Budidaya Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Budidaya Perkebunan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 141
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya Coklat(1978) Departemen Pertanian Balai informasi Pertanian ITBDalam upaya meningkatkan pendapatan petani serta untuk menunjang program pemerintah guna meningkatkan komoditi ekspor non migas, di daerah Nusa Tenggara Barat dewasa ini telah mulai dirintis upaya pengembangan tanaman coklat. Luasnya lahan berpotensi, harga jual beli coklat yang tinggi serta laju permintaan pasar yang kian meningkat pertanda prospek cerah bagi tanaman coklat yang sekaligus akan mendorong petani untuk mengusahakannya. Disadari bahwa petunjuk praktis yang berkenaan dengan budidaya coklat sangat terbatas, karena itulah Balai lnformasi Pertanian Nusa Tenggara Barat membantu memenuhi kebutuhan tersebut melalui penerbitan Brosur yang diberi judul " Budidaya Coklat "
- ItemBudidaya Tanaman Coklat(BPTP Kalteng, 1987) BPTP KaltengTanaman Coklat baru mulai dikembangkan di Kalimantan Tengah sejak tahun 1981. Pada tahun 1986 tercatat seluas 1.319 Ha yang terdapat di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara dan Pujon - Kabupaten Kapuas. Sebenarnya tanaman Coklat yang berasal dari Amerika telah dimasukkan ke Indonesia oleh orang Spanyol pada tahun 1560, dan pada tahun 1870 mulai diusahakan secara perkebunan. Produksi Coklat Indonesia sendiri sangat kecil, kurang dari 1% produk coklat dunia
- ItemEfikasi Beberapa Insektisida Terhadap Ulat Kenari Cricula trifenestrata Helf.(Balittro, 1987-06-02) Munaan, Amri; Balittro-
- ItemPedoman Pengadaan Kebun Perbanyakan Tanaman Lada(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1988) Yufdy, M.Prama; Wahid, PasrilTanaman lada mempunyai arti yang cukup penting bagi Indonesia karena merupakan salah satu tanaman ekspor penghasil devisa yang penting sesudah karet,the,kelapa sawit dan kopi. Pada tahun 1974 nilai ekspor lada Indonesia ada lah sebesar US$ 24 986 000 .tahun 1984 meningkat menjadi US$ 64 239 000, dan melonjak lagi menjadi US$ 104 214 000 pada tahun 1986. Selain dari itu lada tidak saja merupakan salah satu tanaman tertua yang diusahakan di Indonesia ,tetapi juga merupakan produk yang mula –mula dibawa ke erofa melalui Persia dan Arabia. Perdagangan lada sejak cornelis de houtman (1595) dan Jacob van neck (1598) dipegang oleh belanda . tahun 1720 hasil lada merupakan sepertiga dari seluruh hasil yang diperoleh voc Sebelum perang dunia kedua hasil lada Indonesia epernah encapai 75- 84 % dari seluruh produsi lada dunia. Dewasa ini produksi lada Indonesia hanya mencapai + 25% sari jumlah lada yang diperdagangkan di pasar dunia . Total areal lada yang ada di Indonesia dewasa ini = 81 000 hektar, dengan produksi sebesar 37 000 ton/tahun . Dengan mengingat fungsi dan peranannya sebagai salah satu komditi ekspor non migas yang cukup penting, serta prospeknya ,pemerintah telah menyusun program peremajaan dan perluasan areal tanaman ini.Untuk menjamin terpenuhi nya kebutuhan bahan tanaan bagi terlaksaannya program tersebut dianggap mendirikan kebun-kebun induk / kebun perbanyakan di berbagai daerah pengembangan. Dari kebun induk/kebun perbanyak tersebut diharapkan dapat di ambil bahan tanaman atau bibit dalam bentuk setek , secara terus menerus dan teratur. Tulisan ini diharapkan dapat diajdikan petunjuk dalam membuat kebun-kebun perbanyakan untuk menunjang program perluasan dan peremajaan tanaman lada.
- ItemPenentuan Komoditas Perkebunan Unggulan Jawa Timur dan Strategi Pengembanganya(BPTP Karangploso, 1992) Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur
- ItemPenyambungan Kopi Arabika Pada Robusta(Balai Informasi Pertanian Lampung, 1995) Balai Informasi Pertanian Lampung; Balai Informasi Pertanian Lampung
- ItemBudidaya Kelapa dan Penyadapannya(Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, 1996) AR, Adeny Rozak; Damiri, Ahmad; Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
- ItemUpaya Peningkatan Produksi Jambu Mete(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari, 1997) Djamaluddin, Rahmatia; Sahara, Dewi; Darwin, Muhammad; Irawan, YudiJambu mete merupakan salah satu komoditas andalan daerah Sulawesi Tenggara yang pada awalnya hanya ditanam sebagai program penghijauan pada lahan kritis. Oleh sebab itu pengelolaannya masih bersifat konvensional sehingga menyebabkan produksi dan produktivitas tanaman sangat rendah. Namun sejalan dengan lajunya pembangunan bidang ekonomi, maka komoditas ini berkembang pula menjadi produk unggulan yang besar artinya bagi daerah.
- ItemResponse of Five Kenaf Accessions to Shoot Regeneration(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 1999) Purwati, Rully Dyah; Sudjindro; Sudarmadji; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratThis experiment was aimed to study response of fives kenfa accession to shoot regeneratioo and to establish an appropriate regeaeraiea protocol for kenaf The experiment was performed at Tissue Culture Laboratory Research Institute for Tobacco and Fibre Crops (RITFC), MaJang, from June to Octo- ber 1997. Crtyledons with plumules attached were used as explants and culture medium for callus induction was MS-based medium with BAP (2 mgfl) and NAA (0.5 mgfl). Calli produced in this cultures were transferred into MS-based medium containing BAP (2 mgfl) and GAJ (5 mgfl) for shoot initiatioo. All shorts obtained were then sub-cultured in MS-based medium without regulators (MSO) for root formation. Rooted shorts (plantlets) were acclimatized in the sterile sand and transferred into sterile soil in the glass house. Results of this experiment showed that the most respoosive accessions were Cuba 10811, followed by KK 60, He 48, PI 324922, aid CRNI 056 H with the average number of shoots per explant 4.32 ± 4.21, 4.00± 4.01, 3.05 ± 2.98, 2.80± 1.47, and 2.72 ± 2.49, respectively, at 40 days after transferring on shoot regeneratica medium. Shoots rooted after 14 days on MSO medium with frequencies of 81.50-93.30%. Healthy plaatlets survived and grew well in soil media in the glass house. Therefore, an appropriate short regeneration protocol for kenafwas found,
- ItemPERAKITAN TEKNIK PRODUKSI PUPUK ORGANIK(BPTP Karangploso, 1999) ERNAWANTO, Q.D.; Ruly Hardianto
- ItemUJI MULTILOKASI CALON VARIETAS UNGGUL TEMBAKAU VIRGINIA DI SENTRA PRODUKSI DENGAN AGROEKOSISTEM SPESIFIK JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 1999) WAHAB, M. Ismail; Yuniarti
- ItemSTANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2000) Mono Rahardjo, Otih RostianaKegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang sekresi empedu dan pankreas. Sebagai obat fitofarmaka, temulawak bermanfaat untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, kelainan hati, kandung empedu, pankreas, usus halus, tekanan darah tinggi, kontraksi usus, TBC, sariawan, dan dapat dipergunakan sebagai tonikum. Secara tradisional, banyak digunakan untuk mengobati diare, disentri, wasir, bengkak karena infeksi, eksim, cacar, jerawat, sakit kuning, sembelit, kurang nafsu makan, kejang-kejang, radang lambung, kencing darah, ayan, dan kurang darah. Kebutuhan simplisia temulawak sebagai bahan baku obat tradisional di Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2003 menduduki peringkat pertama dilihat dari jumlah serapan industri obat tradisional. Banyaknya ragam manfaat temulawak baik untuk obat tradisional maupun fitofarmaka karena rimpangnya mengandung protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kimia minyak atsirinya antara lain, feladren, kamfer, turmerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, βtumeron, dan xanthorizol yang mempunyai limpahan tertinggi (40%).
- ItemBudidaya Tanaman Nilam(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2001-03-12) Yusron, Muchamad; Balai Penelitian Tanaman Rempah dan ObatNilam atau yang dikenal dengan Dilem Jawa, tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini semakin banyak dicari dan dikembangkan masyarakat. kebutuhan minyak atsiri dari Nilam semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya industri kosmetik baik dalam negeri maupun luar negeri. keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai negara yang menjadi importir. baunya lebih harum dan tahan lama dibandingkan dengan minyak hasil negara lain
- ItemPOKOK PERMASALAHAN DALAM USAHA PENGEMBANGAN ITV DI LOMBOK - NTB(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) Dinas Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Barat; Dinas Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Barat
- ItemBudidaya Tanaman Kakao(BPTP Kalteng, 2003-11) Hartono, Ary; Suriansyah; Massinai, Rustan; BPTP KaltengPenanaman kakao dalam skala perkebunan di Indonesia dimulai pada tahun 1780 di Minahasa dan pada tahun 1858 ditanam di Seram dan Ambon. Perkebunan kakao tersebut kurang berkembang akibat serangan penggerek buah. Penanaman kakao berkembang pesat di Jawa pada awal abad 19, sebagai ganti tanaman kopi yang hancur oleh serangan penyakit kanal daun. Tanaman kakao baru mulai dikembangkan di Kalimantan Tengah pada tahun 1981 dan pada tahun 2002 tercatat seluas 896 Ha yang terdapat di kabupaten Barito Utara, Barito Selatan dan daerah Pujon kabupaten Kapuas
- ItemUSAHA TANI RAMI DI SELA-SELA POHON KELAPA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) TIRTOSUPROBO, Supriyadi; Untung Setyo-Budi; Budi Santoso; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemUPAYA MENYUKSESKAN PROGRAM REVITALISASI PERKAPASAN(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) PAKPAHAN, Agus; Deputi Meneg BUMN; Deputi Meneg BUMN
- ItemTeknologi Unggulan Kelapa : Budidaya Pendukung Varietas Unggul(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) Mahmud, Zainal; Novarianto, Hengky; Barlina, Rindengan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
- ItemPELUANG PERBANYAKAN BIBIT MELALUI KULTUR JARINGAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN RAMI(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) PURWATI, Rully Dyah; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemRESPON TIGA KLON RAMI TERHADAP APLIKASI PUPUK P PADA TAHUN PERTAMA DI WONOSOBO(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) DJUMALI; Sri Mulyaningsih; Budi Santoso; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenurunan aplikasi dosis pupuk P merupakan salah satu upaya untuk menurunkan biaya produksi tanaman rami agar mempunyai daya kompetitif terhadap tanaman budi daya lainnya. Agar penurunan dosis pupuk P tidak diikuti oleh penurunan produksi serat kasar, maka perlu dipelajari respon tanaman rami terhadap aplikasi pupuk P. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon tanaman rami terhadap aplikasi pupuk P dilakukan di Wonosobo, Jawa Tengah pada Juni 2001–Juli 2002 dengan Rancangan Petak Terbagi diulang empat kali. Petak utama berupa tiga klon rami (Pujon 10, Indochina, dan Pujon 501), dan anak petak berupa tiga dosis pupuk P (0, 20, dan 40 kg P2O5/ha/panen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi klon rami dengan dosis pupuk P mempengaruhi produksi serat kasar yang diperoleh. Peningkatan dosis pupuk P dari 0 ke 20 kg P2O5/ha/panen diikuti oleh peningkatan produksi serat kasar secara nyata pada Pujon 10, Indochina, dan Pujon 501 masing-masing sebesar 16,9; 20,3; dan 21,3%, sedangkan peningkatan dosis pupuk lebih dari 20 kg P2O5/ha/panen hanya diikuti peningkatan produksi serat pada klon Indochina saja yakni sebesar 11,7%. Klon Pujon 10 yang tidak dipupuk P menghasilkan produksi serat lebih tinggi dibanding klon Indochina yang dipupuk 0–20 kg P2O5/ha/panen maupun klon Pujon 501 yang dipupuk 0–40 kg P2O5/ha/panen. Produksi serat kasar tertinggi diperoleh klon Pujon 10 yang dipupuk 20–40 kg P2O5/ha /panen yakni sebesar 2,28–2,37 ton/ha/tahun.