Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 71
  • Item
    Perkembangan kegiatan konsorsium penguatan program pengelolaan sumber daya genetik di Bali (pengelolaan sumber daya genetik di Bali)
    (IAARD Press, 2015-06) Komang ...[at al], I Gusti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Provinsi Bali memiliki kekayaan hayati berupa berbagai macam sumber daya genetik-SDG tanaman, dan beberapa diantaranya merupakan tanaman endemik Bali. Beberapa SDG tersebut kini telah berhasil dibiakkan dan dikomersialkan, tetapi beberapa SDG yang lain terancam punah. Pelestarian melalui penyuluhan, pembinaan serta pembentukan sentra konservasi diharapkan dapat menyelamatkan SDG untuk mendukung pemanfaatan dan pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendata keberadaan SDG tanaman di Bali. Penelitian dilakukan dengan metode survei yang dilakukan terhadap petani di delapan kabupaten dan satu kotamadya di wilayah provinsi Bali. Dari hasil survei telah diperoleh informasi keberadaan sejumlah plasma nutfah lokal yang terdiri atas plasma nutfah tanaman pangan (12 jenis), tanaman bumbu dapur (8 jenis), tanaman pakan ternak (4 jenis), tanaman perkebunan dan kehutanan (20 jenis), tanaman bunga (30 jenis), dan tanaman upacara (19 jenis).
  • Item
    Potensi dan permasalahan pengembangan sapi taro (sapi bali putih) di desa taro kabupaten gianyar Bali
    (IAARD Press, 2015-06) Rai Yasa ...[at al], I Made; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Sapi Taro merupakan nama lain dari Sapi Bali Putih yang ada di Dusun Taro, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Untuk mengetahui potensi dan permasalahan pengembangannya, telah dilakukan penelitian pada awal bulan Juni 2014. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan sistem dinamik menggunakan software Powersim Cconstructor 2,5d. Hasil penelitian menunjukkan, Sapi Taro memiliki beberapa keunikan antara lain melahirkan pada hari-hari tertentu (Purnama, Tilem, atau Kajeng Kliwon); dipanggil Ida Bagus untuk jantan dan Ida Ayu untuk betina seperti panggilan untuk masyarakat Bali berkasta Brahmana; dibuatkan upacara keagamaan pada saat kelahiran, enam bulanan, dan saat penguburan. Selain itu, sapi Taro dipelihara secara ngayah (gotong royong), bergiliran oleh masyarakat setempat. Sapi ini juga dilarang untuk dipekerjakan, diperjualbelikan, dikonsumsi daging maupun susunya, dan apabila dilanggar akan mendatangkan bencana bagi pelakunya. Perlakuan khusus ini berpotensi mendukung keberhasilan usaha pelestarian sapi Taro. Meskipun populasi sapi Taro pada saat ini hanya 34 ekor (16 ekor pejantan, 12 ekor induk dan 6 ekor pedet) dengan status populasi kritis, populasinya berpotensi mencapai 306 ekor dengan populasi induk mencapai 104 ekor pada tahun 2025. Potensi peningkatan populasi tersebut tentunya menuntut peningkatan kebutuhan terhadap pakan, tenaga kerja untuk ngayah (gotong royong), kandang, lahan dan lainnya sehingga perlu dirumuskan perencanaan yang baik untuk pengembangannya ke depan.
  • Item
    Karakteristik morfologis ayam buras Bali
    (IAARD Press, 2015-06) Sugama ...[at al], I Nyoman; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Ayam Bali merupakan ayam buras lokal yang memiliki prospek sosial, ekonomi dan budaya sangat penting. Pemeliharaan umumnya masih dilakukan secara kurang intensif sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk melestarikan dan mengembangkannya karena merupakan plasma nutfah Indonesia. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik morfologis ayam buras Bali. Penelitian dilakukan di lokasi breeding centre Dusun Sawe Rangsasa, Kelurahan Dauh Waru, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Sampel yang digunakan sebanyak 50 ekor ayam buras turunan F3. Pakan yang diberikan meliputi fase starter berupa pakan konsentrat BR.1 sebanyak 10-20 g/ekor/hari (umur ayam hingga 1 bulan); fase grower berupa pakan campuran konsentrat BR.1 + jagung giling + dedak padi dengan komposisi 25% : 45% : 30%, sebanyak 40-50 g/ ekor/ hari (umur ayam 1-4 bulan); dan fase layer/finisher berupa pakan campuran konsentrat K.124 + jagung giling + dedak padi dengan komposisi 37% : 45% : 18%, sebanyak 70-80 g/ekor/hari (umur ayam 4–6 bulan). Parameter yang diamati adalah karakteristik produktivitas dan morfologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam buras Bali F3 tercepat terjadi mulai bulan pertama, dengan rata-rata pertambahan bobot badan per ekor/hari sebesar 7.131 g. Bobot potong 1 kg dicapai pada umur 20 minggu. Produktivitas telur terseleksi (F3) cukup tinggi (46,75%), dengan fertilitas 78,40% dan daya tetas telur 78%. Komposisi kimia telur : protein (11,26%), lemak (16,05%), kadar abu (1,08%), kadar air (69.20%) dan karbohidrat (2,72%). Persentase bobot karkas terhadap bobot hidup sebesar 65.185%. Persentase bobot organ penyusun karkas antara lain dada, punggung, paha, betis, dan sayap terhadap bobot karkas berturut-turut 26,10%, 25,45%, 16,96%, 16,23%, dan 13,71%.
  • Item
    Karakteristik kambing gembrong Bali
    (IAARD Press, 2015-06) Suyasa ...[at al], Nyoman; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Kambing merupakan salah satu ternak utama untuk penyediaan protein hewani bagi masyarakat Indonesia Kambing Gembrong merupakan salah satu sumber daya genetik yang mulai kritis populasinya. Kambing Gembrong di Bali merupakan salah satu ternak yang mulai mendapat perhatian karena keunikan dan populasinya yang mulai terancam. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sawe, Kabupaten Jembrana dengan menggunakan sembilan ekor jantan dan delapan ekor betina. Kambing diberi pakan hijauan seperti biasa dengan ditambah konsentrat berupa dedak padi 200 g/ekor/hari sebagai pakan tambahan, serta obat cacing pada awal penelitian. Bobot badan dan bobot lahir ditimbang menggunakan timbangan dan panjang bulu diukur menggunakan meteran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot jantan rata-rata adalah sebesar 29,15 kg/ekor, sedangkan bobot betina sebesar 18,20 kg/ekor. Bobot sapih anak jantan adalah 1,23 dan betina 1,30 kg/ekor. Panjang tanduk jantan adalah 13,17 cm dan betina 4,40 cm. Dominasi bulu putih pada kambing Gembrong mencapai 94,12% dengan panjang bulu jantan 9,14–11,07 cm dan jenggot 19,79 cm; sementara pada betina panjang bulu 5,30–8,80 cm dan jenggot 7,30 cm. Hasil analisis komponen darah menunjukkan bahwa antara kambing Gembrong, kambing Kacang dan PE memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda kecuali kandungan trigliserida.
  • Item
    Keragaan reproduksi dan produksi kambing gembrong
    (IAARD Press, 2015-06) Guntoro ...[at al], Suprio; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Kambing Gembrong merupakan jenis kambing lokal endemik Bali dengan ciri-ciri spesifik yang populasinya kini berada di ambang kepunahan. Penelitian untuk mengetahui keragaan reproduksi dan produksi kambing gembrong telah dilakukan pada tahun 2008–2010 secara ex situ di Desa Sawe, Kabupaten Jembrana. Penelitian dilanjutkan pada tahun 2010–2012 di tempat di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem (dengan sampel kambing yang sama). Materi penelitian terdiri atas enam ekor kambing Gembrong betina dan enam ekor kambing Gembrong jantan. Kambing dipelihara di dalam kandang panggung dengan sekat-sekat yang diisi satu ekor per sekat. Pakan yang diberikan berupa hijauan campuran rumput lapang, gamal, turi, yang diberi adlibitum dan konsentrat berupa dedak padi 150 g/ekor/ hari. Parameter yang diamati meliputi siklus birahi, lama birahi, lama bunting, litter size, bobot lahir, sex ratio anak, kematian anak, pertumbuhan anak, dan bobot kambing dewasa. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siklus birahi kambing betina berkisar 19–22 hari dengan lama birahi 30–36 jam. Lama bunting 146 hari (142–151 hari), litter size 1,25 ekor dengan bobot lahir 1,33 kg dan sex ratio 56% (jantan) dan 44% (betina). Tingkat kematian anak amat tinggi, yakni 62,50% dengan angka kematian tertinggi pada fase menyusui/prasapih (41,67%) selebihnya pada saat melahirkan (12,50%) dan pascasapih (8,33%). Pertambahan bobot badan anak kambing hingga umur 4 bulan (112 hari) rata-rata pada kambing jantan 48 g/ekor/hari dan pada kambing betina 43 g/ekor/ hari. Bobot dewasa pada kambing jantan rata-rata 31,20 kg/ekor dan betina ratarata 20,67 kg.