Browsing by Author "Widyantoro"
Now showing 1 - 19 of 19
Results Per Page
Sort Options
- Item22. Pencapaian Produksi dan Usahatani Pada 3 Varietas Padi Sistem Budi Daya SRI dan PTT(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Zarwazi, Lalu M.; Widyantoro; Guswara, Agus; Abdulrachman, Sarlan; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPertanian organik dan SRI (System of Rice Intensifi cation) adalah dua pendekatan budidaya yang serupa tapi tidak sama. Pertanian organik mengklaim sebagai pertanian rendah masukan (low input), sedangkan SRI adalah pendekatan budidaya yang mengintegrasikan komponen teknologi yang bersinergis dan ramah lingkungan, diantaranya penggunaan bahan organik. Konsep SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup dengan kesehatan tanah menjadi dasar untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi. Dengan demikian perhatian tentang pemanfaatan pupuk organik menjadi prioritas utama. Beberapa hasil kajian tentang budidaya padi pola SRI masih menjadi bahan perdebatan di kalangan pengambil kebijakan. Berdasarkan pemikiran tersebut telah dilakukan penelitian dalam bentuk verifi kasi budidaya padi pola SRI. Penelitian dilaksanakan di KP Sukamandi MT III 2010 dan bertujuan untuk mendapatkan informasi tingkat produktivitas dan usahatani padi pola SRI, SRI plus, PTT, dan petani. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman padi pada tinggi tanaman dan jumlah anakan pada perlakuan PTT lebih nyata jika dibandingkan dengan perlakuan SRI. Nilai hijau dengan pengukuran SPAD pada perlakuan PTT relatif stabil pada setiap rentang 7 hari pengamatan di kisaran angka 40, sedangkan pada perlakuan SRI kurang dari 38. Terdapat perbedaan nyata pada setiap komponen hasil perlakuan PTT dan SRI pada ketiga varietas padi yang digunakan utamanya pada varietas Inpari 7. Terdapat perbedaan nyata antara perlakuan PTT dan SRI pada varietas Inpari 7 dan Inpari 8, dimana pada varietas Inpari 7 perlakuan PTT memberikan hasil gabah 7,63 t/ha GKG berbeda nyata dengan perlakuan SRI yang memberikan hasil gabah sebesar 6,36 t/ha GKG, sedangkan pada varietas Inpari 8 perlakuan PTT memberikan hasil gabah sebesar 6,15 t/ha GKG berbeda nyata dengan perlakuan SRI hanya memberikan hasil gabah sebesar 4,49 t/ha GKG. Persentase butir hampa dan kotoran pada perlakuan SRI lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan PTT kecuali pada varietas Inpari 8, namun sebaliknya pada perlakuan SRI mempunyai butir hijau kapur lebih tinggi dibanding perlakuan PTT. Persentase beras kepala pada perlakuan PTT lebih tinggi dibanding perlakuan SRI. Penggunaan tenaga kerja pada perlakuan SRI mulai kegiatan pesemaian sampai panen membutuhkan 198 HOK/ha, sedangkan pada perlakuan PTT membutuhkan tenaga kerja sebanyak 147 HOK/ha atau terdapat perbedaan dalam penggunaan tenaga kerja sebesar 51 HOK/ha atau senilai Rp.1.785.000/ha.
- ItemAdapatasi Galur-Galur Harapan Padi Rawa Pada Sawah Rawa(BPTPJambi, 2006) Nazar, Amrizal; Widyantoro; Endrizal; BPTP JambiUji adaptasi galur-galur harapan padi rawa dengan pendekatan "Shuttle Breeding" telah dimulai sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk mendapatkan calon varietas unggul baru pada ekoregional lahan rawa (padi rawa). Penelitian dilaksanakan pada lahan rawa di desa Rejo Basuki, kecamatan Seputih Raman, kabupaten Lampung Tengah pada musim kemarau (April - Juni 2004).
- ItemAdaptasi 8 Galur padi Tipe Baru Pada Sawah Irigasi(BPTP Jambi, 2006) Nazar, Amrizal; Widyantoro; Endrizal; BPTP JambiUji adaptasi galur-galur harapan padi tipe baru dengan pendekatan "Shuttle Breeding" telah dimulai sejak tahun 2002 dengan tujuan untuk mendapatkan calon varietas unggul baru pada ekoregional lahan sawah irigasi.
- ItemAnalisis Responsibilitas Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi Sawah di Provinsi Bali(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Suharyanto; WidyantoroPenelitian bertujuan untuk menganalisis responsibilitas faktor-faktor produksi terhadap produksi padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada tiga sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali yaitu Tabanan, Buleleng dan Gianyar selama dua musim tanam. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 216 petani yang terdiri dari 122 petani SL-PTT dan 94 petani non SL-PTT. Pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan metode acak berstrata. Data dianalisis dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) dengan fungsi produksi stokhastik frontier. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara konsisten produksi padi sawah dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk N, pestisida, tenaga kerja, umur bibit. Produksi padi sawah lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan. Luas lahan merupakan faktor produksi yang paling responsif dibandingkan faktor produksi lainnya. Faktor produksi usahatani padi sawah petani non SLPTT lebih responsif dibandingkan dengan petani SLPTT.
- ItemFaktor-faktor Produksi yang Berpengaruh Terhadap Produksi Padi Sawah Irigasi di Kabupaten Subang(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPADI, PENDAPATAN, DAN FUNGSI PRODUKSI. RICE, INCOME, AND PRODUCTION FUNCTION.
- ItemKarakteristik Budidaya Padi Gogo dan Mutu Gabah Beras Yang Dihasilkan di Jawa Barat dan Banten(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Jumali; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiTelah dilaksanakan kegiatan penelitian Karakteristik budidaya padi gogo dan mutu gabah/beras yang dihasilkan di Jawa Barat dan Banten pada tahun anggaran 2014. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Indramayu dan Cianjur (Jawa Barat) dan di Kabupaten Serang dan Pandeglang. Tiap desa dipilih 15 - 20 petani responden untuk pengumpulan data primer melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan terstruktur. Selain itu juga diambil beberapa sampel padi gogo dari petani untuk dianalisis mutu gabah dan beras di Laboratorium BB Padi Sukamandi. Hasil wawancara dengan responden didapatkan informasi sebagai berikut : ditinjau dari benih dan asal benih, maka sistem perbenihan yang digunakan adalah sistem perbenihan non formal. Daya berkecambah benih sampel gabah padi gogo dari Cianjur dan Trisi (Jawa Barat) sekitar 88,4%, sedangkan dari Serang dan Pandeglang (Banten) sekitar 74,5%. Penyakit blas daun dan leher serta hama kresek menjadi OPT yang masih banyak dijumpai di Kecamatan Trisi (Indramayu) dan Sindang Barang (Cianjur) maupun di Cikeusal (Serang) dan Gadasari (Pandeglang). Rata-rata kadar beras kepala sampel gabah padi gogo dari Jawa Barat antara 65,78% (Selegreng) – 80,32% (Situ Patenggang) dan dari Banten 63,97% (Cere Tangkil) – 75,50% (Utri Merah). Menurut standar kualitas beras pengadaan dalam negeri, untuk kualitas Mutu IV SNI, maka kadar beras kepala minimal 78%. Berdasarkan kriteria ini hanya ada satu varietas yang memenuhi persyaratan, sisanya termasuk dalam kategori kelas mutu V.
- ItemKinerja Alat Tanam Rice Transplanter Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Kelayakan Usahatani(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiTenaga kerja tanam dalam satu sistem usahatani padi menempati porsi 60% dari total biaya, oleh karena itu apabila biaya tanam dapat ditekan maka akan mengurangi porsi dari total biaya tenaga kerja. Penggunaan alat tanam rice transplanter untuk penanaman bibit padi secara tanam pindah dapat mengisi alasan tersebut. Alat tanam rice transplanter merupakan alat pindah tanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak, dan kondisi penanaman yang seragam. Pesemaian bibit dilakukan dengan metode pesemaian kering (dapog) menggunakan baki pesemaian (trays). Tujuan penelitian untuk mengetahui keragaan pertumbuhan padi dan kelayakan pada cara tanam padi manual jajar tegel dan alat tanam rice transplanter. Penelitian dilaksanakan pada MK 2013 berupa demplot skala luas. Dua perlakuan diuji dalam satu hamparan sawah yaitu P1= cara tanam padi manual jajar tegel dan P2= cara tanam padi dengan alat rice transplanter. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi pada cara tanam pindah menggunakan alat rice transplanter lebih baik dibandingkan cara tanam manual jajar tegel demikian pula hasil gabah yang dihasilkan. Diperlukan waktu 0,14 ha/ jam atau 7,14 jam/ha untuk pekerjaan tanam pindah menggunakan alat tanam rice transplanter dengan biaya borong Rp.500.000/ha diluar biaya pesemaian, angkut dan gulung bibit, bahan bakar, dan penyulaman. Tanam pindah padi menggunakan alat tanam rice transplanter menguntungkan dan layak secara ekonomi.
- ItemPeluang Pengembangan Padi Gogo IP 200(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2012) Widyantoro; Toha, Husin M.; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian peluang pengembangan padi gogo IP 200 dilaksanakan di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas pada MK 2010 dan MH 2010/2011 dengan tujuan untuk mengetahui wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200 dan alternatif budidaya. Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei dan demplot di lahan petani. Metode survei digunakan untuk mengetahui deliniasi wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200, sedangkan metode demplot digunakan untuk mengetahui adaptasi varietas unggul padi gogo IP 200 berikut kendala pemecahan budidaya padi gogo IP 200. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan deliniasi wilayah potensial pengembangan padi gogo IP 200 terdapat peluang pengembangan padi gogo dapat ditingkatkan menjadi dua kali, dari satu kali tanam pada musim hujan menjadi dua kali tanam pada musim hujan I dan musim musim hujan II (MK I). Pada wilayah-wilayah yang mempunyai curah hujan lebih dari 7 bulan basah mempunyai peluang untuk pengembangan padi gogo IP 200. Hasil uji adaptasi varietas unggul padi gogo ratarata hasil mencapai 5,5 t/ha GKP pada MK 2010 dengan kisaran 4,0 t/ha (Limboto) sampai 6,5 t/ha (Situ Patenggang), dan 5,63 t/ha GKP pada MH 2010/2011 dengan kisaran 4,45 t/ha (Limboto) sampai 6,30 t/ha (Situ Patenggang). Hasil evaluasi pertanaman VUB padi gogo di tingkat petani, rata-rata hasil mencapai 5,94 t/ha GKP pada MK 2010 dan 6,13 t/ha GKP pada MH 2010/2011. Dilihat dari segi varietas, hasil padi gogo tertinggi dicapai pada varietas Situ Patenggang, diikuti Towuti, Batutegi, dan Situ Bagendit.
- ItemPeluang Usahatani Padi-Ikan untuk Meningkatkan Tambahan Pendapatan Petani(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Usahatani padi-ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi usahatani yang diyakini dapat mengurangi risiko usahatani dan memberikan tambahan penghasilan. Usahatani padi-ikan bisa dilakukan bila didukung oleh lingkungan usahatani, ketersediaan air, dan jaminan pasar. Penelitian usahatani padi-ikan sebagai tambahan pendapatan dan diversifikasi pangan dilakukan di Kabupaten Subang pada MH 2017/2018 dan MK 2018 dengan tujuan untuk mengetahui pendapatan, kelayakan dan alasan petani melakukan usahatani padi-ikan. Metode survey dengan wawancara langsung ke responden digunakan untuk pengumpulan data. Analisis usahatani dan kelayakan digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan Usahatani padi-ikan lebih efisien dalam penggunaan benih padi, pupuk, dan biaya pestisida dibandingkan monokultur padi namun tidak demikian dalam penggunaan tenagakerja. Usahatani padi-ikan memberikan tambahan hasil gabah setara ikan antara 1.394-1.539 kg/ha dan meningkatkan hasil total setara gabah antara 23,72-25,76% dibandingkan monokultur padi. Selain itu pendapatan usahatani padi-ikan juga lebih tinggi 25,20-30,14% dan lebih layak bila dibandingkan dengan monokultur padi. Alasan lebih menguntungkan dan mengikuti kelompok menjadi landasan petani untuk mengusahakan usahatani padi-ikan.
- ItemPengapuran dan Pemupukan NPK untuk Padi Sawah Pada Tiga Tingkat Salinitas Tanah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Rustiati, Tita; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSalinitas tanah adalah masalah umum yang ditemukan pada daerah yang memiliki curah hujan rendah. Jika hal ini dikombinasikan dengan irigasi dan drainase yang buruk, dapat mengakibatkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Dalam memperbaiki lahan sawah bersalinitas diperlukan beberapa alternatif sebagai pendekatan dan untuk keberlanjutan produksi tanaman padi. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji dan mendapatkan teknologi optimum bagi lahan terdampak salinitas demi keberlanjutan usahatani padi dan mendapatkan satu atau 2 kultivar adaptif di lahan terdampak salinitas untuk menyokong peningkatan IP padi. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar penelitian Padi Sukamandi pada tahun 2012, metode penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 3 kali ulangan. Penelitian pot (pencucian tidak dilakukan) pengaruh nyata dari pengapuran dan penambahan dosis NPK sampai 125% dosis rekomendasi tidak terlihat. Namun, secara konsisten varietas Inpara 2 mempunyai jumlah anakan/pot yang nyata lebih banyak dibanding Inpari 10 dan Inpara 5. Hasil gabah pada tanah bersalinitas ringan (3,18 dS/cm) sebesar 50,21 g/pot dan tidak berbeda nyata dibanding hasil gabah di tanah bersalinitas sedang (4,14 dS/ cm). Pada salinitas tanah 5,21 dS/cm terjadi penurunan hasil gabah sebesar 43%. Rendahnya hasil gabah pada salintas berat disebabkan oleh rendahnya nilai-nilai komponen hasil secara nyata; jumlah malai/pot, jumlah gabah total dan isi/pot dan bobot 1000 butir gabah isi, serta tingginya kehampaan gabah.
- ItemPengaruh Pemupukan Npk Majemuk Dan Urea Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Hasmi, Idrus; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian perbaikan teknologi budidaya padi gogo melalui pemupukan masih terus dikembangkan. Penelitian ini diharapkan dengan teknologi pemupukan (NPK dan Urea) yang tepat dapat meningkatkan produktivitas padi gogo. Penelitian dilaksanakan di area pertanaman padi gogo, di Kecamatan Ploso Kerep Kabupaten Indramayu pada MT I 2012/2013 dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tingkat pemupukan NPK majemuk, terdiri dari (A) Tanpa pupuk NPK (0 Kg/ha), (B) Pupuk NPK 100 Kg/ha, (C) Pupuk NPK 200 kg/ha, dan (D) Pupuk NPK 300 kg/ ha, sebagai anak petak adalah (1) Tanpa pupuk Urea 0 kg/ha, (2) Pupuk Urea 100 Kg/ha, (3) Pupuk Urea 200 kg/ha dan (4) Pupuk Urea 300 kg/ha. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Pemberian pupuk NPK maupun Urea dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo khususnya pada perolehan jumlah malai per rumpunnya. Pupuk NPK dengan 300 kg/ha dapat menghasilkan jumlah malai per rumpun tertinggi (12,07 malai gabah), sedangkan pada pemberian pupuk Urea saja dengan dosis 200 kg/ha menghasilkan jumlah malai tertinggi sebanyak 11,54 malai gabah. Hasil GKP tertinggi (5,78 t/ha) diperoleh hanya pada pemberian pupuk NPK 300 kg/ha. Kombinasi pupuk NPK 300 kg/ha danUrea 300 kg/ha dapat meningkatkan perolehan bobot 1000 butir secara signifikan yaitu sebesar 29,42 g
- ItemPetunjuk Teknis Mina Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarlan; Wardana, I Putu; Widyantoro; Ruskandar, Ade; Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Septianingrum, Elis; Sasmita, Priatna; Jamil, AliPengembangan dan penerapan sistem usahatani minapadi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi usahatani pada lahan sawah irigasi guna meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, pendapatan petani dan kesempatan kerja, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi. Minapadi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha tani dari hasil ikan maupun padi dan peningkatan efisiensi serta keberlanjutan sistem budidaya melalui penggemburan tanah akibat aktifitas ikan. Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan penjelasan singkat mengenai minapadi, cara penerapannya di lapangan, keunggulan pemanfaatannya di lapangan, hingga analisa usahatani. Dengan semakin dikenalnya teknologi minapadi dan tata cara aplikasi yang benar, diharapkan mampu menekan resiko kegagalan di tingkat petani sekaligus meningkatkan pendapatan.
- ItemPopulasi Dan Tingkat Serangan Hama Pada Tanaman Padi Gogo Dengan Penambahan Amelioran, Pemupukan, Dan Varietas Yang Berbeda(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI), 2017) Kurniawati, Nia; N. Usyati; Rustiati, Tita; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI)Peluang pengembangan pertanian di lahan kering cukup besar, baik dari segi potensi sumber daya lahan maupun peluang peningkatan produktivitas melalui penerapan paket-paket teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Sebagai salah satu sumber hara, pupuk (organik/ an organik) merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Pupuk NPK diharapkan dapat memenuhi unsur hara yang sangat dibutuhkan bagi tanaman padi gogo. Selain dengan pemupukan, dapat dilakukan dengan pemberian amelioran, penggunaan varietas yang tepat juga akan sangat menentukan dalam meningkatkan produksi padi gogo tersebut. Kendala utama yang sering dihadapi oleh petani adalah adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan populasi hama dan tingkat serangan hama pada tanaman padi gogo dengan penambahan ameliorant, pemupukan, dan varietas tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di desa Cikeusal, kecamatan Ciruas, kabupaten Serang, Banten pada MT-2 tahun 2014/2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK Faktorial) dengan tiga faktor yang diulang sebanyak tiga kali. Adapun ketiga faktor tersebut, masing-masing terdiri dari dua taraf perlakuan. Faktor pertama adalah pemberian amelioran (A) terdiri dari dua taraf yaitu a0: perlakuan petani setempat, dan a5 berdasarkan PUTK. Faktor kedua adalah pemupukan (P), terdiri dari dua taraf yaitu p0: perlakuan berdasarkan kebiasaan petani setempat, dan p5: berdasarkan PUTK. Faktor ketiga adalah varietas (V), dimana varietas yang digunakan terdiri dari V0: Limboto, dan V5: Inpago 8. Variabel yang diamati meliputi tingkat serangan dan populasi hama, populasi musuh alami, dan hasil panen. Pengamatan dilakukan secara langsung di pertanaman pada 32 rumpun sampel secara acak diagonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi dan tingkat serangan hama, serta populasi musuh alami pada tanaman padi gogo dengan penambahan amelioran, pemupukan, dan varietas yang berbeda sangat rendah dan tidak berbeda nyata. Hasil panen tertinggi diperoleh pada perlakuan amelioran (A5 = PUTK) dan varietas Limboto
- ItemPreferensi Petani Terhadap Varietas Unggul Padi (Studi Kasus Di Desa Cigeulang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Widyantoro; Rustiati, Tita; Pamungkas, Miftah A.; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Varietas unggul padi merupakan inovasi teknologi utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berperan dalam peningkatan produktivitas padi di Indonesia. Berbagai upaya dalam kerangka diseminasi telah dilakukan untuk memperkenalkan varietas unggul padi yang telah dilepas ke petani. Diperlukan suatu metode dimana petani sebagai produsen sekaligus konsumen bisa langsung melihat, merasakan, dan mempraktekkan varietas-varietas yang baru dikenalnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan petani padi terhadap varietas unggul baru. Penelitian dilaksanakan pada MH 2015/2016 di Desa Cigeulang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang. Sebanyak 25 orang yang terdiri dari petani, pedagang beras, penangkar benih, dan ibu rumah tangga bertugas sebagai panelis pada beberapa varietas unggul baru yang sedang ditanam. Uji preferensi dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan mulai dari pertanaman fase vegetatif sampai fase generatif dan organoleptik nasi. Sebagai media dan materi yang dijadikan bahan studi adalah pertanaman demplot padi unggul baru yang ditanam di lahan petani sebanyak 6 varietas padi yaitu: Situ Bagendit, Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, Mekongga, dan Ciherang serta satu varietas lokal (Mareum). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pertumbuhan tanaman, bentuk dan warna gabah dan beras, serta organoleptik nasi, semua varietas yang diperkenalkan dapat diterima petani.
- ItemPreferensi Petani Terhadap Varietas Unggul Padi (Studi kasus di Desa Cigeulang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Widyantoro; Rustiati, Tita; A.Pamungkas, Miftah; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Varietas unggul padi merupakan inovasi teknologi utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berperan dalam peningkatan produktivitas padi di Indonesia. Berbagai upaya dalam kerangka diseminasi telah dilakukan untuk memperkenalkan varietas unggul padi yang telah dilepas ke petani. Diperlukan suatu metode dimana petani sebagai produsen sekaligus konsumen bisa langsung melihat, merasakan, dan mempraktekkan varietas-varietas yang baru dikenalnya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan petani padi terhadap varietas unggul baru. Penelitian dilaksanakan pada MH 2015/2016 di Desa Cigeulang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang. Sebanyak 25 orang yang terdiri dari petani, pedagang beras, penangkar benih, dan ibu rumah tangga bertugas sebagai panelis pada beberapa varietas unggul baru yang sedang ditanam. Uji preferensi dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan mulai dari pertanaman fase vegetatif sampai fase generatif dan organoleptik nasi. Sebagai media dan materi yang dijadikan bahan studi adalah pertanaman demplot padi unggul baru yang ditanam di lahan petani sebanyak 6 varietas padi yaitu: Situ Bagendit, Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, Mekongga, dan Ciherang serta satu varietas lokal (Mareum). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pertumbuhan tanaman, bentuk dan warna gabah dan beras, serta organoleptik nasi, semua varietas yang diperkenalkan dapat diterima petani.
- ItemRekomendasi Budidaya Padi pada Berbagai Agroekosistem(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2020) Susanti, Zuziana; Rumanti, Indrastuti A; Rahmini; Sukarman; Mulyani, Anny; Setyorini, Diah; Syahbuddin, Haris; Sasmita, Priatna; Widowari, Ladiyani Retno; Anggara, Agus Wahyana; Wijanarko, Andy; Nugroho, Yudhistira; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Rohaeni, Wage Ratna; Handoko, Dody Dwi; Susanto, Untung; Safitri, Heni; Hairmansis, Aris; Widyantoro; Kasno, A.; Jumali; Roza, Celvia; Norvyani, Mutya; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
- ItemRespon Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati Agrimeth Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo Di Indramayu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Rustiati, Tita; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pupuk hayati merupakan pupuk yang tersusun dari bahan-bahan yang mengandung mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman, melalui aktivitas biologi akhirnya dapat berinteraksi dengan sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo di lahan kering dengan pemberian pupuk hayati dan pupuk organik berbasis bakteri pemacu pertumbuhan.Perlakuan pupuk organik dan pupuk hayati yang diperkaya mikroba-mikroba baik dapat memacu pertumbuhan dan produksi padi sawah dan gogo di tanah masam. Perlakuan dosis 50% PUTK ditambah dengan pupuk hayati dan pupuk organik memberikan hasil tertinggi baik pertumbuhan tanaman maupun produksi. Pada penelitian ini penggunaan pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebanyak 25%. Penggunaan Agrimeth mikrob dapat meningkatkan kualitas kesuburan di tanah masam.
- ItemTeknologi Pengendalian Penyakit Blas Melalui Perpaduan Varietas Dan Waktu Aplikasi Fungisida(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Roza, Celvia; S. Kadir, Triny; Widyantoro; Ruskandar, Ade; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Teknologi Pengendalian Penyakit Blas melalui Perpaduan Varietas dan Waktu Aplikasi Fungisida telah dilakukan di Indramayu pada MH Tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pengendalian blas dengan perpaduan varietas tahan dan teknik aplikasi fungisida. Percobaan disusun dalam rancangan petak terpisah (split plot) dengan 3 ulangan. Perlakuan varietas (Inpago 8, Situ bagendit, Cirata, dan Selegreng) sebagai petak utama dan cara/waktu aplikasi sebagai anak petak (dua kali aplikasi saat tanaman berumur 30 dan 45 hari setelah tanam; dua kali aplikasi saat tanaman berumur 45 dan 60 hari setelah tanam; dua kali aplikasi saat tanaman berumur 60 dan 70-80 hari setelah tanam; tiga kali aplikasi saat tanaman berumur 30, 45, dan 60 hari setelah tanam; kontrol/ cek). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara varietas yang digunakan dengan waktu aplikasi fungisida dalam menekan serangan penyakit blas daun. Pada fase vegetatif, persentase serangan penyakit blas daun tidak dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, sedangkan waktu aplikasi fungisida memberikan pengaruh terhadap persentase serangan penyakit blas daun. Pada fase generatif, persentase serangan penyakit blas daun dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, begitu juga dengan waktu aplikasi fungisidanya. Serangan blas leher dipengaruhi oleh varietas yang digunakan, persentase serangan blas leher tertinggi terlihat pada varietas Cirata (varietas rentan) yaitu sebesar 5,13% dan terendah terlihat pada varietas Inpago 8 (varietas tahan) yaitu sebesar 1,01%, tetapi tidak dipengaruhi oleh waktu aplikasi fungisidanya. Persentase serangan blas leher tertinggi terlihat pada perlakuan kontrol (tanpa aplikasi) yaitu sebesar 3,81% dan terendah pada perlakuan dua kali aplikasi fungisida (60 & 70-80 HSTb). Tinggi rendahnya serangan blas leher tergantung infeksi awal pada blas daun.
- ItemUpaya Peningkatan Hasil Padi Rawa Lebak Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Guswara, Agus; Widyantoro; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPetani padi rawa lebak Sumatera Selatan kebanyakan masih menggunakan varietas lokal yang bersumber dari benih sendiri dengan teknologi konvensional yang dilakukan secara turun temurun, akibatnya hasil panen rendah. Pembentukan varietas unggul baru rawa lebak menjadi keharusan untuk dapat mempercepat transfer teknologi dan meningkatkan produksi padi. Penelitian dilaksanakan di Desa Sako, Kecamatan Rambutan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada MK 2008 dan bertujuan untuk mendapatkan alternatif teknologi yang sinerjis dan dinamis di dalam meningkatkan hasil padi yang berkesinambungan baik di lahan rawa pasang surut maupun di lahan rawa lebak. Penelitian diawali dengan kajian kebutuhan dan peluang (KKP) untuk mengetahui semua permasalahan padi rawa lebak di tingkat petani serta kemungkinan pengembangannya. Selanjutnya dilakukan pemecahan masalah dengan menempatkan petani sebagai unsur utama atau yang akan memecahkan permasalahan padi rawa lebak di daerahnya sedangkan penyuluh dan peneliti hanya sebagai fasilitator saja. Berdasarkan hasil KKP diketahui bahwa permasalahan benih berkualitas dan varietas unggul baru menempati urutan prioritas yang harus segera dilaksanakan, selanjutnya pemupukan spesifi k, pengelolaan gulma dan air menjadi urutan penyelesaian prioritas selanjutnya. Hasil kesepakatan dengan kelompok tani akhirnya bersepakat untuk mengadakan demontrasi plot seluas 2,0 ha dan menanam 10 varietas dengan pendekatan budidaya pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang akan dikaji dan dievaluasi bersama dengan kelompok tani, penyuluh, dan peneliti selama kegiatan berlangsung. Rata-rata hasil gabah PTT padi rawa lebak 4,50 t/ha atau meningkat 87,50% dibandingkan dengan cara petani yang hanya memperoleh 2,40 t/ha. Keuntungan bersih usahatani PTT padi rawa lebak Rp.5.103.000/ha dengan B/C ratio 1,31 sedangkan cara petani hanya memberikan keuntungan sebesar Rp.1.530.500/ha dengan B/C ratio 0,47.