Perbenihan Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perbenihan Perkebunan by Author "Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat"
Now showing 1 - 16 of 16
Results Per Page
Sort Options
- ItemAPLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) WINARTO, B.W.; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPada umumnya proses degumming pada serat rami kasar hasil proses dekortikasi(=china grass) ialah dengan cara kimia. Cara ini menggunakan bahan kimia utamanya NaOH di samping bahan kimia lain seperti Na-karbonat, Na-tripo-lifosfat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula asam asetat untuk menetralkan sisa alkali pada serat setelah proses de-gumming selesai. Kegunaan NaOH ialah untuk melarutkan jaringan pengikat antar helaian serat. Hasilnya ialah helaian serat yang dapat dipakai untuk bahan sandang; baik berupa serat rami murni maupun blending dengan serat alam/sintetis lainnya. Penggunaan bahan kimia berupa alkali untuk proses degumming ini menimbulkan masalah berupa limbah bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan bila tidak diproses lebih lanjut. Penelitian ditujukan untuk mencari kemung-kinan penggunaan metode biologis di samping metode kimia untuk proses serat rami kasar (china grass). Penelitian di-laksanakan bulan Januari sampai dengan Desember 2003. Bahan yang dipakai untuk proses degumming ialah enzim K2-157 dan K-64 serta inokulum bakteri. Analisis kualitatif terhadap serat setelah proses berjalan selama 9 hari. Sebagai pembanding ialah serat rami hasil dari proses degumming secara kimiawi dan mikrobiologis yang dihasilkan oleh salah seorang pengusaha di Wonosobo. RAL dengan tiga ulangan dipakai untuk melaksanakan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan enzim K2-157 dan K-64 dapat berperan dengan baik pada proses cara bio-logis. Ini ditandai dengan warna serat putih, tidak ada/sedikit sekali kotoran yang berasal dari sisa kulit atau jaringan antarserat yang belum terdegradasi menjadi senyawa karbohidrat sederhana. Pegangan serat lemas menunjukkan sedikit sekali kulit yang belum jadi serat. Penetapan kekuatan serat perlu dilakukan untuk menetapkan lama proses ini tepat waktu atau lewat waktu yang berakibat serat rapuh.
- ItemBudi Daya dan Pascapanen Wijen (Sesamum indicum Linn.)(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) Soenardi; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratWijen (Sesamum indicum L.) diperkirakan berasal dari benua Afrika, kemungkinan Ethiopia. Telah lama tumbuh berkembang di daerah savana sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi dan jenis liar banyak diketemukan di sana. Termasuk famili pedaliceae, genus Sesamum dan telah diidentifikasi sebanyak 24 spesies.
- ItemHAMA TANAMAN KENAF DAN PENGENDALIANNYA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2009) SUNARTO, Dwi Adi; Deciyanto Soetopo; Sujak; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemMODEL SISTEM PERBENIHAN KAPAS: SEBUAH PEMIKIRAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAPAS DI INDONESIA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SULISTYOWATI, Emy; Siwi Sumartini; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratProgram intensifikasi kapas rakyat (IKR) yang dimulai sejak tahun 1978/1979 saat ini arealnya hanya berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. IKR bertujuan untuk meningkatkan produksi serat kapas dan pendapatan petani, membuka dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan terhadap serat kapas impor. Luas areal pengembangan kapas setiap tahun semakin menurun; demikian juga produktivitas di tingkat petani rendah yaitu 0,48—0,52 ton/ha. Salah satu penyebabnya adalah kurang tersedianya benih bermutu bagi petani. Pasar benih kapas belum berkembang sehingga belum ada industri benih profesional yang bergerak di bidang perbenihan kapas. Penyediaan benih sebar kapas (BS) untuk petani di beberapa lokasi pengembangan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat dilakukan oleh pengelola kapas yang bekerja sama dengan petani penangkar benih, yang proses sertifikasinya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BP2MB). Adapun benih sumber berupa benih pokok (BP) atau benih dasar (BD) dan teknologi prosesing benih kapas berasal dari Balittas. Dari hasil studi kesesuaian lahan, potensi areal yang sesuai untuk pengembangan kapas seluas 269.000 ha, sehingga diperlukan benih sebar delinted sebanyak 1.614 ton (pemakaian 6 kg benih/ha). Untuk mencukupi kebutuhan benih tersebut, diperlukan areal perbenihan seluas 2.700–4.000 ha (produktivitas lahan 1–1,5 ton/ha). Pengelola yang selama ini bermitra dengan petani dalam pengembangan kapas memiliki potensi yang cukup besar sebagai produsen benih sebar bermutu untuk mencukupi kebutuhan petani binaannya. Oleh karena itu fasilitasi unit-unit pascapanen dan prosesing benih dapat merangsang tumbuhnya industri benih kapas yang sederhana tetapi efisien. Pengembangan sistem perbenihan kapas dengan model yang kompetitif akan merangsang terbentuknya industri benih kapas yang profesional dalam mendukung pengembangan kapas nasional.
- ItemMORFOLOGI DAN BIOLOGI TEMBAKAU VIRGINIA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2011) SUWARSO; Fatkhur Rochman; Sri Yulaikah; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemPEMULIAAN TANAMAN KENAF (Hibiscus cannabinus L.)(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2009) SUDJINDRO; Marjani; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemPENGADAAN BIBIT UNGGUL RAMI DENGAN RIZOMA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2007) SETYOBUDI, Untung; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemPENGARUH KONSENTRASI THIDIAZURON (TDZ) DAN MACAM EKSPLAN TERHADAP INISIASI TUNAS JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SECARA INVITRO(Bayumedia Publishing, 2008) ADIKADARSIH. Sri, Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat; Endang Kartini, Universitas Negeri Malang; Rully Dyah Purwati, Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratJarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodisel, sehingga perlu dilakukan usaha untuk memacu pengembangan jarak pagar dalam skala luas. Sa-lah satu teknologi yang mendukung usaha tersebut adalah perbanyakan bibit melalui kultur jaringan. Penelitian ini dila-kukan untuk mengetahui pengaruh Tdz terhadap inisiasi tunas dua macam eksplan. Penelitian disusun dalam RAL fak-torial dengan 10 kali ulangan, faktor pertama adalah 6 tingkatan konsentrasi Tdz sedangkan faktor kedua adalah macam eksplan (daun dan tangkai daun). Eksplan diambil dari tanaman jarak pagar lokal Malang (Bandulan). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan eksplan, saat awal muncul kalus dan tunas, serta jumlah tunas yang terbentuk. Hasil pene-litian menunjukkan bahwa Tdz cenderung menurunkan jumlah tunas yang dihasilkan. Eksplan daun lebih baik daripada tangkai daun, dan tidak terjadi interaksi antara konsentrasi Tdz dan eksplan.
- ItemPENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH BEBERAPA GENOTIPE JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) SUDJINDRO; Sri Rustini; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenelitian pengaruh genotipe dan lingkungan tumbuh terhadap perkecambahan benih jarak pagar (Jatropha cur-cas L.) dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2007 di Balittas, Malang. Tujuan penelitian adalah untuk me-ngetahui kondisi lingkungan tumbuh yang paling sesuai untuk perkecambahan benih beberapa genotipe J. curcas. Pene-litian menggunakan rancangan faktorial yang diatur secara acak lengkap dengan 3 ulangan. Faktor I adalah 3 genotipe J. curcas yaitu: 1. Kediri, 2. NTB, dan 3. IP-1M. Faktor II adalah kondisi lingkungan tumbuh, yaitu: a). rumah kaca, b) ru-mah plastik, c) ruangan laboratorium. Tiap kombinasi perlakuan ditanam pada bak plastik ukuran 35 x 43 x 15 cm. Medium perkecambahan adalah pasir steril, dan tiap bak ditanam sebanyak 100 butir benih. Pengamatan dimulai pada hari ke-5 dan diakhiri pada hari ke-15 setelah tanam, meliputi daya berkecambah, vigor, tinggi, diameter, dan panjang akar kecambah. Sedangkan lingkungan tumbuh diamati suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa ada interaksi antara genotipe dan kondisi lingkungan tumbuh. Genotipe IP-1M yang dikecambahkan pada kondisi lingkungan di rumah kaca memiliki daya berkecambah dan vigor lebih baik dibanding genotipe lainnya. Panjang akar kecambah terbaik diperoleh pada kondisi lingkungan rumah plastik atau rumah kaca untuk semua genoti-pe. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkecambahan Jatropha adalah rumah kaca atau rumah plastik.
- ItemPENYAKIT BUSUK ARANG PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)(Bayumedia Publishing, 2008) YULIANTI, Titiek; Supriyono; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenyakit busuk arang yang disebabkan oleh Rhizoctonia bataticola, merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis ketika kondisi lingkungan kering dan panas. Pada tanaman jarak pagar, penyakit ini pertama kali dite-mukan di KP Ngemplak-Pati. Observasi di lapangan menunjukkan bahwa bibit jarak pagar yang berasal dari setek cen-derung lebih rentan dibandingkan yang berasal dari biji. Jamur ini memiliki inang yang cukup banyak. Dari pengujian patogenisitas jamur terhadap jagung, kedelai, wijen, kacang tanah, bunga matahari, kapas, jarak kepyar, dan jarak pagar diketahui bahwa R. bataticola menyerang semua tanaman tersebut. Pemberian ekstrak nabati pada medium tumbuh ja-mur mampu menghambat pertumbuhan. Mimba merupakan ekstrak nabati terbaik dalam menghambat pertumbuhan ja-mur.
- ItemPLASMA NUTFAH KENAF (Hibiscus cannabinus L.)(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2009) PURWATI, Rully Dyah; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemRESPON AKSESI WIJEN (Sesamum indicum L.) TERHADAP INFEKSI PENYEBAB PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii)(Hidayah dan Cece Suhara, 2007) HIDAYAH, Nurul; Cece Suhara; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenyakit rebah kecambah (damping off) yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman wijen. Penggunaan varietas tahan penyakit merupakan alternatif pengendalian yang tepat untuk melindungi tanaman wijen dari infeksi patogen ini. Untuk mengetahui tingkat ketahanan plasma nutfah wijen (Sesamum indicum L.) terhadap penyakit rebah kecambah, sebanyak 30 aksesi wijen diinokulasi S. rolfsii dengan cara menaburkan sekam yang sudah diinfestasi S. rolfsii dengan dosis 50 g/bak plastik di atas medium tanah dalam bak plastik kemudian ditutup dengan pasir steril. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 1 aksesi bersifat moderat, 13 aksesi bersifat rentan, dan 16 aksesi bersifat sangat rentan.
- ItemTEKNOLOGI PEMBENIHAN KENAF(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2009) RUSTINI, Sri; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemUPAYA PEMBENAHAN MUTU TEMBAKAU RAKYAT(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2008) MURDIYATI, A.S.; Djajadi; Anik Herwati; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratTembakau yang paling luas diusahakan di Indonesia adalah tembakau rakyat. Rata-rata areal dan produksi per ta-hun mencapai 173.542 ha dan 116.995 ton atau 72,81% dan 62,72% dari seluruh areal dan produksi tembakau nasional (228.448 ha dan 180.768 ton). Tembakau rakyat terdiri atas berbagai jenis tembakau lokal yang berkembang di daerah tertentu, pada umumnya diberi nama sesuai dengan daerahnya. Jenis tembakau rakyat antara lain adalah tembakau madu-ra (64.422 ha), temanggungan (33.079 ha), weleri/kendal (9.043 ha), mranggen (11.928 ha), paiton (12.527 ha), dan lain-lain. Sebagian besar produksi tembakau rakyat dipergunakan oleh pabrik rokok keretek, selebihnya untuk rokok lin-tingan dan diekspor. Pada tahun-tahun terakhir telah terjadi penurunan harga tembakau rakyat, terutama tahun 2000 s.d. 2003. Penye-bab penurunan harga tersebut antara lain adalah ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Di satu pihak ter-jadi penurunan produksi rokok keretek akibat kenaikan cukai dan harga jual eceran rokok yang terus-menerus serta ada-nya regulasi tentang pembatasan kadar tar dan nikotin rokok; sebaliknya areal dan produksi tembakau rakyat cenderung semakin meningkat. Menurunnya harga juga disebabkan karena mutu yang dihasilkan petani kurang memenuhi persya-ratan yang diminta pabrik rokok. Ketidaksesuaian mutu tersebut disebabkan oleh: ketidakmurnian jenis/varietas temba-kau yang ditanam; budi daya yang tidak sesuai dengan baku teknis; perluasan areal pada lahan yang tidak sesuai; pen-campuran tembakau atau pemalsuan tembakau dari daerah lain yang mutunya lebih rendah; tingginya kandungan Cl (klor) daun tembakau akibat penggunaan pupuk yang mengandung klor atau penanaman dekat pantai; dan perlakuan yang kurang bersih dalam pengolahan tembakau rajangan sehingga tercampur dengan gagang dan benda asing seperti potongan tali, tikar, kerikil, bulu ayam, dll. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu tembakau rakyat yaitu: (1) memperbaiki jenis/ varietas yang ditanam petani; (2) memperbaiki budi daya yang dilakukan petani; (3) mencegah perluasan areal ke lahan-lahan yang tidak sesuai; (4) mencegah pemalsuan/pencampuran tembakau; (5) mencegah peningkatan kandungan Cl daun; dan (6) memperbaiki pengolahan (prosesing) tembakau rajangan. Kualitas/mutu bagi komoditas tembakau lebih penting dibanding produksi. Dengan demikian pembenahan mutu tembakau harus dilakukan oleh semua pihak (stake holder), agar petani, pabrik rokok, maupun masyarakat umum (pero-kok) mendapat keuntungan dan agribisnis tembakau dapat berlanjut.
- ItemVARIETAS UNGGUL DAN PEMULIAAN TEMBAKAU VIRGINIA DI INDONESIA(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2011) HERWATI, Anik; Sri Yulaikah; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemVARIETAS UNGGUL TEMBAKAU TEMANGGUNG(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2008) ROCHMAN, Fatkhur; Sri Yulaikah; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratTembakau temanggung merupakan bahan baku penting untuk rokok keretek, karena berperan sebagai pemberi rasa dan aroma yang khas. Persoalan yang dihadapi petani di daerah Temanggung adalah rendahnya produktivitas yang disebabkan oleh mundurnya daya dukung lahan karena erosi dan endemi penyakit lincat (kompleks nematoda Me-loidogyne spp., bakteri Ralstonia solanacearum, dan cendawan Phytophthora nicotianae). Untuk mengatasi hal tersebut secara bertahap telah dilepas beberapa varietas tembakau temanggung, yaitu: 1) Varietas “KEMLOKO 1” yang memi-liki keunggulan hasil tinggi, mutu sedang, tahan penyakit lanas (P. nicotianae), tahan penyakit puru akar (Meloidogyne spp.), dan tahan hama kutu daun (Aphis persicae); 2) varietas “SINDORO 1” yang memiliki keunggulan hasil sedang, mutu tinggi sampai dengan sangat tinggi, sangat tahan penyakit lanas (P. nicotianae), moderat tahan penyakit layu bak-teri (R. solanacearum); 3) varietas “KEMLOKO 2” yang memiliki keunggulan hasil tinggi, mutu sedang, tahan penya-kit puru akar (Meloidogyne spp.) dan tahan penyakit layu bakteri (R. solanacearum); 4) varietas “KEMLOKO 3” yang memiliki keunggulan hasil sedang, mutu sedang, sangat tahan penyakit layu bakteri (R. solanacearum) dan tahan pe-nyakit puru akar (Meloidogyne spp.).