Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman by Author "Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian"
Now showing 1 - 20 of 32
Results Per Page
Sort Options
- ItemEfektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Widowati ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPada penelitian isolasi dan karakterisasi bakteri asam laktat (BAL) diperoleh 5 isolat unggul dalam menghasilkan asam laktat pada substrat de Man Rogosa Sharpe broth. Lima isolat unggul tersebut adalah F3, Nb3, KBB3, NNb PR5, dan SLB 22. Isolat-isolat tersebut belum diketahui efektifitasnya dalam memfermen-tasi substrat susu kacang-kacangan sebagai media pertumbuhannya. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui efektifitas BAL unggul dalam memfermen-tasi substrat susu kacang-kacangan dan (2) menguji organoleptik terhadap susu kacang-kacangan asam hasil fermentasi. Lima isolat unggul diuji efektifitas terhadap susu kacang-kacangan sebagai media fermentasi. Parameter efekti-fitas BAL adalah kadar asam laktat setelah 24 jam fermentasi. Susu asam hasil fermentasi diuji tingkat penerimaannya oleh konsumen dengan uji organoleptik. Pengujian ini menggunakan yoghurt komersial sebagai pembanding. Hubungan susu kacang-kacangan dengan isolat paling efektif dan persentase meningkat-nya asam laktat yang dihasilkan secara berurutan adalah kacang hijau-Nb3 = 1,55; kacang merah-KBB3 = 1,05; kacang tanah-NNB PR5 = 0,85; kacang tunggak-SLB 22 = 1,55; kedelai-F3 = 0,95. Tingkat kesukaan panelis terhadap susu kacang merah, susu kacang hijau, susu kacang tunggak tidak berbeda nyata terhadap yoghurt komersial, sedangkan tingkat kesukaan panelis terha-dap susu asam berbahan dasar kedelai dan kacang tanah berbeda nyata. Susu kacang merah asam paling disukai oleh panelis.
- ItemEkstraksi DNA Bacillus thuringiensis Isolat Lokal yang Mengandung Gen Cry1 untuk Pembuatan Pustaka Plasmid Bt(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Rijzaani ...[at al], Habib; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUsaha kloning gen cry1 dari isolat Bacillus thuringiensis lokal telah dilakukan dengan menapis menggunakan PCR. Telah diidentifikasi 11 isolat B. thuringien-sis lokal yang mengandung gen cry1 berdasarkan penggandaan DNA plasmid dengan primer spesifik untuk gen cry1A. Hanya lima dari kesebelas isolat ini yang memiliki satu pita PCR berukuran 490 pb sebagaimana kontrol positif Dipel®. Plasmid yang mengandung sekuen gen ini, dari isolat terpilih Jtg2151, telah diisolasi dan dipotong dengan enzim restriksi. Berdasarkan ukuran DNA plasmid yang terpotong, enzim restriksi EcoRI, HindIII, dan PstI akan dipakai untuk pembuatan pustaka plasmid B. thuringiensis.
- ItemEvaluasi dan Identifikasi Markah Molekuler untuk Sifat Tahan Penyakit Bulai dan Heterosis pada Tanaman Jagung(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianProduksi jagung dapat ditingkatkan melalui penanaman jagung hibrida tahan bulai. Penyakit bulai pada jagung disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis (Rac). Dalam program pemuliaan tanaman, proses seleksi tanaman yang diinginkan memerlukan waktu, tenaga, dan biaya cukup banyak. Pengaruh heterosis merupakan faktor yang cukup penting untuk memperoleh hibrida. Heterosis menghasilkan tanaman yang lebih vigor daripada tetuanya. Masalah yang dihadapi untuk mendapatkan hibrida, yaitu memerlukan proses yang lama untuk memilih kombinasi tetua yang sesuai. Untuk memperoleh efisiensi dalam seleksi, markah molekuler mungkin dapat membantu dalam seleksi. Penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu evaluasi heterosis dan survai markah molekuler untuk sifat tahan bulai dan heterosis. Hasil evaluasi hibrida menunjukkan bahwa empat rekombinan inbrida T3 x T8, T8 x T9, T1 x T3, dan T3 x T10 memberikan penampilan yang baik dengan pengaruh heterosis 99,4-116,7% dan hasil benih 7,3-7,9 t/ha (T1 = SW2-30-2-1-1-#-2-1-2-#, T3 = J1-46-2-2-9-f, T8 = GM19, T9 = Arc 1-178-1-4-1-3-1-1-1-#, T10 = Hy1). Hasil analisis juga menunjukkan adanya pengaruh interaksi lokasi dan hibrida. Primer yang telah digunakan sebanyak 27 dan menghasilkan lima primer yang menunjukkan polimorfisme di antara tanaman tahan dan peka penyakit bulai. Primer yang menunjukkan polimorfisme, yaitu Phi 061, Phi 022, Phi 021, Bngl 589, dan Nc 132. Jarak genetik antara inbrida dilakukan dengan menggunakan tujuh primer, yaitu Bngl128, Phi 115, Bngl 198, Bngl 657, Bngl 127, Bngl 589, dan Bngl 371. Jarak genetik dengan tujuh primer ternyata masih belum menunjukkan adanya hu-bungan antara jarak genetik dengan heterosis, namun studi ini perlu dilanjutkan dengan memperbanyak primer.
- ItemEvaluasi Ketahanan Spesies Padi Liar terhadap Cekaman Biotek dan Abiotik dan Karakterisasi dengan Menggunakan Markah Mikrosatelit(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Abdullah Buang…[at al]; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian evaluasi ketahanan spesies padi liar terhadap cekaman biotik dan abiotic dan karakterisasi dengan menggunakan markah mikrosatelit dilakukan pada TA. 2002, dalam upaya mendapatkan sumber gen ketahanan padi terhadap hama dan penyakit serta cekaman lingkungan dari padi liar yang nantinya dapat digunakan untuk pemuliaan padi. Sebanyak 76 aksesi padi liar dan 3 aksesi padi Afrika dari 15 spesies telah dievaluasi ketahanannya terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) dan blas, hama wereng coklatdan kekeringan. Analisis sidik jari dilaukan dengan mengunkaan markah mikrosatelit. Lima puluh tujuh aksesi diketahui mempunyai ketahanan terhadap HBD, 25 aksesi tahan terhadap 2 strain HBD (IV dan VIII) dan 32 tahan terhadap strain IV saja. Aksesi yang paling banyak tahan terhadap HBD adalah dari spesis O. officinalis. Tujuh aksesi menunjukan tahan dan 3 agak tahan terhadap ras blas 041, ketujuh aksesi tersebut adalah spesies O. officinalis. Dua puluh Sembilan aksesi menunjukan tahan dan 7 agak tahan terhadap wereng coklat, O. officinalis menunjukkan spesies yang paling tahan disbanding sepsis lain. Dua aksesi menunjukan toleran terhadap kekeringan, satu aksesi padi liar O. nivara, 105623 dan padi Afrika, o. glaberrima, 101297. Toleransi terhadap kekeringan dari kedua aksesi tersebut ditunjukkan dengan kemampuan daya tembus akarnya pada media lilin dalam pengujian di laboratorium. Isolasi DNA padi liar telah berhasil dengan baik.
- ItemEvaluasi Lapangan Perangkat ELISA dengan Antibodi Poliklonal untuk Deteksi dan Identifikasi RRSV dan Ralstonia solanacearum(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Manzila ..[at al], Ifa; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPercobaan dilakukan di laboratorium dengan tujuan untuk mengevaluasi keefek-tifan perangkat ELISA dengan PAb untuk deteksi dan identifikasi RRSV dan RS. Perangkat ELISA untuk masing-masing patogen dikemas dalam suatu paket secara terpisah, masing-masing terdiri atas antigen, antibodi, konjugat, bufer, substrat, dan cawan ELISA. Tiap kemasan dapat digunakan untuk menguji 250 contoh tanaman. Teknik DAS-ELISA digunakan untuk menguji keefektifan perangkat ELISA untuk mendeteksi RRSV pada contoh tanaman padi terinfeksi RRSV yang dikoleksi dari Inlitbio Muara dan Balitpa Sukamandi. Sebagai kontrol positif digunakan ekstrak daun padi terinfeksi RRSV yang dipelihara di rumah kaca. Teknik ELISA tidak langsung digunakan untuk menguji perangkat ELISA untuk mendeteksi RS dari umbi kentang terinfeksi RS dari Lembang dan Pangalengan. Sebagai kontrol digunakan sediaan biakan murni isolat RS 9001 asal kacang tanah dari Inlitbio Cikeumeuh. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkat ELISA yang diuji cukup efektif untuk mendeteksi RRSV dan RS dari contoh tanaman yang terinfeksi patogen dari lapang. Perangkat ELISA yang di-rakit dapat digunakan untuk mendeteksi patogen baik dari suspensi biakan mur-ni maupun dari ekstrak tanaman dengan limit deteksi 0,5 μg/ml untuk RRSV dan 104 sel/ml untuk bakteri RS. Perangkat ini siap untuk diperbanyak secara massal melalui kerja sama kemitraan.
- ItemEvaluasi Tanaman Kedelai Generasi R1 Hasil Transformasi dengan Gen Proteinase Inhibitor II(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Herman ...[at a], Muhammad; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetik serta rumah kaca terbatas (FUT) Kelti Biologi Molekuler, Balai Penelitian Biotek-nologi Tanaman Pangan Bogor pada tahun anggaran 2000. Penelitian terdiri dari dua kegiatan, yaitu (1) bioasai tanaman kedelai transgenik R1 terhadap Etiella zinckenella Treit. dan (2) analisis molekuler gen pinII pada tanaman ke-delai R1 hasil transformasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan ekspresi gen pinII pada tanaman kedelai generasi R1 hasil transformasi. Satu event tanaman hasil transformasi melalui Agrobacterium yang mengan-dung gen pinII telah diperoleh, yaitu AT1 (varietas Tidar) dan lima event tanam-an hasil transformasi melalui penembakan dengan gen pinII, yaitu dua dari vari-etas Wilis (WP1 dan WP2) dan tiga dari varietas Tidar (TP1, TP2, TP3). Semua event tanaman ini fertil kecuali TP3 dan selanjutnya biji/benih ditanam kembali untuk keperluan pengujian bioasai dan molekuler. Pengujian bioasai tanaman kedelai hasil transformasi terhadap larva E. zinckenella Treit. juga telah dilaku-kan. Beberapa individu yang diuji (khususnya WP1 dan AT1) memiliki ketahan-an terhadap hama ini yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat kerusakan pa-da polong/biji. Biji yang sehat selanjutnya dikoleksi untuk pengujian lebih lanjut. Pada kegiatan analisis molekuler, telah berhasil diisolasi DNA total dari semua individu R1 pada semua event menggunakan sampel daun muda dengan meto-de modifikasi Saghai-Maroof (CTAB). DNA sampel yang telah dimurnikan selan-jutnya digunakan untuk deteksi gen pinII menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan primer spesifik untuk gen pinII. Hasil check PCR menunjukkan adanya beberapa sampel positif gen pinII, yaitu pada pita berukur-an 600 bp, di antaranya AT1-7, AT1-11, AT1-21, AT1-22, AT1-25, dan WP2. Benih tanaman yang PCR positif akan diteruskan untuk analisis generasi berikutnya.
- ItemFusi Protoplas Intraspesies antar Bradyrhizobium japonicum(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Saraswati ...[at al], Rasti; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPerbaikan mutu genetik inokulum rhizobia dapat dilakukan menggunakan teknik fusi protoplas. Penelitian fusi protoplas intraspesies dilakukan antara Bradyrhi-zobium japonicum L17kloram dengan B. japonicum Pd10ABkan dengan tujuan mendapatkan bakteri hasil fusi yang memiliki karakter berbeda dengan parental-nya. Pemanenan sel untuk persiapan protoplas dilakukan pada pertengahan fase eksponensial. Teknik isolasi dan fusi protoplas dilakukan berdasarkan metode Eisa et al. tahun 1995, menggunakan lisozim 5 mg/ml sebagai pelisis dinding sel dan polyethylene glycol (PEG) 4.000 50% (b/v) sebagai agen fuso-genik. Regenerasi protoplas hasil fusi menggunakan medium nonselektif; se-dangkan seleksi bakteri hasil fusi menggunakan medium selektif yang mengan-dung antibiotik kanamisin (200 g/ml) dan kloramfenikol (100 g/ml). Karak-terisasi bakteri hasil fusi meliputi pewarnaan Gram, pertumbuhan di medium YEMA yang mengandung bromthymol blue, kemampuan menyerap warna congo red, pertumbuhan pada medium YEMA yang mengandung NaCl 2%, medium YEMA dengan pH 4,5 dan 9, serta karakterisasi menggunakan pola Resistensi Intrinsik Antibiotik (RIA). Pemanenan sel untuk persiapan protoplas dilakukan pada jam ke-72. Persentase pembentukan protoplas B. japonicum L17kloram sebesar 72,84%; sedangkan untuk B. japonicum Pd10ABkan sebesar 70,11%. Frekuensi regenerasi B. japonicum L17kloram sebesar 5,35 x 10-3; se-dangkan frekuensi regenerasi protoplas B. japonicum Pd10ABkan sebesar 7,93 x 10-4. Frekuensi fusi protoplas sebesar 1,17 x 10-4. Karakterisasi bakteri hasil fusi menunjukkan bahwa INTRA-1-INTRA-30 merupakan bakteri Gram negatif dan berbentuk batang, tidak dapat hidup pada konsentrasi NaCl 2%, bereaksi basa pada medium yang mengandung bromthymol blue dan tidak dapat menyerap warna congo red. Bakteri hasil fusi INTRA-1-INTRA-14 dapat tumbuh pada medium YEMA dengan pH 4,5 dan 9, INTRA-15, INTRA-16 dan INTRA-19 dapat tumbuh pada pH 4,5 dan tidak tumbuh subur pada pH 9; sedangkan INTRA-17, INTRA-18, INTRA-20-INTRA-30 dapat tumbuh pada pH 4,5 dan tidak dapat tumbuh pada pH 9. Karakterisasi menggunakan pola Resistensi Intrinsik Antibiotik (RIA) menunjukkan bahwa bakteri hasil fusi terbagi dalam enam kelompok yang berbeda dengan parentalnya. Berdasarkan pengujian kemampuan penambatan N2, diperoleh hasil bahwa bakteri hasil fusi INTRA memberikan respon nyata terhadap bobot kering tajuk, bobot kering akar dan bintil akar, dan kadar N total tanaman kedelai. Diperoleh INTRA-8 yang memiliki keefektifan simbiotik sebesar 70% terhadap kontrol IoN, dan hal ini tergolong sangat tinggi dibandingkan dengan parental, kontrol IoNo, dan kontrol IoN.
- ItemInduksi dan Multiplikasi Tunas Gembili dan Kentang Hitam untuk Penyimpanan secara Kultur In Vitro(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Noviati ...[at al], Arief V.; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKentang hitam dan gembili merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang berpotensi untuk dikembangkan. Penyimpanan koleksi umbi-umbian umumnya dilakukan di kebun koleksi yang memerlukan banyak tempat, waktu, dan tena-ga. Penyimpanan secara in vitro merupakan salah satu alternatif yang dapat di-gunakan. Sebelum dilakukan penyimpanan secara in vitro perlu dipelajari ter-lebih dahulu metode perbanyakan secara in vitro. Pada percobaan ini diberikan perlakukan BAP (0; 0,5; 1,0; dan 2,0 mg/l) serta kinetin (0; 0,5; 1,0; 2,0; dan 4,0 mg/l) untuk merangsang pertumbuhan tunas. Penambahan zat pengatur tum-buh BAP sampai konsentrasi tertentu dapat meningkatkan banyaknya tunas gembili dan kentang hitam. Pada Konsentrasi BAP 1,1 mg/l merupakan konsen-trasi yang dapat memberikan banyaknya tunas maksimum. Penambahan kinetin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap banyaknya tunas gembili dan kentang hitam.
- ItemInisiasi Akar Manggis dari Tunas In Vitro(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Sunarlim ...[at al], Novianti; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPertumbuhan tunas manggis secara kultur jaringan telah berhasil dilakukan, se-dangkan perakaran masih sukar dan keberhasilannya masih sangat rendah. Pe-nelitian perakaran manggis dilakukan pada musim tanam 2002 di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Per-tanian. Penelitian dilakukan dengan mencoba 2 media dasar (WPM dan MS) dengan 3 taraf media dasar (1, ½, dan ¼ formula) dan penambahan IBA (5 dan 10 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media WPM lebih baik diban-dingkan dengan media MS. Pada umur 3 bulan eksplan yang ditumbuhkan pada media WPM (WPM + IBA 5 mg/l, WPM + IBA 10 mg/l, ½ WPM + IBA 10 mg/l, ¼ WPM + IBA 5 mg/l, dan ¼ WPM + IBA 10 mg/l) sudah berakar, sedangkan pada media MS diperlukan waktu 6 bulan dan hanya 1 perlakuan (¼ MS + IBA 5 mg/l) yang berakar. Persentase eksplan yang berakar tertinggi didapat dari media ¼ WPM + IBA 10 mg/l, yaitu sebanyak 66,7%.
- ItemIsolasi DNA Daun Jagung Menggunakan Metode Delaporta dan CIMMYT yang Dimodifikasi(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Purwanti, Haeni; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianIsolasi DNA daun jagung menggunakan metode Delaporta dari Universitas Delaporta dan CIMMYT yang dimodifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor dan Laborato-rium Genetika, IPB-UPLB, Filipina. Tujuan percobaan adalah mencari prosedur ekstraksi DNA daun jagung yang sesuai dan memberikan hasil yang optimal. DNA daun jagung berhasil diisolasi dengan metode Delaporta yang biasa di-gunakan untuk mengekstraksi DNA padi dan tanaman lainnya di Universitas Delaporta dan telah dimodifikasi. Kuantitas DNA yang berhasil diisolasi dari tiap sampel cukup banyak, namun kualitasnya kurang bagus. Sediaan DNA yang di-peroleh umumnya terdegradasi, sehingga tidak dapat digunakan untuk peneliti-an selanjutnya, misalnya untuk diamplifikasi dengan teknik PCR atau dipotong dengan enzim restriksi pada analisis menggunakan teknik RFLP. Ekstraksi DNA daun jagung menggunakan metode yang direkomendasikan oleh CIMMYT da-pat menghasilkan isolat DNA yang baik, berupa pelet berwarna putih, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
- ItemKonfirmasi Virulensi Beberapa Isolat Bt Lokal yang Mengandung Gen Cry terhadap Hama Tanaman(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Bahagiawati ...[at al]; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTelah dikonfirmasi toksisitas beberapa isolat Bt terhadap 4 jenis hama tanaman, yaitu Ostrinia furnacalis (penggerek batang jagung), Spodoptera lituralis (ulat-grayak), hama kubis Plutella xylostella, dan hama kedelai Phaedonia inclusa. Pengujian yang digunakan untuk mengetahui toksisitas terhadap O. furnacalis dan S. lituralis adalah dengan teknik pakan buatan sedangkan untuk P. xylostella dan P. inclusa adalah dengan sistem leaf disk (oles daun). Hasil penelitian toksisitas pada O. furnacalis menunjukkan bahwa dari 15 isolat yang diuji, 6 isolat memperlihatkan toksisitas tinggi dengan mortalitas di atas 80%, sedangkan terhadap S. lituralis dari 6 isolat yang diuji hanya 3 isolat yang menunjukkan mortalitas lebih besar 50%. Untuk P. xylostella telah diuji 12 isolat dan hanya 6 isolat memperlihatkan mortalitas sama dengan atau lebih besar dari 90%. Pengujian terhadap P. inclusa memperlihatkan dari 13 isolat yang di-uji, 4 isolat memperlihatkan toksisitas relatif tinggi dengan LD50 2,0-3,3 hari.
- ItemMenuju Perakitan Tanaman Padi Transgenik Tahan Hama Penggerek Batang(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Somantri ...[at al], Ida Hanarida; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDi Indonesia, penggerek batang padi (Scirpophaga sp., Lepidoptera) merupakan salah satu hama utama yang menyebabkan penurunan produksi padi. Padi ta-han hama penggerek batang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Sumber gen ketahanan terhadap hama ini belum ditemukan pada plasma nut-fah padi. Telah diketahui bahwa gen cry dari Bacillus thuringiensis menghasil-kan protein yang toksik terhadap Lepidoptera. Oleh karena itu, teknik DNA re-kombinan diperlukan untuk memperoleh padi transgenik (T0) tahan penggerek padi. Penelitian yang dilakukan pada tahun anggaran 1998/99, yaitu (1) trans-formasi padi dengan bombardemen mikroprojektil dan (2) evaluasi tanaman pu-tative transgenik (T0). Pada kegiatan pertama, eksplan yang digunakan adalah kalus embriogenik dari Taipei-309, Bengawan Solo, Rojolele, dan Asemandi, sedangkan konstruksi gen yang digunakan adalah pSBB (35S, cry IA(b)), pUBB (ubiquitin, cry IA(b)), pUBC (ubiquitin, cry IA(c)), serta konstruksi gen yang me-ngandung markah seleksi gen Gus dan hph (pRQ6), serta markah seleksi gen Gus dan Bar (pBar) yang dihambat oleh promotor 35S. Metode yang digunakan adalah sistem ko-transformasi yang menggunakan perbandingan molaritas 4 : 1 untuk gen target. Pada kegiatan kedua, dilakukan evaluasi terhadap tanaman putative transgenik yang diregenerasikan dari kalus yang telah lolos seleksi uji antibiotik higromisin dan herbisida BastaR. Dari penelitian ini, telah berhasil di-regenerasikan tanaman hijau (T0) dari varietas Taipei-309 (118 tanaman) dan Asemandi (73 tanaman). Hasil evaluasi uji ekspresi gen Gus pada T0 yang ber-asal dari kalus yang ditembak dengan pRQ6 dan pUBB menunjukkan bahwa 66% Taipei-309 dan 25,6% Asemandi mengekspresikan gen Gus. Saat ini, ma-sih berlangsung evaluasi lebih lanjut pada tanaman T0 serta pengujian melalui bioasai dengan hama penggerek batang.
- ItemOptimasi Sistem Perakaran dan Aklimatisasi Iles-iles (Amorpophalus sp.)(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Supriati ..[at al], Yati; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTanaman iles-iles (Amorpophalus sp.) sebagai sumber zat mannan yang ber-serat tinggi merupakan komoditi yang memiliki potensi untuk dikembangkan ka-rena banyak diekspor ke berbagai negara. Zat mannan dapat digunakan seba-gai bahan pangan maupun industri. Kendala di Indonesia, tanaman ini belum di-kembangkan karena keterbatasan informasi mengenai fungsi dan penggunaan bahan baku tersebut. Kebutuhan akan ekspor saat ini hanya dipenuhi melalui petani yang mengumpulkan iles-iles yang tumbuh liar baik di lingkungan perke-bunan maupun kehutanan. Upaya budi daya yang intensif tentu saja harus di-tunjang oleh ketersediaan bibit. Untuk optimasi perakaran tunas hasil perba-nyakan disubkultur pada media MS (½ dan ¼) dan dikombinasikan dengan empat taraf IAA (0, 0,5, 1,0, dan 1,5 mg/l). Rancangan pada percobaan opti-masi perakaran disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Pengamatan meliputi jumlah akar, panjang akar, dan penampakan visual biakan. Untuk percobaan aklimatisasi telah dicoba 5 jenis media tumbuh (tanah, pupuk kandang, casting, sekam, dan kompos). Bibit disusun berdasar-kan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 ulangan. Peubah yang di-amati tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah umbi tetas, dan kualitas batang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan perakaran iles-iles dalam kultur in vitro cukup digunakan media dasar ¼ MS, tanpa digunakan zat pengatur tumbuh. Sedangkan media tumbuh yang tebaik untuk aklimatisasinya, yaitu campuran tanah dengan casting dengan takaran 1 : 1.
- ItemOrganogenesis dan Embriogenesis Somatik Kedelai secara In Vitro(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Pardal ...[at al], Saptowo Jumali; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor pada tahun anggaran 1999/2000. Penelitian dilakukan untuk perbaikan sistem regenerasi tanaman kedelai hasil transformasi genetik dengan gen proteinase inhibitor (pinII) meng-gunakan metode penembakan partikel (particle bombardment). Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan tahun keempat dari RPTP yang berjudul Trans-formasi Tanaman Kedelai dan Kacang Tanah untuk Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit. Pada kegiatan pertama dilakukan perbaikan sistem regenerasi tanaman kedelai baik melalui tahap organogenesis maupun embriogenesis somatik. Pada tahap organogenesis telah digunakan dua media induksi multipli-kasi tunas yang baru, yaitu MBTD (MS + B5 vitamin + thidiazuron + 2,4-D) dan MBTN (MS + B5 vitamin + thidiazuron + NAA). Eksplan yang digunakan kotile-don tua dari kecambah kedelai umur tujuh hari. Hasil menunjukkan bahwa me-dia MBTN memberikan hasil multiplikasi dan kualitas tunas yang lebih baik dari-pada media MBTD. Tunas yang dihasilkan berhasil diakarkan dan selanjutnya diaklimatisasi di rumah kaca hingga dewasa. Pada tahap embriogenesis soma-tik tetap digunakan eksplan embrio muda dan kotiledon muda dari polong kede-lai umur 14-15 hari setelah polinasi. Empat macam media induksi embriogene-sis telah dicoba, yaitu media MS + B5 vitamin + 2,4-D (1; 1,5; dan 2 mg/l) dan MS + B5 vitamin + 2,4-D 2 mg/l + L-asparagin 50 mg/l + L-glutamin 50 mg/l. Ha-sil menunjukkan bahwa media dengan kadar 2,4-D 1 mg/l atau 1,5 mg/l sangat baik untuk induksi embrio somatik, tetapi jumlah planlet yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan media dengan kadar 2,4-D 2 mg/l.
- ItemPencarian Markah Molekuler untuk Padi Tahan Blas: Survai Polimorfisme dan Analisis Segregasi dengan Markah RFLP(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Agisimanto ...[at al], Dita; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenggunaan varietas tahan adalah strategi yang paling ekonomis, efisien, dan ramah lingkungan dalam mengurangi kehilangan hasil akibat serangan penyakit blas yang disebabkan oleh jamur blas. Percobaan ini dilakukan untuk memper-oleh kombinasi enzim restriksi dan probe yang mampu membedakan Danau Tempe dan Kencana Bali dan analisis segregasi beberapa probe cDNA padi dan oat pada populasi F8 hasil persilangan Danau Tempe dan Kencana Bali. Kombinasi 53 probe dan lima enzim restriksi menghasilkan 21 pasang kombina-si yang mampu membedakan tetua. Kombinasi antara enzim restriksi DraI dan probe dengan motif struktur NBS-LRR menghasilkan tingkat polimorfis tertinggi dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Sebanyak enam probe telah dihibridi-sasikan pada galur-galur inbrida rekombinan.
- ItemPengaruh Beberapa Krioprotektan terhadap Keberhasilan Penyimpanan Ubi-ubian secara Kriopreservasi(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Tambunan ...[at al], Ika R.; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenyimpanan dengan teknik kriopreservasi merupakan penyimpanan in vitro yang berpotensi untuk menyimpan plasma nutfah dalam jangka panjang. Penelitian dilakukan pada TA 2002 yang terdiri dari dua kegiatan, yaitu (1) krio-preservasi ubi kayu (Manihot utilissima) yang ditujukan untuk mengetahui durasi prakultur yang optimal dan untuk mengetahui pengaruh beberapa macam krioprotektan dalam beberapa macam durasi loading dan (2) kriopreservasi yam (Dioscorea alata) yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh beberapa macam media prakultur dan durasi prakultur yang optimal. Pada percobaan kriopreser-vasi ubi kayu, prakultur dilakukan pada media MS dengan penambahan sukrosa 0,3 M dengan durasi 1, 2, dan 4 hari. Loading dilakukan selama 10, 20, dan 30 menit. Larutan krioprotektan yang diujikan adalah PVS1, PVS2, dan PVS3. Pa-da percobaan kriopreservasi yam, prakultur dilakukan pada media MS dengan taraf sukrosa 0,3; 0,5; dan 0,7 M dengan penambahan asam sitrat 100 ppm. Hasil percobaan kriopreservasi ubi kayu menunjukkan bahwa durasi prakultur yang optimal selama 4 hari. Kombinasi perlakuan prakultur 4 hari dan loading selama 20 menit merupakan perlakuan terbaik untuk semua jenis krioprotektan yang diujikan. Larutan PVS3 (50% gliserol + 50% sukrosa dalam media MS) mempunyai daya hambat yang paling rendah terhadap pertumbuhan kultur. Hasil percobaan kriopreservasi yam menunjukkan bahwa kultur yam mempu-nyai toleransi yang cukup tinggi terhadap taraf sukrosa tinggi hingga 0,7 M pada perlakuan prakultur.
- ItemPengaruh berbagai Formulasi Media terhadap Regenerasi Kalus Padi Indica(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Lestari ..[at al], Endang G.; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKultur in vitro merupakan aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan genotipe baru yang tahan terhadap faktor biotik maupun abiotik. Untuk men-capai hasil sesuai dengan yang diharapkan maka sistem regenerasi harus di-kuasai terlebih dahulu antara lain pada padi Indica yang banyak dilaporkan sulit diregenerasikan. Dengan diperolehnya sistem regenerasi maka penelitian per-baikan dapat dilakukan antara lain untuk sifat tahan terhadap kekeringan me-lalui metode seleksi in vitro. Varietas yang digunakan untuk diuji sistem regene-rasinya adalah Cisadane, Bengawan Solo, Towuti, Gajahmungkur, dan Jati Luhur. Kalus yang diperoleh dari embrio zigotik dengan media tumbuh MS + 2 mg/l 2,4-D + 2 g/l kasein hidrolisat diregenerasikan pada media MS + BA (1-5 mg/l) + IAA 0,1 mg/l atau thidiazuron (0,2-0,4 mg/l) + zeatin 0,1 mg/l atau prolin 100 mg/l. Untuk perakaran digunakan media dasar MS (1, ½) + IAA 1 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan untuk varietas Gajahmungkur persentase keber-hasilan regenerasi yang tinggi (30%) diperoleh dari media MS+ BA 3 mg/l + thidiazuron 0,5 mg/l. Dengan varietas yang sama keberhasilan dapat lebih me-ningkat, yaitu 80% apabila digunakan media MS + BA 3 mg/l + thidiazuron 0,2 mg/l dan perakaran dengan MS ½ + IAA 1 mg/l. Regenerasi tunas pada varietas Cisadane dan Bengawan Solo dapat meningkat menjadi 70 dan 60% dengan melakukan subkultur seawal mungkin pada media yang sama, yaitu MS + BA 3 dan 5 mg/l + IAA 0,1 mg/l + zeatin 0,1 mg/l.
- ItemPengujian Planlet Abaka Hasil Seleksi terhadap Fusarium oxysporum(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Sukmadjaja, Deden; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSerangan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam usaha pertanaman abaka (Musa textilis Nee). Penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit tersebut merupakan cara yang paling cocok dalam menanggulangi masalah tersebut. Akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan varietas abaka yang tahan terha-dap penyakit tersebut. Seleksi in vitro merupakan salah satu metode seleksi dalam upaya memperoleh tanaman abaka yang tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berupa biakan abaka yang telah diinduksi keragaman somaklonalnya dengan radiasi 1 krad. Dua macam komponen seleksi yang digunakan adalah asam fusarat dan filtrat dari F. oxysporum dalam beberapa konsentrasi. Seleksi secara in vitro dilaku-kan melalui dua tahap berurutan, di mana pada seleksi tahap II konsentrasi asam fusarat dinaikkan satu tingkat dari seleksi I. Setelah itu, dilakukan seleksi silang dengan filtrat atau asam fusarat untuk mengetahui kestabilan perubahan sifat yang dihasilkan. Nomor-nomor yang tahan hasil seleksi secara in vitro di-perbanyak untuk dilakukan pengujian ketahanannya terhadap F. oxysporum di kamar kaca. Hasil pengujian ketahanan terhadap Fusarium di kamar kaca me-nunjukkan bahwa penggunaan bahan tanaman dari perlakuan radiasi 1 krad umumnya menghasilkan tanaman yang relatif lebih tahan terhadap Fusarium di-bandingkan dengan bahan tanaman yang tidak diradiasi. Kombinasi perlakuan radiasi 1 krad dengan seleksi menggunakan asam fusarat 30-45 ppm serta di-lanjutkan dengan seleksi silang dengan filtrat Fusarium 50% dapat menghasil-kan tanaman abaka yang mempunyai persentase hidup paling tinggi (75%) se-telah diinokulasi dengan konidia F. oxysporum. Dari 30 nomor planlet yang diuji di kamar kaca terdapat 20 nomor yang tahan terhadap F. oxysporum. Hasil pengujian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara ketahanan terhadap toksin murni asam fusarat dengan ketahanan terhadap suspensi konidia F. oxysporum. Perlakuan radiasi yang dikombinasikan dengan seleksi in vitro da-pat menghasilkan tanaman abaka yang tahan terhadap patogen F. oxysporum.
- ItemPeningkatan Ketahanan Tanaman Abaka terhadap Penyakit Layu melalui Kultur In Vitro(Balai Penelitian Bioteknologi TanamanPangan, 2001) Mariska ...[at al], Ika; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTanaman abaka (Musa textilis) sangat potensial untuk dikembangkan karena dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan. Namun demikian, salah satu kendala dalam pengembangan tanaman abaka adalah adanya serangan penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Untuk mendapatkan genotipe baru yang lebih tahan maka dilakukan seleksi pada massa sel dengan menggunakan asam fusarat (0-75 ppm) dan F. oxysporum (0-50%) sebagai komponen seleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan regenerasi kalus semakin menurun dengan semakin meningkatnya konsentrasi asam fusa-rat (AF) atau filtrat. Enam minggu setelah tanam, jumlah tunas dari kontrol, fil-trat 10, 30, dan 50% masing-masing sebanyak 12, 18, 3, dan 2. Respon yang sama diperoleh dari massa sel yang diseleksi dengan AF. Semakin meningkat konsentrasi AF maka persentase kalus yang beregenerasi semakin rendah. Delapan minggu setelah tanam, tunas adventif yang terbentuk dari kontrol, AF 75 ppm, dan AF 45 ppm berturut-turut 8, 1, dan 3. Pada proses pemulihan (media MS + BA + thidiazuron), tunas yang berasal dari AF 60 dan 75 ppm mati, sedangkan yang berasal dari kontrol tunasnya dapat berploriferasi.
- ItemPenyelamatan Embrio Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kerabat Liarnya(Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, 2003-12) Hutami ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) mempunyai prospek yang baik untuk di-kembangkan antara lain di lahan kering. Dari berbagai penyakit yang banyak menyerang pertanaman kacang hijau terdapat tujuh jenis penyakit penting antara lain penyakit kudis yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe iwatae. Sampai saat ini, belum ada varietas unggul kacang hijau tahan penyakit kudis. Sifat tahan terhadap penyakit kudis terdapat pada kerabat liarnya, kacang hitam (Vigna mungo (L) Hepper). Namun demikian, persilangan antara keduanya ter-dapat inkompatibilitas. Persilangan antara V. radiata dan V. mungo menghasil-kan biji yang morfologinya tidak normal, persentase perkecambahan biji yang rendah serta F1 yang diperoleh selalu steril. Untuk meningkatkan keberhasilan perkecambahan dan fertilitas tanaman F1 maka dilakukan penyelamatan em-brio pada tingkatan umur yang lebih dini, serta penggandaan kromosom pada biakan F1. Kultur in vitro telah banyak dimanfaatkan untuk menyelamatkan em-brio atau biji hasil persilangan seksual dengan cara mengkulturkannya pada medium tumbuh. Pada penelitian ini empat varietas kacang hijau ditanam di ru-mah kaca, yaitu varietas Walet sebagai Vigna radiata, sedangkan Vigna mungo ada tiga jenis, yaitu VR-34, VR-35, dan No. 19/1. Perlakuan yang diuji ada tiga, yaitu (1) tetua betina kacang hitam, (2) umur biji muda setelah persilangan, dan (3) formulasi medium. Setelah tanaman berbunga dilakukan persilangan antara V. radiata dan V. mungo maupun resiprokalnya. Dari polong yang terbentuk se-telah umur 1, 2, dan 3 minggu setelah persilangan embrionya dikulturkan secara in vitro pada beberapa medium, yaitu (1) MS + kinetin 0,2 mg/l + IAA 1 mg/l + kasein hidrolisat 0,5 g/l; (2) Knudson; (3) Knudson C; (4) Knudson + BA 1 mg/l; (5) Knudson C + BA 1 mg/l. Parameter yang diamati, yaitu persentase keber-hasilan persilangan embrio/biji muda yang berkecambah, jumlah tunas dan pe-nampakan biakan secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen-tase keberhasilan tertinggi didapatkan pada persilangan antara kacang hijau varietas Walet dengan kacang hitam No. 19/1. Keberhasilan perkecambahan embrio hasil persilangan dengan kacang hijau sebagai tetua betina akan me-ningkat dengan meningkatnya umur embrio. Embrio dapat berkecambah pada seluruh medium dasar yang digunakan dan akan meningkat apabila ditambah-kan BA 1 mg/l. Sampai akhir pengamatan embrio hasil persilangan dengan tetua betina kacang hitam belum dapat berkecambah.