Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik by Title
Now showing 1 - 20 of 71
Results Per Page
Sort Options
- ItemAkuisisi Sumber Daya Genetik di Bank Gen BB Biogen(IAARD Press, 2017-12-03) Hidayatun, Nurul; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAkuisisi merupakan serangkaian tahapan kegiatan untuk menambah koleksi materi genetik bank gen. Penambahan suatu aksesi harus mempertimbangkan berbagai kondisi, seperti kesesuaian jenis materi dengan strategi konservasi, ketersediaan biaya dan fasilitas pendukung, dan nilai manfaat dari suatu materi yang akan dikoleksi. Akuisisi yang dilakukan secara benar akan mendukung efisiensi fungsi bank gen dalam melaksanakan tugas, baik dalam upaya konservasi maupun pemanfaatan sumber daya genetik (SDG). Kegiatan ini bertujuan mendukung kinerja bank gen dalam menambah koleksi material genetik. Kegiatan terdiri atas penyusunan draf prosedur operasional standar (standard operating procedure/SOP) akuisisi yang dilanjutkan dengan proses akuisisi. SOP akuisisi disusun dengan mengadopsi SOP yang telah tersedia dengan sedikit modifikasi sesuai dengan kondisi yang ada. Sejak tahun 2012, tercatat sebanyak 844 SDG baru yang masuk ke Bank Gen BB Biogen, terdiri atas komoditas padi, jagung, serealia lain, aneka kacang, aneka ubi, dan SDG lainnya. SDG tersebut sedang diproses untuk diakuisisi di Bank Gen BB Biogen. SDG yang lolos seleksi akan menjadi bagian dari koleksi bank gen dan akan dikelola sesuai dengan standar pengelolaan yang berlaku.
- ItemAlternatif Kebijakan Konservasi Sapi Galekan Sebagai Salah Satu Sumber Keanekaragaman Sumber Daya Genetik Penghasil Daging Spesifik Lokasi(IAARD Press, 2017-12-03) Adinata ...[at al], Yudi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSapi Galekan adalah salah satu sumber daya genetik sapi Indonesia. Sapi Galekan telah beradaptasi dan berkembang sesuai dengan kondisi Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Sebuah review disampaikan bertujuan untuk memberikan alternatif kebijakan konservasi sapi Galekan yang mempunyai kemampuan reproduksi dan produksi yang sangat baik serta konformasi bentuk tubuh yang kuat dan padat dagingnya. Perkembangan terkini sapi Galekan hampir punah karena petani peternak yang memiliki sapi Galekan menginginkan sapi ini untuk dikembangkan ke arah sapi silangan. Upaya untuk mengembangkan kembali sapi Gelakan memerlukan keterlibatan Pemerintah, petani peternak dan swasta. Langkah-langkah konservasi sapi Galekan adalah (1) penetapan sapi Galekan sebagai salah satu plasma nutfah sapi Indonesia yang hampir punah, (2) pengaturan perkawinan dan seleksi untuk menghasilkan kembali populasi sapi Galekan, (3) penguatan kelembagaan petani peternak sebagai peran utama dalam usaha perbibitan sapi Galekan, (4) peranan pemerintah, lembaga penelitian, dan pendidikan serta usaha agribisnis peternakan untuk mengembangkan sapi Galekan sesuai dengan potensi produktivitas, ekonomi dan sosial budaya, (5) penetapan kawasan pelestarian sapi Galekan.
- ItemDiversitas sumber daya genetik tanaman di provinsi Gorontalo(IAARD Press, 2015-06) Sija ...[at al], Patta; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProgram pengelolaan sumber daya genetik (SDG) pertanian yang mencakup pelestarian dan pemanfaatan memerlukan informasi status dan sebaran SDG tanaman. Inventarisasi SDG tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi tingkat diversitas SDG tanaman di Provinsi Gorontalo. Penelitian dilakukan pada bulan Juni s/d September 2013 di Provinsi Gorontalo (Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo Utara Pohuwato). Penelitian menggunakan metode survei terhadap 30 petani sampel /responden yang dipilih secara stratifikasi berdasarkan jarak dari ibukota kabupaten dan jenis jalan. Inventarisasi dilakukan terhadap SDG tanaman milik petani/responden yang terpilih, baik yang berasal dari lahan pekarangan, di luar lahan pekarangan maupun kebun koleksi. Analisis data menggunakan Indeks Shanon (H), Indeks Equitabilitas (E) dan Indeks Sorensen (IS). Hasil penelitian diperoleh SDG tanaman sebanyak 183 tanaman dan 285 aksesi yang tersebar di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Pohuwato Diversitas SDG tanaman di Kabupaten Pohuwato tergolong memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dengan nilai Indeks Shanon sebesar 3,8914, sedangkan di Kabupaten Gorontalo Utara dan Bone Bolango tergolong sedang dengan nilai Indeks Shanon masing-masing sebesar 2,4021 dan 2,1553. Sebaran jenis SDG tanaman di wilayah Kabupaten Pohuwato tergolong merata dengan nilai Indeks Equitabilitas sebesar 0,7586. Struktur jenis SDG tanaman di antara semua wilayah kabupaten relatif sama dengan nilai indeks Sorensen (IS) berkisar 57,55–63,16%.
- ItemEksplorasi dan karakterisasi plasma nutfah kacang tanah di Maluku Utara(IAARD Press, 2015-06) Cahyaningrum ...[at al], Hermawati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDalam upaya perakitan varietas unggul, ketersediaan plasma nutfah yang cukup jumlahnya dan beragam karakternya merupakan modal utama. Dengan demikian koleksi dan karakterisasi plasma nutfah merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dengan baik. Identifikasi dan eksplorasi plasma nutfah kacang tanah lokal di Maluku Utara telah dilaksanakan di tiga kabupaten/kota. Perbanyakan kacang tanah hasil eksplorasi dilaksanakan di lahan petani di Kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara pada bulan Maret-November 2013, dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang melibatkan petani kooperator. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh informasiinformasi penting tentang karakter agronomis kacang tanah lokal di Maluku Utara. Dari hasil eksplorasi telah diperoleh empat aksesi kacang tanah yang terdiri dari tiga aksesi kacang tanah berbiji merah dan satu aksesi kacang tanah berbiji putih. Hasil kajian menunjukkan bahwa kacang tanah lokal berbiji merah mempunyai rerata umur panen 95 hst, tinggi tanaman 62 cm, bobot berangkasan basah 393 gr/tanaman, bobot 100 biji antara 39–40 gr, rata-rata jumlah polong 18–21 buah/tanaman, dan rerata jumlah biji adalah dua biji/polong dengan produktivitas antara 2,8–3,2 ton/ha.
- ItemEksplorasi dan karakterisasi sumber daya genetik lokal tanaman pangan dan hortikultura spesifik lokasi Sumatera Selatan(IAARD Press, 2015-06) Raharjo ...[at al], Budi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProvinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki lima agroekosistem utama, yaitu lahan rawa lebak, lahan rawa pasang surut, lahan kering dataran tinggi, lahan kering dataran rendah, dan lahan sawah irigasi. Kondisi ini merupakan indikator terdapatnya kekayaan alam yang berlimpah dan menjadi sumber keragaman genetik. Informasi keanekaragaman serta status sumber daya genetik (SDG) tanaman di Sumsel sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pemerintah dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kegiatan inventarisasi, eksplorasi, dan karakterisasi SDG lokal tanaman pangan dan hortikultura di Sumsel. Metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu dengan melakukan inventarisasi, eksplorasi, dan karakterisasi. Sampel yang dipilih berada dalam satu agroekosistem, diambil minimal tiga puluh orang petani. Pemilihan rumah petani dilakukan secara stratifikasi. Hasil yang diperoleh, yaitu pada agroekosistem lahan rawa lebak diperoleh 8 aksesi padi, 1 aksesi umbi-umbian, dan 8 aksesi tanaman buah-buahan, pada agroekosistem lahan kering dataran tinggi diperoleh 14 aksesi padi dan 4 aksesi tanaman buah-buahan, dan pada agroekosistem lahan pasang surut diperoleh 6 aksesi padi dan 1 aksesi tanaman tahunan.
- ItemEksplorasi plasma nutfah padi lokal di kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara(IAARD Press, 2015-06) Hartanto ...[at al], Slamet; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPotensi sumber daya genetik (SDG) padi di Halmahera Utara sangat tinggi, khususnya padi ladang, karena hampir 90% padi ladang yang dibudidayakan petani merupakan varietas lokal. Tapi informasi keragaman genetik padi lokal Halmahera Utara belum banyak dilaporkan. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan eksplorasi, inventarisasi dan pengamatan keragaan fisik padi lokal di kabupaten Halmahera Utara. Eksplorasi dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di kabupaten Halmahera Utara. Metode yang digunakan adalah survey secara purposive di 9 dari 17 kecamatan yang merupakan sentra padi ladang. Hasil eksplorasi memendapati empat padi lokal yang dibudidayakan yaitu padi Merah, padi Molulu, padi Taraudu dan padi Manyanyi. Produktivitas padi Merah dan Taraudu ditingkat masyarakat lokal mencapai 1,5–2 t/ha, sedangkan padi Manyanyi mencapai 1 t/ha dengan umur panen 4–5 bulan. Padi Molulu memiliki karakteristik sebagai padi lokal adaptif perubahan iklim karena dapat hidup di aliran sungai yang deras dan di lahan kering.
- ItemHubungan antara etnik dengan keragaman jenis sdg di lahan pekarangan di kabupaten rokan hulu provinsi Riau(IAARD Press, 2015-06) Astarina ...[at al], Reni; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThe objective of this study were to: (1) obtain the information about the collection of each household in the yard, (2) know the correlation of the various ethnic and the plant diversity in the yard,the study was carried out in Rokan Hulu in 4 (four) sub districts : Rambah Samo, Rambah, Ujung batu and Rambah Hilir. This study method survey with stratified random sampling techniques. The sample consist of 30 people which is determined randomly. The information for the primary data consist of the personal information of the farmer, name of plant, number of each type of plant, extensive of the yard and the various ethnic. Data were analyzed using tabulation with correlation coefficient. The results showed that: (1) the collection of each household dominated by food crops, rice and corn, horticulture : snake fruit, sawo, matoa, banana, rambutan, adenium, herbs, sansiviera, anthurium, plantation crops dominated by rubber, (2) The correlation is positive for the various ethnic and the plant diversity in the yard. In the aggregate the Javanese tend to plant the horticulture crops, Malay and Minang plant the herbs, Sundanese plant the food crops and Batak plant the plantation crops, (3). The Javanese plants variety were the highest followed by Malay and Minang, Sundanese and Batak.
- ItemIntervensi Model Perbibitan Sapi Jabres Untuk Peningkatan Sosial Ekonomi Pedesaan(IAARD Press, 2017-12-03) Adinata ...[at al], Yudi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSapi Jabres mempunyai peranan sosial ekonomi yang penting bagi masyarakat petani peternak maupun pemerintah Kabupaten Brebes, karena sapi Jabres bisa dikembangkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani peternak, menciptakan lapangan kerja, berkontribusi dalam produksi daging nasional, dan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Sebuah review disampaikan yang bertujuan untuk memberikan opsi strategi dalam mendukung Program Pewilayahan Sumber Bibit sapi Jabres, antara lain: (1) meningkatkan populasi dan produktivitas sapi Jabres melalui peningkatan mutu genetik dengan cara melakukan seleksi dan pengaturan perkawinan, (2) mengembangkan usaha integrasi peternakan sapi Jabres, dan (3) menyusun Program Pendukung Pengembangan Kawasan Usaha Peternakan sapi Jabres yang mempunyai kelayakan teknis, ekonomis, sosial dan budaya. Problematika yang sering muncul di lapang antara lain (1) telah banyak eksploitasi melalui persilangan tidak terbatas, menyebabkan inbreeding yang dapat menurunkan penampilan Jabres baik pada semua status fisiologis ternak, (2) semakin langkanya pejantan unggul, (3) ketersediaan pakan belum dioptimalkan untuk mendukung peningkatan produktivitas sapi Jabres, dan (4) masyarakat petani peternak belum mengembangkan organisasi yang mendukung pelestarian sapi Jabres. Peluang pengembangan sebagai upaya peningkatan ekonomi pedesaan adalah melalui pengembangan sapi Jabres dengan melibatkan masyarakat petani peternak (village breeding system) dengan pola inti terbuka (open nucleus breeding system). Adanya keterlibatan masyarakat petani peternak maka harus ada tiga lapisan struktur peternakan sapi Jabres di wilayah tersebut, yaitu (1) Lapisan inti adalah tempat menghasilkan bibit unggul, (2) Lapisan kedua adalah lapisan tempat para peternak menggandakan bibit unggul yang diterima dari inti, dan (3) Lapisan ketiga adalah massa petani peternak atau peternak komersial. Semua lapisan ini juga mempertimbangkan waste menagament yang tentunya akan menjadi nilai tambah dalam kesinambungan sistem agribisnis.
- ItemInventarisasi dan identifikasi sumber daya genetik tanaman padi di kabupaten Banggai(IAARD Press, 2015-06) Boy ...[at al], Ruslan; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKabupaten Banggai memiliki sumber daya genetik (SDG) yang sangat beragam, salah satunya adalah SDG padi. Penelitian ini ditujukan untuk menginventarisasi dan identifikasi aksesi SDG padi untuk memperoleh informasi tentang keunggulan dan sifat-sifat agronomisnya, sehingga dapat digunakan lebih lanjut dalam program pemuliaan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 di tujuh Kecamatan di wilayah Kabupaten Banggai Kecamatan Kintom, Batui, Batui Selatan, Luwuk Timur, Masama, Balantak dan Balantak Selatan. Penelitian dilakukan menggunakan metode survey dan penentuan sampel dilakukan dengan teknik Snow-Ball Sampling. Pemilihan rumah petani contoh (sample) dilakukan secara stratifikasi. Data yang dikumpulkan meliputi nama lokal, tipe padi, umur tanaman, rasa nasi dan pemanfaatannya. Hasil kegiatan inventory, diperoleh koleksi SDG padi yang berdasarkan habitat agro-ekosistemnya termasuk dalam jenis padi sawah yang terdiri atas empat aksesi dan padi gogo yang terdiri atas 62 aksesi.
- ItemInventarisasi dan identifikasi sumber daya genetik tanaman umbi-umbian di kabupaten Banggai Kepulauan(IAARD Press, 2015-06) Boy ...[at al], Ruslan; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian ini ditujukan untuk menginventarisasi dan identifikasi aksesi sumber daya genetik umbi-umbian untuk memperoleh informasi tentang keunggulan dan sifat-sifat agronomisnya, sehingga dapat digunakan dalam program pemuliaan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Banggai Kepulauan, yang ditetapkan pada lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tinangkung, Tinangkung Utara, Tinangkung Selatan, Totikum Selatan dan Peling Tengah pada bulan Mei 2013. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, di mana data dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara dengan cara mendatangi rumah petani contoh menggunakan metode sampling dengan jumlah sample 30 responden. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi di lokasi penelitian diperoleh hasil enam plasma nutfah umbi-umbian yang terdiri atas ubi banggai 44 jenis, talas 11 jenis, keladi 1 jenis, gembili 16 jenis, ubi kayu 8 jenis serta ubi jalar 13 jenis.
- ItemInventarisasi dan keragaman sumber daya genetik tanaman pangan halmahera barat dan kota tidore kepulauan di Maluku Utara(IAARD Press, 2015-06) Wahab ...[at al], Moh. Ismail; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianMaluku Utara merupakan salah satu wilayah kepulauan Indonesia yang terletak di kawasan lintas khatulistiwa dan terkenal dengan potensi keanekaragaman sumber daya alamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi dan mengetahui keragaman sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan lokal Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan di Maluku Utara. Inventarisasi SDG tanaman pangan dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Metode yang digunakan dalam inventarisasi ini adalah eksplorasi deskriptif dengan survei, observasi lapangan, dan wawancara. Dari hasil inventarisasi telah terkumpul sejumlah 51 aksesi SDG tanaman pangan, berupa 17 aksesi padi gogo lokal, 2 aksesi jagung, 12 aksesi ubi kayu, 10 aksesi ubi jalar, 3 aksesi kacang tanah, dan 3 aksesi talas. Di samping itu, diperoleh SDG tanaman lainnya sebanyak 38 aksesi tanaman sayuran, 57 aksesi tanaman buah, 17 aksesi tanaman obat/rempah, dan 18 aksesi tanaman perkebunan. Tingkat keragaman tanaman pangan di Halmahera Barat tergolong rendah, sedangkan di Kota Tidore Kepulauan tergolong sedang dengan tingkat kemerataan komoditas di semua lokasi tergolong tinggi. Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan memiliki kemiripan komoditas pangan yang tergolong sedang, dengan kesamaan komoditas jagung, ubi kayu, dan ubi jalar.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik di Provinsi Lampung(IAARD Press, 2015-06) Ernawati ...[at al], Rr.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianWilayah Provinsi Lampung cukup luas dengan keragaman sumber daya genetik (SDG) yang tersebar di empat belas kabupaten/kota. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi SDG di Provinsi Lampung. Kegiatan inventarisasi SDG baru terlaksana di satu kabupaten, yaitu Pringsewu yang terdiri atas 8 kecamatan, 126 desa, dan 5 kelurahan dengan ibukota di Kecamatan Pringsewu. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari tiga puluh pekarangan dan di luar pekarangan sampel/contoh. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa keragaman SDG yang ada di pekarangan dan di luar pekarangan umumnya hampir sama jenisnya di semua wilayah Pringsewu, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan tanaman obat-obatan dan bumbu-bumbuan. Upaya pelestarian plasma nutfah telah dilakukan dengan terkumpulnya data kebun koleksi, baik milik pemerintah maupun perorangan.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik pertanian Kalimantan Tengah(IAARD Press, 2015-06) Susilawati ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah memiliki cakupan wilayah yang cukup luas dan keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan. Sayangnya, hingga saat ini kekayaan tersebut belum banyak mendapat perhatian. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi dan menyusun database sumber daya genetik (SDG) pertanian spesifik lokal yang terdapat di lahan pekarangan dan non pekarangan di Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dari bulan Januari sampai Desember 2013 di semua kabupaten/kota dengan agroekosistem berupa lahan rawa pasang surut, lebak, gambut, lahan kering iklim basah dan lahan irigasi. Metode kegiatan adalah survei ke semua kabupaten/kota. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dengan memilih 30 lahan pekarangan dan lima lahan non pekarangan (kebun). Di setiap kabupaten/kota dipilih tiga kecamatan dan dalam setiap kecamatan dipilih tiga desa. Pada setiap desa dipilih tiga-empat lahan pekarangan yang memiliki SDG, sehingga terhimpun 30 lahan pekarangan. Data yang dikumpulkan berupa data paspor dan data pendukung lainnya. Hasil yang telah diperoleh dari kegiatan tahap I di enam kabupaten, menunjukkan bahwa tingkat keragaman SDG tanaman pekarangan sangat beragam dan lebih tinggi dibandingkan lahan non pekarangan. Terdapat sebanyak 331 jenis SDG, dengan jumlah aksesi mencapai 5.870 aksesi, yang terdiri tanaman buah 80 jenis, tanaman pangan 57 jenis, tanaman obat 72 jenis, tanaman hias 33 jenis, tanaman sayuran 55 jenis, tanaman perkebunan 15 jenis, dan ternak 9 jenis. Berdasarkan wilayahnya, maka sebaran SDG pekarangan di kabupaten Kotawaringin Barat adalah yang tertinggi, dikuti kabupaten Kotawaringin Timur dan Barito Selatan.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik pertanian Kalimantan Tengah(IAARD Press, 2015-06) Susilawati ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah memiliki cakupan wilayah yang cukup luas dan keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan. Sayangnya, hingga saat ini kekayaan tersebut belum banyak mendapat perhatian. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi dan menyusun database sumber daya genetik (SDG) pertanian spesifik lokal yang terdapat di lahan pekarangan dan non pekarangan di Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dari bulan Januari sampai Desember 2013 di semua kabupaten/kota dengan agroekosistem berupa lahan rawa pasang surut, lebak, gambut, lahan kering iklim basah dan lahan irigasi. Metode kegiatan adalah survei ke semua kabupaten/kota. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dengan memilih 30 lahan pekarangan dan lima lahan non pekarangan (kebun). Di setiap kabupaten/kota dipilih tiga kecamatan dan dalam setiap kecamatan dipilih tiga desa. Pada setiap desa dipilih tiga-empat lahan pekarangan yang memiliki SDG, sehingga terhimpun 30 lahan pekarangan. Data yang dikumpulkan berupa data paspor dan data pendukung lainnya. Hasil yang telah diperoleh dari kegiatan tahap I di enam kabupaten, menunjukkan bahwa tingkat keragaman SDG tanaman pekarangan sangat beragam dan lebih tinggi dibandingkan lahan non pekarangan. Terdapat sebanyak 331 jenis SDG, dengan jumlah aksesi mencapai 5.870 aksesi, yang terdiri tanaman buah 80 jenis, tanaman pangan 57 jenis, tanaman obat 72 jenis, tanaman hias 33 jenis, tanaman sayuran 55 jenis, tanaman perkebunan 15 jenis, dan ternak 9 jenis. Berdasarkan wilayahnya, maka sebaran SDG pekarangan di kabupaten Kotawaringin Barat adalah yang tertinggi, dikuti kabupaten Kotawaringin Timur dan Barito Selatan.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik tanaman di pulau karimun dan pulau kundur kabupaten karimun Provinsi Kepulauan Riau(IAARD Press, 2015-06) Dahono ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUntuk mendapatkan informasi tingkat diverstas dan potensi pemanfaatan sumber daya genetik (SDG) telah dilaksanakan kegiatan survey inventarisasi SDG tanaman di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Karimun dan Kundur) melibatkan 12 orang petani responden. Tanaman SDG yang diinventarisasi berasal dari lahan pekarangan dan lahan di luar pekarangan. Data yang dikumpulkan meliputi, lokasi tempat ditemukannya tanaman SDG meliputi nama desa dan titik koordinat (LU/LS, BT/BB), komoditas tanaman (pangan, buah, perkebunan, rempah/ obat), nama tanaman dan deskripsi morfologi utama (bentuk buah, warna, dan pemanfaatannya). Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman SDG berupa tanaman buah-buahan. Tanaman SDG yang terinventarisasi di Pulau Karimun sebanyak 11 jenis, sedangkan di Pulau Kundur terinventarisir sebanyak 19 jenis. Beberapa jenis tanaman buah seperti durian, manggis, rambutan, mangga, pisang, nangka, dan sukun telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara komersial, sementara beberapa jenis lainnya (sawo mangga, kueni, jambu, rambai, asam jawa dan jambu mete) belum dikelola optimal. Tanaman SDG lokal di Pulau Karimun dan Kundur Kabupaten Karimun yang tergolong tanaman pekebunan dan telah dimanfaatkan secara komersil diantaranya adalah nilam dan karet, sementara yang belum dikelola secara optimal diantaranya adalah kemiri, dan aren. Tanaman SDG lokal yang tergolong tanaman kehutanan yaitu gaharu, sungkai dan mahoni. Keberadaan tanaman SDG tersebut terlihat jarang dan tidak terdapat informasi tertulis di kebun koleksi tanaman SDG dari instansi terkait. Responden yang membudidayakan tanaman SDG masih terbatas pada tanaman penghias halaman ataupun sekedar hobi walaupun ada juga yang telah menjual hasil dari tanaman tersebut.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik tanaman lokal kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo(IAARD Press, 2015-06) Asaad ...[at al], Muh.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProgram pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) pertanian yang mencakup pelestarian dan pemanfaatan memerlukan informasi status dan sebarannya. Inventarisasi SDG tanaman lokal di Provinsi Gorontalo perlu dilakukan baik di lahan pekarangan, lahan pertanian maupun kebun koleksi untuk mendapatkan informasi tingkat keanekaragamannya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 di tiga kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, yaitu di kecamatan Bulango Ulu, Suwawa Timur dan Suwawa Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap 30 petani yang dipilih melalui metode stratifikasi berdasarkan jarak dari ibukota kabupaten dan jenis jalan. Analisis data dilakukan untuk menentukan nilai Shanon Indeks (H), Equitability Indeks (EH) dan Sorensen Coefficient (SC). Dari survei diperoleh SDG tanaman lokal sebanyak 70 jenis tanaman yang terdiri atas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman hias, dan tanaman rempah dan obat. Analisis data menunjukkan bahwa tingkat keragaman SDG tanaman di masing-masing kecamatan tersebut tergolong rendah yang ditunjukkan oleh nilai Shanon Indeks (H) yang berkisar 0,6219–0,8972. Penyebaran jenis juga tidak merata dengan tingkat pemerataan (equitable) berkisar 0,1831–0,2400, dan struktur jenis di antara semua wilayah kecamatan tidak memiliki kemiripan dengan nilai Sorensen Coefficient (SC) berkisar 0,3582–0,4516.
- ItemInventarisasi, eksplorasi dan upaya koleksi sumber daya genetik tanaman pangan Jawa Tengah(IAARD Press, 2015-06) Rustini ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianJawa Tengah merupakan salah satu pusat keanekaragaman sumber daya genetik- SDG di Indonesia. Potensi SDG yang ada harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kecukupan pangan manusia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menginventarisasi dan mengeksplorasi tanaman pangan di Jawa Tengah, dan kemudian mengoleksinya secara ex situ. Inventarisasi dan eksplorasi dimulai April sampai dengan Juli 2003 dan bekerja sama dengan dinas terkait di empat kabupaten, yaitu: Kabupaten Tegal, Brebes, Banjarnegara, dan Karanganyar. Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dengan mengumpulkan sumber informasi baik secara langsung dari pemberi informasi utama maupun data kepustakaan. Sampel petani dipilih dengan mengambil tiga puluh petani yang berada dalam satu zona agroekologi atau wilayah administrasi. Hasil inventarisasi menunjukkan jumlah aksesi tertinggi adalah tanaman padi (Oryza sativa), diikuti ubi kayu (Cassava) dan talas yang terdiri atas jenis talas (Colocasia esculenta) dan belitung (Xanthosoma sagitifolium). Umbi minor seperti uwi (Dioscorea sp), suweg (Amorphophallus campanulatus), gembili (Dioscorea esculenta L.), ganyong (Canna edulis), dan garut (Marantha arundinacea L.) ditemukan dalam skala budidaya yang kecil. Kacang-kacangan lokal, yang terdiri atas kacang hijau dan kacang minor, ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Wilayah Tegal dan Brebes memiliki nilai H’ (Indeks Shanon) terbesar, yaitu 2.377, yang menunjukkan bahwa wilayah ini mempunyai jenis spesies terbanyak. Nilai Indeks Equitability (EH) dari keempat wilayah yang diinventarisasi menunjukkan nilai dari masing-masing wilayah lebih kecil dari satu, yang menunjukkan adanya dominansi spesies tertentu. Dominasi ini terutama terlihat di wilayah Karanganyar. Sementara itu di wilayah Tegal dan Brebes efek dominansi tidak begitu besar yang ditunjukkan oleh nilai H’ yang tinggi dan nilai EH yang juga masih besar, yang dimungkinkan karena di wilayah ini tanaman pangan yang dibudidayakan cukup beragam dan hampir merata. Besaran Sorenson Coeffcient (SC) antar wilayah sangat kecil, yang menunjukkan bahwa pengambilan sampel dilakukan pada zona agroekologi yang berbeda. Sebanyak 25–100% dari sumber daya genetik tanaman yang diinventarisasi tersebut kemudian dikoleksi untuk dikonservasi.
- ItemKarakter Fenotipik Sapi Rambon Betina di Kabupaten Banyuwangi(IAARD Press, 2017-12-03) Adinata ...[at al], Yudi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPlasma nutfah sapi potong Rambon, merupakan salah satu kekayaan sumber daya genetik Indonesia yang telah lama dibudidayakan oleh peternak di sekitar Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan data fenotipik terbarukan dari sapi Rambon betina, sebagai data dasar guna menyusun konsep pelestarian, pengembangan dan pemanfaatannya. Penelitian menggunakan metode survei dengan pengamatan, pengukuran, dan dokumentasi langsung serta wawancara dengan pihak terkait. Penelitian dilakukan di enam dukuh yang tersebar di enam desa dan tiga kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran tubuh sapi Rambon lebih tinggi/besar dibanding dengan sapi potong lokal Madura, sapi Aceh, dan sapi Bali. Fenotipik sapi Rambon menunjukkan percampuran antara sapi Bali dan sapi PO, mempunyai keunggulan performans reproduksi, dapat digunakan sebagai tenaga kerja pertanian, namun kurang mampu memanfaatkan pakan. Berdasarkan karakterisasi fenotipiknya ini, sapi Rambon merupakan plasma nutfah sapi potong lokal Indonesia yang berpotensi untuk dilestarikan, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebagai salah satu penghasil daging dan tenaga kerja pertanian.
- ItemKarakter Leaf Retention Pada Plasma Nutfah Ubi Kayu (Manihot esculenta, Crantz)(IAARD Press, 2017-12-03) Afza, Higa; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDalam kegiatan pengelolaan 546 aksesi plasma nutfah ubi kayu, dengan segala keterbatasan sumber daya, diperlukan upaya khusus agar dapat memberikan informasi data dasar yang diperlukan untuk kepentingan pangkalan data aksesinya. Laporan kegiatan tentang konservasi saja, kurang menarik tanpa adanya laporan terkait karakterisasi sifat umbi yang sudah mengarah ke manfaat, mengingat ubi kayu mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Konsep pengelolaan plasma nutfah tanaman ubiubian yang diperbanyak secara vegetatif sebagai sumber daya genetik (SDG) ditekankan kepada pengelolaan SDG dalam wujud tanaman seutuhnya. Dari sekitar 546 aksesi yang dikelola, secara bertahap dikarakterisasi sifat morfo-agronomiknya, kemudian sifat pendukung lainnya. Sebanyak 455 aksesi plasma nutfah ubi kayu telah diamati karakter leaf retention, yaitu karakter yang berhubungan dengan sifat ketegaran daun. Dari 455 aksesi plasma nutfah ubi kayu yang diamati dengan metode skoring, sebanyak 120 aksesi (26%) bersifat semi prominent artinya daunnya kurang bertahan lama di batang. Sisanya sebanyak 335 aksesi plasma nutfah ubi kayu memiliki bekas dudukan daun yang menonjol atau prominent, artinya aksesi ini memiliki leaf retention yang bagus, daun tipe ini bertahan lama di batang. Aksesi yang bersifat prominent dapat menjadi salah satu kriteria dalam peningkatan produktivitas ubi kayu.
- ItemKarakterisasi morfologis dan potensi ekonomi sukun (artocarpus altilis fobs) lahan salin di kepulauan Seribu(IAARD Press, 2015-06) Ikrarwati ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUntuk mengetahui karakteristik spesifik serta potensi ekonomi sukun di Kepulauan Seribu, telah dilakukan kegiatan karakterisasi sukun menggunakan metode survei pada enam pulau di Kepulauan Seribu, yaitu pulau Tidung Kecil, Tidung Besar, Payung, Pramuka, Panggang, dan Karya. Dari kegiatan karakterisasi in situ tersebut telah diperoleh dua tipe sukun berdasarkan keragaman karakter morfologis dengan menggunakan pembeda utama karakter morfologi buah dan daun. Sukun tipe 1 memiliki bentuk buah oval, kulit buah tidak berduri, jika diraba akan terasa rata, daging buah agak kekuningan, daun memiliki toreh di dalam, pangkal daun meruncing dan memiliki rambut-rambut halus pada tulang daunnya. Sukun tipe 2 memiliki bentuk buah lonjong, permukaan kulit buah berduri, jika diraba terasa kasar, daging buah berwarna putih, daun memiliki toreh lebih dangkal dan pangkal daun runcing. Peluang pengembangan potensi ekonomi sukun bagi masyarakat Kepulauan Seribu cukup besar mengingat wilayah tersebut merupakan kawasan wisata. Dengan demikian, ketersediaan buah sukun yang berkesinambungan dan dapat dijadikan beragam olahan pangan.