Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian by Title
Now showing 1 - 20 of 89
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS BIAYA USAHATANI CABAI MERAH TINGKAT PETANI DI KABUPATEN KONAWE(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Bungati; Warda; Wamaer, Demas; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial dan titik impas harga usahatani cabai merah. Lokasi kajian di Desa Tetemotaha, Kecamatan Wonggeduku, Kabupaten Konawe dimulai bulan Pebruari sampai bulan Juni 2016. Pengambilan data dengan metode survey dan wawancara langsung dengan petani cabai yang tergabung dalam kelompok tani Kateni dengan jumlah petani 25 orang. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa total biaya produksi usahatani cabai merah yang dikeluarkan oleh patani mulai dari persiapan lahan hingga panen sebesar Rp. 53.315.000,- per hektar per musim tanam dan biaya yang paling tinggi dikeluarkan oleh petani cabai adalah pada kegiatan persiapan lahan Rp. 15.420.000,- per hekter per musim tanam. Total menerimaan petani cabai sebesar Rp. 141.000.000,- dan total produksi buah cabai merah adalah 9.400 kg dengan harga cabai Rp. 15.000,- per kg. RC ratio 2,64 yang berarti bahwa usahatani cabai layak untuk diusahakan. BEP Rp.7.723,- yang berarti bahwa petani harus menjual diatas harga tersebut agar tidak mengalami kerugian.
- ItemANALISIS FINANSIAL DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP JAGUNG HIBRIDA PROLIFIK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sondakh, Joula; Rembang, Janne H.W.; Rawung, Jefny B.M.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu sentra produksi Jagung di Sulawesi Utara didominasi oleh lahan kering yang luasannya mencapai 70,022 ha, cukup potensial untuk pengembangan tanaman jagung. Kajian dilakukan pada Januari 2017 pada saat panen pengembangan jagung hibrida prolifik produktivitas tinggi Balitbangtan. Survey dilakukan terhadap 25 anggota kelompok tani untuk preferensi melibatkan 30 reseponden yang terdiri dari PPL dan PBT, ABRI, petani kooperator dan non-kooperator. Analisis data dilakukan analisis BCR membandingkan varietas prolifik dengan varietas eksisting. Unrtuk tingkat preferensi dilakukan analisis terhadap tanggapan petani, petugas lapangan, dan pengambil kebijakan yang menjelaskan tingkat kesukaannya, dilakukan dengan pendekatan Likert. Hasil analisis finansial menunjukkan perbedaan yang signifikan. B/C, teknologi petani 0,17 sedangkan Teknologi introduksi 4,59. Untuk tingkat preferensi hasil analisis Likert menunjukkan bahwa pada pertumbuhan tanaman yaitu bentuk batang lebih baik dari pada bentuk daun; sedangkan pada produksi (tongkol dan biji) warna biji menempati preferensi tertinggi dibanding kategori lainnya.
- ItemANALISIS KINERJA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAMPING DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN ASSET GAPOKTAN PUAP(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Tan, Siti S.; Indrasti, Rita; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratUntuk membangun kemandirian Gapoktan PUAP maka perlu didampingi Penyelia Mitra Tani (PMT) dan Penyuluh Pendamping. Keberadaan PMT sangat diperlukan di tingkat kabupaten untuk mengoptimalkan dan mengawasi pemanfaatan dana bantuan modal usaha yang diberikan oleh PUAP. Guna menunjang tugas dan fungsi PMT secara optimal, maka diperlukan adanya dukungan biaya operasional bagi PMT untuk melakukan tugas pendampingan dan supervisi ke lokasi penerima bantuan dana PUAP di wilayah kerjanya masing-masing. Untuk itu pengkajian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis sejauh mana kinerjapendamping atau Penyelia Mitra Tani (PMT) dalam mengembangkan asset Gapoktanberupa modal usaha yang diberikan. Kajian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-September 2015 yaitu pengumpulan data lapang kinerja PMT 2008-2014 dengan responden PMT,PenjabPUAP di BPTP, Tim TeknisKabupaten/Kota,penyuluh pendamping dan Gapoktan, (purposive sampling), melalui FGD dan wawancara menggunakan kuesioner, ditunjang dengan data sekunder dari instansi terkait. Data ditabulasi berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dan dianalisis secara sederhana menggunakan exel dengan teori metode umpan balik 360 derajat (multirater feedback, multisource feedback atau multisource assessment). Hasilnya menunjukan bahwa kinerja PMT atau peran pendamping belum sesuai dengan yang diharapkan dalam menunjang pengembangan asset Gapoktan, dari nilai 1-5 (buruk-sangat baik), posisi kinerja pendamping rata-rata berada 2,9-3,4. Banyakfaktor lain penyebab sebagian besar Gapoktan PUAP tidak bisa berkembang dengan baik.
- ItemANALISIS PEMASARAN CABAI RAWIT DI KABUPATEN DI KABUPATEN KOLAKA UTARA(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Bungati; Bananiek, Sri; Wardah; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian ini adalah untuk mengetahui saluran dan margin pemasaran cabai rawit di Desa Pasampang Kecamatan Pakue Tengah Kabupaten Kolaka Utara. Kajian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2016. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Pasampang merupakan salah satu penghasil cabai rawit di Kecamatan Pakue Tengah. Penentuan responden dengan cara snowball sampling berdasarkan informasi yang diperoleh dari para petani cabai rawit. Dari reponden diperoleh informasi jumlah pedagang pengumpul dan pengecer yang membeli cabai rawit. Kemudian dari pedagang pengumpul diperoleh, jumlah pedagang pengecer. Jumlah responden dalam kajian ini adalah 10 petani cabai rawit, 7 pedagang pengecer dan 3 pedagang pengumpul. Analisa data yang digunakan adalah dengan pendekatan margin pemasaran dan farmer’s share. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran. Saluran pertama adalah saluran pemasaran yang terjadi di tingkat desa, pedagang pengecer langsung membeli cabai rawit ke rumah/kebun petani. Saluran pemasaran kedua ditingkat Kabupaten, pedagang pengumpul membeli cabai rawit di pasar tradisonal, pengecer kabupaten membeli dari pedagang pengumpul. Pada saluran pemasaran ketiga perdagangan cabai rawit antar kota/antar pulau, volume penjualan cukup besar. Share harga yang paling tinggi diterima oleh petani terdapat pada saluran pemasaran kedua yaitu 72,22%, sementara saluran pemasaran ketiga 52% dan yang paling rendah adalah saluran pemasaran pertama 50%.
- ItemANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sutisna, Entis; Hidayat, Galih W.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPengkajian ini bertujuan untuk mengetahui : a). Karakteristik petani kedelai; b) Tingkat produksi dan pendapatan petani dari usahatani kedelai ; c) Kondisi pasar kedelai lokal; dan d) Mengetahui tingkat produksi dan konsumsi kedelai untuk industri tahu tempe. Kegiatan dilakukan mulai Bulan Januari sampai Desember 2016, Menempati Lokasi di Distrik Sidey Kabupaten Manokwari, yang ditentukan secara sengaja. Kajian ini menggunakan metode survai dan study kasus yang dilengkapi dengan Focus Grouf Discussion (FGD), dan Indepth interview . Jumlah sampel petani dalam kegiatan survei sebanyak 30 responden yang ditentukan secara acak sederhana (symple random sampling). Data diolah dengan menggunakan analisis Pendapatan, analisis kelayakan usaha (R/C ratio dan B/C ratio), analisis titik impas , dan analisis pemasaran. Hasil pengkajian menunjukkan petani kedelai di lokasi kajian memiliki karakter yang cukup kondusif untuk mengembangkan usahataninya. Tingkat produktivitas yang dicapai oleh petani baru, 0,85 ton/ha, harga jual masih rendah sehingga pendapatannya masih rendah. Terdapat dua model saluran pemasaran kedelai lokal: model pertama dari petani ke pedagang pengepul desa, terus ke pengrajin tahu tempe, dipilih oleh 70 % responden. Produksi kedelai lokal yang mampu dihasilkan petani 225 ton/tahun, sedangkan kebutuhan bahan baku tahu tempe sekitar 594 ton/tahun, masih mengalami defisit 62,1%. Jika ketersediaan kedelai hanya 4 bulan dalam setahun, maka pada waktu panen terjadi surplus sebesar 5,7% atau 5,8 % jika serapan kedelai lokal hanya sekitar 20%. Untuk pengembangan kedelai kedepan diperlukan dukungan kebijakan pemerintah terutama berkaitan berkaitan dengan dukungan permodalan, jaminan harga, dan peningkatan penerapan teknologi.
- ItemANALISIS USAHATANI KAKAO DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN BOALEMO(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Rouf, Ari A.; Retnawati, Erna; Rohmadi, Dwi; Sukarto; Muhammad, Hatta; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratData BPS Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa luas panen kakao di Provinsi Gorontalo selama 2008-2012 cenderung mengalami penurunan yaitu dari 9.646 Ha menjadi 4.793 Ha. Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan komoditas kakao di Provinsi Gorontalo adalah produktivitas tanaman rendah disebabkan budidaya belum optimal, serangan hama dan penyakit serta kurang bersaing dengan komoditas lain. Kajian bertujuan untuk menganalisis usahatani kakao di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Data primer dikumpulkan meliputi karakteristik petani, usahatani serta input-output produksi yang diperoleh dari 30 petani kakao. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2015. Data kemudian dikaji berdasarkan analisis usahatani menggunakan analisis pendapatan dan benefit cost ratio. Hasil kajian menunjukan bahwa sebagian besar petani (96,7%) tidak mengetahui klon kakao yang ditanam. Sementara rata-rata luas kepemilikan kebun kakao oleh petani sebesar 0,81 Ha/petani. Produktivitas kakao mencapai 679 kg/ha/th, nilai ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas kakao di Kabupaten Boalemo yang mencapai 270 kg/ha/th. Adapun biaya usahatani kakao mencapai Rp 7.527.776/ha. Sementara keuntungan yang diperoleh petani sebesar Rp 6.731.224/ha/th. Namun demikian, analisis kelayakan usaha menunjukan bahwa indikator BC rasio usahatani kakao mencapai 0,89, hal ini menunjukan bahwa usahatani kakao belum layak diusahakan karena nilai BC rasio yang kurang dari satu. Kondisi ini disebabkan oleh produksi tanaman kakao yang rendah, sehingga kedepan petani harus mengoptimalkan budidaya tanaman kakao sehingga diharapkan pendapatan petani dapat meningkat.
- ItemCEKAMAN ABIOTIK DAN PROVITAS PADI PADA AGROKOSISTEM LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DAN TADAH HUJAN DI PAPUA BARAT: Penerapan Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Rouw, Aser; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian ini bertujuan menginformasikan cekaman abiotik kamasaman tanah dan kekeringan (El Nino), serta capaian provitas padi melalui penerapan inovasi teknologi di lahan sawah irigasi teknis di Masni, Manokwari dan tadah hujan di Malawele, Sorong Papua Barat. Kajian di Masni seluas 1 ha menerapkan paket teknologi: (i) varietas tenggang masam Inpara 1, 8, dan Inpari 34 dan (ii) pengairan inter-miten, serta dosis pupuk yang ditentukan dengan PUTS. Kajian di Malawele Sorong menggunakan: (i) varietas eksisting IR64 dan Sidenok, dan (ii) dosis pupuk rekomendasi katam terpadu. Pada kedua lokasi dilakukan analisis contoh tanah komposit sebelum penanaman. Di Masni dilakukan pengamatan gejala keracunan Fe pada petak sampel tanaman padi mulai 2MST-8MST berdasarkan definsi gejala keracunan Fe menurut IRI. Kajian cekaman kekeringan akibat El Nino dilakukan melalui pendekatan: (i) desk study untuk analisis skala regional dan lokal, dan (ii) survey lapagan. Analisis regional menggunakan data SST Nino 3.4 dikorelasikan dengan curah hujan 30 tahun (1985-2015) dari 60 pos hujan di Pulau Papua. Analisis lokal mengambil kasus El Nino dipertengahan tahun 2015 hingga awal 2016, dan perubahan curah hujan di stasiun lokal, serta kaitannya dengan provitas padi selama dua musim tanam. Hasil analisis sampel tanah memperlihatkan bahwa lokasi kajian bersifat masam, kandungan Fe-dd sangat tinggi, dan ketersediaan hara sangat rendah. Presentase gejala keracunan Fe pada tanaman padi di Masni meningkat tajam mulai 4 MST hingga 8 MST. Presentase gejala tertinggi pada Inpara 1, sedangkan akumulasi Fe dalam jaringan tanaman tertinggi pada Inpari 34. Namun provitas tertinggi dicapai oleh inpari 34, yaitu 2,6 t GKP/ha yang didukung oleh penambahan 1 ton kompos/ha. Di Malewele, Sorong provitas IR64 dan 4,7 t/ha dan Sidenok 4,3 t/ha, didukung oleh penggunaan kompos 2 ton/ha. Analisis regional memperlihatkan bahwa seluruh wilayah Papua dipengaruhi oleh El Nino. Anomali STT Nino 3.4 secara presisten dengan indeks 0,5-2 akan diikuti dengan penurunan curah hujan berkisar 15-30% dari kondisi normal di Papua. Kejadian El Nino di tahun 2015 dengan intensitas sedang menyebabkan penurunan curah hujan di 20-30 % di Sorong dan Manokwari. Pada lahan sawah tadah hujan di Sorong, 60 % tanaman padi mengalami gagal panen akibat cekaman kekeringan (El Nino).
- ItemDAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM SL-PTT PADI TERHADAP PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian ini dilakukan di Kabupaten Manokwari, Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten Sorong - Provinsi Papua Barat pada tahun 2015, menggunakan motode Survai dan studi kasus. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa melalui penerapan program SL-PTT dapat meningkatkan adopter teknologi terutama pada komponen teknologi Penerapan benih bermutu, sistem tanam jajar legowo, penggunaan pupuk berimbang, dan panen dan pasca panen. Peningkatan produksi 15%, dan peningkatan pendapatan petani sebesar 22,4%. Namun demikian diakui bahwa pelaksanaan SL-PTT di Papua Barat belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Simpul-simpul kritis yang menjadi sumber kelemahan terletak pada pelaksanaan pelatihan, Pelaksanaan pendampingan, dan koordinasi. Disarankan pada progran lanjutan SL-PTT yaitu GP-PTT agar dapat meningkatkan gerakan PHT, GP-PTT disamping mempertahankan komponen PTT lainya. Selain itu perlu lebih diberdayakan organisasi dan kelembagaan petani, meningkatkan fungsi koordinasi dan pengawasan, serta meningkatkan peran penyuluh lapangan, termasuk kualitas dan kuantitasnya.
- ItemDAMPAK PENYULUHAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN SIKAP DAN KETERAMPILAN PETANI PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING DI SULAWESI BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Heryanto, Religius; Indrayana, Ketut; Rayo, Chicilia I.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratLimbah kulit buah kakao (KBK) merupakan bahan pakan yang potensial karena tersedia sepanjang tahun, mudah diperoleh dan mengandung nutrisi tinggi. Untuk mensosialisasikan atau mendiseminasikan teknologi tersebut perlu dilakukan penyuluhan kepada petani dan disertai dengan evaluasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani terhadap teknologi yang disuluhkan. Kegiatan dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015 di sentra pengembangan kakao di Kabupaten Mamuju yaitu di Desa Salubarana, Kecamatan Sampaga, Kab. Mamuju dengan responden sebanyak 30 orang petani kakao. Data yang diambil terdiri dari data primer, meliputi karakteristik responden, tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap responden melalui test awal dan akhir dengan menggunakan kuisioner selanjutnya ditabulasi kemudian diolah secara deskriptif. Hasil evaluasi menunjukkan perubahan tingkat pengetahuan 36,6 persen, sikap meningkat sebesar 17,0 persen dan keterampilan 25,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pengolahan limbah kulit buah kakao (KBK) untuk pakan ternak kambing dapat diterima dan dimanfaatkan oleh petani setempat.
- ItemDAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI SULAWESI TENGGARA(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sugiman, Sri B.; Abidin, Zainal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian dampak program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi sawah, dilaksanakan pada Tahun 2013. Pengkajian dilaksanakan di kabupaten Kolaka, Konawe, Konawe Selatan dan Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan kegiatan adalah untuk menganalisis dampak pelaksanaan program SL-PTT terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi sawah di Sulawesi Tenggara. Penelitian menggunakan metode dengan pendekatan before and after. Analisis data menggunakan analisis pendapatan. Untuk menguji perbedaan rata-rata antara pendapatan sebelum dan setelah SL-PTT digunakan analisis statistik Paired Samples T Test. Hasil kajian menunjukkan, Penerapan teknologi PTT melalui program SL-PTT di Sulawesi Tenggara memberikan perubahan positif terhadap produksi dan pendapatan petani. Dari aspek produksi, pembelajaran SL-PTT yang diterima petani telah meningkatkan produksi padi sebesar 788 kg/ha atau 22,6% dari produksi sebelumnya. Sementara dari aspek pendapatan terdapat peningkatan pendapatan petani sebesar Rp. 1.916.279,-/ha atau 32.3% setelah mengikuti program SL-PTT.
- ItemEFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELEMBAGAAN DALAM MEMPERCEPAT DISEMINASI DAN HILIRISASI INOVASI PERTANIAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hutahaean, Lintje; Humaedah, Ume; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratDiseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian merupakan faktor kunci dalam mempercepat penyebarluasan inovasi pertanian yang dihasilkan Balitbangtan. Keberhasilan diseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian tersebut tidak tercapai dengan sendirinya. Ada actor yang memiliki peran besar dalam menggerakkan diseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian tersebut, yaitu kelembagaan. Makalah ini bertujuan mengungkap efektivitas komunikasi kelembagaan dalam mempercepat hilirissai dan hilirisasi inovasi pertanian. Pembahasan didasarkan hasil kajian yang dilakukan pada Juni – Agustus 2017, melibatkan stakeholder terkait dan relevan dari beberapa lokasi yang terpilih sebagai lokasi kegiatan. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dan diskusi kelompok terfokus. Data dan informasi yang dikumpulkan antara lain simpul-simpul diseminasi, alur informasi inovasi pertanian dari sumbernya hingga pengguna, mekanisme komunikasi untuk pengambilan keputusan dan informasi lain yang relevan. Hasil pendataan divalidasi kebenarannya, kemudian diklasifikasikan menurut substansi bahasan dan kemudian dibuatkan sintesis untuk diinterpretasikan secara deskriptip kualitatif maupun kuantitatif. Hasil yang diperoleh memberikan beberapa gambaran terkait kinerja diseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian dalam perspektif komunikasi kelembagaan. Komunikasi kelembagaan terkait diseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian sudah berlangsung seiring dinamika pembangunan pertanian, namun substansi komunikasinya belum sepenuhnya terfokus pada aspek diseminasi dan hilirisasi inivasi pertanian. Efektivitas komunikasi kelembagaan untuk mempercepat diseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian masih perlu diintensifkan, salah satunya dengan membangun komitment diantara para pihak yang terkait dengan kegiatan diseminasi dan hilirisasi inovasi pertanian.
- ItemEVALUASI DAMPAK PELATIHAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Muhammad, Nova M.; Hertanto, Dedy; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratStrategi peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian adalah melalui proses penyuluhan dan pelatihan kepada petani. Sekolah lapang merupakah salah satu metode yang sering diterapkan dalam aktivitas penyuluh pertanian dan salah satu bentuk kegiatannya adalah pelatihan sistem jajar legowo pada jagung. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik petani jagung, mengevaluasi pelaksanaan pelatihan sistem tanam jajar legowo jagung dan menganalisis hubungan karakteristik petani terhadap proses pengambilan keputusan adopsi. Desain penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dan postest dari responden sebagai peserta pelatihan. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur peningkatan pengetahuan peserta pelatihan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon Match Pairs Test dan uji Rank Spearman. Dampak pelatihan menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan secara partisipatif dengan memberikan materi serta praktek kepada petani ternyata mampu meningkatkan pemahaman petani tentang teknologi inovasi sistem tanam jajar legowo pada jagung. Faktor pendidikan petani merupakan variabel yang memiliki hubungan dengan tingkat keeratan yang rendah terhadap proses pengambilan keputusan adopsi oleh petani.
- ItemEVALUASI KARAKTER AGRONOMIS HASIL PADI GOGO BERDASARKAN SIDIK LINTAS DI LAHAN KERING MANOKWARI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sinaga, Apresus; Salim; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratSeleksi daya hasil terhadap beberapa varietas padi gogo dapat diketahui melalui seleksi tak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antar komponen dan pengaruh langsung dan tidak langsung antara komponen pertumbuhan dan komponen hasil terhadap hasil gabah tiga varietas padi gogo. Kegiatan dilaksanakan di Desa Guintuy, Distrik Warmare, Manokwari, Papua Barat pada November 2010 - Pebruari 2011. Varietas unggul baru terdiri atas varietas limboto, situ bagendit dan batu tegi dengan kelas benih dasar (BS/ FS/Foundation Seed), tanaman dipupuk berdasarkan status hara, pengendalian hama dan penyakit menerapkan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 3 ulangan. Tiga varietas padi gogo sebagai perlakuan adalah limboto, situba gendit dan batu tegi. Variabel karakter agronomi yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi, gabah hampa, dan hasil gabah. Data pengamatan dianalisis korelasi sederhana dan dilanjutkan dengan analisis koefisien lintas. Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman berkorelasi positif sangat nyata sedangkan panjang malai dan gabah isi berkorelasi positif nyata terhadap hasil padi gogo. Uji lanjut analisis lintas menunjukkan tinggi tanaman, gabah isi dan panjang malai berpengaruh langsung yang positif terhadap hasil berturut-turut sebesar 0,72, 0,48 dan 0,20.
- ItemEVALUASI TERHADAP BEBERAPA INVIGORASI BENIH JAGUNG (ZEA MAYS L.) YANG DISIMPAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Arief, Ramlah; Koes, Fauziah; Hidayat, Galih; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratInvigorasi dapat pula disebut sebagai conditioning atau priming. Priming adalah salah satu metode untuk mengatur jumlah air yang diimbibisi oleh benih, serta mengatur kecepatan masuknnya air kedalam benih. Beberapa metode priming yaitu hydropriming atau lebih dikenal dengan metode hydrasi-dehidrasi, osmoconditioning atau osmopriming, dan matriconditioning yang juga merupakan solid matrix priming. Penggunaan larutan KH2PO4, ZnSO4, dan KNO3 meningkatkan metabolisme benih dan meningkatkan laju pertumbuhan kecambah dan jumlah benih yang berkecambah dibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuan priming (kontrol).Invigorasi benih jagung dengan menggunakan bahan padatan abu gosok meningkatkan vigor benih jagung lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan bahan abu jerami padi, serbuk gergaji dan kontrol. Penggunaan teknik invigorasi benih jagung terutama dengan teknik hydropriming untuk aplikasi di lapangan perlu memerhatikan kondisi cuaca, tekstur dan struktur tanah; terbaik diaplikasikan pada benih yang akan ditanam pada lahan dengan kapasitas memegang air rendah dan kondisi yang agak kering.
- ItemGELAR TEKNOLOGI PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU INPARI 7 DAN INPARI 30 DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Halijah; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPadi merupakan salah satu komoditas utama memegang peran strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) merupakan salah satu faktor produksi yang berperan dalam peningkatan produktifitas padi. Salah satu upaya agar teknologi yang dihasilkaan oleh Badan Litbang Pertanian melalui inovasi pertanian dapat tersebar luas adalah melalui diseminasi dan sosialisasi berupa pengenalan, peragaan dan demonstrasi teknologi hasil penelitian/pengkajian di lapangan dihadapan masyarakat pengguna atau petani melalui kegiatan Gelar teknologi. Kegiatan gelar teknologi padi sawah dilaksanakan di Kampung Sidomulyo Distrik Oransbari Kab. Manokwari Selatan, tahun 2016, Jumlah petani operator 10 KK. Menggunakan varietas unggul baru inpari 7 dan inpari 30. Mendapatkan produksi gabah Inpari 7 sebesar ( 6,1 GKP) dan Inpari 30 ( 6,2 GKP). Hasil penerapan Gelar teknologi VUB Padi diperoleh nilai R/C atas biaya total sebesar 3,421 menunjukkan bahwa secara finansial usahatani padi biaya yang dicurahkan menguntungkan dengan tingkat keuntungan 3,421 dari total biaya yang dicurahkan. Sedangkan nilai hasil perhitungan nilai B/C atas biaya penerimaan kurang biaya pengeluaran mendapatkan nilai 2,421 pada usahatani padi artinya setiap satuan biaya yang dikeluarkan sebesar 2,421 akan diperoleh hasil penjualan 2 kali lipat. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani padi layak untuk dikembangkan.
- ItemHERITABILITAS BEBERAPA KARAKTER BUAH CABAI HASIL PERSILANGAN ANTARA TETUA DAN HIBRIDA F1(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Masbaitubun, Herman; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratHasil produksi cabai (Capsicum annum L) di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, sehingga salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas cabai melalui perbaikan potensi genetik dengan penggunaan varietas baru. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas buah cabai yang berasal dari tetua dan hibrida F1 hasil persilangan dan untuk mengetahui pengaruh genetik lingkungan terhadap ekspresi karakter buah cabai. Berlokasi di Kabupaten Jayapura berlangsung dari bulan Agustus 2015–Januari 2016. Pnelitian dilakukan dengan rancangan acak kelompok (RAK). Pengamatan dilakukan terhadap empat tanaman sampel tiap satuan percobaan. Peubah yang diamati terdiri dari panjang buah (cm), diameter buah (cm), berat buah (g/buah). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persilangan antara tetua varietas C1 dengan tetua C2 menghasilkan hibrida F1 C5 dengan karakter ukuran panjang buah cenderung ke tetua C2, ukuran diameter buah melebihi ukuran tetua (alel kodominan) dan berat per buahnya cendrung berada diantara karakter kedua tetua. Sedangkan persilangan antara tetua C3 dengan tetua C4 menghasilkan hibrida F1 C6 dengan karakter ukuran panjang dan diameter buah lebih dominan ke tetua C3 dan karakter berat per buahnya berada diantara kedua tetua yang bersifat semi dominan (intermedier). Sedangkan hasil analisis ragam menunjukkan nilai heritabilitas panjang buah sebesar 97,93%, diameter buah 96,69% dan berat per buah 98,67%. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai heritabilitas tergolong tinggi, karena semua varietas yang diamati sangat dipengaruhi oleh faktor genetik sebaliknya sangat rendah pengaruh dari faktor lingkungan.
- ItemIBM KAMPUNG KAMERI YANG MENGALAMI MASALAH PERONTOKAN POKEM(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Payung, Paulus; Jading, Abadi; Tanati, Adelin; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPokem or wheat Papua is one of the papua local food, which has a strategically cultural value. Pokem postharvest processing especially at the threshing stage was done in a conventional/traditional manner, so this method is very complicated and inefficient as well as has a limited capacity. To optimize the postharvest processing especially in the threshing process, the appropriate equipment that can work more quickly, efficiently and easily operated was required. The purpose of this study is to design a prototype of mechanical pokem thresher with a petrol engine drive to increase the threshing efficiency and capacity. This research was conducted with two stages, the first stage is to design a prototype mechanical pokem thresher and the second is a application in Numfor. Results of this research is a prototype of mechanical pokem thresher and the test results showed that the average of threshing capacity is 18 kg/h, the average of threshing efficiency is 86% and the average of percentage panicles separation is 96,4%. This pokem thresher has applicated in Numfor Kameri Village.
- ItemIDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI KELEMBAGAAN PERBENIHAN PADI DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sutisna, Entis; Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Manokwari, Sorong, dan Teluk Bintuni pada bulan April sampai juni 2014. Menggunakan metode survei dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkarakterisasi kelembagaan produksi perbenihan padi yang ada di Papua Barat. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa belum semua wilayah Papua Barat memiliki kelembagaan perbenihan, dari 10 kabupaten dan satu kota, baru ada tiga kabupaten yang sudah mulai menangani perbenihan padi. Di Kabupaten Manokwari terdapat BBI (Balai Benih Induk), BBU (Balai Benih Utama), dan penangkar benih. Sedangkan di kabupaten Sorong dan Teluk Bintuni baru ada BBU dan Penangkar benih. Lembaga perbenihan padi yang sudah memproduksi benih setiap tahun dengan kapasitas terbesar baru BBI, yang lainnya belum memproduksi secara berkesinambungan. Distribusi benih terbesar adalah dijual ke pemerintah melalui BLBU. Selain itu ada juga yang digiling menjadi beras. Keberadaan Lembaga Perbenihan di Papua Barat masih lemah. Diperlukan dorongan yang kuat dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan perbenihan yang ada.
- ItemIDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PERKEBUNAN DI PROVINSI MALUKU ANALISIS DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan dan Analisis Prioritas Pengembangannya di Provinsi Maluku telah dilakukan, penelitian bertujuan menginventarisasi dan/atau identifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsektor tanaman perkebunan di provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan dan Focus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangan tanaman perkebunan di propinsi Maluku yaitu kelapa, cengkeh, pala dan kakao. Sentra pengembangan komoditas kelapa berada di kabupaten Maluku Tenggara, MTB, MBD, Tual dan Kepulauan Aru, komoditas cengkeh di kabupaten Buru Selatan, komoditas Pala di kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur, sedangkan sentra pengembangan komoditas Kakao di kabupaten Buru dan Seram Bagian Barat. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas perkebunan yaitu 1) kakao, teknologi pengendalian hama PBK dan teknologi pasca panen pemanfaatan limbah buah dan kulit kakao, 2) pala, teknologi pengendalian dan penanganan hama penggerek batang pada pala, 3) cengkeh, teknologi pengeringan biji cengkeh, 4) kelapa, teknologi pengeringan kopra.
- ItemINOVASI TEKNOLOGI DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU CABAI RAWIT DI SENTRA PENGEMBANGAN SULAWESI SELATAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Ruchjaniningsih; Taufik, Muhammad; Rauf, Abdul W.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratSulawesi Selatan merupakan sentra pengembangan cabai rawit yang tersebar di lima kabupaten yaitu Takalar, Jeneponto, Maros, Soppeng dan Pinrang sekaligus sebagai pemasok produksi cabai rawit setiap tahunnya untuk kebutuhan nasional. Peningkatan produksi dan mutu hasil diperlukan inovasi teknologi yang inovatif dalam rangka mengatasi permasalahan dalam usahatani. Salah satu masalah dalam pengembangan cabai rawit, adalah kurangnya varietas unggul, teknik budidaya masih tradisional, penangan pasca panen dan pengendalian serangan OPT yang ramah lingkungan masih rendah. Tujuan kegiatan untuk mendapatkan teknologi budidaya dan pengendalian OPT sesuai SOP tanaman cabai rawit, penanganan pasca panen, produksi dan produktivitas. Hasil dari kegiatan memperlihatkan kondisi umum sentra pengembangan cabai rawit dan sistem usahatani di lima kabupaten ini belum sepenuhnya menerapkan sistem teknologi produksi cabai rawit khususnya budidaya yang benar (sesuai SOP cabai rawit). Oleh karena itu upaya introduksi inovasi teknologi perlu diikuti pendampingan yang intensif.