Perbibitan dan Produksi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perbibitan dan Produksi by Title
Now showing 1 - 20 of 147
Results Per Page
Sort Options
- ItemAkselerasi Peningkatan Produktivitas Sapi Potong dan Kerbau Melalui Teknologi Inovatif Mendukung UPSUS SIWAB(IAARD Press, 2020) Editor: Sjamsul Bahri; Subandriyo; I Wayan MathiusKementerian Pertanian telah menetapkan Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) sejak tahun 2017 sebagai upaya khusus dalam meningkatkan populasi sapi dan kerbau untuk meningkatkan produksi daging sapi di dalam negeri. Kegiatan UPSUS SIWAB ini mencakup dua program utama, yaitu peningkatan populasi melalui Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), dalam hal ini satker lingkup Pusat Penelitian dan Penembangan Peternakan (Puslitbangnak) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), telah turut mendampingi program tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.8933/kpts/OT.050/F/12/2016 tentang Tim Supervisi Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Dalam kegiatan ini, juga diintroduksikan berbagai invensi teknologi hasil riset Balitbangtan guna mendukung keberhasilan program UPSUS SIWAB. Supervisi dan pendampingan yang telah dilakukan selama periode 2017- 2019 di 34 provinsi memberikan respons yang berbeda antar wilayah provinsi dan kabupaten. Selain output utama berupa laporan IB, kebuntingan dan kelahiran, juga diperoleh data dan informasi lain, yaitu respons inovasi teknologi mendukung UPSUS SIWAB. Kampung Inovasi SIWAB menjadi salah satu implementasi percontohan atau demfarm dari kegiatan ini. Dalam rangka mendokumentasikan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, Puslitbangnak berinisiasi menerbitkan Buku Bunga Rampai yang berjudul “Akselerasi Peningkatan Produktivitas Sapi Potong dan Kerbau melalui Teknologi Inovatif Mendukung UPSUS SIWAB”. Buku ini berisikan variasi data dan informasi yang diperoleh dari 34 provinsi dengan penulis dari peneliti dan penyuluh BPTP, serta UPT lingkup Puslitbangnak. Hal ini, juga merupakan perwujudan komitmen dari seluruh Tim Supervisi dan Pendampingan UPSUS SIWAB yang dapat menjadikan aktualisasi diri dalam menghasilkan karya tulis ilmiah.
- ItemBETERNAK AYAM KUB(BPTP NTB, 2017-04) Wijoseno [et.all], Sasongko; BPTP NTBPerlu diketahui bahwa ayam KUB telah berkembang secara nasional termasuk di seluruh wilayah provinsi NTB, untuk mendukung kebutuhan daging ayam kampung. Potensi dan peluang pasar ayam KUB yang cukup besar diharapkan dapat berkembang menjadi sumber pendapatan masyarakat.
- ItemBeternak Itik Petelur(BPTP Gorontalo, 2011) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo
- ItemBeternak Kambing Etawa Kaligesing Secara Profesional(BPTP Jawa Tengah/CV. LOKA AKSARA, 2014) Pramono, Djoko; Muryanto; BPTP JatengKambing Peranakan Etawah (PE) merupakan aset ternak di Jawa Tengah yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Ternak ini sudah dibudidayakan secara turun-temurun khususnya di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo dan terbukti memberikan manfaat bagi masyarakat. Kambing ini termasuk, tipe produksi dwiguna yaitu penghasil daging/anak dan susu, bobot badannya dapat mencapai 90 kg, prolifik (beranak lebih dari satu/ kelahiran) serta mempunyai sifat penotipik yang khas yaitu profil kepala yang melengkung dan bulu surai di kaki depan dan belakang (gembol).
- ItemBeternak Kerbau(Balai Informasi Pertanian Gedong Johor - Medan, 1984) Balai Informasi Pertanian Gedong Johor - Medan; Balai Informasi Pertanian Gedong Johor - MedanKerbau didapati dimana-mana di seluruh Indonesia. Masyarakat memeliharanya untuk bermacam-macam tugas dan pekerjaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kerbau masih pegang peranan yang cukup penting di bidang pertanian. Terutama dalam pengolahan tanah-tanah yang berat karena tenaganya lebih kuat dari sapi atau kuda. Juga dimanfaatkan sebagai sumber pupuk, ternak potong dan ternak perah. Di samping itu, kerbau dimanfaatkan sebagai tenaga pengangkut beban/muatan, kenderaan, pacuan ataupun dilatih untuk upacara-upacara.
- ItemBudi Daya Ternak Itik(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Setioko, Argono; Syamsudin, A.; Rangkuti, M.; Budiman, Hadi; Gunawan, AgusPerkembangan peternakan di Indonesia khususnya unggas menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari peranannya dalam menyediakan protein hewani bagi masyarakat, meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, bahkan dapat meningkatkan sumber devisa negara. Ternak unggas masih diusahakan oleh peternak secara tradisional (digembalakan). Unggas umumnya dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok unggas unggul (ayam ras) dan unggas non unggul seperti ayam buras itik dan entog. Salah satu unggas non unggul adalah itik, yang merupakan unggas lokal, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil telur. Sampai saat ini perkembangan itik di Indonesia masih sangat terbatas, bahkan publikasi dalam peritikan di Indonesia masih langka.
- ItemBudidaya Ayam KUB (Ayam Kampung Unggul Balitbangtan)(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, 2019) Ekalinda, Oni; Zurriyati, YayuAyam Kampung Unggul Balitbang (KUB) merupakan ayam kampung asli inovasi dari Badan Litbang Pertanian hasil seleksi selama 6 generasi. Ayam KUB dapat digunakan sebagai sumber bibit parent stock untuk penyediaan Day Old Chicken (DOC/bibit ayam) ayam kampung potong dan petelur dibutuhkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan daging dan telur ayam kampung. Karakteristik dan keunggulan ayam KUB yaitu warna bulu beragam seperti ayam kampung pada umumnya, bobot badan umur 20 minggu 1.200-1600 gram, bobot telur 35-45 gram umur pertama bertelur lebih awal (20-22 minggu), produksi telur lebih tinggi (160-180 butir/ekor/tahun), produksi telur (henday) 50%, puncak produksi telur 65-70% 2 dan lebih tahan terhadap penyakit (Sartika et.al, 2014)
- ItemBudidaya Ternak Itik Petelur(BPTP Jateng / FETI, 2012) Sudaryono, Tri; Maharso Yuwono, Dian; Joko Paryono, Trie; Ernawati; Rudi Prasetyo Hantoro, F.; BPTP JatengUsaha peternakan itik petelur semakin banyak diminati sebagai salah satu alternatif usaha peternakan unggas penghasil telur yang cukup menguntungkan, khususnya dengan pemeliharaan secara intensif. Dalam meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha peternakan itik, pemeliharaannya perlu ditingkatkan dari cara tradisional ke arah yang lebih intensif dengan menerapkan teknologi yang terkait dengan budidaya itik, meliputi pemilihan bibit, pencegahan penyakit, perkandangan, dan pemberian pakan dengan gizi seimbang. Oleh karena itu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah melalui Program Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI) menyusun Buku Budidaya Ternak Itik Petelur yang memuat informasi mengenai perbibitan, pemeliharaan, pakan, penanganan penyakit, dan analisis kelayakan usaha itik petelur.
- ItemBuku Saku Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara(BPTP Sumut, 2020) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara; BPTP SumutBuku Saku Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) merupakan sintesis dari kegiatan yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Buku Saku ini memuat data pengkajian yang di lakukan oleh BPTP Sumatera Utara dalam pemeliharaan Ayam KUB. Balai Pengkajian Ternak (Balitnak) Ciawi selaku lembaga pengkajian Badan Litbang Pertanian, telah mendapatkan varietas bibit ayam kampung unggul hasil dari seleksi dari beberapa galur dalam pembentukan ayam kampung unggul yang kini disebut sebagai ayam KUB dan Sensi yang sangat potensial untuk dikembangkan ditingkat peternak melalui perpanjangan tangan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian selaku Badan Litbang yang ada di daerah untuk mentransfer teknologi pembibitan, guna peningkatan pendapatan peternak ayam kampung dan dapat terpenuhi kebutuhan gizi anak bangsa untuk meningkatkan sumberdaya generasi yang akan datang.
- ItemBuku Saku Pembibitan Ternak Sapi Potong(Direktorat Perbibitan Ternak, 2013) Djuddawi, Rachmiyati; Ilyas; Mahendra, Harry Chakra; Butarbutar, Maria Flora; Sopian, Ian; Istriani, Rani; Darna; Ratnawati, DwiPembibitan ternak yang dilakukan di peternakan rakyat merupakan hal penting dalam upaya memproduksi bibit guna memenuhi kebutuhan bibit dalam negeri yang dilakukan kearah pemurnian dan difokuskan pada ternak lokal. Dalam buku saku ini disajikan berbagai informasi terkait dengan pembibitan ternak, yang mencakup pengertian, cara memilih bibit, dan cara memproduksi bibit.
- ItemCara Pintar Pilih Pangan Asal Hewan(Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan, 2018) Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
- ItemDinamika Perkembangan Folikel Pasca Beranak Induk Sapi Silangan Simental(BPTP Papua, 2019-01-01) Tiro, Batseba M.W; Kementrian Pertanianlnduk sapi pasca beranak seringkali tidak menunjukkan gejala estrus ataupun gejala estrusnya lemah atau kurang jelas. Pengamatan terhadap perkembangan folikel pasca beranak dapat memperjelas gejala estrus yang lemah sehingga induk dapat dikawinkan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati bagaimana dinamika perkembangan folikel pada induk sapi silangan Simmental - Peranakan Ongole pasca beranak dengan penambahan jerami kedelai, sehingga dapat menentukkan waktu yang tepat bagi ternak untuk dikawinkan. Menggunakan 15 ekor induk sapi pasca beranak yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Perlakuan PO: kontrol (hanya diberi pakan basal), Pl: kontrol + jerami kedelai 1,8 kg, P2: kontrol + 3,6 kgjerami kedelai. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan folikel pada induk sapi pasca beranak sudah dimulai pada hari ke 4 pasca beranak yang ditandai dengan adanya folikel yang berukuran 5 mm. Dapat disimpulkan bahwa walaupun perkembangan folikel pada induk sapi SimPO dimulai pada hari ke 4 pasca beranak pada semua perlakuan, namun hanya pada perlakuan P2 yang mencapai folikel de Graaf dengan diameter folikel I 3,0 dan I 0,6 mm. Ukuran folikel yang mencapai folikel de graaf ini bervariasi an tar individu temak.
- ItemDomba Compass Agrinak(IAARD Press, 2016) Subandriyo; Setiadi, Bambang; Tiesnamurti, Bess; Handiwirawan, EkoDomba Compass Agrinak merupakan rumpun domba baru hasil penelitian pemuliaan yang mempunyai tetua dari 3 rumpun domba yaitu domba lokal Sumatera (Indonesia), dan dua rumpun domba eksotik (domba St. Croix dan domba Barbados Balckbelly yang berasal dari Amerika Serikat). Penelitian pemuliaan pembentukan domba Compass Agrinak telah dilakukan sejak tahun 1986 yang dimulai di Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih, Sumatera Utara (nama kantor pada saat itu). Penelitian tersebut kala itu merupakan kerjasama antara Small Ruminant-Collaborative Research Support Program (SR-CRSP) dengan Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor, Jawa Barat.
- ItemEarly Preagnancy Diagnosis Of Cow With PSP - B Levels Identification(2014-06-14) Ariyogi; D.Ratnawati; Y.Adinata; Loka Penelitian Sapi potong
- ItemEstimasi dinamika populasi sapi potong yang dipelihara di areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan(J. Sains Dasar, 2014-09) Yudi, Adinata; Dicky, Pamungkas; Noor, Hudhia Krishna; Aryogi; J. Sains DasarUsaha integrasi sapi potong dan tanaman kelapa sawit (integrasi tanaman ternak) perlu didukung dan dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung estimasi dinamika populasi sapi potong yang dikelola oleh PT. KAL. Estimasi dinamika populasi dihitung menggunakan simulasi berdasarkan data populasi dan status fisiologis ternak serta daya dukung pakan di bawah tegakan sawit. Kapasitas terpasang berdasarkan daya dukung lahan adalah sebesar 2.066 ± 199 UT yang secara alami akan tercapai pada tahun 2029-2030. Pencapaian kapasitas optimum dapat pula dicapai secepatnya dengan cara mendatangkan sapi baru.
- ItemEstimasi Most Probable Producing Ability (MPPA) Sifat Produksi Pada Sapi Madura(2020-06) Yuli, Arif Tribudi; Peni, Wahyu Prihandini; Ani, NurgiartiningsihUPT Pembibitan dan Kesehatan Hewan Pamekasan adalah unit pelayanan milik Pemerintah Jawa Timur yang khusus menangani pembibitan sapi Madura. Pendugaan nilai parameter genetik yang didasarkan pada catatan produksi dapat digunakan sebagai dasar evaluasi terhadap nilai pemuliaan dan keunggulan genetik sapi Madura melalui metode MPPA (Most Probable Producing Ability). Penelitian ini menggunakan catatan produksi tahun 2014-2019 dari 52 ekor induk yang berjumlah 127 keturunan. Ripitabilitas dihitung berdasarkan metode korelasi antar kelas sedangkan metode Most Probable Producing Ability (MPPA) digunakan untuk menduga keunggulan performans produksi induk sapi Madura. Rataan berat badan sapi Madura umur 205 hari dan 365 hari masing-masing sebesar 83,55±15,66 kg dan 109,97±16,04 kg. Estimasi ripitabilitas berat umur 205 hari dan berat umur 365 hari yang dihasilkan termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan nilai pendugaan MPPA performans produksi sapi Madura pada berat umur 205 hari dan 365 hari didapat induk terbaik sapi Madura dengan nomor identitas 386 dan induk dengan nomor identitas 378 dengan nilai pendugaan masing-masing 118,52 kg dan 142,34 kg.
- ItemEstimasi nilai pemuliaan bobot lahir sapi peranakan ongole pada unit pengelolaan bibit sumber di Loka Penelitian Sapi Potong(Badan penelitian dan pengembangan pertanian Kementrian Pertanian, 2013) Yudi, Adinata
- ItemEstimasi Parameter Genetik Bobot Badan dan Statistik Vital Sapi Madura(Universitas Brawijaya, 2017) Sulistyoningtiyas, Irmawanti; Universitas BrawijayaSapi Madura merupakan salah satu sapi lokal yang banyak dikembangkan di daerah Jawa Timur. Upaya peningkatan produktivitas sapi Madura dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen pemeliharaan dan peningkatan mutu genetik melalui seleksi. Program seleksi akan efektif apabila didasarkan pada parameter genetic meliputi nilai heritabilitas, korelasi genetik dan nilai pemuliaan. Tujuan penelitian ini adalah (1) Estimasi nilai heritabilitas bobot badan umur 1 hari, 205 hari, 365 hari dan statistik vital (panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba) pada sapi Madura. (2) Estimasi nilai korelasi genetik antara statistik vital dengan bobot badan pada sapi Madura. (3) Estimasi nilai respon seleksi dan respon terkorelasi bobot badan, statistic vital sapi Madura. (4) Estimasi nilai pemuliaan (breeding value) sifat bobot badan dan statistik vital sapi Madura. Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Kesehatan Hewan, Kec. Grujugan, Kabupaten Pamekasan, Madura pada bulan Desember 2016 sampai Mei 2017. Materi penelitian meliputi 200 ekor sapi Madura umur 1 hari, 205 hari, dan 365 hari yang berasal dari 12 ekor pejantan dan 200 ekor betina. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan observasi langsung di lapang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Variabel yang diamati antara lain bobot badan, panjang badan, lingkar dada, dan tinggi gumba umur 1 hari, 205 hari dan 365 hari. Estimasi nilai heritabilitas dan korelasi genetic dianalisa dengan metode korelasi saudara tiri sebapak (Paternal Halfsib Correlation). Komponen ragam dan peragam dihitung dengan menggunakan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap pola tersarang. Hasil penelitian adalah : 1) nilai heritabilitas bobot badan sapi Madura umur 1 hari, 205 hari dan 365 hari berkisar antara 0,31–0,58, heritabilitas panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba sapi Madura umur 1 hari, 205 hari, dan 365 hari berkisar antara 0,29–0,66; 2) Respon seleksi pada bobot badan umur 1 hari, 205 hari dan 365 hari berkisar antara 1,37-11,72 kg; 3) Korelasi genetik bobot badan dan statistik vital pada masing-masing umur berkisar -0,03-0,13 untuk umur 1 hari, -0,02-0,16 untuk umur 205 hari dan 0,12-0,37 untuk umur 365 hari; 4) Respon terkorelasi antara bobot badan dengan statistik vital berkisar antara -0,01-0,06 untuk umur 1 hari, 0,39-0,65 untuk umur 205 hari, dan 0,46-0,99 untuk umur 365 hari; 5) Nilai pemuliaan dari 12 pejantan untuk kategori umur 205 hari berkisar antara 4,29-(-5,51) untuk bobot badan; 2,77-(-1,82) untuk tinggi gumba; 4,44-(-3,42) untuk panjang badan; dan 4,86(-3,98) untuk lingkar dada; estimasi nilai pemulian 11 pejantan pada umur 365 hari berkisar antara 8,47-(-3,24) untuk bobot badan; 4,22-(-2,34) untuk tinggi gumba; 3,57-(-2,65) untuk panjang badan, dan 3,79-(-1,83) untuk lingkar dada. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa nilai heritabilitas bobot badan dan statistik vital meliputi tinggi gumba, panjang badan, lingkar dada saat umur 1 hari, 205 hari dan 365 hari termasuk kategori tinggi kecuali tinggi gumba saat lahir tergolong kategori sedang. Nilai korelasi genetik tertinggi dicapai pada sifat bobot badan 205 dengan 365 hari yaitu sebesar 0,30. Respon seleksi tertinggi pada sifat bobot badan 365 hari sebesar 11,78 kg, dan respon terkorelasi tertinggi pada sifat bobot badan 205 hari dengan 365 hari yaitu sebesar 1,78 kg. Estimasi nilai pemuliaan tertinggi pada umur 205 hari sebesar 4,29 untuk bobot badan, 2,77 untuk tinggi gumba, 4,44 untuk panjang badan dan 4,86 untuk lingkar dada; untuk kategori umur 365 hari estimasi nilai pemuliaan tertinggi sebesar 8,47 untuk bobot badan, 4,22 untuk tinggi gumba, 3,57 untuk panjang badan dan 3,79 untuk lingkar dada.
- ItemEvaluation of the use of plant organic components and probiotics on ruminal characteristics and as a decrease of methane(IOP Publishing, 2021) Yenny, Nur Anggraeny; Dicky, Pamungkas; Mariyono; N H Krishna; R Antari; A S Putri; M N Apriliza; IOP Conference Series: Earth and Environmental ScienceThe reduction of CH from the digestive tract of ruminants can be done through the use of organic components of plants such as tannins and saponins and the use of probiotics. This study aims to evaluate the addition of organic components and probiotics to the characteristics of rumen fluid and its ability to reduce CH in Ongole Cross Breed (PO) cattle. Sengon (Paraserianthes falcataria) leaf meal and Trembesi (Samanea saman) leaf meal are used as organic components due to their tannin and saponin content. Probiotics contain Acetoanaerobium notarae and Saccharomyces cereviseae. This research used total mixed ration as a feed. A total of 24 heads PO cattle were divided into 4 treatments, ie T1 = control treatment; T2 = T1 + organic components, T3 = T1 + Probiotics and T4 = T1 + organic components + probiotics. The research design was a randomized block design. The combination treatment of the addition of organic components and probiotic caused a decrease in the ratio of acetic acid to propionic acid percentage of acetic acid.
- ItemFeeding strategies to increase growth of early weaned Bali calves in East Java(international Seminar on Tropical Animal Production Community Empowerment and Tropical Animal Industry, 2010-10) Yenny, Nur Anggraeny; D. Pamungkas; N.H. Krishna; S.P. QuigleyAn experiment was conducted at the Beef Cattle Research Institute, Grati, East Java, to determine the best use of locally available feed resources to increase growth rates of Bali calves weaned at 6 months old age. Male Bali calves (n=20) aged 6 months (59.1 ± 1.9 kg live weight) were allocated to one of four treatment diets, elephant grass ad libitum, elephant grass ad libitum with leucaena at 10g DM/kg W.d, leucaena ad libitum and native grass ad libitum, for 11 weeks. The animals were maintained in individual pens, with feed intake measured daily and live weight measured twice each week. On three separate occasions during the experiment digestibility, by collection of total faecal output over 7 consecutive days, and water intake were measured. Weaned Bali calves offered a diet of leucaena ad libitum had a greater live weight gain (0.336 kg/d) than animals offered elephant grass ad libitum (0.102 kg/d), elephant grass with leucaena (0.192 kg/d) and native grass ad libitum (0.122 kg/d), with no significant difference in live weight gain between the latter three treatments. Total dry matter intake did not differ between treatments and ranged from 24.3 to 29.3 g DM/kg W.d. Dry matter digestibilty of the leucaena diet was higher (699 g/kg) than the other treatments (580 to 623 g/kg) and animals offered leaucean ad libitum had a greater digestiblorganic matter intake (16.9 g/kg W.d) than animals offered elephant grass (12.5 g/kg W.d) and elephant grass with leucaena (13.9 g/kg W.d). Total water intake, imbibed plus contained in the feed, did not differ between the four treatments and ranged from 124.1 to 151.3 g/kg W.d. It is concluded that a diet consisting solely of leucaena will result in greater live weight gain of early weaned Bali calves than elephant grass or native grass.