Budidaya Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Budidaya Perkebunan by Title
Now showing 1 - 20 of 141
Results Per Page
Sort Options
- ItemAren: Untuk Pangan, Bioenergi, dan Konservasi(IAARD Press, 2017) Lay, A.; Syakir, Muhammad; Alamsyah, Andi NurTanaman aren telah lama di kenal masyarakat Indonesia, yang manfaatnya sebagai sumber pangan, bahan baku industri dan bahan kerajinan. Aren merupakan tanaman yang unik, sebagai tanaman hutan, perkebunan dan pangan. Pengembangannya terbatas dan hampir dilupakan, walaupun tanpa budi daya yang intensif dapat tumbuh baik dan menghasilkan. Buku ini disusun berdasarkan rujukan dari hasil penelitian dan observasi tanaman aren pada berbagai sentra produksi aren, informasi lapang dan literatur, yang menguraikan tentang aspek produksi, ekspor, iklim, tanah, jenis aren, budi daya, panen dan penyadapan, pengolahan, sosial ekonomi dan pengembangannya. Pada buku ini, juga diuraikan pengolahan aneka produk aren skala kelompok tani, serta sosial ekonomi aren pada berbagai daerah sentra produk aren di Indonesia. Informasi yang disajikan ini, diharapkan dapat memberi pemahaman dan wawasan untuk menunjang pengembangan aren di masa mendatang.
- ItemBahan Tanaman Unggul Mendukung Bioindustri Kakao(IIARD Press, 2014) Setiyono, Rudi T.; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas yang cukup penting di Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Lebih dari 90% dari keseluruhan luas areal tanaman kakao yang ada di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Meskipun demikian, produktivitas kakao masih tergolong rendah, yaitu hanya mencapai rata-rata 900 kg/ha/thn. Penyebab rendahnya produktivitas tanaman kakao adalah masih beragamnya adopsi petani terhadap teknologi budidaya, keterbatasan tersedianya bahan tanam unggul, serta serangan hama dan penyakit utama. Penemuan bahan tanaman kakao unggul seperti ICCRI 07 dan Sulawesi 03 yang tahan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK) serta klon hibrida ICCRI 06H yang tahan terhadap penyakit vascular streak dieback (VSD) merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah hama dan penyakit utama yang menjadi permasalahan serius pada tanaman kakao saat ini. Bahan tanaman kakao unggul tersebut dapat digunakan pada pengembangan tanaman kakao dalam rangka penerapan inovasi teknologi bioindustri kakao, serta dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan perakitan bahan tanam kakao tahan PBK dan VSD di Indonesia. Keberhasilan penanganan masalah VSD dan PBK tersebut tentu tidak hanya mengandalkan pada bahan tanamnya saja, akan tetapi juga tergantung pada penerapan cara budidaya yang baik. Pemuliaan ketahanan terhadap PBK dan VSD selanjutnya akan tergantung pada seberapa besar tingkat keragaman genetik yang dapat terbentuk melalui persilangan dengan memanfaatkan klon-klon tahan tersebut, serta manajemen proses seleksinya.
- ItemBEBERAPA SIFAT PENTING UNTUK PERBAIKAN VARIETAS UNGGUL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) HARTATI, Rr. Sri; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor; Pusat Penelitian dan Pengembangan PerkebunanSebagaimana halnya komoditas yang mulai dikembangkan, program pemuliaan dibutuhkan untuk mendukung penyediaan bahan tanaman yang unggul yang memiliki karakter-karakter sesuai kebutuhan. Demikian juga pada ta-naman jarak pagar yang semakin menjadi perhatian banyak pihak karena potensinya sebagai bahan bakar nabati. Bahan tanaman yang mulai dikembangkan saat ini masih terbatas dari hasil seleksi pada populasi yang ada. Meskipun populasi terpilih tersebut telah menunjukkan ”keunggulan” dibanding populasi asalnya, dengan berkembangnya tanaman, maka tuntutan untuk tersedianya varietas unggul yang memiliki sejumlah keunggulan lainnya juga akan semakin besar. Ma-kalah ini membahas beberapa sifat penting yang perlu diintegrasikan dalam program penelitian jarak pagar.
- ItemBudidaya Coklat(1978) Departemen Pertanian Balai informasi Pertanian ITBDalam upaya meningkatkan pendapatan petani serta untuk menunjang program pemerintah guna meningkatkan komoditi ekspor non migas, di daerah Nusa Tenggara Barat dewasa ini telah mulai dirintis upaya pengembangan tanaman coklat. Luasnya lahan berpotensi, harga jual beli coklat yang tinggi serta laju permintaan pasar yang kian meningkat pertanda prospek cerah bagi tanaman coklat yang sekaligus akan mendorong petani untuk mengusahakannya. Disadari bahwa petunjuk praktis yang berkenaan dengan budidaya coklat sangat terbatas, karena itulah Balai lnformasi Pertanian Nusa Tenggara Barat membantu memenuhi kebutuhan tersebut melalui penerbitan Brosur yang diberi judul " Budidaya Coklat "
- ItemBudidaya dan Pasca Panen KARET(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010) Damanik, Sabarman; Syakir, Muhammad; Tasma, Made; SiswantoTanaman Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas ekspor yang menjadi sumber pemasukan untuk pendapat-an negara dan permintaan karet dunia meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia mempunyai peluang paling besar untuk memanfaatkan potensi pasar tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi nasional adalah mendukung pengembangan karet melalui buku petunjuk Budidaya dan Pasca Panen yang dapat membantu masyarakat pekebun untuk berusaha tani secara tepat dan optimal serta menguntungkan.
- ItemBudidaya dan Pasca Panen KOPI(2010) Prastowo, Bambang; Karmawati, Elna; Rubijo.; Siswanto.; Indrawanto, Chandra; Munarso, S. JoniTanaman kopi (Coffea sp. ) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional. Untuk mendukung pengembangan kopi dan terutama untuk membantu masyarakat yang tertarik kepada tanaman kopi, maka disusun buku ini. Budidaya sampai Pasca Panen kopi perlu diketahui masyarakat untuk menjadi pedoman umum terutama bagi praktisi di lapangan.
- ItemBudidaya dan Pasca Panen TEBU(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010) Indrawanto, Chandra; Purwono.; Siswanto.; Syakir, Muhammad; Rumini, WidiHingga saat ini Indonesia mengimpor sekitar 2 juta ton gula dengan nilai sekitar US$900 juta setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. Kekurangan pasokan gula di dalam negeri ini disebabkan kurangnya luas areal pertanaman tebu dan rendahnya produktivitas tebu dan rendemen gula yang ada. Penanaman tebu melibatkan banyak petani. Keberhasilan penanaman tebu oleh petani tergantung dari teknik penanamannya. Dengan penerapan teknik penanaman dan pasca panen yang baik akan didapat tingkat produktivitas tebu dan rendemen yang tinggi.
- ItemBudidaya dan Pasca Panen TEH(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010) Effendi, Dedi Soleh; Syakir, Muhammad; Yusron, MuhammadDalam rangka mendukung pengembangan teh di Indonesia yang produktivitasnya masih rendah. Puslitbang Perkebunan telah menyusun buku Budidaya dan Pasca Panen Teh dalam upaya meningkatkan produk-tivitas teh rakyat.
- ItemBudidaya dan Pengolahan Gambir(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, 2013) Sebayang, LukasBuku ini menyajikan informasi mengenai teknologi budidaya yang berasal dari biji, pengolahan secara tradisional (Pakpak Bharat) dan pengolahan secara Cina serta deskripsi 3 varietas gambir sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 115, 116 dan 117 /Kpts/SR. 120/2/2007 tanggal : 20 Februari 2007.
- ItemBudidaya Kelapa dan Penyadapannya(Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, 1996) AR, Adeny Rozak; Damiri, Ahmad; Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
- ItemBudidaya KELAPA SAWIT(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010) Allorerung, David; Syakir, Muhammad; Poeloengan, Zulkarnain; Syafaruddin; Rumini, Widi
- ItemBudidaya Tanaman Coklat(BPTP Kalteng, 1987) BPTP KaltengTanaman Coklat baru mulai dikembangkan di Kalimantan Tengah sejak tahun 1981. Pada tahun 1986 tercatat seluas 1.319 Ha yang terdapat di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara dan Pujon - Kabupaten Kapuas. Sebenarnya tanaman Coklat yang berasal dari Amerika telah dimasukkan ke Indonesia oleh orang Spanyol pada tahun 1560, dan pada tahun 1870 mulai diusahakan secara perkebunan. Produksi Coklat Indonesia sendiri sangat kecil, kurang dari 1% produk coklat dunia
- ItemBudidaya Tanaman Kakao(BPTP Kalteng, 2003-11) Hartono, Ary; Suriansyah; Massinai, Rustan; BPTP KaltengPenanaman kakao dalam skala perkebunan di Indonesia dimulai pada tahun 1780 di Minahasa dan pada tahun 1858 ditanam di Seram dan Ambon. Perkebunan kakao tersebut kurang berkembang akibat serangan penggerek buah. Penanaman kakao berkembang pesat di Jawa pada awal abad 19, sebagai ganti tanaman kopi yang hancur oleh serangan penyakit kanal daun. Tanaman kakao baru mulai dikembangkan di Kalimantan Tengah pada tahun 1981 dan pada tahun 2002 tercatat seluas 896 Ha yang terdapat di kabupaten Barito Utara, Barito Selatan dan daerah Pujon kabupaten Kapuas
- ItemBudidaya Tanaman Nilam(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2001-03-12) Yusron, Muchamad; Balai Penelitian Tanaman Rempah dan ObatNilam atau yang dikenal dengan Dilem Jawa, tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini semakin banyak dicari dan dikembangkan masyarakat. kebutuhan minyak atsiri dari Nilam semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya industri kosmetik baik dalam negeri maupun luar negeri. keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai negara yang menjadi importir. baunya lebih harum dan tahan lama dibandingkan dengan minyak hasil negara lain
- ItemBudidaya, Pascapanen dan Pengolahan Kopi Terstandar(Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sumatera Selatan, 2023) Mahdalena; Annisa; Khusniyati, Siti; Surayya, MaulidaKopi merupakan salah satu tanaman tahunan yang menjadi penyumbang devisa keempat terbesar dari sektor perkebunan, setelah kelapa sawit, karet, dan kakao. Kopi juga salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting selain minyak dan gas. Produksi kopi Indonesia tahun 2022 mencapai 794,800 ribu ton, meningkat 1,01% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 786,191 ribu ton. Produksi kopi menurut status pengusahaan tahun 2021 berasal dari 1,26 juta hektar luas areal perkebunan kopi, dimana 99,32% diusahakan oleh perkebunan milik rakyat (PR) sementara sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik negara (PBN) sebesar 0,53% dan perkebunan besar milik swasta (PBS) sebesar 0,15%.
- ItemBuku Ajar Budidaya dan Pengolahan Kelapa(Pertanian Press, 2024) Bahrun, Abd. Haris; Sulaiman, Andi Amran; Djufry, Fadjry; Karouw, Steivie; Trivana, Linda; Matana, Yulianus; Nasarudin; Rafuddin; NurfaidaTanaman kelapa dikenal dengan pohon kehidupan karena semua bagian tanaman kelapa mulai dari akar, batang, bunga, buah, dan berbagai produk turunannya sangat bermanfaat bagi manusia, baik sebagai makanan, minuman, maupun bukan makanan. Buku ini digunakan sebagai Buku Ajar tentang “Budi Daya dan Pengolahan Kelapa” ditulis untuk menginformasikan tentang varietas kelapa, budi daya dan pengolahan produk kelapa. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi petani, pemerhati, akademisi, dan pemerintah daerah, serta stakeholder lainnya. Kami menyadari buku ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasan. Masukan dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan
- ItemBuku Teknis Budidaya Semangka di Lahan Kering Dataran Rendah Kalteng(BPTP Kalteng, 2020-04) Fimansyah, M. Anang; Irwandi, Deddy; BPTP KaltengProduksi semangka di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan rata-rata lima tahun sebelumya mencapai 3.341,6 t, sedangkan produksi rata-rata dari tahun 2010 hingga tahun 2014 mencapai 3.035,34 t (Tantri, 2016). Petani yang membudidayakan tanaman semangka, umumnya berada pada agroekosistem yang berbeda, dari lahan kering hingga lebak ataupun lahan pasang surut. Kendala utama yang dijumpai pada buah semangka adalah produksi dan kualitas buah rendah. Kendala penggunaan benih semangka triploid atau tanpa bibi karena sifat bijinya yang keras. Berbagai cara agar dapat perkecambahan berlangsung baik digunaan perlukaan. Sunarlim et al., (2012) perlukaan dilakukan dengan cara ujung benih dipecah/dibuang terlebih dahulu dengan pisau. Perlakuan perlukaan tersebut meningkatkan daya kecambah benih dari 38% menjadi 65%.
- ItemCacao(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2020) Direktorat Jenderal PerkebunanCacao is one of the most traded commodities globally. Cacao is not only famous for its unique flavour and aroma that dazzle its consumers, but also contains compounds that have soothing effects and can provide various health benefits to whoever consume it. These facts lead to increasing international and domestic market growth, which created opportunities for all involved actors in Indonesia's cacao supply chain, especially the growers as the main actor. However, this situation has also posed challanges for cacao growers to improve the quality, quantity and continuity of their product to meet the ever-growing market demands. Unfortunately, the gap of value distribution among the supply chain actors are still too large, making the industries to keep growing, while leaving the growers to passively accept their stagnancy, which creates inequality that hinders their growth. This book provides information about the general situation of cacao agribusiness system in Indonesia. It shows that there are much complexities behind every bar or cup of chocolate that we enjoyed. We hope that this book can inform the society to be more aware of the root of our delicacies.
- ItemDAMPAK LAHAN LINCAT TERHADAP PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU TEMANGGUNG DAN UPAYA PENGENDALIANNYA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2008) YULIANTI, Titiek; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratLahan lincat adalah nama lokal untuk menggambarkan lahan yang tidak produktif untuk tanaman tembakau te-manggung. Penyebab terjadinya lahan lincat selain karena degradasi lahan (penurunan kesuburan tanah akibat erosi), juga serangan patogen yang saling berinteraksi antara Ralstonia solanacearum, Phytophthora nicotianae, dan Meloido-gyne spp. Kematian tanaman tembakau meningkat dari 44–67% pada tahun 1996, 38–83% pada tahun 1997, sampai 63–85% pada tahun 1998. Penyebarannyapun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990 lahan lincat seluas 3.901 ha (31,6% dari keseluruhan areal tembakau) berkembang menjadi + 6.000 ha (50% dari lahan tegal) pada tahun 1995. Pada tahun 1996 kerugian yang diakibatkan oleh penyakit ini sudah di atas Rp18 miliar, diperkirakan kerugian-nya terus meningkat sampai saat ini. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, antara lain dengan teknologi: kon-servasi lahan, penggunaan varietas tahan, dan penggunaan mikrobia antagonis. Perpaduan ketiga komponen teknologi tersebut mampu menurunkan serangan sampai 44% dan meningkatkan hasil rajangan kering 31% dan meningkatkan mutu tembakau sampai 8%. Makalah ini membahas permasalahan lahan lincat dan dampak yang diakibatkan terhadap produksi tembakau serta upaya pengendalian yang pernah dilaksanakan dan arah pengendalian di masa yang akan datang.
- ItemDEKORTIKATOR UNTUK PENGAMBILAN SERAT RAMI(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) DARMONO; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat