Repository logo
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
Repository logo
  • Communities & Collections
  • All of Repositori
  • English
  • Català
  • Čeština
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Gàidhlig
  • Latviešu
  • Magyar
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Português do Brasil
  • Suomi
  • Svenska
  • Türkçe
  • Қазақ
  • বাংলা
  • हिंदी
  • Ελληνικά
  • Yкраї́нська
  • Log In
    New user? Click here to register.Have you forgotten your password?
  1. Home
  2. Browse by Author

Browsing by Author "Widyantoro"

Now showing 1 - 20 of 25
Results Per Page
Sort Options
  • No Thumbnail Available
    Item
    22. Pencapaian Produksi dan Usahatani Pada 3 Varietas Padi Sistem Budi Daya SRI dan PTT
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Zarwazi, Lalu M.; Widyantoro; Guswara, Agus; Abdulrachman, Sarlan; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Pertanian organik dan SRI (System of Rice Intensifi cation) adalah dua pendekatan budidaya yang serupa tapi tidak sama. Pertanian organik mengklaim sebagai pertanian rendah masukan (low input), sedangkan SRI adalah pendekatan budidaya yang mengintegrasikan komponen teknologi yang bersinergis dan ramah lingkungan, diantaranya penggunaan bahan organik. Konsep SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup dengan kesehatan tanah menjadi dasar untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi. Dengan demikian perhatian tentang pemanfaatan pupuk organik menjadi prioritas utama. Beberapa hasil kajian tentang budidaya padi pola SRI masih menjadi bahan perdebatan di kalangan pengambil kebijakan. Berdasarkan pemikiran tersebut telah dilakukan penelitian dalam bentuk verifi kasi budidaya padi pola SRI. Penelitian dilaksanakan di KP Sukamandi MT III 2010 dan bertujuan untuk mendapatkan informasi tingkat produktivitas dan usahatani padi pola SRI, SRI plus, PTT, dan petani. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman padi pada tinggi tanaman dan jumlah anakan pada perlakuan PTT lebih nyata jika dibandingkan dengan perlakuan SRI. Nilai hijau dengan pengukuran SPAD pada perlakuan PTT relatif stabil pada setiap rentang 7 hari pengamatan di kisaran angka 40, sedangkan pada perlakuan SRI kurang dari 38. Terdapat perbedaan nyata pada setiap komponen hasil perlakuan PTT dan SRI pada ketiga varietas padi yang digunakan utamanya pada varietas Inpari 7. Terdapat perbedaan nyata antara perlakuan PTT dan SRI pada varietas Inpari 7 dan Inpari 8, dimana pada varietas Inpari 7 perlakuan PTT memberikan hasil gabah 7,63 t/ha GKG berbeda nyata dengan perlakuan SRI yang memberikan hasil gabah sebesar 6,36 t/ha GKG, sedangkan pada varietas Inpari 8 perlakuan PTT memberikan hasil gabah sebesar 6,15 t/ha GKG berbeda nyata dengan perlakuan SRI hanya memberikan hasil gabah sebesar 4,49 t/ha GKG. Persentase butir hampa dan kotoran pada perlakuan SRI lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan PTT kecuali pada varietas Inpari 8, namun sebaliknya pada perlakuan SRI mempunyai butir hijau kapur lebih tinggi dibanding perlakuan PTT. Persentase beras kepala pada perlakuan PTT lebih tinggi dibanding perlakuan SRI. Penggunaan tenaga kerja pada perlakuan SRI mulai kegiatan pesemaian sampai panen membutuhkan 198 HOK/ha, sedangkan pada perlakuan PTT membutuhkan tenaga kerja sebanyak 147 HOK/ha atau terdapat perbedaan dalam penggunaan tenaga kerja sebesar 51 HOK/ha atau senilai Rp.1.785.000/ha.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Adapatasi Galur-Galur Harapan Padi Rawa Pada Sawah Rawa
    (BPTPJambi, 2006) Nazar, Amrizal; Widyantoro; Endrizal; BPTP Jambi
    Uji adaptasi galur-galur harapan padi rawa dengan pendekatan "Shuttle Breeding" telah dimulai sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk mendapatkan calon varietas unggul baru pada ekoregional lahan rawa (padi rawa). Penelitian dilaksanakan pada lahan rawa di desa Rejo Basuki, kecamatan Seputih Raman, kabupaten Lampung Tengah pada musim kemarau (April - Juni 2004).
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Adaptasi 8 Galur padi Tipe Baru Pada Sawah Irigasi
    (BPTP Jambi, 2006) Nazar, Amrizal; Widyantoro; Endrizal; BPTP Jambi
    Uji adaptasi galur-galur harapan padi tipe baru dengan pendekatan "Shuttle Breeding" telah dimulai sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk mendapatkan calon varietas unggul baru pada ekoregional lahan sawah irigasi.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Analisis Faktor-faktor Produksi Padi Sawah Irigasi di Kabupaten Subang
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Widyantoro
    Abstract Analyses of Factors Affecting the Production of Rice in Irrigated Ecosystem in Subang District. An experiment to identify factors affecting irrigated rice production was conducted at Sub-district of Cipunegara, Subang District during April 2008. A descriptive method of analyses was used to evaluate data obtained from 60 farmers consisted of 30 farmers each of irrigated and semi-irrigated rice fields. The Cobb-Douglas with double naturally logarithmic analysis was used to analyses the production function of the factors affected rice productions. The regression analysis of production function with OLS metho method estimated that during the rainy season rice crops seeds and labours were among the production factors significantly affected the rice production. Both irrigated and semi-irrigated rice ecosystems significantly affected the rice production, but was not the planting time. It was observed that rice cultivation in irrigated rice field was more efficient than that in semi-irrigated rice field. Abstrak Percobaan untuk mengetahui produksi, pendapatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi telah dilakukan di Kecamatan Cipunagars, Kabupaten Subang, pada bulan April 2008. Percobaan dilaksanakan dengan metode deskriptif, melibatkan sebanyak 60 responden terdiri atas 30 responden petani padi lahan irigasi teknis dan 10 responden petani padi lahan ingan setengah teknis. Fungsi produksi tipe Cobb-Douglas dalam bentuk dobel logaritima natural digunakan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi. Hasil analisis regresi fungsi produksi dengan metode OLS (Ondinary Least Square) pada musim hujan menunjukkan bahwa benih dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Variabel dummy teknis irigasi berpengaruh nyata, sedangkan variabel dummy periode waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Secara ekonomi, usahatani padi di lahan irigasi teknis lebih efisien dibandingkan dengan usahatani padi di lahan irigasi setengah teknis.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Analisis Responsibilitas Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi Sawah di Provinsi Bali
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Suharyanto; Widyantoro
    Penelitian bertujuan untuk menganalisis responsibilitas faktor-faktor produksi terhadap produksi padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada tiga sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali yaitu Tabanan, Buleleng dan Gianyar selama dua musim tanam. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 216 petani yang terdiri dari 122 petani SL-PTT dan 94 petani non SL-PTT. Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan metode acak berstrata. Data dianalisis dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan fungsi produksi stokhastik frontier. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara konsisten produksi padi sawah dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk N, pestisida, tenaga kerja, umur bibit. Produksi padi sawah lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan. Luas lahan merupakan faktor produksi yang paling responsif dibandingkan faktor produksi lainnya. Faktor produksi usahatani padi sawah petani non SLPTT lebih responsif dibandingkan dengan petani SLPTT.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Faktor-faktor Produksi yang Berpengaruh Terhadap Produksi Padi Sawah Irigasi di Kabupaten Subang
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    PADI, PENDAPATAN, DAN FUNGSI PRODUKSI. RICE, INCOME, AND PRODUCTION FUNCTION.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Karakteristik Budidaya Padi Gogo dan Mutu Gabah Beras Yang Dihasilkan di Jawa Barat dan Banten
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Jumali; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Telah dilaksanakan kegiatan penelitian Karakteristik budidaya padi gogo dan mutu gabah/beras yang dihasilkan di Jawa Barat dan Banten pada tahun anggaran 2014. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Indramayu dan Cianjur (Jawa Barat) dan di Kabupaten Serang dan Pandeglang. Tiap desa dipilih 15 - 20 petani responden untuk pengumpulan data primer melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan terstruktur. Selain itu juga diambil beberapa sampel padi gogo dari petani untuk dianalisis mutu gabah dan beras di Laboratorium BB Padi Sukamandi. Hasil wawancara dengan responden didapatkan informasi sebagai berikut : ditinjau dari benih dan asal benih, maka sistem perbenihan yang digunakan adalah sistem perbenihan non formal. Daya berkecambah benih sampel gabah padi gogo dari Cianjur dan Trisi (Jawa Barat) sekitar 88,4%, sedangkan dari Serang dan Pandeglang (Banten) sekitar 74,5%. Penyakit blas daun dan leher serta hama kresek menjadi OPT yang masih banyak dijumpai di Kecamatan Trisi (Indramayu) dan Sindang Barang (Cianjur) maupun di Cikeusal (Serang) dan Gadasari (Pandeglang). Rata-rata kadar beras kepala sampel gabah padi gogo dari Jawa Barat antara 65,78% (Selegreng) – 80,32% (Situ Patenggang) dan dari Banten 63,97% (Cere Tangkil) – 75,50% (Utri Merah). Menurut standar kualitas beras pengadaan dalam negeri, untuk kualitas Mutu IV SNI, maka kadar beras kepala minimal 78%. Berdasarkan kriteria ini hanya ada satu varietas yang memenuhi persyaratan, sisanya termasuk dalam kategori kelas mutu V.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Keragaan Galur dan Varietas Padi Gogo Sebagai Tanaman Tumpangsari Hutan Jati Muda di Blora dan Indramayu
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Lalu Muhamad Zarwazi; Widyantoro; Supartopo; Husin M. Toha
    Abstract Performance of Upland Rice Lines and Upland Rice Varieties as an Interculture at Young Teak Forest in Blora and Indramayu. There were about 55.6 million hectares of dry land available in Indonesia which can be utilized as an alternative of improving rice production in the country. One of the dry land available was those covered with young, forest plants in which rice crops still possible to be grown with considerable yield production. The experiment has been conducted at Ngliron Village, Randublatung Sub-district, Blora District, Central Java and at Bantarwaru Village, Gantar Sub-district, Indramayu District, West Java, during the WS of 2008/2009. The rice genotypes tested in Blora were TB409B-TB-14-3, B11602E-MR-1-2, and BP1351D-1-2-PK-3-1, while in Indramayu were TB490C-TB-1-21-MR-1-1, TB490C-TB-1-2-1, and TB409B-TB-14-3. In both locations, three rice varieties, Batutegi, Limboto, and Situ Patenggang, were grown as check. The trials were arranged in a Randomized Complete Design, with rice genotypes as the trial. Results of the trials indicated that the average yield of upland rice genotypes harvested were 4.21 t/ha of dry crop grains (DCG) or 3.941 kg/ha of dry milled grains (DMG) in Indramayu and 5.03 t/ha (DCG) or 4.56 t/ha (DMG) in Blora. In Indramayu, the lines of TB490C-TB-1-21-MR-1-1, TB490C-TB-1-2-1, dan TB409B-TB-14-3 yielded 4.81, 4.73, and 4.62 t/ha, respectively. In Blora, the lines of TB409B-TB-14-3, B11602E-MR-1-2, and BP1351D-1-2-PK-3-1 yielded 5.32, 5.26, and 4.99 t/ha, respectively. In both locations, the check varieties yielded lower than the tested genotypes. Abstrak Lahan kering yang tersedia untuk perluasan areal pertanian di Indonesia ada sekitar 22,4 juta ha. Areal ini perlu segera dimanfaatkan untuk meningkatkan cadangan pangan yang makin sulit dicapai. Salah satu lahan kering yang perlu lebih dimanfaatkan adalah lahan kosong di bawah tegakan tanaman perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI) muda. Percobaan keragaan galur harapan dan varietas padi gogo sebagai tanaman tumpangsari hutan jati muda telah dilakukan di Desa Ngliron (Blora) dan Desa Bantarwara (Indramayu) pada MH 2008/2009. Percobaan dirancang mengacu pada pola rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri atas 17 galur harapan dan 3 varietas (limboto, Batutegi dan Situ Patenggang) sebagai pemlading. Hasil percobaan menunjukkan bahwa produksi rata-rata galur dan varietas padi gogo di dua lokasi masing-masing adalah: 3,94 t/ha GKG di Indramayu dan 4,56 t/ha GKG di Blora. Hasil yang tinggi pada lokasi Indramayu dicapai oleh galur-galur: TB490C-TB-1-21-MR-1-1, TB490C-TB-1-2-1, dan TB409B-TB-14-3 masing-masing mencapai 4,81; 4,73 dan 4,62 t/ha GKG. Varietas pembanding Batutegi. Limboto, dan Situ Patenggang berturut-turut menghasilkan 4,53; 4,48 dan 4,19 t/ha GKG. Hasil yang tinggi pada lokasi Blora dicapai oleh galur; TB409B-TB-14-3; B11602E-MR-1-2 dan BP1351D-1-2-PK-3-1 masing-masing mencapai: 5,32; 5,26 dan 4,99 t/ha GKG. Sementara tiga varietas pembanding, yaitu Batutegi, Limboto, dan Situ Patenggang masing-masing mencapai: 5,10; 4,33 dan 4,15 t/ha GKG.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Kinerja Alat Tanam Rice Transplanter Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kelayakan Usahatani
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Tenaga kerja tanam dalam satu sistem usahatani padi menempati porsi 60% dari total biaya, oleh karena itu apabila biaya tanam dapat ditekan maka akan mengurangi porsi dari total biaya tenaga kerja. Penggunaan alat tanam rice transplanter untuk penanaman bibit padi secara tanam pindah dapat mengisi alasan tersebut. Alat tanam rice transplanter merupakan alat pindah tanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak, dan kondisi penanaman yang seragam. Pesemaian bibit dilakukan dengan metode pesemaian kering (dapog) menggunakan baki pesemaian (trays). Tujuan penelitian untuk mengetahui keragaan pertumbuhan padi dan kelayakan pada cara tanam padi manual jajar tegel dan alat tanam rice transplanter. Penelitian dilaksanakan pada MK 2013 berupa demplot skala luas. Dua perlakuan diuji dalam satu hamparan sawah yaitu P1= cara tanam padi manual jajar tegel dan P2= cara tanam padi dengan alat rice transplanter. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi pada cara tanam pindah menggunakan alat rice transplanter lebih baik dibandingkan cara tanam manual jajar tegel demikian pula hasil gabah yang dihasilkan. Diperlukan waktu 0,14 ha/ jam atau 7,14 jam/ha untuk pekerjaan tanam pindah menggunakan alat tanam rice transplanter dengan biaya borong Rp.500.000/ha diluar biaya pesemaian, angkut dan gulung bibit, bahan bakar, dan penyulaman. Tanam pindah padi menggunakan alat tanam rice transplanter menguntungkan dan layak secara ekonomi.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Panduan Teknologi Budidaya Padi
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015-12-22) Lalu M. Zarwazi; Agus W. Anggara; Sarlan Abdulrachman; Widyantoro
    Kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan realisasi produksi padi dalam 5 tahun terakhir, terindikasi bahwa laju pertumbuhan produksi padi makin menurun dan biaya produksi per satuan luas lahan makin meningkat. Oleh karena itu pencapaian target produksi padi ke depan akan semakin sulit. Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah mencanangkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 1,5% per tahun. Dalam konteks ini diperlukan berbagai terobosan peningkatan produksi padi. Mengingat fungsi dan peran penting padi tersebut, Pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi pada tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT.) dan Upaya Khusus (Upsus) lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksana program di lapangan memerlukan panduan untuk berbagai teknologi budidaya padi yang sudah dikembangkan di Indonesia. Teknologi budidaya padi Tanam Benih Langsung (Tabela) merupakan teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi berbasis kearifan lokal. Panduan teknologi ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang akan menerapkan teknologi tersebut. Kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan panduan teknologi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih
  • No Thumbnail Available
    Item
    Peluang Pengembangan Padi Gogo IP 200
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Widyantoro; Toha, Husin M.; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Penelitian peluang pengembangan padi gogo IP 200 dilaksanakan di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas pada MK 2010 dan MH 2010/2011 dengan tujuan untuk mengetahui wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200 dan alternatif budidaya. Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei dan demplot di lahan petani. Metode survei digunakan untuk mengetahui deliniasi wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200, sedangkan metode demplot digunakan untuk mengetahui adaptasi varietas unggul padi gogo IP 200 berikut kendala pemecahan budidaya padi gogo IP 200. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan deliniasi wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200 terdapat peluang pengembangan padi gogo dapat ditingkatkan menjadi dua kali, dari satu kali tanam pada musim hujan menjadi dua kali tanam pada musim hujan I dan musim musim hujan II (MK I). Pada wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan lebih dari 7 bulan basah mempunyai peluang untuk pengembangan padi gogo IP 200. Hasil uji adaptasi varietas unggul padi gogo ratarata hasil mencapai 5,5 t/ha GKP pada MK 2010 dengan kisaran 4,0 t/ha (Limboto) sampai 6,5 t/ha (Situ Patenggang), dan 5,63 t/ha GKP pada MH 2010/2011 dengan kisaran 4,45 t/ha (Limboto) sampai 6,30 t/ha (Situ Patenggang). Hasil evaluasi pertanaman VUB padi gogo di tingkat petani, rata-rata hasil mencapai 5,94 t/ha GKP pada MK 2010 dan 6,13 t/ha GKP pada MH 2010/2011. Dilihat dari segi varietas, hasil padi gogo tertinggi dicapai pada varietas Situ Patenggang, diikuti Towuti, Batutegi, dan Situ Bagendit.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Peluang Usahatani Padi-Ikan untuk Meningkatkan Tambahan Pendapatan Petani
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Usahatani padi-ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi usahatani yang diyakini dapat mengurangi risiko usahatani dan memberikan tambahan penghasilan. Usahatani padi-ikan bisa dilakukan bila didukung oleh lingkungan usahatani, ketersediaan air, dan jaminan pasar. Penelitian usahatani padi-ikan sebagai tambahan pendapatan dan diversifikasi pangan dilakukan di Kabupaten Subang pada MH 2017/2018 dan MK 2018 dengan tujuan untuk mengetahui pendapatan, kelayakan dan alasan petani melakukan usahatani padi-ikan. Metode survey dengan wawancara langsung ke responden digunakan untuk pengumpulan data. Analisis usahatani dan kelayakan digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan Usahatani padi-ikan lebih efisien dalam penggunaan benih padi, pupuk, dan biaya pestisida dibandingkan monokultur padi namun tidak demikian dalam penggunaan tenagakerja. Usahatani padi-ikan memberikan tambahan hasil gabah setara ikan antara 1.394-1.539 kg/ha dan meningkatkan hasil total setara gabah antara 23,72-25,76% dibandingkan monokultur padi. Selain itu pendapatan usahatani padi-ikan juga lebih tinggi 25,20-30,14% dan lebih layak bila dibandingkan dengan monokultur padi. Alasan lebih menguntungkan dan mengikuti kelompok menjadi landasan petani untuk mengusahakan usahatani padi-ikan.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pengapuran dan Pemupukan NPK untuk Padi Sawah Pada Tiga Tingkat Salinitas Tanah
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Rustiati, Tita; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
    Salinitas tanah adalah masalah umum yang ditemukan pada daerah yang memiliki curah hujan rendah. Jika hal ini dikombinasikan dengan irigasi dan drainase yang buruk, dapat mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Dalam memperbaiki lahan sawah bersalinitas diperlukan beberapa alternatif sebagai pendekatan dan untuk keberlanjutan produksi tanaman padi. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji dan mendapatkan teknologi optimum bagi lahan terdampak salinitas demi keberlanjutan usahatani padi dan mendapatkan satu atau 2 kultivar adaptif di lahan terdampak salinitas untuk menyokong peningkatan IP padi. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar penelitian Padi Sukamandi pada tahun 2012, metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 kali ulangan. Penelitian pot (pencucian tidak dilakukan) pengaruh nyata dari pengapuran dan penambahan dosis NPK sampai 125% dosis rekomendasi tidak terlihat. Namun, secara konsisten varietas Inpara 2 mempunyai jumlah anakan/pot yang nyata lebih banyak dibanding Inpari 10 dan Inpara 5. Hasil gabah pada tanah bersalinitas ringan (3,18 dS/cm) sebesar 50,21 g/pot dan tidak berbeda nyata dibanding hasil gabah di tanah bersalinitas sedang (4,14 dS/ cm). Pada salinitas tanah 5,21 dS/cm terjadi penurunan hasil gabah sebesar 43%. Rendahnya hasil gabah pada salintas berat disebabkan oleh rendahnya nilai-nilai komponen hasil secara nyata; jumlah malai/pot, jumlah gabah total dan isi/pot dan bobot 1000 butir gabah isi, serta tingginya kehampaan gabah.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pengaruh Pemupukan Npk Majemuk Dan Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Hasmi, Idrus; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Penelitian perbaikan teknologi budidaya padi gogo melalui pemupukan masih terus dikembangkan. Penelitian ini diharapkan dengan teknologi pemupukan (NPK dan Urea) yang tepat dapat meningkatkan produktivitas padi gogo. Penelitian dilaksanakan di area pertanaman padi gogo, di Kecamatan Ploso Kerep Kabupaten Indramayu pada MT I 2012/2013 dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tingkat pemupukan NPK majemuk, terdiri dari (A) Tanpa pupuk NPK (0 Kg/ha), (B) Pupuk NPK 100 Kg/ha, (C) Pupuk NPK 200 kg/ha, dan (D) Pupuk NPK 300 kg/ ha, sebagai anak petak adalah (1) Tanpa pupuk Urea 0 kg/ha, (2) Pupuk Urea 100 Kg/ha, (3) Pupuk Urea 200 kg/ha dan (4) Pupuk Urea 300 kg/ha. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Pemberian pupuk NPK maupun Urea dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo khususnya pada perolehan jumlah malai per rumpunnya. Pupuk NPK dengan 300 kg/ha dapat menghasilkan jumlah malai per rumpun tertinggi (12,07 malai gabah), sedangkan pada pemberian pupuk Urea saja dengan dosis 200 kg/ha menghasilkan jumlah malai tertinggi sebanyak 11,54 malai gabah. Hasil GKP tertinggi (5,78 t/ha) diperoleh hanya pada pemberian pupuk NPK 300 kg/ha. Kombinasi pupuk NPK 300 kg/ha danUrea 300 kg/ha dapat meningkatkan perolehan bobot 1000 butir secara signifikan yaitu sebesar 29,42 g
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk dan Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017-12-01) Hasmi, Idrus; Widyantoro
    Abstract Research improvement of upland rice fertilization technology is still being developed. This research is expected to obtain technology fertilization (NPK and Urea) the right to increase the productivity of upland rice. Research has been conducted in upland rice fields, located at Ploso Kerep, Indramayu District, in MT I 2012/2013 using split plot design with three replications. The main plot is the level of NPK fertilizer, consisting of (A) Without NPK (0 kg/ha), (B) NPK 100 kg/ ha, (C) NPK 200 kg/ha, and (D) NPK 300 kg/Ha, and as subplots are (1) Without Urea 0 kg/ha, (2) Urea 100 kg/ha, (3) Urea 200 kg/ha and (4) Urea 300 kg/ha. The results showed that NPK and Urea fertilizer can increase the growth and yield of upland rice is the number of panicles per hill. NPK fertilizer with 300 kg/ha can produce the highest number of panicles per hill (12.07 panicles), while the urea fertilizer alone at a dose of 200 kg/ha can produce the highest number of panicles per hill as much as 11.54 panicles. Results of GKP highest (5.78 t/ha) were obtained only on providing NPK 300 kg/ha. Combination of NPK 300 kg/ha and 300 kg Urea/ha may increase 1000 grain weight significantly in the amount of 29.42 g . Abstrak Penelitian perbaikan teknologi budidaya padi gogo melalui pemupukan masih terus dikembangkan. Penelitian ini diharapkan dengan teknologi pemupukan (NPK dan Urea) yang tepat dapat meningkatkan produktivitas padi gogo. Penelitian dilaksanakan di area pertanaman padi gogo, di Kecamatan Ploso Kerep Kabupaten Indramayu pada MT I 2012/2013 dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tingkat pemupukan NPK majemuk, terdiri dari (A) Tanpa pupuk NPK (0 Kg/ha), (B) Pupuk NPK 100 Kg/ha, (C) Pupuk NPK 200 kg/ha, dan (D) Pupuk NPK 300 kg/ha, sebagai anak petak adalah (1) Tanpa pupuk Urea 0 kg/ha, (2) Pupuk Urea 100 Kg/ha, (3) Pupuk Urea 200 kg/ha dan (4) Pupuk Urea 300 kg/ha. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Pemberian pupuk NPK maupun Urea dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo khususnya pada perolehan jumlah malai per rumpunnya. Pupuk NPK dengan 300 kg/ha dapat menghasilkan jumlah malai per rumpun tertinggi (12,07 malai gabah), sedangkan pada pemberian pupuk Urea saja dengan dosis 200 kg/ha menghasilkan jumlah malai tertinggi sebanyak 11,54 malai gabah. Hasil GKP tertinggi (5,78 t/ha) diperoleh hanya pada pemberian pupuk NPK 300 kg/ha. Kombinasi pupuk NPK 300 kg/ha dan Urea 300 kg/ha dapat meningkatkan perolehan bobot 1000 butir secara signifikan yaitu sebesar 29,42 g
  • No Thumbnail Available
    Item
    Pengembangan Padi Gogo Pada Kawasan Hutan Jati, Kasus KPH Randublatung
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Husin M. Toha; Widyantoro; Lalu M. Zarwazi
    Abstract Developing Upland Rice within Young Forestry Plants: A Case of KPH Randublatung. Cropping rice crops in areas covered by young forestry plants is expected to contribute to the national rice stock and the welfare of farmers living closely to the forest areas. For that purpose, the technology for the production of upland rice is needed since most farmers still practice the traditional one. Generally, they grow local cultivars, apply in balanced fertilizers, and carry out minimal pest and disease managements. Result of this experiment revealed that the average yield harvested was 5.21 t/ha of milling dried grain, with the range of 3.75-5.99 t/ha. When it was compared to that harvested from the production management mar done by farmer, the yield was increased by 31-120%. Mean of upland rice yield cultivated in an open area reached 3.13 t/ha of milling dried grain, with the range of 2.92-4.04 t/ha. When it was compared to that harvested from the production management done by farmers, the yield increased by 58-124%. Means of upland rice yield cultivated in area covered by 1 year old teak plants reached 4.12 t/ha of milling dried grain, with the range of 3.12-4.34 t/ha. The highest yield was demonstrated by Batutegi, followed by Situ Bagendit and Situ Patenggang. It was observed that the optimum rate of nitrogen fertilizer needed in upland rice was 200 kg/ha, in which the higher rate caused to yield declining. Results of the multilocation trials involving a total of 17 promising lines indicated that the yield reached 4.25 t/ha of milling dried grain, with the range of 4.00-6.08 t/ha. The highest and the lowest yields were performed by the TB490B-TB-1-2-1 and the BIO511B-61-2-3-1 breeding lines, respectively. There were 15 promising lines yielded higher than Limboto and Situ Patenggang varieties. Abstrak Menanam enanam padi di lahan tanaman hutan muda, diharapkan dapat meningkatkan produksi padi nasional dan meningkatkan pendapatan petani yang tinggal di sekitar hutan. Untuk itu, teknologi produksi lahan kering tradisional yang biasa dilakukan petani perlu diperbaiki, sehingga perlu dicari komponen teknologi budidaya padi gogo sebagai tanaman sela pada tanaman HTI muda. Varietas yang ditanam umumnya varietas lokal, pemupukan umumnya belum berimbang (hanya urea dan sedikit SP36), dan pengendalian hama dan penyakit serta gulma sangat terbatas. Kegiatan tumpangsari padi gogo pada kawasan hutan dapat dilakukan sejak tanaman jati siap ditebang (teresan) sampai naungan pertanaman jati muda menutup 50%. Di areal ini, rata-rata hasii varietas padi gogo dapat mencapai 5,21 t/ha GKG, dengan kisaran 3,75-5,99 t/ha. Bila dibandingkan dengan hasil pertanaman petani, varietas unggul dapat meningkatkan hasil sebesar 31-120%. Di areal terbuka, rata-rata hasil padi gogo dapat mencapai 3,13 t/ha GKG, dengan kisaran antara 2,92-4,04 t/ha. Bila dibandingkan dengan hasil pertanaman petani, varietas unggul dapat meningkatkan hasil antara 58-124%. Di areal hutam jati umur 1 tahun, rata-rata hasil padi gogo tumpangsari mencapai 4,12 t/ha GKG, dergan kisaran hasil antara 3,12-43.34 t/ha GKG. Rata-rata hasil tertinggi dipanen dari varietas Batutegi diikuti oleh varietas Situ Bagendit dan Situ Patenggang. Pemupukan nitrogen padi gogo optimal pada dosis 200 kg/ha. Rata-rata produksi uji multi lokasi (UML) sejumlah 17 galur harapan padi gogo mencapai 4,25 t/ha GKG, dengan kisaran 4,00-6,08 t/ha GKP. Hasil tertinggi dipanen dari galur TB490B-TB-1-2-1 dan yang terendah dari galur BIO511B-61-2-3-1. Terdapat 15 galur harapan yang memberikan hasil lebih tinggi daripada varietas Limboto dan Situ Patenggang.
  • Loading...
    Thumbnail Image
    Item
    Petunjuk Teknis Mina Padi
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarlan; Wardana, I Putu; Widyantoro; Ruskandar, Ade; Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Septianingrum, Elis; Sasmita, Priatna; Jamil, Ali
    Pengembangan dan penerapan sistem usahatani minapadi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi usahatani pada lahan sawah irigasi guna meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, pendapatan petani dan kesempatan kerja, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi. Minapadi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha tani dari hasil ikan maupun padi dan peningkatan efisiensi serta keberlanjutan sistem budidaya melalui penggemburan tanah akibat aktifitas ikan. Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan penjelasan singkat mengenai minapadi, cara penerapannya di lapangan, keunggulan pemanfaatannya di lapangan, hingga analisa usahatani. Dengan semakin dikenalnya teknologi minapadi dan tata cara aplikasi yang benar, diharapkan mampu menekan resiko kegagalan di tingkat petani sekaligus meningkatkan pendapatan.
  • No Thumbnail Available
    Item
    Populasi Dan Tingkat Serangan Hama Pada Tanaman Padi Gogo Dengan Penambahan Amelioran, Pemupukan, Dan Varietas Yang Berbeda
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI), 2017) Kurniawati, Nia; N. Usyati; Rustiati, Tita; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI)
    Peluang pengembangan pertanian di lahan kering cukup besar, baik dari segi potensi sumber daya lahan maupun peluang peningkatan produktivitas melalui penerapan paket-paket teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Sebagai salah satu sumber hara, pupuk (organik/ an organik) merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Pupuk NPK diharapkan dapat memenuhi unsur hara yang sangat dibutuhkan bagi tanaman padi gogo. Selain dengan pemupukan, dapat dilakukan dengan pemberian amelioran, penggunaan varietas yang tepat juga akan sangat menentukan dalam meningkatkan produksi padi gogo tersebut. Kendala utama yang sering dihadapi oleh petani adalah adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan populasi hama dan tingkat serangan hama pada tanaman padi gogo dengan penambahan ameliorant, pemupukan, dan varietas tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di desa Cikeusal, kecamatan Ciruas, kabupaten Serang, Banten pada MT-2 tahun 2014/2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK Faktorial) dengan tiga faktor yang diulang sebanyak tiga kali. Adapun ketiga faktor tersebut, masing-masing terdiri dari dua taraf perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian amelioran (A) terdiri dari dua taraf yaitu a0: perlakuan petani setempat, dan a5 berdasarkan PUTK. Faktor kedua adalah pemupukan (P), terdiri dari dua taraf yaitu p0: perlakuan berdasarkan kebiasaan petani setempat, dan p5: berdasarkan PUTK. Faktor ketiga adalah varietas (V), dimana varietas yang digunakan terdiri dari V0: Limboto, dan V5: Inpago 8. Variabel yang diamati meliputi tingkat serangan dan populasi hama, populasi musuh alami, dan hasil panen. Pengamatan dilakukan secara langsung di pertanaman pada 32 rumpun sampel secara acak diagonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi dan tingkat serangan hama, serta populasi musuh alami pada tanaman padi gogo dengan penambahan amelioran, pemupukan, dan varietas yang berbeda sangat rendah dan tidak berbeda nyata. Hasil panen tertinggi diperoleh pada perlakuan amelioran (A5 = PUTK) dan varietas Limboto
  • No Thumbnail Available
    Item
    Preferensi Petani Terhadap Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo, Studi Kasus di Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Widyantoro; Zarwazi, Lalu M.; Toha, Husin M.
    Abstract Preferences of Farmers in Several Improved Upland Rice Varieties. Improved new rice variety is one of the main technologies developed by the Indonesian Centre for Rice Research which play a dominant role in increasing rice production in Indonesia. Several strategies of dissemination to introduce the newly developed varieties of rice to the farmers have already been done, but it seems still ineffective. Method of dissemination in which farmers, both as the producer and the consumers have an opportunity to directly participate in evaluating, judging, and selecting the new rice varieties was being introduced. An experiment to evaluate the response of farmers in upland ecosystem to the 8 new varieties, Batutegi, Situ Patenggang. Situ Bagendit, Jatiluhur, Limboto, IR64, Ciherang, and Cimelati and to a breeding line, TB490C was conducted in land areas covered by the young teak trees in Ngliron Village, Randublatung Sub-district, District of Blora, Central Java Province during the WS of 2008/2009. This experiment involved a total of 25 cooperators consisted of farmers, rice traders, seed producers, and the household women. Evaluation on the response of farmers was conducted through the distribution of questionnaires during the cropping season, and through the organoleptic test. Results of this experiment indicated that based on plant type, plant height, number of tillers, and number of panicles, the varieties of Batutegi and Situ Patenggang were the most preferred by the farmers. Based on the type of rice grains, the colour of the rice grain, and the quality of the milled rice, the rice varieties of Situ Bagendit, 1864, and Ciherang were the most preferred by the farmers. While the type of long and slender grains was another character of grain in which farmers like more than the long oval type of rice grains. The organoleptic test showed that farmers favoured to the quality of the milled rice of all varieties tested. Abstrak Varietas unggul padi merupakan inovasi teknologi utama yang dihasilkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi yang berperan sangat dominan dalam upaya peningkatan produksi padi. Berbagai upaya dalam kerangka diseminasi telah dilakukan untuk memperkenalkan varietas unggul padi yang telah dilepas kepada petani. Diperlukan suatu metode agar petani sebagai produsen bisa langsung melihat, merasakan, dan mengadopsi varietas-varietas yang baru dikenalnya. Percobaan untuk mengevaluasi respons petani laban kering terhadap 8 varietas, Batutegi, Situ Patenggang Situ Bagendit, Jatiluhur, Limboto, IR64, Ciherang, dan Cimelati, dan terhadap 1 galur padi gogo, TB490C telah dilaksanakan di lahan hutan jati muda Desa Ngliron, Kecamatan Randublarung Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada MH 2008/2009. Percobaan ini melibatkan sejumlah 25 petani kooperator, terdiri atas petani, pedagang beras, penangkar benih, dan ibu rumah tangga. Evaluasi preferensi dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dilaksanakan sejak pertanaman mencapai fase vegetatif sampai saat fase generatif dan dengan metode uji rasa nasi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa berdasarkan pada tipe tanaman, tinggi tanaman, jumlah anakan, dan panjang malas, varietas Batutegi dan Situ Bagendit sangat disukai petani. Dari bentuk gabah, warna gabah, dan mutu beras, varietas Situ Bagendit, IR64, dan Ciherang sangat disukai petani. Gabah panjang dan ramping merupakan bentuk gabah yang g lebih disukai petani daripada yang berbentuk agak bulat. Berdasarkari rasa nasi, semua varietas yang diperkenalkan memiliki nasi yang dapat diterima petani
  • No Thumbnail Available
    Item
    Preferensi Petani Terhadap Varietas Unggul Padi (Studi Kasus Di Desa Cigeulang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang)
    (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Widyantoro; Rustiati, Tita; Pamungkas, Miftah A.; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
    Varietas unggul padi merupakan inovasi teknologi utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berperan dalam peningkatan produktivitas padi di Indonesia. Berbagai upaya dalam kerangka diseminasi telah dilakukan untuk memperkenalkan varietas unggul padi yang telah dilepas ke petani. Diperlukan suatu metode dimana petani sebagai produsen sekaligus konsumen bisa langsung melihat, merasakan, dan mempraktekkan varietas-varietas yang baru dikenalnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan petani padi terhadap varietas unggul baru. Penelitian dilaksanakan pada MH 2015/2016 di Desa Cigeulang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang. Sebanyak 25 orang yang terdiri dari petani, pedagang beras, penangkar benih, dan ibu rumah tangga bertugas sebagai panelis pada beberapa varietas unggul baru yang sedang ditanam. Uji preferensi dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan mulai dari pertanaman fase vegetatif sampai fase generatif dan organoleptik nasi. Sebagai media dan materi yang dijadikan bahan studi adalah pertanaman demplot padi unggul baru yang ditanam di lahan petani sebanyak 6 varietas padi yaitu: Situ Bagendit, Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, Mekongga, dan Ciherang serta satu varietas lokal (Mareum). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pertumbuhan tanaman, bentuk dan warna gabah dan beras, serta organoleptik nasi, semua varietas yang diperkenalkan dapat diterima petani.
  • «
  • 1 (current)
  • 2
  • »

Copyright © 2025 Kementerian Pertanian

Balai Besar Perpustakaan dan Literasi Pertanian

  • Cookie settings
  • Privacy policy
  • End User Agreement
  • Send Feedback