Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 71
Results Per Page
Sort Options
- ItemTaksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae)(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2006-09-03) Siwi, Sri Suharni; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemPengelolaan beberapa sumber daya genetik tanaman hortikultura di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat(IAARD Press, 2015-06) Rahayu ...[at al], Muji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKetersediaan keanekaragaman sumber daya genetik (SDG) merupakan modal dasar dalam perakitan varietas unggul baru untuk menjadi sumber gen. Pulau Lombok dilaporkan memiliki keragaman genetik tanaman hortikultura yang belum banyak digali, dimanfaatkan dan dikelola dengan baik sehingga dikhawatirkan punah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan eksplorasi, koleksi dan karakterisasi beberapa tanaman hortikultura di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian terdiri dari beberapa kegiatan yaitu eksplorasi di Pulau Lombok pada tiga wilayah yang berbeda agroekosistemnya yaitu pada dataran rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian memperoleh tiga tanaman hortikultura yang langka yaitu tanaman kentang gantung, durian gundul dan cabai kecil. Tanaman-tanaman ini jarang dijumpai di daerah lain.
- ItemKarakterisasi pisang lokal mas jarum dan goroho di kebun koleksi sumber daya genetik tanaman Sulawesi Utara(IAARD Press, 2015-06) Rembang ...[at al], Janne H.W.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianVarietas pisang yang ada di Sulawesi Utara memiliki tingkat keragaman yang tinggi, sehingga memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan sebagai sumber ekonomi petani dan daerah. Perbedaan karakter antar varietas dapat dilihat dari penampilan tanaman seperti batang, daun, bunga dan buah. Sifat atau karakter tersebut dapat dijadikan modal dalam perbaikan sifat genetik tanaman. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat karakter-karakter spesifik dari beberapa pisang lokal Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan di Kebun Koleksi Sumber Daya Genetik Sulawesi Utara yang berada di Kebun Percobaan (KP) Pandu dari bulan Oktober 2013 sampai April 2014, dengan mengamati beberapa varietas pisang lokal yang di koleksi dengan lebih memfokuskan pada varietas pisang mas jarum dan pisang goroho serta wawancara dengan petani sekitar mengenai pemanfaatannya. Masingmasing varietas yang diamati diambil dari 5 pohon. Karakter tanaman pisang mas jarum dan pisang goroho terlihat berbeda pada karakter tinggi tanaman dan lingkar batang dimana pisang jarum mas tinggi dan halus, sebaliknya pisang goroho tidak terlalu tinggi, tapi batangnya lebih kekar. Karakter daun pisang mas jarum adalah sempit panjang, dan sebaliknya pisang goroho karakter daunnya adalah gemuk pendek. Karakter buah dari pisang goroho jauh lebih besar dibandingkan pisang mas jarum.
- ItemPotensi dan permasalahan pengembangan sapi taro (sapi bali putih) di desa taro kabupaten gianyar Bali(IAARD Press, 2015-06) Rai Yasa ...[at al], I Made; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSapi Taro merupakan nama lain dari Sapi Bali Putih yang ada di Dusun Taro, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Untuk mengetahui potensi dan permasalahan pengembangannya, telah dilakukan penelitian pada awal bulan Juni 2014. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan sistem dinamik menggunakan software Powersim Cconstructor 2,5d. Hasil penelitian menunjukkan, Sapi Taro memiliki beberapa keunikan antara lain melahirkan pada hari-hari tertentu (Purnama, Tilem, atau Kajeng Kliwon); dipanggil Ida Bagus untuk jantan dan Ida Ayu untuk betina seperti panggilan untuk masyarakat Bali berkasta Brahmana; dibuatkan upacara keagamaan pada saat kelahiran, enam bulanan, dan saat penguburan. Selain itu, sapi Taro dipelihara secara ngayah (gotong royong), bergiliran oleh masyarakat setempat. Sapi ini juga dilarang untuk dipekerjakan, diperjualbelikan, dikonsumsi daging maupun susunya, dan apabila dilanggar akan mendatangkan bencana bagi pelakunya. Perlakuan khusus ini berpotensi mendukung keberhasilan usaha pelestarian sapi Taro. Meskipun populasi sapi Taro pada saat ini hanya 34 ekor (16 ekor pejantan, 12 ekor induk dan 6 ekor pedet) dengan status populasi kritis, populasinya berpotensi mencapai 306 ekor dengan populasi induk mencapai 104 ekor pada tahun 2025. Potensi peningkatan populasi tersebut tentunya menuntut peningkatan kebutuhan terhadap pakan, tenaga kerja untuk ngayah (gotong royong), kandang, lahan dan lainnya sehingga perlu dirumuskan perencanaan yang baik untuk pengembangannya ke depan.
- ItemPengelolaan sumber daya genetik tanaman padi spesifik Jambi(IAARD Press, 2015-06) Bobihoe ...[at al], Julistia; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPadi lokal merupakan salah satu sumber daya genetik (SDG) yang cukup beragam jenisnya dan terdapat di dataran rendah, menengah dan tinggi, baik di lahan kering, rawa lebak dan rawa pasang surut. Inventarisasi dan identifikasi padi-padi lokal tersebut belum banyak dilakukan secara lengkap, sementara ini padi lokal merupakan sumber plasma nutfah yang keberadaannya sudah semakin langka. Kegiatan eklsplorasi dilakukan di tujuh Kabupaten/kota, yaitu Kota Jambi, Muaro Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Merangin, dan Bungo dari bulan April sampai dengan Juli 2013. Berdasarkan eksplorasi tersebut dapat diinventarisasi 95 jenis padi lokal dan sebagian besar merupakan padi rawa lebak, yang selanjutnya dikoleksi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi dan Balai Penelitian Padi di Sukamandi. Inventarisasi padi lokal di Provinsi Jambi ini juga sangat bermanfaat untuk memenuhi aspek kebutuhan sosial, ekonomi, lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
- ItemKarakteristik morfologis ayam buras Bali(IAARD Press, 2015-06) Sugama ...[at al], I Nyoman; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAyam Bali merupakan ayam buras lokal yang memiliki prospek sosial, ekonomi dan budaya sangat penting. Pemeliharaan umumnya masih dilakukan secara kurang intensif sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk melestarikan dan mengembangkannya karena merupakan plasma nutfah Indonesia. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik morfologis ayam buras Bali. Penelitian dilakukan di lokasi breeding centre Dusun Sawe Rangsasa, Kelurahan Dauh Waru, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Sampel yang digunakan sebanyak 50 ekor ayam buras turunan F3. Pakan yang diberikan meliputi fase starter berupa pakan konsentrat BR.1 sebanyak 10-20 g/ekor/hari (umur ayam hingga 1 bulan); fase grower berupa pakan campuran konsentrat BR.1 + jagung giling + dedak padi dengan komposisi 25% : 45% : 30%, sebanyak 40-50 g/ ekor/ hari (umur ayam 1-4 bulan); dan fase layer/finisher berupa pakan campuran konsentrat K.124 + jagung giling + dedak padi dengan komposisi 37% : 45% : 18%, sebanyak 70-80 g/ekor/hari (umur ayam 4–6 bulan). Parameter yang diamati adalah karakteristik produktivitas dan morfologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam buras Bali F3 tercepat terjadi mulai bulan pertama, dengan rata-rata pertambahan bobot badan per ekor/hari sebesar 7.131 g. Bobot potong 1 kg dicapai pada umur 20 minggu. Produktivitas telur terseleksi (F3) cukup tinggi (46,75%), dengan fertilitas 78,40% dan daya tetas telur 78%. Komposisi kimia telur : protein (11,26%), lemak (16,05%), kadar abu (1,08%), kadar air (69.20%) dan karbohidrat (2,72%). Persentase bobot karkas terhadap bobot hidup sebesar 65.185%. Persentase bobot organ penyusun karkas antara lain dada, punggung, paha, betis, dan sayap terhadap bobot karkas berturut-turut 26,10%, 25,45%, 16,96%, 16,23%, dan 13,71%.
- ItemInventarisasi, eksplorasi dan upaya koleksi sumber daya genetik tanaman pangan Jawa Tengah(IAARD Press, 2015-06) Rustini ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianJawa Tengah merupakan salah satu pusat keanekaragaman sumber daya genetik- SDG di Indonesia. Potensi SDG yang ada harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kecukupan pangan manusia. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menginventarisasi dan mengeksplorasi tanaman pangan di Jawa Tengah, dan kemudian mengoleksinya secara ex situ. Inventarisasi dan eksplorasi dimulai April sampai dengan Juli 2003 dan bekerja sama dengan dinas terkait di empat kabupaten, yaitu: Kabupaten Tegal, Brebes, Banjarnegara, dan Karanganyar. Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dengan mengumpulkan sumber informasi baik secara langsung dari pemberi informasi utama maupun data kepustakaan. Sampel petani dipilih dengan mengambil tiga puluh petani yang berada dalam satu zona agroekologi atau wilayah administrasi. Hasil inventarisasi menunjukkan jumlah aksesi tertinggi adalah tanaman padi (Oryza sativa), diikuti ubi kayu (Cassava) dan talas yang terdiri atas jenis talas (Colocasia esculenta) dan belitung (Xanthosoma sagitifolium). Umbi minor seperti uwi (Dioscorea sp), suweg (Amorphophallus campanulatus), gembili (Dioscorea esculenta L.), ganyong (Canna edulis), dan garut (Marantha arundinacea L.) ditemukan dalam skala budidaya yang kecil. Kacang-kacangan lokal, yang terdiri atas kacang hijau dan kacang minor, ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Wilayah Tegal dan Brebes memiliki nilai H’ (Indeks Shanon) terbesar, yaitu 2.377, yang menunjukkan bahwa wilayah ini mempunyai jenis spesies terbanyak. Nilai Indeks Equitability (EH) dari keempat wilayah yang diinventarisasi menunjukkan nilai dari masing-masing wilayah lebih kecil dari satu, yang menunjukkan adanya dominansi spesies tertentu. Dominasi ini terutama terlihat di wilayah Karanganyar. Sementara itu di wilayah Tegal dan Brebes efek dominansi tidak begitu besar yang ditunjukkan oleh nilai H’ yang tinggi dan nilai EH yang juga masih besar, yang dimungkinkan karena di wilayah ini tanaman pangan yang dibudidayakan cukup beragam dan hampir merata. Besaran Sorenson Coeffcient (SC) antar wilayah sangat kecil, yang menunjukkan bahwa pengambilan sampel dilakukan pada zona agroekologi yang berbeda. Sebanyak 25–100% dari sumber daya genetik tanaman yang diinventarisasi tersebut kemudian dikoleksi untuk dikonservasi.
- ItemEksplorasi dan karakterisasi sumber daya genetik lokal tanaman pangan dan hortikultura spesifik lokasi Sumatera Selatan(IAARD Press, 2015-06) Raharjo ...[at al], Budi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProvinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki lima agroekosistem utama, yaitu lahan rawa lebak, lahan rawa pasang surut, lahan kering dataran tinggi, lahan kering dataran rendah, dan lahan sawah irigasi. Kondisi ini merupakan indikator terdapatnya kekayaan alam yang berlimpah dan menjadi sumber keragaman genetik. Informasi keanekaragaman serta status sumber daya genetik (SDG) tanaman di Sumsel sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pemerintah dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kegiatan inventarisasi, eksplorasi, dan karakterisasi SDG lokal tanaman pangan dan hortikultura di Sumsel. Metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu dengan melakukan inventarisasi, eksplorasi, dan karakterisasi. Sampel yang dipilih berada dalam satu agroekosistem, diambil minimal tiga puluh orang petani. Pemilihan rumah petani dilakukan secara stratifikasi. Hasil yang diperoleh, yaitu pada agroekosistem lahan rawa lebak diperoleh 8 aksesi padi, 1 aksesi umbi-umbian, dan 8 aksesi tanaman buah-buahan, pada agroekosistem lahan kering dataran tinggi diperoleh 14 aksesi padi dan 4 aksesi tanaman buah-buahan, dan pada agroekosistem lahan pasang surut diperoleh 6 aksesi padi dan 1 aksesi tanaman tahunan.
- ItemInventarisasi dan keragaman sumber daya genetik tanaman pangan halmahera barat dan kota tidore kepulauan di Maluku Utara(IAARD Press, 2015-06) Wahab ...[at al], Moh. Ismail; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianMaluku Utara merupakan salah satu wilayah kepulauan Indonesia yang terletak di kawasan lintas khatulistiwa dan terkenal dengan potensi keanekaragaman sumber daya alamnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi dan mengetahui keragaman sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan lokal Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan di Maluku Utara. Inventarisasi SDG tanaman pangan dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Metode yang digunakan dalam inventarisasi ini adalah eksplorasi deskriptif dengan survei, observasi lapangan, dan wawancara. Dari hasil inventarisasi telah terkumpul sejumlah 51 aksesi SDG tanaman pangan, berupa 17 aksesi padi gogo lokal, 2 aksesi jagung, 12 aksesi ubi kayu, 10 aksesi ubi jalar, 3 aksesi kacang tanah, dan 3 aksesi talas. Di samping itu, diperoleh SDG tanaman lainnya sebanyak 38 aksesi tanaman sayuran, 57 aksesi tanaman buah, 17 aksesi tanaman obat/rempah, dan 18 aksesi tanaman perkebunan. Tingkat keragaman tanaman pangan di Halmahera Barat tergolong rendah, sedangkan di Kota Tidore Kepulauan tergolong sedang dengan tingkat kemerataan komoditas di semua lokasi tergolong tinggi. Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan memiliki kemiripan komoditas pangan yang tergolong sedang, dengan kesamaan komoditas jagung, ubi kayu, dan ubi jalar.
- ItemKarakterisasi sumber daya genetik sayuran lokal Kalimantan Tengah(IAARD Press, 2015-06) Susilawati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah memiliki sumber daya genetik (SDG) sayuran yang unik dan berisiko terancam punah kalau tidak segera dikelola. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan karakterisasi morfologi tiga jenis SDG sayuran unik spesifik Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca BPTP Kalimantan Tengah, dari Januari-April 2014. Metode kegiatan adalah survey dan eksplorasi untuk mendapatkan jenis-jenis sayuran spesifik Kalimantan Tengah, serta melakukan karakterisasi untuk mengetahui karakter morfologi SDG sayuran. Hasil survei dan eksplorasi terdapat lebih dari 15 jenis sayuran lokal yang tersebar di delapan kabupaten/kota di Kalimantan Tengah. Tiga diantaranya memiliki keunikan, seperti ukuran yang sangat kecil dan berbeda dengan jenis yang sudah diketahui, ditemukan secara liar dengan bentuk dan warna yang menarik, dan diyakini sebagai obat dan memiliki manfaat lainnya. Jenis SDG sayuran “Unik” tersebut adalah Kanjat (Gymnopetalum cochinchinense Lour), Pare Awei (Momordica muricata Willd), dan Parawit (Capsicum annuum L. var. frutescens (L.) Kuntze).
- ItemEksplorasi plasma nutfah padi lokal di kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara(IAARD Press, 2015-06) Hartanto ...[at al], Slamet; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPotensi sumber daya genetik (SDG) padi di Halmahera Utara sangat tinggi, khususnya padi ladang, karena hampir 90% padi ladang yang dibudidayakan petani merupakan varietas lokal. Tapi informasi keragaman genetik padi lokal Halmahera Utara belum banyak dilaporkan. Tujuan penelitian adalah untuk melakukan eksplorasi, inventarisasi dan pengamatan keragaan fisik padi lokal di kabupaten Halmahera Utara. Eksplorasi dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di kabupaten Halmahera Utara. Metode yang digunakan adalah survey secara purposive di 9 dari 17 kecamatan yang merupakan sentra padi ladang. Hasil eksplorasi memendapati empat padi lokal yang dibudidayakan yaitu padi Merah, padi Molulu, padi Taraudu dan padi Manyanyi. Produktivitas padi Merah dan Taraudu ditingkat masyarakat lokal mencapai 1,5–2 t/ha, sedangkan padi Manyanyi mencapai 1 t/ha dengan umur panen 4–5 bulan. Padi Molulu memiliki karakteristik sebagai padi lokal adaptif perubahan iklim karena dapat hidup di aliran sungai yang deras dan di lahan kering.
- ItemKeragaan inventarisasi dan pengelolaan sumber daya genetik di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat(IAARD Press, 2015-06) Rahayu ...[at al], Muji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProvinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan provinsi kepulauan yang membentuk keanekaragaman ekosistem daratan alami dan lautan sehingga memiliki sumber daya genetik (SDG) yang keanekaragamannya sangat tinggi pula. Sayangnya, penyusutan populasi SDG lokal terjadi terus menerus. Dalam upaya pelestarian SDG dan kecukupan pangan, pengelolaan SDG tanaman harus dilakukan secara berkelanjutan. Pada tahun 2013, BPTP NTB melaksanakan inventarisasi dan pengelolaan SDG tanaman di Pulau Lombok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman, manfaat, dan identifikasi pengelolaan SDG tanaman di Pulau Lombok. Dari hasil inventarisasi, terdapat beberapa SDG tanaman lokal, yaitu 14 aksesi durian lokal (2 aksesi langka, yaitu durian tanpa duri dan durian tanpa sekat), 14 aksesi mangga lokal (2 aksesi langka, yaitu mangga Derakanda dan Bapang), 5 aksesi jeruk (3 aksesi langka, yaitu jeruk besar Kota Raja, Barejulat, dan Sempaga), 2 aksesi kangkung spesifik (kangkung Gomong dan Aini), 12 aksesi pisang (4 aksesi langka), 8 aksesi padi lokal, beragam kacang komak dan kacang gude yang toleran kekeringan, jagung ketan lokal, dan lain-lain. Dari beragam SDG tanaman tersebut, tampaknya beberapa jenis tanaman kacangkacangan spesifik ditemukan di wilayah yang beriklim ekstrim kering di Pulau Lombok yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan pakan. Kelompok tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan dalam program ketahanan pangan nasional, sedangkan beberapa jenis tanaman hortikultura dan padi langka dapat dimanfaatkan untuk perbaikan varietas tanaman.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik pertanian Kalimantan Tengah(IAARD Press, 2015-06) Susilawati ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKalimantan Tengah memiliki cakupan wilayah yang cukup luas dan keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan secara berkelanjutan. Sayangnya, hingga saat ini kekayaan tersebut belum banyak mendapat perhatian. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan inventarisasi dan menyusun database sumber daya genetik (SDG) pertanian spesifik lokal yang terdapat di lahan pekarangan dan non pekarangan di Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dari bulan Januari sampai Desember 2013 di semua kabupaten/kota dengan agroekosistem berupa lahan rawa pasang surut, lebak, gambut, lahan kering iklim basah dan lahan irigasi. Metode kegiatan adalah survei ke semua kabupaten/kota. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dengan memilih 30 lahan pekarangan dan lima lahan non pekarangan (kebun). Di setiap kabupaten/kota dipilih tiga kecamatan dan dalam setiap kecamatan dipilih tiga desa. Pada setiap desa dipilih tiga-empat lahan pekarangan yang memiliki SDG, sehingga terhimpun 30 lahan pekarangan. Data yang dikumpulkan berupa data paspor dan data pendukung lainnya. Hasil yang telah diperoleh dari kegiatan tahap I di enam kabupaten, menunjukkan bahwa tingkat keragaman SDG tanaman pekarangan sangat beragam dan lebih tinggi dibandingkan lahan non pekarangan. Terdapat sebanyak 331 jenis SDG, dengan jumlah aksesi mencapai 5.870 aksesi, yang terdiri tanaman buah 80 jenis, tanaman pangan 57 jenis, tanaman obat 72 jenis, tanaman hias 33 jenis, tanaman sayuran 55 jenis, tanaman perkebunan 15 jenis, dan ternak 9 jenis. Berdasarkan wilayahnya, maka sebaran SDG pekarangan di kabupaten Kotawaringin Barat adalah yang tertinggi, dikuti kabupaten Kotawaringin Timur dan Barito Selatan.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik di Provinsi Lampung(IAARD Press, 2015-06) Ernawati ...[at al], Rr.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianWilayah Provinsi Lampung cukup luas dengan keragaman sumber daya genetik (SDG) yang tersebar di empat belas kabupaten/kota. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi SDG di Provinsi Lampung. Kegiatan inventarisasi SDG baru terlaksana di satu kabupaten, yaitu Pringsewu yang terdiri atas 8 kecamatan, 126 desa, dan 5 kelurahan dengan ibukota di Kecamatan Pringsewu. Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari tiga puluh pekarangan dan di luar pekarangan sampel/contoh. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa keragaman SDG yang ada di pekarangan dan di luar pekarangan umumnya hampir sama jenisnya di semua wilayah Pringsewu, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan tanaman obat-obatan dan bumbu-bumbuan. Upaya pelestarian plasma nutfah telah dilakukan dengan terkumpulnya data kebun koleksi, baik milik pemerintah maupun perorangan.
- ItemKarakterisasi sagu lokal di kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo(IAARD Press, 2015-06) Ahmad ...[at al], Aisyah; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang jenis dan karakteristik tanaman sagu potensial di Kabupaten Bone Bolango, sebagai upaya pengelolaan dan pemanfaatan sagu secara lestari. Eksplorasi dilakukan di Desa Duano, Kecamatan Suwawa Tengah dan Desa Huloduatamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, pada bulan Maret 2014. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara selektif/subyektif (purposive sampling). Kriteria pengambilan sampel adalah berupa pohon produktif (siap panen) dan tidak terserang hama penyakit. Dari hasil penelitian diperoleh tiga aksesi sagu, yaitu Tumba Tutu, Tumba Ale dan Tumba Duhia. Ketiga aksesi ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber klon untuk perbanyakan sagu guna meningkatkan produktivitas pertanaman sagu rakyat.
- ItemKarakterisasi morfologis dan potensi ekonomi sukun (artocarpus altilis fobs) lahan salin di kepulauan Seribu(IAARD Press, 2015-06) Ikrarwati ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUntuk mengetahui karakteristik spesifik serta potensi ekonomi sukun di Kepulauan Seribu, telah dilakukan kegiatan karakterisasi sukun menggunakan metode survei pada enam pulau di Kepulauan Seribu, yaitu pulau Tidung Kecil, Tidung Besar, Payung, Pramuka, Panggang, dan Karya. Dari kegiatan karakterisasi in situ tersebut telah diperoleh dua tipe sukun berdasarkan keragaman karakter morfologis dengan menggunakan pembeda utama karakter morfologi buah dan daun. Sukun tipe 1 memiliki bentuk buah oval, kulit buah tidak berduri, jika diraba akan terasa rata, daging buah agak kekuningan, daun memiliki toreh di dalam, pangkal daun meruncing dan memiliki rambut-rambut halus pada tulang daunnya. Sukun tipe 2 memiliki bentuk buah lonjong, permukaan kulit buah berduri, jika diraba terasa kasar, daging buah berwarna putih, daun memiliki toreh lebih dangkal dan pangkal daun runcing. Peluang pengembangan potensi ekonomi sukun bagi masyarakat Kepulauan Seribu cukup besar mengingat wilayah tersebut merupakan kawasan wisata. Dengan demikian, ketersediaan buah sukun yang berkesinambungan dan dapat dijadikan beragam olahan pangan.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik tanaman lokal kabupaten Bone Bolango provinsi Gorontalo(IAARD Press, 2015-06) Asaad ...[at al], Muh.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProgram pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) pertanian yang mencakup pelestarian dan pemanfaatan memerlukan informasi status dan sebarannya. Inventarisasi SDG tanaman lokal di Provinsi Gorontalo perlu dilakukan baik di lahan pekarangan, lahan pertanian maupun kebun koleksi untuk mendapatkan informasi tingkat keanekaragamannya. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 di tiga kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, yaitu di kecamatan Bulango Ulu, Suwawa Timur dan Suwawa Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap 30 petani yang dipilih melalui metode stratifikasi berdasarkan jarak dari ibukota kabupaten dan jenis jalan. Analisis data dilakukan untuk menentukan nilai Shanon Indeks (H), Equitability Indeks (EH) dan Sorensen Coefficient (SC). Dari survei diperoleh SDG tanaman lokal sebanyak 70 jenis tanaman yang terdiri atas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman hias, dan tanaman rempah dan obat. Analisis data menunjukkan bahwa tingkat keragaman SDG tanaman di masing-masing kecamatan tersebut tergolong rendah yang ditunjukkan oleh nilai Shanon Indeks (H) yang berkisar 0,6219–0,8972. Penyebaran jenis juga tidak merata dengan tingkat pemerataan (equitable) berkisar 0,1831–0,2400, dan struktur jenis di antara semua wilayah kecamatan tidak memiliki kemiripan dengan nilai Sorensen Coefficient (SC) berkisar 0,3582–0,4516.
- ItemPotensi dan permasalahan pengembangan kambing gembrong di provinsi Bali berdasarkan pendekatan Participatory rural appraisal (pra)(IAARD Press, 2015-06) Rai Yasa ...[at al], I Made; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKambing gembrong merupakan salah satu sumber daya genetik ternak Provinsi Bali dan populasinya sudah berada pada kondisi kritis. Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan permasalahan pengembangan Kambing Gembrong di Provinsi Bali. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem Bali dengan meng-gunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang melibatkan 35 peserta yang terdiri atas peternak dan dinas terkait di lingkup Kabupaten Karangasem. Teknik PRA yang digunakan adalah sejarah program, peringkat masalah, kalender musim, dan analisis finansial. Berdasarkan sejarah program diperoleh informasi bahwa upaya pelestarian Kambing Gembrong dimulai sejak tahun 1980. Program yang dilaksanakan ada yang berhasil ada pula yang justru menjadi bumerang terhadap usaha pelestarian. Berdasarkan teknik kelembagaan, diperoleh informasi, Kelompok Tani Wisnu Segara selaku pelestari Kambing Gembrong perlu dikuatkan, karena hanya kelompok tersebut yang berupaya melakukan usaha pelestarian, dan usaha pelestariannya belum mengarah ke agribisnis. Keanggotaan kelompok justru menyusut dari 40 orang pada tahun 2010 menjadi 20 orang pada tahun 2013. Kelompok Wisnu Segara selaku pengelola tidak memiliki AD/ART dan kelembagaan kelompok pun belum berjalan sebagaimana mestinya. Dukungan pelestarian Kambing Gembrong dari beberapa instansi masih parsial dan belum terkordinasi dan tidak berkelanjutan. Pelestarian Kambing Gembrong selanjutnya perlu dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Dari teknik kalender musim tidak diperoleh informasi adanya perbedaan yang menonjol terkait pakan, musim kawin, musim lahir, dan penyakit antara musim hujan dengan kemarau. Berdasarkan analisis finansial, usaha pemeliharaan kambing gembrong belum menguntungkan (R/C rasio = 0.9), sehingga diperlukan pendampingan untuk mencari sumber pendapatan alternatif untuk mempertahankan minat petani melestarikan usahatani Kambing Gembrong.
- ItemInventarisasi sumber daya genetik tanaman di pulau karimun dan pulau kundur kabupaten karimun Provinsi Kepulauan Riau(IAARD Press, 2015-06) Dahono ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUntuk mendapatkan informasi tingkat diverstas dan potensi pemanfaatan sumber daya genetik (SDG) telah dilaksanakan kegiatan survey inventarisasi SDG tanaman di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Karimun dan Kundur) melibatkan 12 orang petani responden. Tanaman SDG yang diinventarisasi berasal dari lahan pekarangan dan lahan di luar pekarangan. Data yang dikumpulkan meliputi, lokasi tempat ditemukannya tanaman SDG meliputi nama desa dan titik koordinat (LU/LS, BT/BB), komoditas tanaman (pangan, buah, perkebunan, rempah/ obat), nama tanaman dan deskripsi morfologi utama (bentuk buah, warna, dan pemanfaatannya). Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman SDG berupa tanaman buah-buahan. Tanaman SDG yang terinventarisasi di Pulau Karimun sebanyak 11 jenis, sedangkan di Pulau Kundur terinventarisir sebanyak 19 jenis. Beberapa jenis tanaman buah seperti durian, manggis, rambutan, mangga, pisang, nangka, dan sukun telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara komersial, sementara beberapa jenis lainnya (sawo mangga, kueni, jambu, rambai, asam jawa dan jambu mete) belum dikelola optimal. Tanaman SDG lokal di Pulau Karimun dan Kundur Kabupaten Karimun yang tergolong tanaman pekebunan dan telah dimanfaatkan secara komersil diantaranya adalah nilam dan karet, sementara yang belum dikelola secara optimal diantaranya adalah kemiri, dan aren. Tanaman SDG lokal yang tergolong tanaman kehutanan yaitu gaharu, sungkai dan mahoni. Keberadaan tanaman SDG tersebut terlihat jarang dan tidak terdapat informasi tertulis di kebun koleksi tanaman SDG dari instansi terkait. Responden yang membudidayakan tanaman SDG masih terbatas pada tanaman penghias halaman ataupun sekedar hobi walaupun ada juga yang telah menjual hasil dari tanaman tersebut.
- ItemKeragaan dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal di kabupaten Jeneponto(IAARD Press, 2015-06) Maintang ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSumber Daya Genetik (SDG) adalah koleksi keragaman (fenotipik dan genotipik) dalam masing-masing spesies tanaman. Keragaman tersebut berbeda antar lokasi dan memiliki sifat unik/khas sesuai dengan agroekologi setempat, demikian halnya dengan pengelolaan dan pemanfaatannya yang berbeda. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan SDG lokal dan pemanfaatannya oleh masyarakat di kabupaten Jeneponto. Kajian berlangsung Februari hingga Mei 2013. Pendataan keragaman plasma nutfah yang ada di lahan pekarangan dan di luar pekarangan (kebun, sawah) dilakukan melalui observasi secara langsung di lapang serta wawancara dengan responden menggunakan kusioner. Sampel yang dipilih sebanyak 30 rumah tangga petani. Data yang terkumpul di tabulasi dan disajikan secara deskriptif. Hasil Invetarisasi SDG di Kabupaten Jeneponto diperoleh sejumlah 36 spesies tanaman. Kelompok tanaman pangan empat spesies, yaitu padi, jagung, ubi kayu dan talas. Kelompok tanaman hortikultura sejumlah 23 spesies dan tanaman perkebunan 6 spesies. Komoditas yang dominan dibudidayakan petani, yaitu kelor, mangga, srikaya, markisa dataran rendah, ketan hitam (Pare Punu Le’Leng), jagung lokal (batara koasa), Kacang gude (bintotoeng) serta pohon lontara (siwalan). Komoditas ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi untuk dikembangkan mendukung ketahanan pangan daerah.