Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik dan Pemuliaan Tanaman
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik dan Pemuliaan Tanaman by Author "Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian"
Now showing 1 - 20 of 105
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi dan Stabilitas Galur-Galur Hasil Pemurnian Kultivar Lokal Padi Pasang Surut Kabupaten Pelalawan Pada Berbagai Lingkungan Tumbuh(IAARD Press, 2012-12) Sinaga ...[at al], Parlin H.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKabupaten Pelalawan termasuk salah satu wilayah penyebaran padi lokal pasang surut. Rata-rata kultivar lokal yang ditanam petani sudah tidak murni dan daya hasilnya rendah. Pemurnian kultivar lokal telah dilakukan dan dihasilkan enam genotipe yang bagus. Penelitian untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas keenam genotipe tersebut telah dilaksanakan di enam lokasi pada tahun 2009 dan 2010. Penelitian dirancang menurut rancangan acak kelompok yang diulang empat kali. Analisis data menggunakan analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji BNT. Stabilitas genotipe dianalisis dengan metode AMMI dan analisis parameter stabilitas menurut Eberhart dan Russel (1966). Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe Cekau F10 dan Cekau F37 secara konsisten memberikan hasil gabah kering giling lebih tinggi dibandingkan populasi dasar dan varietas pembanding dengan rata-rata hasil masing-masing 6,59 t/ha dan 6,65 t/ha gabah kering giling. Genotipe Populasi Dasar Cekau, Cekau F14, dan Cekau F32 stabil di semua lokasi pengujian. Genotipe Cekau F33 bersifat spesifik di lokasi sungai Upih dan sungai Bagan; genotipe Karya Aro, Cekau F37, dan Cekau F10 bersifat spesifik di lokasi sungai Selamat dan sungai Upih; varietas Batanghari spesifik di Pekanbaru dan Rimba Melintang. Pemurnian kultivar dapat mengubah tingkat stabilitas populasi tanaman yang dimurnikan.
- ItemAdaptation Test Mungbean Mutant Lines on Dry Land (Mataram. Maros Dan Lampung) Nutritional Quality Protein Content Analisys.(IAARD Press, 2012-12) Yuliasti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBerdasarkan data hasil penelitian uji daya hasil multilokasi galur mutan harapan kacang hijau di Lombok Timur, galur mutan harapan PSJ-S-31 memberikan hasil yang sangat tinggi 2,28 t/ha dan berbeda sangat nyata dengan vareitas Gelatik (Tetua) dan varietas Perkutut sebagai kontrol nasional (1,94 t/ha dan 1,93 t/ha) Di Sulawesi Selatan (Maros) dan Lampung, galur mutan secara statistik tidak menunjukkan hasil yang berbeda dengan tetua dan kontrol nasional. Hasil Analisis protein, lemak dan nutrisi seta vitamin galur mutan kacang hijau menunjukkan galur mutan PSJ S31 memberikan hasil yang signifikan dengan varietas Gelatik sebagai tetua dan Perkutut sebagai kontrol nasional dalam kondisi cekaman kekeringan (Tabel 2 dan 3). Hasil analisis vitamin B, protein, dan nutrisi galur mutan kacang hijau menunjukkan galur mutan PSJ S31 memberikan hasil yang tinggi dibandingkan dengan varietas Gelatik sebagai tetua dan perkutut sebagai kontrol nasional.
- ItemAnalisis Keragaan Karakter Agronomis dan Stabilitas Galur Harapan Padi Gogo Turunan Padi Lokal Pulau Buru Hasil Kultur Antera(IAARD Press, 2012-12) Diptaningsari ...[at al], Danarsi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAnalysis of Agronomic Performance and Stability of Promising Upland Rice Lines Derived from Buru Rice Landraces Obtained through Anther Culture. The promising upland rice lines have been obtained from anther culture of crossing between released variety and Buru rice landraces. The lines need to be evaluated for their agronomic performance and yield stability at various locations. The objectives of the research were to obtain information of agronomic performance, yield stability and adaptability of upland rice lines at various locations. Ten upland rice lines and two check cultivars were evaluated at five locations in the rainy season 2011/2012. Four stability analysis methods were used to analyze the adaptation and yield stability of those lines. The results indicated that FG1R-30-1-3 was the most stable genotype across all locations, while FG1R-36-1-1, FG1-6-1-2, FM1R-1-3-1 and Fat-4-1-1 lines produced the highest yield of dry grain per hectare.
- ItemBibit Karet Baik dan Benar Kunci Keberhasilan Program Peremajaan(IAARD Press, 2012-12) Lasminingsih, Mudji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUsahatani tanaman karet dengan daur hidup panjang dan masa tunggu yang lama, memerlukan investasi yang tinggi. Komponen utama dan pertama yang digunakan dalam setiap usahatani adalah ketersediaan benih/bibit. Mutu benih/bibit yang digunakan sangat menentukan keberhasilan usahatani ini. Untuk mendapatkan benih sebar secara masal dalam jumlah yang besar diperlukan peranan para penangkar bibit. Sampai saat ini bibit karet yang baik dan benar, berupa bibit hasil okulasi antara batang bawah yang baik dan benar, mata tempel yang baik dan benar serta pengelolaan yang baik dan benar. Untuk itu maka dalam menghasilkan bibit karet yang baik dan benar diperlukan kebenaran benih batang bawah, kebenaran entres dan juga tanggung jawab dari penangkar dalam mengelola pembibitannya. Mutu dari benih yang dihasilkan oleh para penangkar merupakan cermin dari tanggung jawab penangkar dalam menghasilkan bibit sebar dan kunci keberhasilan program peremajaan karet.
- ItemCallus Induction and Proliferation of Artemisia cina Berg ex Poljakov(IAARD Press, 2012-12) Herawati ...[at al], Maria Marina; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThis study was conducted to evaluate the effect of light and dark condition on callus induction and callus proliferation from callus of Artemisia cina. Sterilized explants were cultured on MS medium containing 1 mg/l 2.4-D and placed under light and dark condition.The result showed that Callus induction were more effective on dark condition, however the callus proliferation were more effective on light condition. The best stage to regenerate is 48 days after transferred from induction medium.
- ItemCoffea Canephora Pierre Susceptibility to The Coffee Berry Borer Hypothenemus Hampei Ferrari (Coleoptera: Curculionidae: Scolytinae)(IAARD Press, 2012-12) Sumirat, Cucu; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThe Coffee Berry Borer is the most notorious pest in coffee plantation, due to the most causing loss in plantation and it spreads that now is almost no restriction. This research was aimed to find out susceptibility level of Robusta coffee to this pest which this information is useful for breeding purposes. The population was formed from crossing of the two groups of C. canephora, Congolese x Conilons, was used in this study, compared to population of intra group crossing Congolese x Congolese. After observing during four years in which the site is located at endemic area, separating level of susceptibility, which indicated by infestation rate in the berry, was well formed when the observation conducted at mid of harvest time rather than at fully immature green berry condition. Three susceptibility groups were formed with infestation rate in the less susceptible group was 19.4% in average. However, inheritance of susceptibility trait to CBB between the two populations studied was found not following the mendelian perspective.
- ItemDaya Hasil Galur-Galur Kedelai (Glycine Max) Toleran Ulat Grayak (Spodoptera Litura)(IAARD Press, 2012-12) Sulistyo ...[at al], Apri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUlat grayak (Spodoptera litura) adalah salah satu jenis hama penting pemakan daun pada tanaman kedelai di Indonesia. Salah satu pendekatan pengendalian hama ini adalah penanaman varietas tahan. Sampai dengan tahun 2012, hanya satu varietas, yaitu Ijen, yang dirakit dan dilepas sebagai varietas unggul kedelai tahan ulat grayak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil galur-galur toleran ulat grayak hasil persilangan antara varietas unggul dan genotipe tahan ulat grayak (IAC 100 dan G100H). Sebanyak 23 genotipe kedelai terdiri atas 20 galur dan tiga varietas pembanding (Anjasmoro, Ijen, dan G100H) diuji daya hasilnya di KP Muneng, Probolinggo dan KP Jambegede, Malang pada MK I tahun 2011. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok diulang tiga kali di setiap lokasi. Pengamatan dilakukan terhadap karakter umur masak polong, bobot 100 biji dan hasil biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata antara genotipe (G) dengan lokasi (L) untuk ketiga karakter tersebut. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat dua galur dengan hasil biji setara dengan hasil biji varietas Ijen. Selain itu diperoleh juga lima galur lainnya dengan hasil biji di atas 2,00 t/ha. Ketujuh galur tersebut tergolong kedelai berumur genjah dan berbiji sedang. Tujuh galur terpilih yang dapat diteruskan untuk uji multi lokasi, yaitu IAC-100/Kaba-80, IAC-100/Burangrang-93P, IAC-100/Burangrang/Kaba-86P, G100H/9305/IAC-100-76P, IAC-100/Burangrang-99P, Kaba/IAC-100/Burangrang-99P, dan IAC-100/Kaba-67.
- ItemDiversitas Genetik Varietas Lokal Kacang Tanah Berdasarkan Karakter Kandungan Isoflavon, Lemak Total, dan Asam Lemak Tak Jenuh(IAARD Press, 2012-12) Wanget ...[at al], Sesilia Anita; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDiversitas genetik plasma nutfah kacang tanah sangat penting bagi pemulia dalam menentukan cara seleksi dan metode dalam pemuliaan tanaman. Karakter isoflavon, lemak total, dan asam lemak tak jenuh semua aksesi yang terkoleksi di digunakan untuk mengestimasi diversitas genetik. Hasil penelitian diharapkan akan dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam program pemuliaan tanaman kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversitas genetic karakter kandungan isoflavon, lemak total dan asam lemak tak jenuh pada 22 aksesi kacang tanah adalah sempit.
- ItemEvaluasi Daya Hasil Galur Mutan Harapan Sorgum Manis (Sweet Sorghum) Pada Musim Hujan(IAARD Press, 2012-12) Sihono ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSorgum manis memiliki potensi yang besar untuk ditanam dan dikembangkan di Indonesia, karena memiliki daya adaptasi yang luas dibanding tanaman pangan lain. Pemuliaan tanaman sorgum manis sedang dilakukan, salah satu tehnik yang digunakan adalah radiasi gamma bertujuan untuk mendapatkan mutan yang memiliki karakteristik pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari tanaman induknya. Penelitian pemuliaan tanaman mutasi induksi sorgum manis menggunakan radiasi gamma dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Sejumlah 10 galur mutan harapan sorgum manis telah dihasilkan memiliki sifat produksi biji dan biomasa tinggi serta batang lebih manis. Galur-galur mutan harapan tersebut pada musim hujan 2011/2012 dilakukan pengujian daya hasil di 4 lokasi percobaan yaitu Citayam Bogor, Subang Jawa Barat, Boyolali Jawa Tengah dan Probolinggo Jawa Timur. Sebagai pembanding digunakan tanaman induk Zh-30 (varietas Pahat) dan 2 kontrol nasional (varietas Kawali dan Mandau). Hasil menunjukkan bahwa galur mutan Patir-1, Patir-4, Patir-10 memiliki produksi biji dan biomasa tertinggi serta nira batang lebih manis yaitu 6,93 t/ha biji, 67,66 t/ha biomasa dan 11,58% kadar gula batang, secara uji BNT 5% nyata berbeda lebih tinggi dan signifikan dibandingkan tanaman kontrol, yaitu Pahat, Kawali dan varietas Mandau (6,28 t/ha, 39,84 t/ha dan 10,24%).
- ItemEvaluasi Daya Hasil Jagung Manis Hibrida (Zea mays L. var sacharrata)(IAARD Press, 2012-12) Rizkyarti ...[at al], Adisti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian yang telah dilakukan adalah evaluasi daya hasil jagung manis (Zea mays L. Var. Sacharrata) yang bertujuan menguji tujuh jagung manis hibrida. Penelitian ini dalam rangka menunjang kebutuhan benih jagung hibrida. Penelitian ini dimulai di Cibeurem, Darmaga, Bogor pada bulan Oktober 2011 sampai February 2012. Genotipe yang digunakan adalah: 3 x 4B, 6 x 8, 6 x 4A, 6 x 3, 3 x 8, 3 x 4A, dan 6 x 4B dan empat varietas komersial Mutiara, Sweet Boy, Super Sweet Corn, dan Talenta. Hipotesis dari penelitian ini adalah daya hasil jagung manis hibrida dapat lebih unggul atau sama dengan varietas komersial yang dapat dilanjutkan menjadi varietas baru. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Data dianalisis menggunakan uji f dan bila berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Dunnett (α = 5%). Berdasarkan uji f, parameter yang tidak berbeda nyata hanya diameter tongkol ujung, diameter tongkol bawah, umur panen, PTT, dan indeks panen bobot tongkol tidak berkelobot terhadap varietas komersial. Berdasarkan hasil produktivitas didapatkan genotipe 6 x 4B lebih tinggi dari varietas komersial, Mutiara.Genotipe 3 x 4A, 6 x 3, 6 x 4A dan 6 x 8 memiliki produktivitas yang sama besarnya dengan varietas pembanding terbaik Talenta.
- ItemEvaluasi Galur-Galur Green Super Rice (Gsr) Pada Kondisi Sawah Tadah Hujan Di Haur Geulis, Indramayu(IAARD Press, 2012-12) Susanto ...[at al], Untung; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianGreen Super Rice (GSR) adalah genotipe tanaman padi yang dirancang untuk memiliki daya hasil dan stabilitas hasil yang tinggi, relatif toleran terhadap beberapa cekaman abiotik serta tahan terhadap cekaman biotik utama. Penelitian ini bertujuan untuk menguji 21 galur GSR asal IRRI dan China beserta empat varietas cek, yaitu Situ Patenggang, Inpari 10, Inpari 13 dan Ciherang pada kondisi lahan tadah hujan khususnya di Kecamatan Haur geulis, Kabupaten Indramayu pada musim kering 2011. Penelitian ditata mengikuti rancangan acak kelompok tiga ulangan dengan ukuran plot 3 m x 4 m sebanyak 1-3 bibit per titik tanam. Penanaman dilakukan saat bibit berumur 21 hari dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pengairan diberikan dengan memompa air sungai atau sumur buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe yang diuji memiliki perbedaan nyata atau sangat nyata pada sembilan karakter agronomi yang diamati, namun tidak nyata pada karakter hasil. Galur-galur yang diuji memiliki keragaan agronomi yang baik, antara lain memiliki umur 104-112 hari setelah sebar, tinggi tanaman 91.8-126.8 cm, jumlah anakan produktif 6-15 buah, jumlah gabah isi per malai 61-153 butir, seed set 41-87% dan bobot 1.000 butir 20,05-27,35 g. Hasil riil memperlihatkan bahwa KCD1 (4.91 t/ha), SACG-4 (4.83 t/ha Weed Tolerant Rice 1 (4,78 t/ha), IR83142-B-19-B (4,46 t/ha) dan Wanxian 763 (4.34 t/ha) tidak berbeda nyata dengan cek terbaik Inpari 10 (4,26 t/ha) pada nilai P 0,137. Namun demikian, hasil riil yang lebih tinggi memberikan peluang relatif besar bahwa pengujian pada musim tanam yang berbeda atau di daerah lain dengan kondisi cekaman yang berbeda akan mengidentifikasi galur yang memiliki hasil nyata lebih tinggi daripada varietas kontrol.
- ItemEvaluasi Ketahanan Terhadap Organisme Pengganggu Tanaman Utama dan Mutu Gabah Padi Lokal Pasang Surut Kabupaten Pelalawan(IAARD Press, 2012-12) Usman ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianEvaluasi galur-galur padi hasil seleksi Cekau dan Karya, padi lokal kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan telah dilaksanakan mulai Januari 2010 hingga Desember 2012. Evaluasi ketahanan terhadap wereng coklat, hawar daun bakteri (HDB) dan mutu gabah dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Hasil uji menunjukkan 100% agak rentan terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2,90% agak rentan terhadap biotipe 3 dan 10% rentan terhadap biotipe 3. Uji ketahanan genotipe terhadap penyakit HDB pada stadia bibit untuk strain III menunjukkan 72,72% tahan, yaitu 14A, F23, F14, F32, F34, F37, dan 32A., Genotipe 14A agak tahan terhadap penyakit HDB strain IV dan VIII. Pada stadia dewasa semua genotipe menunjukkan tahan terhadap HDB strain III tetapi agak rentan sampai rentan terhadap strain IV dan VIII. Densitas gabah genotipe yang diuji berkisar 515,5-579,0 g/l, bobot 1.000 butir 21,05-29,40 g, ukuran butiran beras sebagian besar adalah panjang sampai sangat panjang dengan bentuk sedang sampai ramping, rendemen beras giling sangat baik (>70%), persentase beras kepala baik (>80%) kecuali genotipe 32A dan Korea Aro, derajat putih dan tingkat kebeningan baik, kepulenan nasi sedang (amilosa 23-25%), kecuali genotipe 32A rendah, dan penerimaan terhadap rasa nasi sedang.
- ItemEvaluasi Mutu Beberapa Genotipe Caisim (Brassica Rapa Var. Parachinensis L) Pada Penanaman di Dua Lokasi Dataran Tinggi(IAARD Press, 2012-12) S.T. ...[at al], Rahayu,; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianCaisim (Brassica rapa var. parachinensis L) merupakan salah satu jenis sayuran daun yang cukup potensial untuk dikembangkan karena kandungan gizinya dan peluang pasar yang masih luas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mutu beberapa genotipe caisim yang ditanam pada dua lokasi dataran tinggi (Cipanas dan Malang). Percobaan ini dirancang menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Percobaan menggunakan lima genotipe dan lima ulangan. Parameter fisik yang diamati meliputi panjang dan lebar daun, diameter batang, tekstur, dan warna daun. Parameter kimia meliputi kadar air, vitamin C, dan serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lokasi tanam tidak mempengaruhi parameter fisik mutu caisim kecuali diameter batang, namun mempengaruhi parameter kimia caisim. Genotipe C1 dan C3 memiliki mutu yang baik dari parameter panjang daun, lebar daun, dan kandungan serat. Genotipe C2 memiliki mutu yang baik dari parameter kandungan vitamin C-nya.
- ItemEvaluasi Nilai Heritabilitas Persilangan Double Cross Padi Cere Dengan Bulu Menggunakan Seleksi Pedigree Untuk Mendapatkan Varietas Ideal(IAARD Press, 2012-12-06) Sudharmawan ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik populasi F3 hasil persilangan double cross dengan menduga nilai heritabilitas dan kemajuan seleksi parameter yang diamati, yang dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai April 2012, di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Bahan yang digunakan adalah empat padi beras merah sebagai tetua, single cross cere (Sri dan Piong) bulu (Du’u dan Soba), F1 hasil double cross ke empat tetua antara cere-cere dengan bulu-bulu baik sebagai tetua jantan maupun sebagai tetua betina, serta F2 dari hasil persilangannya. Untuk mendapatkan nilai rerata dan varian sendiri maupun bersamanya digunakan SAS V 9.0 dan Excel office 2010, dan nilai heritabilitas dalam arti luas diduga dengan rumus Basuki (1985). Untuk semua parameter diperoleh bahwa rerata semua tetua dengan menggunakan uji t menunjukkan tidak berbeda kecuali parameter jumlah gabah hampa. Sementara itu untuk semua tetua dan F1 nya dengan Uji Bartlett menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah berisi, bobot seratus biji, dan bobot gabah per rumpun menunjukkan varian yang homogen. Nilai heritabilitas yang tinggi kecuali tinggi tanaman dan bobot gabah per rumpun, menunjukkan bahwa seleksi Pedigree dapat digunakan.
- ItemEvaluasi Penampilan Agronomis dan Hasil 50 Galur Inbred Jagung Dalam Rancangan Augmented II untuk Perakitan Hibrida(IAARD Press, 2012-12) Hayati, P.K. Dewi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSebanyak 50 galur inbred hasil penyerbukan sendiri generasi lanjut yang berasal dari berbagai populasi dasar, telah dievaluasi penampilan agronomis dan hasilnya di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas pada bulan Mei hingga September 2011. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi penampilan dan hasil galur inbred, menentukan korelasi, variabilitas genetik dan fenotipik antar berbagai karakter penting, dan mengestimasi heritabilitas bagi karakter-karakter penting yang dipelajari. Evaluasi dilakukan menggunakan Rancangan Augmented II dimana 10 inbred digunakan sebagai inbred penguji dan 40 inbred digunakan sebagai inbred yang diuji. Masing-masing plot terdiri atas empat baris tanaman berukuran panjang 2,5 m dengan jarak 75 cm antar baris dan 25 cm di dalam baris. Hasil penelitian menunjukkan terdapat variasi yang besar untuk hasil dan beberapa karakter penting pada inbred. Beberapa inbred, terutama yang berasal dari varietas Sukmaraga memperlihatkan penampilan yang baik dan potensi hasil yang tinggi, mengindikasikan bahwa inbred tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai salah satu tetua dalam persilangan untuk menghasilkan hibrida. Hasil berkorelasi positif dengan karakter komponen hasil dan agronomis, kecuali letak tongkol, dan berkorelasi negatif dengan pembungaan. Variabilitas genetik tinggi untuk karakter agronomis, moderat untuk hasil dan komponen hasil, sedangkan untuk variabilitas fenotipik besar. Estimasi heritabilitas dalam arti luas tinggi untuk karakter agronomis dan pembungaan, namun moderat untuk hasil dan komponen hasil.
- ItemEvaluasi Toleransi Suhu Tinggi Pada Tanaman Kentang Melalui Pengujian Stabilitas Membran Sel dan Kandungan Klorofil(IAARD Press, 2012-12) Handayani ...[at al], Tri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianCekaman suhu tinggi mempengaruhi proses fisiologis tanaman dan stabilitas membran sel. Penelitian untuk mengevaluasi sifat toleransi terhadap cekaman suhu tinggi pada kentang, telah dilakukan dengan melakukan pengujian stabilitas membran dan kandungan klorofil. Pengujian dilakukan terhadap 13 kultivar dan 7 klon kentang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan April-Juli 2012. Pengujian kestabilan membran sel melalui pengukuran pelepasan elektrolit akibat kerusakan membran sel oleh suhu tinggi menunjukkan bahwa Cipanas, CIP 390663.8, CIP 392781.1, CIP 394613.139, dan CIP 395159.7 (planlet in vitro dan tanaman di rumah kasa). Merbabu 17 (planlet in vitro), serta CIP 394614.117 dan Ping 06 (tanaman di rumah kasa) memiliki kerusakan membran sel di bawah 40%. Cekaman suhu tinggi juga menyebabkan penurunan kandungan klorofil secara umum. Penurunan total klorofil yang besar terjadi pada Erika, Manohara, Margahayu, N.1, Repita, dan Tenggo. Adapun Cipanas, CIP 390663.8, CIP 392781.1, CIP 394613.139, CIP 394614.117, CIP 395195.7, GM 08, Granola, Merbabu 17, Ping 06, dan P1.2 menunjukkan penurunan kandungan klorofil yang relatif kecil. Genotipee-genotipe yang memiliki persentase kerusakan membran sel dan penurunan kandungan klorofil yang kecil. diindikasikan memiliki sifat toleransi terhadap cekaman suhu tinggi.
- ItemGenotype Spesific on Somatic Embryo and Germination of Soybean(IAARD Press, 2012-12) Khumaida ...[at al], Nurul; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThis research aims to study somatic embryo development of four soybean genotypes and their germination and conversion into intact plant. The explants used were clumps of embryogenic callus containing globular stage embryo(s). This experiment was designed using entirely randomized factorial model. Four soybean genotypes were combined with nine origin induction medium and four combinations of histodifferentiation regulators medium. Result showed that genotype and origin induction medium interacted in promoting cotyledon-stage embryos. Interaction of Ceneng and IK-12 medium (NAA 53.71 μM + 2.4-D 67.87 μM) resulted the highest efficiency in inducing cotyledon-stage embryo. The highest average number of cotyledon-stage embryo was reached by combination of 2.69 μM NAA + 13.32 μM BA. Genotype Ceneng indicated the highest percent of germination and index of vigour. CG76-10 has the fastest germination rate, however the conversion efficiency was poor in all treatments.
- ItemIdentifikasi Awal Kelapa Sawit Introduksi Dengan Marka Rapd(IAARD Press, 2012-12) Bayu ...[at a], Eva S.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThe objective of this research was to study genetic diversity of introduction oil palm from Cameroon. RAPD analysis using 3 primers was done at Universitas Sumatera Utara. OPO-20 was monomorphism marker, meanwhile OPH-06 and OPN-03 were polymorphism marker.
- ItemIdentifikasi Gen Kegenjahan Padi Generasi F2 Hasil Persilangan Kultivar Ciapus X Kitaake Menggunakan Dua Marka SSR Serta Korelasinya Dengan Karakter Umur Keluar Malai(IAARD Press, 2012-12) Carsono ...[at al], Nono; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianIdentification Of Early Maturing Gene in F2 Generation of Rice Derived from Cross between Cv. Ciapus x Kitaake by using Two Ssr Markers and its Correlation with Heading Date. Developing of early maturing rice is very important for increasing rice crop productivity in Indonesia. The use of molecular markers, such as SSR markers, in selecting desired genotype will be tremendously helpful. SSR markers are widely used since they are simple, economic, accurate, codominant and has high polymorphic level. The objective of current experiment was to obtain genotype with molecularly (SSR profile) as well as phenotypicaly characterized (early heading date). One hundred two plants of F2 generation of rice derived from cross between cv. Ciapus (high productivity) and Kitaake (earliest of heading date) were selected based on molecular and phenotypic markers of early flowering traits. Heading date was used as phenotypic marker, whereas molecular markers used were SSR markers of RM7601 (detecting Hd2) and RM19414 (detecting Hd3). PCR analysis was conducted at Lab of Plant Analysis and Biotechnology, meanwhile field experiment was performed at Ciparanje Experimental Station, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. Results indicated that thirty-seven plants were selected on the basis of the presence of SSR markers. Genotypes # 136 and # 300 were the promising ones based on both molecular and phenotypic markers. However correlation coefficient were 0.012 for RM7601 and -0.142 for RM19414, respectively, indicating a weak relationship between molecular markers with phenotypic markers. This could be due to a large effect of environmental factors on heading date. Two plants (# 136 and 300) are highly recommended for future research in the development of early maturing rice lines.
- ItemIdentifikasi, Deskripsi, Karakterisasi Fisiologi dan Morfologi Ayam Lokal Khas Dayak Bagi Pengembangan dan Pelestarian Plasma Nutfah Ternak Nasional(IAARD Press, 2012-12) Suhardi ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianQualitative data showed that Dayak local chickens have black and yellow beak. Red comb in a single form either male or female. White color is 100% in males and 98% in females, the color of the claw is predominantly black and yellow, only a small part that has green moss on the female. Based on the obtained quantitative average, the beak length 32.96 mm for male and 29.3 mm for female, male 16.5 mm width and female 16.3 mm, male 12.1 mm thick and female 13.1 mm, the length of the male head 44.6 mm and female 43.7 mm, 30.2 mm width of the head of the male and female 27 mm, the height of the male comb 59.1 mm and female 17.6 mm, 99.5 mm wide of male comb and females 29.7 mm, the thick of the male comb 16.6 mm and female 6.6 mm, male body weight 2074.46 g and female 1179.44 g, male body length of 45.1 cm and 37.86 cm in female, the male body circumference 35.79 cm and 30.72 cm in female, male long-backs 23.21 cm and female 19.47 cm, male wing length 29.44 cm and female 21.05 cm, male neck length 17.91 cm and female 15.21 cm, male pelvic width 1.82 cm and 2.95 cm in female, the length of the femur/thigh over male 12.55 cm and females 10.67 cm, length of tibia/lower thigh male 15.88 cm and female 12.85 cm, the length of male claw 18.08 cm and female 14.86 cm, circumference shank of male 4.63 cm and females 3.69 cm, male spurs length 37.8 mm, the circumference of the male spurs 16 mm. This local chicken conclude qualitatively that the color of Dayak local chickens is predominantly black and creamy white, black white and gray-black spots, while quantitatively Dayak local chickens are categorized as types of broiler chickens due to the weight of an adult male chicken up to 2 kg, but smaller than Nunukan chicken and larger than Katai chicken (dwarf).