Buletin Diagnosa Veteriner
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Diagnosa Veteriner by Author "Anis, Saiful"
Now showing 1 - 20 of 23
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeteksi Spesies Leptospira Dengan Teknik Conventional PCR Pada Target Gen secY(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Muflihanah; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Haeriah; Rosmiaty; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosDeteksi spesies Leptospira sangat penting diketahui karena untuk pengembangan diagnosa Leptospirosis di laboratorium. Penelitian ini ini berfujuan untuk mendeteksi spesies Leptospira dengan menggunakan teknik Conventional PC R pada target gen sec Y. Empat spesies bakteri standar Leptospira interrogans yaitu L.hardjo, L. tarassovi, L. bataviae dan L. ichterohaemorhagica digunakan dalam pengembangan metode ini. Primer yang digunakan yaitu prirner spesifik G1 dan G2 padatarget gen secY mengfasilkan panjang amplikon 285 pasangan basa. Conventional PCR dapat digunakan sebagai alternatif pengujian Leptospirosis karena lebih cepat, sensitif dan spesifik.
- ItemDeterminasi Status Infeksi Bovine Viral Diarrhea Virus di Kawasan Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Anis, Saiful; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPengelolaan teknis kawasan perbibitan dilakukan untuk memonitor status penyakit hewan menular, salah satunya adalah penyakit Bovine viral diarrhea (BVD). BVDV merupakan virus yang sangat penting secara ekonomi terhadap dunia peternakan di seluruh dunia. Infeksi BVD pada sapi dapat menyebabkan kerugian reproduktif, imunosupresi dan infeksi sekunder oleh pathogen lainnya. Infeksi BVD pada sapi dapat bersifat transient atau permanen. Infeksi pada trimester awal dari periode kebuntingan akan menghasilkan keturunan yang persistently infected (PI) dan bertindak sebagai reservoir untuk infeksi berikutnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeteksi level penyakit BVD dan status penderita di kawasan sumber bibit sapi bali. Pengujian dilakukan terhadap serum sampel menggunakan uji Elisa antibody capture dan antigenic capture untuk menentukan status PI. 186 serum dari 455 serum menunjukkan serokonversi, kemudian uji dilanjutkan dengan elisa angenic capture. Hasil dari pengujian diidentifikasi terdapat satu ekor hewan PI
- ItemDiagnostik Sensitivitas dan Spesifitas Complement Fixation Test dalam Deteksi ANtibodi terhadap Brucella abortus dalam Serum Sapi(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-06-05) Anis, Saiful; Rosmiaty; Ferry Kurniawan; Balai Besar Veteriner MarosBrucella merupakan bakteri Gramnegatif, berbentuk cocccobacilli, bersifat sebagai patogen intraseluler fakultatif baik terhadap manusia maupun hewan. Teknik serologis adalah andalan diagnosis dan program CFT merupakan uji yang direkomendasikan sebagai uji komplementer dan sekaligus sebagai uji konfirmasi pengujian massal.Uji tunggal dapat divalidasi untuk satu atau lebih tujuan yang dimaksudkan dengan mengoptimalkan karakteristik kinerjanya untuk setiap tujuan, misalnya menetapkan sensitivitas diagnostik (DSe) tinggi, dengan kekhususan diagnostik (DSp) yang lebih rendah terkait untuk uji skrining, atau sebaliknya, menetapkan DSp tinggi dengan DSe yang lebih rendah terkait untuk uji konfirmasi.
- ItemHematologi sebagai alat diagnostik dalam kasus Penyakit pada Sapi(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-07-05) Anis, Saiful; Balai Besar Veteriner MarosAnalisis hematologi tidak hanya relevan untuk mendiagnosis gangguan sistem hematologi tetapi juga membantu dalam diagnosis banyak kelainan organ dan penyakit sistemik.Pengambilan sampel yang tepat dan sesuai merupakan salah satu kunci diperolehnya data alasisi hematologi yang bermanfaat.Penulisan tinjauan ini bertujuan untuk memberikan pembaca gambaran tentang profil hematologi sapi. Tinjauan difokuskan pada pengumpulan sampel, rentang nilai normal hematologi sapi, dan karakteristik spesifik eritrosit, leukosit, dan parameter trombosit ternak sapi. Selanjutnya pembahasan tentang penyakit yang terkait dengan kelainan dalam jumlah sel darah lengkap ternak.
- ItemImunogenitas dan Efikasi Protektif Vaksin Sub sLPS dan Vaksin Strain RB51 pada Menceit (Mus musculus) terhadap Infeki B. abortus Isolat Lapang(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Anis, Saiful; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosAbstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi imunogenitas dan efikasi protektif smooth Brucella abortus lipopolysaccharide (SLPS) sebagai vaksin subunit. Injeksi subkutaneus sLPS dengan adjuvant Al(OH)3 dan montanide terhadap mencit BALB/c menghasilkan respon imun humoral dan seluler. Mencit yang diinjeksi dengan sLPS menghasilkan antibody yang tidak berbeda secara statistic dibandingkan dengan mencit yang divaksinasi dengan vaksin B. abortus RB51, immunoglobulin yang dihasilkan didominasi IgG2b diikuti IgG3, IgG2a dan IgG1. Vaksin subunit sLPS juga menginduksi respon proliferasi sel T ditandai dengan produksi IL-2 dan juga menginduksi produksi interferon gamma, membuktikan adanya induksi respon imun yang dominan terhadap T-helper-1 pada mencit. Vaksin subunit sLPS mampu menginduksi tingkat proteksi terhadap uji tantang menggunakan B. abortus virulen yang signifikan; dengan tingkat proteksi dibawah vaksin RB51. Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa vaksin subunit sLPS adalah kandidat vaksin yang cukup baik untuk digunakan dalam penelitian lebih lanjut dalam pengembangan vaksin terhadap brucellosis.
- ItemInvestigasi Kasus Abortus pada Kambing di Desa Bori Kamase, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan(Ramlan, 2020-07) Satriadisfta, M. Gustav; Anis, Saiful; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosAbstract Toxoplasmosis is a zoonotic disease caused by T. gondii which can cause abortion in goats and sheep. The abortion at the case location, Bori Kamase Village, Maros Baru Subdistrict occurred at the end of 2019 about a few months after Farmers bought goats from another region. The incidence of abortion continued in several pregnant sires with an almost equal number of sires who did not experience abortion. One month after the first incident, there were not as many abortions as the first incident, but some sires were stillborn and a few days after that the sires died. Some of the sires also found children who died after a few days of birth. The number of neonatal who can survive after birth is only 1-2 out of 4-5 tails born. Before dies it looks very weak. BBV Maros investigate the location of the case with Puskewan veterinarians. The samples taken were serum of sire that belonging to Mr. Rusman and Mr. Idris by result 5 seropositive amounts of T. Gondii antibody from 11 goat. Control and preventive measures that need to be taken are detection of animal therapy, isolation of suspected animals and prior to integration with healthy animals, import requirements are tightened. Information, education, and communication (IEC) by the government about the management of livestock imports and the importance of community reporting to officers if there are cases of disease.
- ItemInvestigasi Kasus Anthraks di Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Siswani; Rahman, Abdul; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosInvestigasi terhadap kasus kematian ternak kuda di kecamatan Pattalassang kabupaten Takalar telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, pengambilan spesimen dan mengidentifikasi faktor risiko. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah dikarenakan agen Bacillus anthracis. Investigasi lanjutan, sosialisasi dan sejumlah tindakan telah dilaksanakan dalam rangka pengendalian dan penmggulangan wabah anthraks di kecamatan Pattalassang kabupaten Takalar, Propinsi Sulawesi Selatan
- ItemInvestigasi Kasus Antraks pada Sapi di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Mutisari, Dewi; Djatmikowati, Titis Furi; Anis, Saiful; Haeriah; Rahman, Abdul; RamlanInvestigasi terhadap kasus kematian ternak sapi di kecamatan Cenrana kabupaten Maros telah dilaksankan pada bulan Agustus 2017. Investigasi di lapangan tersebut bertujuan untuk melakukan penyidikan, penelusuran kasus, dan pengambilan spesimen. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan positif Bacillus anthracis dari sampel tanah. Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi di lapangan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat, ternak yang belum divaksinasi antraks, kurangnya laporan masyarakat mengenai ternak sakit, serta kurangnya petugas lapangan untuk monitoring penyakit hewan. Desinfeksi area kasus, pemberian antibiotik pada ternak disekitar lokasi kasus dan dilanjutkan dengan vaksinasi antraks pada 21 hari paska pemberian antibiotik merupakan tindakan pengendalian dan penanggulangan wabah penyakit antraks di kecamatan Cenrana kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
- ItemLiteratur Review: Karakteristik Epidemiologi Bovine Viral Diarrhoea Virus(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Anis, Saiful; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosBovine viral diarrhoea (BVD) disebabkan oleh Bovine viral diarrhoea Virus (BVDV), termasuk dalam genus pestivirus, famili Flaviviridae. BVD menyebabkan gangguan reproduksi (abortus, kematian embrio dini, anak lahir lemah), penurunan produksi susu, keterlambatan pertumbuhan bahkan kekerdilan pada anak. Virus ini juga menyebabkan immunosupresi, sehingga meningkatkan sensitifitas terhadap infeksi sekunder seperti diarrhea, masalah kesehatan ambing, penyakit kulit dan gangguan respirasi. . Potensi infeksi transien sebagai sumber penularan ke hewan lain sangat terbatas, karena virus yang dieksresi hanya dalam jumlah kecil dan dalam jangka waktu hanya beberapa hari, sedangkan infeksi vertikal dari induk ke anaknya pada periode awal kebuntingan, akan melahirkan hewan persistently infected (PI), yang akan terus menyebarkan virus seumur hidupnya, hal inilah yang menempatkan hewan PI sebagai sumber infeksi baru terpenting pada kawanan sapi. Metode uji yang akurat dan tidak mahal merupakan alat uji yang ideal dalam program pengandalian dan pemberantasan BVD. Pengendalian BVD dapat dilakukan melalui penguatan penerapan biosekuriti dan pengendalian kontak antar hewan secara langsung, baik pada situasi penerapan vaksinasi atau tanpa vaksinasi
- ItemLPS Brucella spp : Struktur, Biosintesis dan Interaksi dengan Sistem Imun Hospes(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Anis, Saiful; Ramlan
- ItemPengaruh Vaksinasi SLPS Brucella abortus terhadap Tingkat Sekresi IL-2 dan IFN Gamma pada Mencit (Mus musculus)(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Anis, Saiful; RamlanPenelitian ini bertujuan untuk menentukan respon imun selular (IL-2 dan Interferon gamma) dengan motode ELISA pada kelompok mencit yang divaksinasi menggunakan vaksin subunit Brucella SLPS dengan adjuvant Al(OH)3 dan montanide dan vaksin Brucella RB51.Dua puluh delapan mencit Mus musculus divaksinasi dengan vaksin subunit Brucella SLPS, vaksin Brucella SRB51 dan satu kelompok sebagai kontrol. Kelompok I sebagai kontrol diinjeksi subkutaneus dengan 0,1 ml NaCl fisiologis steril; kelompok II diinjeksi subkutaneus dengan 0,1 ml suspensi dengan kandungan SLPS 10 µg dengan adjuvant Al(OH)3; kelompok III diinjeksi subkutaneus dengan 0,1 ml suspensi dengan kandungan SLPS 10 µg dengan adjuvant Montanide; dan kelompok IV diinjeksi subkutaneus dengan 0,1 ml vaksin SRB51 mengandung 105 CFU Brucella. Sampel darah diambil dan dikoleksi pada hari ke 14 pasca vaksinasi. Serum darah digunakan untuk uji Sandwich ELISA untuk menentukan kadar IL-2 dan IFN gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin subunit Brucella SLPS dengan adjuvant Al(OH)3 dan montanide dapat menginduksi sekresi IL-2 dengan kadar yang sebanding dengan vaksin Brucella SRB51, dengan tingkat sekresi IFN gamma tertinggi dihasilkan oleh induksi vaksin Brucella RB51, vaksin subunit Brucella SLPS dengan adjuvant montanide dan vaksin subunit Brucella SLPS dengan adjuvant Al(OH)3 secara berurutan
- ItemPrevalensi Antibodi terhadap Infectious Bovine Rhinotracheitis Virus pada Sapi Bali di Wilayah Sumber Bibit Kabupaten Barru(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-03) Anis, Saiful; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosPengelolaan teknis kawasan perbibitan dilakukan dengan memonitor status penyakit hewan menular, salah satunya adalah penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR). Infectious bovine rhinotracheitis-infectious pustular vulvovaginitis (IBR-IPV) adalah penyakit viral akut dan kontagius yang menyerang sapi dan kerbau. Agen etiologis penyakit ini adalah Bovine Herpesvirus-1 (BHV-1).Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar dalam industri peternakan melaului penurunan produktivitas dan reproduktivitas sapi. Tujuan dari surveillans ini untuk mendeteksi level penyakit IBR di kawasan sumber bibit sapi bali. Pengujian dilakukan terhadap serum sampel menggunakan uji indirect elisa antibody capture. 36 serum dari 455 serum menunjukkan serokonversi. True prevalensi IBR di wilayah sumber bibit Kabupaten Barru dengan tingkat kepercayaan 95% mencapai 7,13% dengan confidence interval 4,5 - 9,68%.
- ItemPrevalensi Antibodi terhadap Infectious Bovine Rhinotracheitis Virus pada Sapi Bali di Wilayah Sumber Bibit Kabupaten Barru(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Anis, Saiful; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosPengelolaan teknis kawasan perbibitan dilakukan dengan memonitor status penyakit hewan menular, salah satunya adalah penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR). Infectious bovine rhinotracheitis-infectious pustular vulvovaginitis (IBR-IPV) adalah penyakit viral akut dan kontagius yang menyerang sapi dan kerbau. Agen etiologis penyakit ini adalah Bovine Herpesvirus-1 (BHV-1).Penyakit ini menyebabkan kerugian yang cukup besar dalam industri peternakan melaului penurunan produktivitas dan reproduktivitas sapi. Tujuan dari surveillans ini untuk mendeteksi level penyakit IBR di kawasan sumber bibit sapi bali. Pengujian dilakukan terhadap serum sampel menggunakan uji indirect elisa antibody capture. 36 serum dari 455 serum menunjukkan serokonversi. True prevalensi IBR di wilayah sumber bibit Kabupaten Barru dengan tingkat kepercayaan 95% mencapai 7,13% dengan confidence interval 4,5 - 9,68%.
- ItemRespon Imun Humoral Vaksin Subunit SLPS dan Brucella Strain RB51 pada Mencit (Mus musculus)(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Anis, Saiful; RamlanPenelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi respon imun humoral smooth Brucella abortus lipopolysaccharide (SLPS) sebagai vaksin subunit pada mencit BALB/c. Mencit yang diinjeksi dengan sLPS menghasilkan antibody yang tidak berbeda secara statistic dibandingkan dengan mencit yang divaksinasi dengan vaksin B. abortus RB51, immunoglobulin yang dihasilkan didominasi IgG2b diikuti IgG3, IgG2a dan IgG1. Penelitian ini secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa vaksin subunit sLPS adalah kandidat vaksin yang cukup baik untuk digunakan dalam penelitian lebih lanjut dalam pengembangan vaksin terhadap brucellosis
- ItemReview Literatur : Nilai Nutrisi dan Khasiat Obat Susu Unta (Camelus dromedarius) serta Peranannya dalam Penularan Virus Mers CoV(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Anis, Saiful; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosUnta (Camelus dromedarius) merupakan hewan ternak multi-purpose dengan potensi produktivitas yang tinggi dengan kemampuan adaptasi terhadap panas dan lingkungan gurun yang melebihi jenis ternak yang lain. Susu unta adalah mixtura yang kompleks terdiri atas lemak, protein, laktosa, mineral dan vitamin dan konstituen terdispersi dalam air lainnya dengan berbagai manfaat. Genus coronavirus (CoV) merupakan virus dari virus SSRNA positif, yang menginfeksi burung dan beberapa jenis mamalia, termasuk manusia. Virus virus ini tersebar di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit yang cukup nyata bagi kesehatan manusia maupun di bidang veteriner. Unta yang terinfeksi MERS-CoV dapat bersifat asimptomatis, tetapi mengekskresi MERS-CoV melalui cairan nasal, feses dan yang paling potensial melalui susu dan urin.
- ItemReview Literatur : Penularan Virus Lumpy Skin Disease(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-07-05) Anis, Saiful; Balai Besar Veteriner MarosLumpy skin disease (LSD) adalah penyakit virus endemic lintas batas di seluruh Afrika dan memiliki kepentingan ekonomi tinggi yang mempengaruhi ternak domestik.Sejak 2012, penyakit ini telah menyebar dengan cepat dan luas ke seluruh wilayah Timur Tengah dan Balkan, Kaukasus Selatan dan sebagian Federasi Rusia.Sebelum kampanye vaksinasi mengambil efek penuh mereka, penyakit ini terus menyebar dari satu wilayah ke wilayah lain, terutama menunjukkan pola musiman meskipun telah dilakukan langkah-langkah pengendalian dan pemberantasan.Penyakit ini mampu muncul beberapa ratus kilometer jauhnya dari lokasi wabah awal (fokal) dalam waktu singkat.Serangan ini telah memicu minat ilmiah baru yang telah lama ditunggu-tunggu dalam LSD sehingga menginisiasi penelitian baru dalam aspek yang luas penyakit ini, termasuk epidemiologi, mode penularan dan faktor risiko terkait.Penyebaran LSDV jarak jauh tampaknya terjadi melalui pergerakan hewan yang terinfeksi, tetapi pola musiman yang berbeda menunjukkan bahwa penularan arthropoda kemungkinan besar bertanggung jawab atas penyebaran penyakit jarak pendek yang cepat dan agresif. Penjelasan mekanisme penularan LSDV akan memungkinkan pengembangan tindakan yang lebih bertarget dan efektif untuk pengendalian dan pemberantasan virus. Penularan penyakit melalui vektor kemungkinan besar bersifat mekanis, tetapi tidak ada bukti yang jelas untuk mengkonfirmasi atau menyangkal asumsi ini.Sampai saat ini, vektor yang paling mungkin untuk transmisi LSDV adalah arthropoda penghisap darah seperti lalat kandang (Stomoxys calcitrans), nyamuk (Aedes aegypti), dan kutu (spesies Rhipicephalus dan Amblyomma).Bukti baru menunjukkan bahwa lalat rumah synanthropic, Musca domestica, mungkin juga memainkan peran dalam transmisi LSDV, tetapi ini belum diuji secara klinis.Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mengkompilasi dan mendiskusikan data penelitian sebelumnya dan terbaru tentang transmisi LSDV.
- ItemReview Literatur Imunitas Terhadap Infeksi Brucella(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Anis, Saiful; RamlanResistensi terhadap bakteri pathogen intraselular seperti Brucella spp. Sangat tergantung pada cell-mediated immunity, yang melibatkan aktivasi mekanisme bakterisidal dari antigen-presenting cells (makrofag dan sel dendritik) dan diikuti oleh ekspansi dari klonal sel antigen spesifik CD4+ dan CD8+ T. Antigen Brucella akan menginduksi produksi sitokin Thelper type 1 (Th1), dan sekresi sitokin Th1 yang kuat merupakan hal yang sangat penting untuk melawan infeksi Brucella. Penelitian baik secara eksperimental laboratoris atau studi kasus pada infeksi pada manusia mengindikasikan bahwa interferon-γ (IFNγ) merupakan sitokin utama yang aktif terhadap infeksi Brucellosis. Brucella di lain pihak, mengembangkan strategi untuk menghindari sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif dari hospes sehingga dapat menginfeksi hospes secara intraselular dalam jangka waktu yang lama.
- ItemReview Literatur: Biosafety dan Biosecurity pada Laboratorium Veteriner(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Anis, Saiful; Firdaus, Taman; Balai Besar Veteriner MarosWabah penyakit yang pada akhir-akhir ini terjadi misalnya MERS-Cov, Anthrax, Nipah, dan Pathogenic Avian, telah menjadi pemicu dibutuhkannya alat identifikasi yang cepat secara umum. Sebagai respon, laboratorium mengembangkan kapasitas, melaksanakan penelitian tingkat lanjut dan lebih canggih, meningkatkan kemampuan staf laboratorium dan melakukan koleksi agen pathogen yang berbahaya dalam upaya untuk mengurangi dampak wabah penyakit infeksius dan melakukan karakterisasi agen penyebab penyakit. Dengan ekspansi ini, komunitas global laboratorium telah memulai focus pada biosafety dan biosecurity laboratorium untuk mencegah kecelakaan dan/atau terlepasnya agen infeksius ke lingkungan. Biosafety laboratorium dan sistem biosekuriti digunakan di seluruh dunia untuk membantu mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh patogen berbahaya di laboratorium. Laboratorium veteriner memiliki tanggung jawab unik dalam penanganan mikroorganisme secara aman untuk personil dan komunitas. Beberapa mikroorganisme yang diteliti dalam laboratorium veteriner tidak hanya menginfeksi hewan, tetapi juga berpotensi sebagai agen zoonosis. Karya tulis ini mendiskusikan secara fundamental biosafety dan biosecurity laboratorium veteriner
- ItemReview Literatur: Biosafety dan Biosecurity pada Laboratorium Veteriner(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Anis, Saiful; Firdaus, Taman; Balai Besar Veteriner MarosWabah penyakit yang pada akhir-akhir ini terjadi misalnya MERS-Cov, Anthrax, Nipah, dan Pathogenic Avian, telah menjadi pemicu dibutuhkannya alat identifikasi yang cepat secara umum. Sebagai respon, laboratorium mengembangkan kapasitas, melaksanakan penelitian tingkat lanjut dan lebih canggih, meningkatkan kemampuan staf laboratorium dan melakukan koleksi agen pathogen yang berbahaya dalam upaya untuk mengurangi dampak wabah penyakit infeksius dan melakukan karakterisasi agen penyebab penyakit. Dengan ekspansi ini, komunitas global laboratorium telah memulai focus pada biosafety dan biosecurity laboratorium untuk mencegah kecelakaan dan/atau terlepasnya agen infeksius ke lingkungan. Biosafety laboratorium dan sistem biosekuriti digunakan di seluruh dunia untuk membantu mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh patogen berbahaya di laboratorium. Laboratorium veteriner memiliki tanggung jawab unik dalam penanganan mikroorganisme secara aman untuk personil dan komunitas. Beberapa mikroorganisme yang diteliti dalam laboratorium veteriner tidak hanya menginfeksi hewan, tetapi juga berpotensi sebagai agen zoonosis. Karya tulis ini mendiskusikan secara fundamental biosafety dan biosecurity laboratorium veteriner.
- ItemREVIEW LITERATUR: EPIZOOTIC LYMPHANGITIS PADA KUDA(Balai Besar Veteriner Maros, 2011) Anis, Saiful; RamlanEpizootic lymphangitis is a relatively common infectious diseaseses of horses and other equids in certain parts of the world. The infectious rate varies according to the geographics area and the age of animal. The disease is most commonly characterised by a cord-like appearance of subcutaneous lymphatic and cutaneous polygranulomas, the discharge from which contains spherical or pear-shaped bodies of causal ogen| Histoplasma capsulatum var. farciminosum. Diagnosis can be made by the demonstration of Qpical organism in stained smears, culture and tissue sections. Serological and skin hypersesitivity test have been described. Amphotericin B is the drug of choice for the treatment of clinical cases. An attenuated vaccine and killed formalised vaccine are available and can be used in endemic areas to control the disease