Analisis Filogenetik pada Sapi Peranakan Angus

No Thumbnail Available
Date
2016-10-29
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Sekolah Pascasarjana UGM
Abstract
Studi terkait kemurnian ternak sapi di Indonesia perlu dilakukan guna mengetahui nilai kekerabatan dan memprediksi nenek moyang, agar usaha pemuliaan ternak dapat dilakukan secara tepat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan studi kekerabatan berdasar gen Cytochrome b yang hanya diwariskan secara maternal. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 15 ekor sapi Peranakan Angus, berasal dari Sragen, Jawa Tengah, yang telah dibudidayakan sejak tahun 1980-an oleh peternak rakyat. Materi pembanding berupa 54 data sekuen referensi gen Cytochrome b dari berbagai sapi dan negara (GenBank). Pembuatan pohon filogenetik menggunakan program Mega 6 dengan metode maximum likelihood (1000 nilai Bootstrap, parameter Tamura-Nei) dengan pembanding 8 sekuen gen Cytochrome b individu out-group (GenBank). Hasil yang didapatkan ialah sapi Peranakan Angus yang disampel terbagi dalam 2 cabang moyang, yaitu cabang yang memuat Banteng (Bos javanicus) dan cabang Sapi Domestik (Bos indicus dan Bos taurus), dengan mayoritas sampel (n= 13) berada pada cabang Banteng. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sapi Indonesia masa kini, baik persilangan maupun lokal memiliki moyang maternal yang berasal dari Banteng dan sebagian kecil memiliki kedekatan moyang dengan Bos indicus atau Bos taurus. Kuat praduga bahwa moyang sapi asli Indonesia dan sekitarnya ialah dari spesies Bos javanicus, Bos sauveli, Bos grunniens, dan Bos frontalis.
Description
Studi terkait tingkat kekerabatan ternak dan prediksi nenek moyangnya perlu dilakukan, untuk mendukung usaha konservasi suatu bangsa ternak maupun untuk kepentingan pengembangan pemuliaan ternak tersebut. Salah satu teknik yang berkembang untuk mengetahui tingkat kekerabatan suatu organisme ialah teknik perbandingan materi genetik, dengan pemahaman bahwa adanya laju evolusi serta spesialisasi suatu populasi, pembuatan pohon filogenetik berdasarkan materi genetik dapat merekonstruksi hubungan kekerabatan, dan metode Maximum likelihood sesuai digunakan dalam konteks keilmuan saat ini (Aprilanto dan Sembiring, 2016). Materi genetik pada organisme eukariot dibedakan menjadi materi genetik pada inti (DNA inti) dan materi genetik pada mitokondria (mtDNA), studi pada mtDNA kerap digunakan untuk mengetahui laju evolusi, migrasi suatu populasi, maupun kekerabatan (Karp, 2010), karena mitokondria diwariskan hanya dari jalur maternal (Griffiths et al., 2005). Gen cytochrome b (Cyt b) merupakan mtDNA yang kerap digunakan untuk analisis kekerabatan ternak sapi (Kikkawa et al., 2005; Mohamad et al., 2005; Hartatik et al., 2015). Sapi peranakan Angus merupakan hasil persilangan sapi lokal di daerah Sragen Jawa Timur dengan sapi Angus sejak tahun 1980an, hal ini serupa dengan pembentukan sapi Brangus, yaitu dengan hasil final berkomposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman (Neser et al., 2012). Sapi yang ada saat ini tidak dapat lepas dari fakta bahwa telah terjadi domestikasi dari sapi liar, selama proses domestikasi tersebut akan terjadi laju seleksi genetis kearah yang diinginkan manusia (Diamond, 2002). Penelitian ini menggunakan materi berupa gen Cyt b pada 15 sapi Peranakan Angus, dengan pembanding berupa 54 sekuen (GenBank) gen Cyt b dari berbagai negara dan berbagai bangsa sapi
Keywords
Citation