Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 109
  • Item
    Pendugaan Umur Simpan Produk Bekatul Hasil Bioproses Menggunakan Metode Akselerasi
    (Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Sukarno ...[at al], Lalu; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Bahan pangan sumber protein yang belum dimanfaatkan secara optimal antara lain adalah bekatul. Kendala pemanfaatan bekatul sebagai bahan pangan adalah mudah rusak, sehingga nilai ekonomi menjadi rendah. Kerusakan bekatul secara visual ditandai dengan bau tengik dan tekstur menggumpal. Ketengikan bekatul ditandai dengan meningkatnya pembentukan asam lemak bebas (ALB) dan asam tio barbiturat (ATB). Penelitian bertujuan untuk menduga umur sim-pan bekatul dengan metode akselerasi. Bekatul hasil bioproses enzimatis dari tiga varietas padi, yaitu Aromatik, IR64, dan Turonggo (Ketan) dikemas dalam tiga kemasan, yaitu plastik polos (Pp), aluminium foil (Af), dan plastik warna (Pw), selanjutnya disimpan pada suhu 30, 40, dan 50oC. Hasil penelitian me-nunjukkan secara umum jenis bahan pengemas berpengaruh terhadap mutu produk. Bahan kemasan terbaik ialah Af diikuti Pw dan Pp. Selama penyimpan-an enam minggu, kadar air bekatul yang dikemas Af turun dari 7,2-7,6% menja-di 4,5-4,6%. Bekatul tanpa perlakuan yang disimpan pada suhu kamar kadar airnya meningkat dari 10% menjadi 16%. Pada seluruh kemasan dan suhu penyimpanan, kadar ALB bekatul hasil bioproses setelah disimpan selama lima minggu masih di bawah 15 mg/g, sedangkan bekatul tanpa perlakuan kadar ALB pada minggu pertama telah mencapai 19,45 mg/g. Kadar ATB pada selu-ruh perlakuan sampai dengan minggu ke-6 penyimpanan belum mencapai 1%. Ketengikan tercium apabila kadar ATB produk 3%. Jadi bekatul enzimatis tersebut masih mempunyai kualitas yang baik. Diduga bekatul enzimatis yang dipro-ses dengan 0,01% fitase dan protease serta dikemas aluminium foil, plastik polos, dan plastik warna mempunyai umur simpan masing-masing 59-78 hari, 55-71 hari, dan 64-83 hari.
  • Item
    Purifikasi Menggunakan Prep Cell dan Karakterisasi -amilase dari Isolat Bacillus sp. MII-10
    (Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Richana ...[at al], Nur; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Purifikasi enzim -amilase dari isolat Bacillus sp. MII-10 telah dilakukan dengan menggunakan alat preparative electrophoresis Prep Cell 491 BioRad. Karak-terisasi enzim meliputi kondisi katalitik (pH dan suhu) optimum, kestabilan, kine-tik, bobot molekul, inhibisi dan aktivitasnya terhadap beberapa senyawa kimia, serta kemampuan menghidrolisis pati ubi kayu. Hasil pemurnian ternyata men-capai peningkatan kemurnian enzim sebesar 4,6 kali dan perolehan kembali sebesar 11,2%. Aktivitas enzim -amilase dari isolat Bacillus sp. MII-10 memer-lukan pH optimum 7,0 dan suhu optimum 50-60oC. Enzim -amilase tersebut stabil pada pH 7,0 selama 24 jam pada suhu 4oC dan pada suhu 70oC selama 5 menit. Sifat kinetika enzim yang ditunjukkan oleh nilai Km adalah 0,169% terha-dap substrat soluble starch setara dengan 1,69 mg/ml. Enzim tersebut memiliki afinitas cukup baik terhadap substrat dan mampu mencapai kecepatan katalitik maksimum pada konsentrasi substrat yang rendah (1,5% berat/volume). Inhibisi enzim -amilase yang terjadi disebabkan oleh Na2CO3 (2 mM) 82,5%, AgNO3 (2 mM) 22%, EDTA (0,5 mM) 78%, sedangkan glukosa (2 mM) 98% dan malto-sa 94%. Berdasarkan pendugaan bobot molekul dengan elektroforesis menggu-nakan gel poli-akrilamid, amilase dari Bacillus sp. MII-10 merupakan enzim yang aktif dalam persenyawaan dari empat subunit rantai protein, yang masing-masing berukuran sama (tetramer). Bobot molekul monomernya adalah 424,6 Dalton dan 168.413,8 Dalton untuk bobot molekul dalam persenyawaan tetra-mer. Hasil analisis jenis gula menunjukkan bahwa enzim amilase tersebut ada-lah -amilase, karena menghasilkan glukosa, maltosa, campuran oligosakarida, dan dekstrin, sama dengan -amilase pembanding. Variasi waktu reaksi dari 0 sampai 24 jam menunjukkan produk yang tetap beragam, sehingga dapat di-simpulkan pola hidrolisis oleh enzim adalah endo -amilase. Amilase kasar dari isolat Bacillus sp. MII-10 menghasilkan nilai dekstrosa ekivalen (DE) 9,96.
  • Item
    Karakterisasi Fitase dari Bacillus coagulans
    (Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Widowati ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Fitase (mio-inositol heksakisfosfat fosfohidrolase, E.C. 3.1.3.8.) merupakan suatu fosfomonoesterase yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi orto-fosfat anorganik dan ester-ester fosfat dari mio-inisitol yang lebih rendah. Asam fitat adalah sejenis ester fosfat yang dapat mengikat mineral penting (Ca++, Fe++, Mg++) dan protein sehingga sulit diserap tubuh. Pemanfaatan fitase untuk menurunkan kadar asam fitat dalam bahan makanan dan meningkatkan nilai cernanya, perlu memperhatikan karakteristik enzim, sehingga enzim bekerja pada kondisi aktivitas optimumnya. Fitase yang digunakan berasal dari Bacillus coagulans E.1.4.4., dilakukan semipurifikasi, yaitu dengan metode pengendap-an garam amonium sulfat 70%, dilanjutkan dengan dialisis. Fraksi hasil dialisis kemudian dikarakterisasi. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas spesifik fitase hasil dialisis ialah 0,8754 U/mg protein dengan kemurnian 1,83 kali. Enzim ter-sebut memiliki aktivitas optimum pada suhu 40oC dan pH 6,0. Penurunan aktivitas enzim terjadi bila konsentrasi substrat >0,7 mM. Nilai Km yang diper-oleh dari kurva Lineweaver-Burk sebesar 0,562 mM, Vmaks 0,73 mol PO4-3/ menit/ml. Mineral kalsium, mangan, dan magnesium dapat berperan sebagai aktivator bagi fitase B. coagulans, sedangkan besi sebagai inhibitornya.
  • Item
    Studi Pengaruh Penambahan Mineral terhadap Aktivitas Protease dari Bacillus circulans 9b3
    (Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Widowati ...[at al], Sri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Kelemahan enzim semi kasar ialah stabilitas dan aktivitasnya rendah. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dan aktivitas enzim, yaitu pemberian aditif berupa mineral atau ion logam. Pengaruh ion logam ter-hadap aktivitas protease bervariasi tergantung jenis logam dan konsentrasi. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh beberapa jenis mineral terha-dap aktivitas protease dari Bacillus circulans 9b3. Jenis mineral divalen yang ditambahkan, yaitu MgSO4, MnSO4, ZnSO4, CaCl2, dan FeSO4 dengan konsen-trasi 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mM. Pengaruh penambahan mineral terhadap aktivitas protease dihitung dalam persen, dibandingkan dengan aktivitas prote-ase kontrol (tanpa mineral) yang dianggap 100%. Hasil penelitian menunjukkan pada semua tingkat konsentrasi, ion logam Mn2+ dan Ca2+ dapat meningkatkan aktivitas protease. Kenaikan aktivitas tertinggi dicapai pada konsentrasi 1,5 mM, berturut-turut untuk penambahan Ca2+ dan Mn2+, yaitu 5 dan 31%. Pada semua tingkat konsentrasi, ion Mg2+ menurunkan aktivitas protease, sedangkan ion lo-gam lain pengaruhnya tidak menentu. B. circulans 9b3 yang dipakai untuk pro-duksi dua buah plasmid.
  • Item
    Teknik Produksi dan Formulasi Bakteri Kitinolitik untuk Pengendalian Penyakit Karat Kedelai
    (Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, 2001-12) Priyatno ...[at al], Tri Puji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
    Teknik produksi dan formulasi tiga isolat unggulan bakteri kitinolitik (6a, 6m, dan 7) telah dipelajari untuk pengembangan biofungisida patogen karat kedelai (Phakopsora pachyrhizi). Di antara empat jenis media yang diuji, PDYB dengan kandungan yeast extract 0,75% merupakan media yang paling efisien dan efektif menghasilkan jumlah sel bakteri tertinggi. Waktu panen sel yang terbaik adalah 24 jam setelah inkubasi. Isolat 6m dan 7 memproduksi sel tertinggi pada suhu 32oC sedangkan isolat 6a pada suhu 24oC. Kecepatan agitasi optimum untuk ketiganya adalah 125 rpm. Formulasi bakteri kitinolitik dalam bentuk cair, mengandung isolat tunggal maupun kombinasi, lebih efektif menekan perkem-bangan penyakit karat di rumah kasa dibandingkan dengan formulasi tepung. Formulasi cair mengandung kombinasi isolat 6m dan 7 bersifat sinergistik di-bandingkan dengan pengaruh formulasi masing-masing isolat dalam menekan perkembangan penyakit, yaitu sebesar 52,7%.