa
- ItemPengalaman Membangun Kemitraan Untuk Meningkatkan Kemampuan Pendanaan Penelitian(BBP Mektan, 2003-07-10) Gatot Irianto
- ItemReformasi Manajemen Penelitian dan Pengembangan(BBP Mektan, 2003-07-10) Achmad M. Faqi
- ItemModifikasi Dan Uji Lapang Mesin Petik Teh Untuk Kondisi Perkebunan Teh Di Indonesia(BBP Mektan, 2003-07-10) Tadjudin Abas, Wenten Astikal, Erwan Johan, dan HarjonoKeterbatasan tenaga kerja mengubah pemikiran untuk melakukan pemetikan secara mekanis. Mesin petik teh tipe 120 impor dad Jepang mempunyai beberapa lcelemahan, yaitu (1) jarak jalur petik dalam bads tanaman tunggal sekitar 90-100 cm. Jarak ini lebih kecil dad jarak minimum operator yaitu 130 cm. Akibatnya mesin tidak dapat berjalan tegak 14:rus arch gerakan. Sehingga kapasitas dan kualitas kerja mesin rendah, (2) tinggi mesin < 20 cm, sehingga sebagian pucuk teh assamica dengan daur petik sekitar 18-22 hari tidak masuk ke dalam kantong penampung clan (3) suku cadang komponen motor penggerak clan blower tidak tersedia di pasar lokal sehingga harganya mahat Oleh sebab itu perk, modifikasi mesin petik maupun kebun teh yang ada. Modifikasi kebun maupun mesin petik teh dengan pola pemetikan rnelompat bans gads ganda. Motor penggerak dan blower, menggunakan komponen mist blower yang tersedia di pasar Pengujian unjuk kerja dilakukan selama 18 kali petik di kebun Tambaksad, Subang pada klon TRI 2025, dengan daur petik rata-rata 20 had. Sebagai kontrol dilakukan petik manual dengan daur petik rata-rata 11 had, Luas masing-masing plot 0,5 ha. Hash! menuniukkan (a) kualitas petikan dengan mesin memenuhi syarat (MS) rata-rata 64,9%, lebih balk dibanding manual (63,3%) dengan kadar pad diatas 12%, (b) dapat menggali pofensi kebun sebesar 11% diatas pemetikan manual (c) kapasitas keda lapang aktual 0,14 – 0,3 ha/jam ( 24,3 kali manual), Dengan kapasitas ini mesin dapat mensubstitusi kekurangan tenaga pemetik sekitar 360 hok per ha per tahun.
- ItemPerbaikan Blower Dan Kinerja Tungku Sekam Mendukung Agro Industri Padi(BBP Mektan, 2003-07-10) Syafaruddin Lubis, Sigit Nugraha, Sudaryono dan Ridwan RahmatPenumpukan sekam di penggilingan padi sulit dihindarf, sehingga sekam tidak saja mengganggu lingkungan sekitamya, tetapi juga mengganggu kesehatan mi.onusia. Sekam padi terdiri dan pada dua bagian yakni lemma dan palea yang menutupi kariopsk; Rendemen sekam berkisar antara 16% - 26% dari berat gabah. Keutuhan sekam dan hasil penggilingan dipengaruhi oleh model/tipe penggilngannya. Penggilngan dengan menggunakan tipe ml karat akan menghasilkan sekam yang tidak hancur dan masih mempunyai nilai kalori yang tinggi. Penelitian kinerja tungku sekam mendukung agroindustd padi terpadu dilaksanakan di Karawang pada tahun anggaran 2002. Tujuan dan penelitian ini adalah memanfaatkan sekam sebagai bahan bakar alat pengering untuk pengeringan gabah basah. Hasil penalitian menunjukkan bahwa modifikasi blower dan tiang cerobong asap dapat meningkatkan tekanan statis udara pengering dari 5 cm air menjadi 12 cm air serta kecepatan afiran udara dalam tungku sekam meningkat dari 26.56 m/det menjadi 34.29 rn/det, meningkatkan kapasitas pengedngan dad 4 ton menjadi 6 ton gabah basah. Penurunan kadar air gabah dari 22.3% menjadi 13.32% dicapai selama 6 jam pengeringan. Mutu beras hasil giling yang dihasilkan dad pengeringan dengan bahan bakar sekam sangat balk dengan persentase beras kepala sebesar 93%, beras patah 5% dan menir 1%.
- ItemSubtitusi Tungku Sekam Tunggal Model "ABC" Pada Box Dryer Untuk Meningkatkan Efisiensi Pengeringan(BBP Mektan, 2003-07-10) SutrisnoSubstitusi tungku sekam tunggal model 'ABC" pada box dryer untuk meningkatkan efisiensi pengeringan. Proses introduksi mesin pengering bantuan pemerintah ke petani pada umumnya belum berjalan secara efektif. Penyebabnya adalah selain mefodenya harus diperbaiki, pengering yang menggunakan BBM tersebut biaya operasinya cukup mahal, terieblh dengan tens meningkatnya harga BBM. Berdasarkan hasfi survei di berbagai wilayah, misal Kabupaten Subang, Jawa Barat (Agustus 2003), Kabupaten Lombok Timur, NTB (November 2003), menunjukkan bahwa ban sebagian mesin pengering dimanfaatkan oleh petani, terutama pada panen padi musim hujan. Alasannya yaitu biaya operasi alat terialu mahal. Di Kabupaten Subang biaya penjemuran berkisar antara Rp.20,- - Rp.30,-/kg GKP sedangkan dengan menggunakan mesin pengering BBM mencapai Rp.60,-/kg GKP atau lebih. Untuk dapat menekan Maya pengeringan dengan mesin, telah dilakukan substitusi tungku tunggal model "ABC" ke dalam mesin pengering tersebut Penelitian ini dilakukan di Balitpa pada tahun 2003, dengan tujuan untuk mendapatkan teknologi pengeringan padi yang dapat menghasilkan mutu dan rendemen beras giling yang tinggi, serta biayanya murah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gabah varietas Ciherang, hash! panen MK 2003, sebanyak 2000 kg dari kadar air 20 % dikeringkan menjadi 12,37 % dalam waktu 9 jam. Proses pengeringan beriangsung pada suhu 43 °C, kecepatan aliran udara pengering dalam gabah 7,13 rn/menit, dengan laju pengeringan rata-rata 0,85 dam. Biaya pokok pengeringan gabah dengan menggunakan pengering tungku tunggal sebesar Rp.22,55/kg GKP. Mutu beras giling yang diperoleh (% beras kepala) 80,07 %, dan rendemen beras gilingnya 66,47 %. Dad penjemuran, % beras kepala 60,51 %, dan rendemen beras giling 64,27 %.
- ItemAlsin Pengering Padi Tipe Kontinyu Dengan Sistem Multi Phase(BBP Mektan, 2003-07-10) Supriyanto, Ana Nurhasanah, dan Ahmad AsariPada saat panen pada musim penghujan, gabah/padi (kadar air 24 — 28 %) hares segera dikeringkan untuk mencegah kerusakan dan kehilangan yang tinggi. Kendala dihadapi adalahy proses pengeringan gabah, untuk itu dibutuhkan alsin pengenng yang dapat beketja kontinyu, efisien dan ekonomis namun menghasilkan gabah yang seragam kadar aimya (14 %) dan tidak menyebabkan butir gabah rusak. Sampai saat hasil penelitian, menunjukkan pengeringan padi akan ekonomis apabila kapasitasnya lebih dad 5 ton, dan biasanya untuk tipe pengering datar/bed dryer kadar air akhir gabah tidak seragam. Berpandangan dad hal tersebut maka perk/ dirakit alsin pengering tipe kontinyu dengan kapasitas 8 ton untuk r adi. KTherja alsin pengering ini cukup bagus yang ditandai dengan efisiensi panas pengeringan 64,62 %, waktu pengeringan 8 jam, laju pengeringan 1,77 % swta menghasilkan beras utuh 93,96%, kepala 2,56% . patah 1,40%, dan beras terkupas 1,56%. Dengan bilya operasional Rp.141,-/kg menghasilkan B/C ratio 1,46 dapat mencapai titik impas setelah mengeringkan 30.136 kg padi/th sehingga layak digunakan untuk pengusaha penggilingan padi balk skala menengah maupun besar.
- ItemDesain Dan Rekayasa Axle Dinamometer Utuk Motor Diesel Stationer 5 —10 HP(BBP Mektan, 2003-07-10) Joko Pitoyo, LiLik Tri Mulyantara, Koes SulistiadjiMotor diesel banyak digunakan sebagai penggerak atau tenaga tank alat dan mesin pertanian perlu diukur unjuk kerjanya dengan teliti. Berbagai tipe dinamometer pengukur unjuk kerja motor diesel teiah banyak dikembangkan dan digunakan. Balai Baser Pengembangan Mekanisasi Pertanian sebagai salah satu institusi yang banyak berhubungan dengan penggunaan motor bakar baik jenis motor bakar bensin ataupun dieiel perk/ mengembangkan satu perangkat ukur motor baka stationer. Rekayasa Axle Dinamometer ini merupakan suatu modifikasi dan seperangkaf alat ukur an instrumen yang sebelumnya digunakan untuk mengukur kinerja PTO traktor roda empaf 20 - 30 HP. Beberapa hal yang dilakukan perubahan yaitu sistem pengeremen, sistern pengukuran torsi dan sistem penyambungan transmisi dari engine ko unit axle dinamometer. Secara umum kinerja axle dinamometer setelah dilakukan modifikasi dapat digunakan untuk mengukur unjuk kerja motor diesel stationer 5,5 HP tipe piston datar dengan pendingin sirkulasi air.
- ItemPengaruh Pelapisan Dan Pembungkusan Pada Karakteristik Fisiko-Kimia Buah Manggis(BBP Mektan, 2003-07-10) Raffi Paramawati, Reni Yuliana Gultom, dan Rosmeika
- ItemEvaluasi Perubahan Warna Dan Kepedasan Cabai Pada Proses Pengeringan Dengan Pengering Tipe Rotary(BBP Mektan, 2003-07-10) Teguh Wikan WidodoWama dan kepedasan adalah merupakan faktor panting yang sangat r•enentukan kualitas cabal. Wama dan kepedasan cabal kering dipengaruhi kondisi proses pengeringan. Qleh karena itu, dalam percobaan dengan pengering tipe rotary, proses pengenngan dilakukan pada kondisi yang berbeda, antara lain perlakuan bahan sebelum dikeringkan, duty cycle, kecepatan putar drum pengering, laju aliran udara pengering, dan suhu udara pengering. Perubahan wama cabai pada keadaan segar dan kering diukur dengan metoda a" b" (CIELAB), sedangkan kepedasan ditentukan dengan analisa kandungan capsaicin pada cabai dengan metode Gas Chromatography dan rnetode standar internal. Dan beberapa kondisi proses pengeringan yang diberikan, proses dengan blanching, duty cycle drum pengering 5 menit berputar and 30 menit berhenti, kecepatan putar drum pengering 4 rpm, laju aliran udara 4 m/s, dan suhu udara pengering 70°C telah menghasilkan total perubahan wama (dE) terendah yaitu 1,133. Dan kandungan capsaicin menurun dengan tingkat penurunan terendah dari 2,99 mg/g pada kondisi cabal segar menjadi 2,10 mg/g