Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 89
Results Per Page
Sort Options
- ItemIBM KAMPUNG KAMERI YANG MENGALAMI MASALAH PERONTOKAN POKEM(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Payung, Paulus; Jading, Abadi; Tanati, Adelin; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPokem or wheat Papua is one of the papua local food, which has a strategically cultural value. Pokem postharvest processing especially at the threshing stage was done in a conventional/traditional manner, so this method is very complicated and inefficient as well as has a limited capacity. To optimize the postharvest processing especially in the threshing process, the appropriate equipment that can work more quickly, efficiently and easily operated was required. The purpose of this study is to design a prototype of mechanical pokem thresher with a petrol engine drive to increase the threshing efficiency and capacity. This research was conducted with two stages, the first stage is to design a prototype mechanical pokem thresher and the second is a application in Numfor. Results of this research is a prototype of mechanical pokem thresher and the test results showed that the average of threshing capacity is 18 kg/h, the average of threshing efficiency is 86% and the average of percentage panicles separation is 96,4%. This pokem thresher has applicated in Numfor Kameri Village.
- ItemPENGGUNAAN PERANGKAT UJI TANAH KERING UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN KERING(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Fidiyawati, E.; Ndaru, Ratih K.; Aisyawati, Lina; Cahyono, Tri; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPeluang peningkatan produktivitas kedelai cukup besar, mengingat hasil kedelai petani masih berkisar 0,6-1,5 t/ha, sedangkan hasil dari penelitian/pengkajian mampu mencapai 1,7-3,0 t/ha. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani kedelai adalah pemupukan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hara setempat. Pertanaman kedelai lahan kering mempunyai peran sangat penting, kaitannya dengan “jabalsim” sebagai penyedia benih yang bermutu untuk lahan sawah pada MK-1. Peningkatkan produktivitas kedelai lahan kering menjadi >1,80 t/ha akan menghasilkan produksi kedelai sekitar 250.000 ton yang dapat digunakan sebagai sumber benih kedelai lahan sawah dan pada gilirannya akan mendorong tercapainya target produksi satu juta ton kedelai di Jawa Timur. Tujuan pengkajian ini untuk mengetahui penggunaan PUTK dalam meningkatkan produksi kedelai di lahan kering. Pengkajian dilakukan di LMDH Desa Walikukun, Kec. Widodaren, Ngawi. yang merupakan sentra produksi kedelai di Jawa Timur, pada MK. dan MH. Pengkajian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acaka Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, dengan luas masing-masing petak perlakuan 4 x 5 m. Data yang diamati setiap musim adalah: C-org, N, P dan K, produktivitas kedelai dan keragaan agronomis. Data yang dieroleh dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) sedangkan untuk membandingkan antara rata-rata pengamatan setiap variabel yang diuji menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT-5%). Hasil pengkajian menunjukkan pemupukan dengan dosis 100 kg urea + SP-36 (sesuai dosis PUTK diberikan 100%) + KCl (sesuai dosis PUTK diberikan 150%), mampu meningkatkan hasil kedelai tertinggi (1,97 t/ha) pada MH dan (1,83 t/ha) pada MK.
- ItemPERAN BALITBANGDA PROVINSI PAPUA BARAT DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI DI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Heatubun, Charly D.; Batorinding, Ezrom; Burwos, Hendrik; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBalitbangda adalah organisasi perangkat daerah yang membidangi sektor ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai analisator dan interrogator dalam merumuskan grand strategy pembangunan yang mempunyai Output policy recommendation dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan daerah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemantapan penataan ruang dalam pembangunan daerah, pengembangan budaya daerah, pengembangan pemanfaatan teknologi dan penataan ekonomi serta keuangan daerah, diperlukan upaya peningkatan dan penyempurnaan perencanaan kegiatan yang didasari hasil penelitian, pengkajian dan pengembangan sehingga dapat berjalan searah, konvergensi dan saling mengisi. Fungsi dan tugas kelitbangan Provinsi yang cukup besar sebagaimana amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2016 pasal 27 yaitu fungsi koordinasi kelitbangan antar lembaga penelitian dan antar tingkatan Provinsi dengan kabupaten/kota menjadi sangat penting guna menjaring isu-isu strategis penelitian paling mengemuka yang perlu mendapatkan solusi pemecahan melalui kegiatan kelitbangan untuk menunjang pembangunan daerah.
- ItemPENGARUH SUBTITUSI TEPUNG MOCAF TERHADAP KUALITAS CAKE MOCAF(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Majid, Ulfa; Nurdin, Maryam; Ohorella, Irfan; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKomoditas umbi-umbian merupakan sumber pangan lokal memiliki prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai substitusi pangan pokok dan olahan makanan pengganti beras atau makanan tambahan dalam diversifikasi pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku dan Balai Perindustrian Bogor. Penelitian dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Oktober 2016. Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 (dua) kali ulangan. Faktor I jenis ubi kayu = A (A1:ubi kayu kuning, A2: Ubi kayu putih dan A3: ubi kayu beracun), Faktor 2 proporsi tepung mocaf: tepung terigu= B (B1:75%:25% , B2:85%:15% dan, B3:100%:0%) sehingga didapatkan perlakuan 3 x 3 x 2= 18 kombinasi perlakuan. Sifat organoleptik meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan tingkat kesukaan. Uji organoleptik melibatkan 20 orang panelis yang terdiri dari lima skala hedonik yaitu: 5=sangat suka, 4=suka, 3=agak suka, 2=kurang suka, 1=tidak suka. Dari hasil organoleptik terbaik kemudian dilakukan analisa kimia. Analisis kimia meliputi kadar air, kadar karbohidrat, kadar protein, Kadar Lemak, kadar abu, serat dengan metode AOAC. Hasil analisa kimia dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01-2973-1992. Hasil pengamatan organoleptik produk cake menunjukkan bahwa perlakuan ubi kayu beracun dengan presentasi tepung mocaf: tepung terigu 100%: 0% (A3B3) memberikan warna yang disukai oleh panelis dengan skor 3.58. komposisi kimia cake terbaik, kadar air 19.90%, kadar karbohidrat 57.57%, kadar protein 5.38%, kadar lemak 21.50%, kadar abu 1.91%, dan serat kasar 1.36%.
- ItemPENGARUH TEKNOLOGI PEMUPUKAN KOMBINASI ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Amir; Ariza, Muhammad F.U.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKabupaten Takalar termasuk salah satu sentra pengembangan jagung di Sulawesi Selatan, memiliki lahan sawah tadah hujan seluas 16.262 ha sebagai potensi pengembangan jagung. Pengkajian dilaksanakan dalam MK.1 yang berlangsung Januari-Desember, 2016, disusun menurut Rancangan Faktorial dua faktor, tiga ulangan dan enam belas kombinasi perlakuan. Faktor pertama dosis pupuk organik dengan empat tarap yaitu, 1, 2 dan 3 ton serta kontrol. Faktor kedua dosis pupuk anorganik dengan empat taraf yaitu, rekomendasi, 75% dari rekomendasi, 50% dari rekomendasi dan cara petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh tunggal pupuk organik dosis 3 ton dan pengaruh tunggal pupuk anorganik dosis rekomendasi serta interaksinya, memberikan produksi pipilan kering tertinggi masing-masing (12,33; 12,77 dan 13,07 t/ha). Secara keseluruhan, perlakuan tunggal pupuk organik dosis 3 ton dan perlakuan tunggal pupuk anorganik dosis rekomendasi serta interaksinya memberikan komponen pertumbuhan dan komponen hasil yang lebih baik dibanding perlakuan tunggal lainnya dan interaksinnya. Dengan demikian perlakuan ini diangkat sebagai dosis rekomendasi dalam pengkajian ini.
- ItemCEKAMAN ABIOTIK DAN PROVITAS PADI PADA AGROKOSISTEM LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DAN TADAH HUJAN DI PAPUA BARAT: Penerapan Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Rouw, Aser; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian ini bertujuan menginformasikan cekaman abiotik kamasaman tanah dan kekeringan (El Nino), serta capaian provitas padi melalui penerapan inovasi teknologi di lahan sawah irigasi teknis di Masni, Manokwari dan tadah hujan di Malawele, Sorong Papua Barat. Kajian di Masni seluas 1 ha menerapkan paket teknologi: (i) varietas tenggang masam Inpara 1, 8, dan Inpari 34 dan (ii) pengairan inter-miten, serta dosis pupuk yang ditentukan dengan PUTS. Kajian di Malawele Sorong menggunakan: (i) varietas eksisting IR64 dan Sidenok, dan (ii) dosis pupuk rekomendasi katam terpadu. Pada kedua lokasi dilakukan analisis contoh tanah komposit sebelum penanaman. Di Masni dilakukan pengamatan gejala keracunan Fe pada petak sampel tanaman padi mulai 2MST-8MST berdasarkan definsi gejala keracunan Fe menurut IRI. Kajian cekaman kekeringan akibat El Nino dilakukan melalui pendekatan: (i) desk study untuk analisis skala regional dan lokal, dan (ii) survey lapagan. Analisis regional menggunakan data SST Nino 3.4 dikorelasikan dengan curah hujan 30 tahun (1985-2015) dari 60 pos hujan di Pulau Papua. Analisis lokal mengambil kasus El Nino dipertengahan tahun 2015 hingga awal 2016, dan perubahan curah hujan di stasiun lokal, serta kaitannya dengan provitas padi selama dua musim tanam. Hasil analisis sampel tanah memperlihatkan bahwa lokasi kajian bersifat masam, kandungan Fe-dd sangat tinggi, dan ketersediaan hara sangat rendah. Presentase gejala keracunan Fe pada tanaman padi di Masni meningkat tajam mulai 4 MST hingga 8 MST. Presentase gejala tertinggi pada Inpara 1, sedangkan akumulasi Fe dalam jaringan tanaman tertinggi pada Inpari 34. Namun provitas tertinggi dicapai oleh inpari 34, yaitu 2,6 t GKP/ha yang didukung oleh penambahan 1 ton kompos/ha. Di Malewele, Sorong provitas IR64 dan 4,7 t/ha dan Sidenok 4,3 t/ha, didukung oleh penggunaan kompos 2 ton/ha. Analisis regional memperlihatkan bahwa seluruh wilayah Papua dipengaruhi oleh El Nino. Anomali STT Nino 3.4 secara presisten dengan indeks 0,5-2 akan diikuti dengan penurunan curah hujan berkisar 15-30% dari kondisi normal di Papua. Kejadian El Nino di tahun 2015 dengan intensitas sedang menyebabkan penurunan curah hujan di 20-30 % di Sorong dan Manokwari. Pada lahan sawah tadah hujan di Sorong, 60 % tanaman padi mengalami gagal panen akibat cekaman kekeringan (El Nino).
- ItemGELAR TEKNOLOGI PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU INPARI 7 DAN INPARI 30 DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Halijah; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPadi merupakan salah satu komoditas utama memegang peran strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) merupakan salah satu faktor produksi yang berperan dalam peningkatan produktifitas padi. Salah satu upaya agar teknologi yang dihasilkaan oleh Badan Litbang Pertanian melalui inovasi pertanian dapat tersebar luas adalah melalui diseminasi dan sosialisasi berupa pengenalan, peragaan dan demonstrasi teknologi hasil penelitian/pengkajian di lapangan dihadapan masyarakat pengguna atau petani melalui kegiatan Gelar teknologi. Kegiatan gelar teknologi padi sawah dilaksanakan di Kampung Sidomulyo Distrik Oransbari Kab. Manokwari Selatan, tahun 2016, Jumlah petani operator 10 KK. Menggunakan varietas unggul baru inpari 7 dan inpari 30. Mendapatkan produksi gabah Inpari 7 sebesar ( 6,1 GKP) dan Inpari 30 ( 6,2 GKP). Hasil penerapan Gelar teknologi VUB Padi diperoleh nilai R/C atas biaya total sebesar 3,421 menunjukkan bahwa secara finansial usahatani padi biaya yang dicurahkan menguntungkan dengan tingkat keuntungan 3,421 dari total biaya yang dicurahkan. Sedangkan nilai hasil perhitungan nilai B/C atas biaya penerimaan kurang biaya pengeluaran mendapatkan nilai 2,421 pada usahatani padi artinya setiap satuan biaya yang dikeluarkan sebesar 2,421 akan diperoleh hasil penjualan 2 kali lipat. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani padi layak untuk dikembangkan.
- ItemPOTENSI KEBERHASILAN OKULASI DENGAN PEMILIHAN LETAK MATA TUNAS DAN PEMASANGAN MATA TEMPEL TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sinaga, Apresus; Suddin, Andi F.; Thamrin, Muhammad; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan berbagai mata tunas entris kakao yang diokulasi terbalik dan tidak terbalik. Penelitian dilaksanakan di Kompleks UNHAS Baraya Makasssar pada bulan januari-Desember 2000.Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pecobaan faktorial 3 x 2 disusun dengan tataletak Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Setiap faktor dikombinasikan sehingga terdapat enam kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari tiga unit percobaan (tanaman/polybag) dan diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 72 satuan percobaan.Variabel karakter agronomi yang diamati meliputi pesertase okulasi tumbuh, masa bertunas okulasi, tinggi tunas tanaman okulasi, jumlah daun tunas dan diameter tunas okulasi.Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) pada taraf 5%, apabila terdapat beda nyata diuji dengan Duncan’s Mutiple Range Test (DMRT) 5%. Hasil penelitian berdasarkan metode analisis tersebut, menunjukkan bahwa variabel pesertase okulasi tumbuh, masa bertunas okulasi, tinggi tunas tanaman okulasi, dan jumlah daun tunas tidak terdapat interaksi antar perlakuan sedangkan pada diameter tunas okulasi terdapat interaksi antara letak mata tunas dengan cara pemasangan mata tempel terhadap diameter tanaman. Diameter tanaman meningkat dan berbeda nyata dengan tanaman lain bila pemasangan mata tempel diambil dari mata tunas kelima dari ujung entris.
- ItemPENURUNAN HASIL BAWANG MERAH AKIBAT KEKERINGAN PADA BEBERAPA FASE PERTUMBUHAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hadiawati, Lia; Suriadi, Ahmad; Irianty, Fenty; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKendala utama pada budidaya bawang merah pada musim kemarau adalah ketersediaan air yang terbatas sehingga tanaman rentan mengalami kekeringan. Pada kasus kekeringan yang parah, petani mengalami kerugian akibat biaya pengairan terlalu tinggi atau produksi terlalu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penurunan hasil dan pertumbuhan bawang merah akibat kekeringan pada beberapa fase pertumbuhan. Percobaan dilakukan di screen house menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan kekeringan saat bawang merah berumur 30, 40, 50, dan 60 hari setelah tanam (HST) sebagai kontrol. Jumlah ulangan 10 pot dan peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot berangksan kering, jumlah dan ukuran (diameter dan tinggi) umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekeringan secara nyata menurunkan berat berangkasan bawang merah sebesar 58.9%, 62.6%, dan 32.0% pada perlakuan umur 30, 40, dan 50 HST secara berurutan. Demikian juga dengan ukuran umbi secara nyata menjadi lebih kecil apabila mengalami cekaman kekeringan lebih awal selama fase tumbuhnya.
- ItemDAMPAK PENYULUHAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN SIKAP DAN KETERAMPILAN PETANI PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING DI SULAWESI BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Heryanto, Religius; Indrayana, Ketut; Rayo, Chicilia I.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratLimbah kulit buah kakao (KBK) merupakan bahan pakan yang potensial karena tersedia sepanjang tahun, mudah diperoleh dan mengandung nutrisi tinggi. Untuk mensosialisasikan atau mendiseminasikan teknologi tersebut perlu dilakukan penyuluhan kepada petani dan disertai dengan evaluasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani terhadap teknologi yang disuluhkan. Kegiatan dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015 di sentra pengembangan kakao di Kabupaten Mamuju yaitu di Desa Salubarana, Kecamatan Sampaga, Kab. Mamuju dengan responden sebanyak 30 orang petani kakao. Data yang diambil terdiri dari data primer, meliputi karakteristik responden, tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap responden melalui test awal dan akhir dengan menggunakan kuisioner selanjutnya ditabulasi kemudian diolah secara deskriptif. Hasil evaluasi menunjukkan perubahan tingkat pengetahuan 36,6 persen, sikap meningkat sebesar 17,0 persen dan keterampilan 25,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pengolahan limbah kulit buah kakao (KBK) untuk pakan ternak kambing dapat diterima dan dimanfaatkan oleh petani setempat.
- ItemEVALUASI TERHADAP BEBERAPA INVIGORASI BENIH JAGUNG (ZEA MAYS L.) YANG DISIMPAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Arief, Ramlah; Koes, Fauziah; Hidayat, Galih; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratInvigorasi dapat pula disebut sebagai conditioning atau priming. Priming adalah salah satu metode untuk mengatur jumlah air yang diimbibisi oleh benih, serta mengatur kecepatan masuknnya air kedalam benih. Beberapa metode priming yaitu hydropriming atau lebih dikenal dengan metode hydrasi-dehidrasi, osmoconditioning atau osmopriming, dan matriconditioning yang juga merupakan solid matrix priming. Penggunaan larutan KH2PO4, ZnSO4, dan KNO3 meningkatkan metabolisme benih dan meningkatkan laju pertumbuhan kecambah dan jumlah benih yang berkecambah dibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuan priming (kontrol).Invigorasi benih jagung dengan menggunakan bahan padatan abu gosok meningkatkan vigor benih jagung lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan bahan abu jerami padi, serbuk gergaji dan kontrol. Penggunaan teknik invigorasi benih jagung terutama dengan teknik hydropriming untuk aplikasi di lapangan perlu memerhatikan kondisi cuaca, tekstur dan struktur tanah; terbaik diaplikasikan pada benih yang akan ditanam pada lahan dengan kapasitas memegang air rendah dan kondisi yang agak kering.
- ItemPENGARUH SUBTITUSI TEPUNG MOCAF TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA BROWNIS(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Majid, Ulfa; Nurdin, Maryam; Fibriyanti, Dini; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian pembuatan brownies dari tepung mocaf sebagai substitusi tepung terigu dilakukan untuk memperluas pemanfaatan, meningkatkan nilai tambah dan citra komoditas ubi kayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku dan Balai Perindustrian Bogor. Penelitian dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Oktober 2016. Metode Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 (dua) kali ulangan. Faktor I jenis ubi kayu = A (A1:ubi kayu kuning, A2:Ubi kayu putih dan A3:ubi kayu beracun), Faktor 2 proporsi tepung mocaf : tepung terigu= B (B1:75%:25% , B2:85%:15% dan, B3:100%:0%), sehingga didapatkan perlakuan 3x3x2=18 kombinasi perlakuan. Sifat organoleptik meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan tingkat kesukaan. Uji organoleptik melibatkan 20 orang panelis terdiri dari lima skala hedonik yaitu: 5=sangat suka, 4=suka, 3=agak suka, 2=kurang suka, 1=tidak suka. Dari hasil organoleptik terbaik kemudian dilakukan analisa kimia. Analisis kimia meliputi kadar air, kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, serat dengan metode AOAC. Hasil pengamatan organoleptik produk brownis menunjukkan bahwa perlakuan ubi kayu beracun dengan prosentasi tepung mocaf : tepung terigu 100%: 0% (A3B3) memberikan warna yang disukai oleh panelis dengan skor 3.96. komposisi kimia brownis terbaik, kadar air 27.90%, kadar karbohidrat 41.30%, kadar protein 4.74%, kadar lemak 24.70%, kadar abu 1.37%, dan serat kasar 0.61%.
- ItemKERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG PANJANG DENGAN PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Widiastuti, Eka; Cahyono, Tri; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPerbaikan kualitas tanah dengan penambahan bahan organik merupakan salah satu cara meningkatkan produksi tanaman kacang panjang. Kacang panjang merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan Rhizobium sp. sehingga mampu mengikat N dari udara. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang dengan penambahan bahan organik. Penelitian dilakukan di KP. Narmada BPTP NTB pada bulan Januari-Maret 2016 menggunakan kacang panjang lokal Bima. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktor tunggal 2 perlakuan yaitu 1). Tanpa kompos dan 2). Kompos dengan 15 ulangan sehingga diperoleh 30 perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian kompos atau tanpa kompos terhadap pertumbuhan dan hasil kacang panjang. Tanaman kacang panjang tanpa kompos memiliki pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah daun) dan hasil (jumlah buah, panjang buah dan berat brangkasan) yang lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan pemberian kompos namun pengaruh pemberian kompos meningkatkan berat (55,23 g) dan diameter buah (0.9 cm).
- ItemEVALUASI KARAKTER AGRONOMIS HASIL PADI GOGO BERDASARKAN SIDIK LINTAS DI LAHAN KERING MANOKWARI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sinaga, Apresus; Salim; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratSeleksi daya hasil terhadap beberapa varietas padi gogo dapat diketahui melalui seleksi tak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antar komponen dan pengaruh langsung dan tidak langsung antara komponen pertumbuhan dan komponen hasil terhadap hasil gabah tiga varietas padi gogo. Kegiatan dilaksanakan di Desa Guintuy, Distrik Warmare, Manokwari, Papua Barat pada November 2010 - Pebruari 2011. Varietas unggul baru terdiri atas varietas limboto, situ bagendit dan batu tegi dengan kelas benih dasar (BS/ FS/Foundation Seed), tanaman dipupuk berdasarkan status hara, pengendalian hama dan penyakit menerapkan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 3 ulangan. Tiga varietas padi gogo sebagai perlakuan adalah limboto, situba gendit dan batu tegi. Variabel karakter agronomi yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi, gabah hampa, dan hasil gabah. Data pengamatan dianalisis korelasi sederhana dan dilanjutkan dengan analisis koefisien lintas. Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman berkorelasi positif sangat nyata sedangkan panjang malai dan gabah isi berkorelasi positif nyata terhadap hasil padi gogo. Uji lanjut analisis lintas menunjukkan tinggi tanaman, gabah isi dan panjang malai berpengaruh langsung yang positif terhadap hasil berturut-turut sebesar 0,72, 0,48 dan 0,20.
- ItemIDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PERKEBUNAN DI PROVINSI MALUKU ANALISIS DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan dan Analisis Prioritas Pengembangannya di Provinsi Maluku telah dilakukan, penelitian bertujuan menginventarisasi dan/atau identifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsektor tanaman perkebunan di provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan dan Focus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangan tanaman perkebunan di propinsi Maluku yaitu kelapa, cengkeh, pala dan kakao. Sentra pengembangan komoditas kelapa berada di kabupaten Maluku Tenggara, MTB, MBD, Tual dan Kepulauan Aru, komoditas cengkeh di kabupaten Buru Selatan, komoditas Pala di kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur, sedangkan sentra pengembangan komoditas Kakao di kabupaten Buru dan Seram Bagian Barat. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas perkebunan yaitu 1) kakao, teknologi pengendalian hama PBK dan teknologi pasca panen pemanfaatan limbah buah dan kulit kakao, 2) pala, teknologi pengendalian dan penanganan hama penggerek batang pada pala, 3) cengkeh, teknologi pengeringan biji cengkeh, 4) kelapa, teknologi pengeringan kopra.
- ItemKLASTERISASI BEBERAPA AKSESI JAWAWUT DALAM MENDUKUNG PERAKITAN VARIETAS UNGGUL(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Tatuhey, Dominggus M.D.; Masbaitubun, Herman; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratJawawut merupakan salah satu pangan alternatif karena jenis tanaman biji-bijian ini belum banyak dikenal serta dimanfaatkan secara luas di Indonesia. Sebagai plasma nutfah yang memiliki keunggulan spesifik lokasi maka diperlukan informasi mendasar yang akurat terutama mengenai klasterisasinya sehingga mempermudah dalam perakitan varietas unggul karena selain mengandung karbohidrat juga komponen bioaktif yang bersifat antioksidan, antara lain tanin dan vitamin E. Tulisan ini merupakan bagian kegiatan eksplorasi jawawut dari empat provinsi yang diadaptasikan untuk mengamati sifat atau karakter kuantitatif dan kualitatif pertumbuhan aksesi-aksesi hasil seleksi yang berlokasi di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Jawa Barat pada bulan Juni-November 2013. Informasi yang diulas pada tulisan ini merupakan hasil keragaman aksesi-aksesi secara keseluruhan dengan informasi menghasilkan dendogram yang menggambarkan hubungan kekerabatan 48 aksesi jawawut dan 20 karakter agromorfologi sebagai komponen utama (PCA) yang memberikan kontribusi tinggi terhadap variasi pada aksesi-aksesi jawawut yang diamati. Hasil analisis klasterisasi menunjukkan bahwa karakter agromorfologi menghasilkan tiga kelompok besar dengan nilai kemiripan antara 0,20-1,00. Selain itu terdapat 9 aksesi yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat yaitu acc 7 dan acc 20; acc 9 dan acc 19; acc 3 dan acc 24, acc 11; acc 12 dan acc14, yang berasal dari provinsi Bengkulu. Selain itu aksesi V1 (Papua) dan V3 (Bengkulu) dapat digunakan sebagai tetuah untuk perakitan varietas unggul.
- ItemKERAGAAN KEBERHASILAN SAMBUNG SAMPING KAKAO DI KECAMATAN WONOSARI BOALEMO(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Rouf, Ari A.; Retnawati, Erna; Rohmadi, Dwi; Sukarto; Muhammad, Hatta; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratSalah satu kendala yang dimiliki oleh petani dalam usahatani kakao adalah umur tanaman yang sudah tua sehingga kurang produktif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi adalah dengan melakukan rehabilitasi tanaman yaitu dengan melakukan sambung samping menggunakan klon unggul. Kajian bertujuan untuk mengetahui keragaan hasil sambung samping kakao di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Pelaksanaan kajian dilaksanakan pada periode Januari-Desember 2016. Data primer yang dikumpulkan meliputi panjang batang (cm), jumlah tunas (unit), jumlah daun (unit) dan diameter tunas (mm) serta persentase keberhasilan sambung samping. Hasil kajian menunjukan bahwa keberhasilan sambung samping pada umur empat minggu setelah sambung memiliki perbedaan nyata antar klon dengan kisaran keberhasilan 40-96% atau rata-rata keberhasilan mencapai 66%. Adapun keragaan hasil tumbuh sambung samping antar beberapa klon menunjukan perbedaan pada parameter jumlah tunas, jumlah daun, diameter dan panjang tunas.
- ItemSUBTITUSI PANGAN LOKAL SAGU SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT DI MALUKU(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Suneth, Risma F.; Fibriyanti, Dini; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBegitu pentingnya pangan menunjang kehidupan manusia menyebabkan setiap Negara berusaha memenuhi kebutuhan pangan untuk rakyatnya, baik mengusahakan sendiri maupun melakukan impor. pemenuhan pangan yang diusahakan dengan secara mandiri dengan mendaya gunakan kemampuan dalam negeri mutlak dilakukan, ditambah lagi begitu besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Peran sagu sebagai sumber pangan lokal perlu dioptimalkan melalui pengolahan hasil secara terencana dan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan di Maluku khususnya ( Ferdinandus Sherly, 2014 ). Metode yang dilakukan menggunakan studi literatur yang berkaitan dengan pembahasan sagu sebagai pangan lokal. Sebagai sumber pati, sagu mempunyai peranan penting sebagai bahan pangan. Pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan tradisional sudah sejak lama dikenal oleh penduduk di daerah penghasil sagu, baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti Papua Nugini dan Malaysia. Produk-produk makanan sagu tradisional dikenal dengan nama papeda, sagu lempeng, buburnee, sagu tutupala, sagu uha, sinoli, bagea, dan sebagainya. Sagu juga digunakan untuk bahan pangan yang lebih komersial seperti roti, biskuit, mie, sohun, kerupuk, hunkue, bihun, dan sebagainya. Konsumsi produk pangan ini akan terus meningkat setiap tahun sejalan dengan pertambahan penduduk, yang sendirinya akan mendorong peningkatan pemakaian dan impor terigu atau biji gandum.
- ItemIDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI KELEMBAGAAN PERBENIHAN PADI DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sutisna, Entis; Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Manokwari, Sorong, dan Teluk Bintuni pada bulan April sampai juni 2014. Menggunakan metode survei dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkarakterisasi kelembagaan produksi perbenihan padi yang ada di Papua Barat. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa belum semua wilayah Papua Barat memiliki kelembagaan perbenihan, dari 10 kabupaten dan satu kota, baru ada tiga kabupaten yang sudah mulai menangani perbenihan padi. Di Kabupaten Manokwari terdapat BBI (Balai Benih Induk), BBU (Balai Benih Utama), dan penangkar benih. Sedangkan di kabupaten Sorong dan Teluk Bintuni baru ada BBU dan Penangkar benih. Lembaga perbenihan padi yang sudah memproduksi benih setiap tahun dengan kapasitas terbesar baru BBI, yang lainnya belum memproduksi secara berkesinambungan. Distribusi benih terbesar adalah dijual ke pemerintah melalui BLBU. Selain itu ada juga yang digiling menjadi beras. Keberadaan Lembaga Perbenihan di Papua Barat masih lemah. Diperlukan dorongan yang kuat dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan perbenihan yang ada.
- ItemPENGARUH APLIKASI PUPUK NPK 18-9-20 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI KULTIVAR CIBOGO DI MAGETAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Azis, Fuad N.; Aisyawati, Lina; Tata, Herman R.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPupuk majemuk NPK yang banyak digunakan di Indonesia memiliki komposisi berimbang. Pupuk majemuk dengan komposisi tidak berimbang saat ini sudah banyak beredar di pasar seperti NPK dengan komposisi 18-9-20. Respon tanaman padi terhadap aplikasi pupuk NPK tidak berimbang dengan kandungan N 18%, P2O5 9%, dan K 20% ini perlu diuji untuk tanaman padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pemupukan NPK 18-9-20 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi Cibogo dibandingkan dengan penggunaan NPK 15-15-15. Percobaan dilakukan di Desa Madigondo Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan menggunakan 8 dosis yaitu 2 dosis kontrol dan 6 menggunakan dosis NPK 15-15-15. Dosis standar adalah 300 kg/ha NPK 15-15-15 ditambah dengan 200 kg/ha Urea Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah anakan produktif, panjang malai (cm), jumlah gabah per malai, persen gabah isi (%), bobot 1000 biji, dan produktivitas (t/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPK 18-9-20 dosis 200 kg/ha memiliki produktivitas terbaik (5,27 t/ha) tidak berbeda nyata dengan dosis standar. Dibandingkan dengan dosis standar, efektivitas pupuk NPK 18-9-20 adalah 131,17%.