Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik dan Pemuliaan Tanaman
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik dan Pemuliaan Tanaman by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 105
Results Per Page
Sort Options
- ItemKarakterisasi dan Persilangan Beberapa Aksesi Spesies dan Hibrida Anggrek Phalaenopsis(IAARD Press, 2012-12) Sukma, Dewi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBeberapa aksesi spesies anggrek Phalaenopsis dan hibrida yang banyak dipasarkan telah dikarakterisasi secara morfologi. Karakterisasi morfologi tanaman dibutuhkan untuk kelengkapan informasi sebelum aksesi tertentu dimanfaatkan untuk kegiatan pemuliaan tanaman. Aksesi yang ada dikelompokkan menjadi 3 kelompok katagori Anggrek Phal, yaitu 1) standar, 2) novelty, dan 3) multiflora (tangkai bunga bercabang-cabang, bunga banyak dengan ukuran bunga yang lebih kecil dari tipe standar) dan tipe mini (tangkai bunga tunggal) dan kelompok anggrek spesies. Hasil eksplorasi persilangan menunjukkan dari sebanyak sekitar 79 selfing/persilangan yang dilakukan, yang berhasil membentuk buah sebesar 63% (50 buah). Buah yang dapat berkembang baik ukurannya hingga berhasil dipanen dari 50 buah awal adalah sebanyak 33 buah (66%). Dari 32 buah yang dipanen, terdapat 19 buah yang menghasilkan biji dalam jumlah banyak, sedangkan sisanya berbiji sedikit atau tidak membentuk biji sama sekali. Hasil penyemaian biji dalam media kultur jaringan hingga pengamatan 8 Minggu Setelah Penyemaian (MSP), dari kultur yang tidak mengalami kontaminasi di peroleh nomor 13 selfing/persilangan yang sudah berkecambah membentuk protocorm. Buah dari hasil selfing/persilangan dari aksesi tipe standar umumnya berkembang baik dan membentuk biji yang banyak, namun buah dari hasil selfing/persilangan aksesi bunga tipe multiflora dan berukuran kecil atau mini tidak berkembang baik (buah mudah rontok, mencoklat dan tidak membentuk biji).
- ItemKebijakan Penggunaan Teknologi Rekayasa Genetik Pada Tanaman Pertanian Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional(IAARD Press, 2012-12) Deswina, Puspita; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBioteknologi sebagai terobosan baru bidang pertanian, perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan dukungan sumber daya manusia yang memadai. Arah kebijakan serta dukungan pendanaan yang jelas, terarah dan berkelanjutan merupakan modal utama dalam menjamin keberhasilan teknologi ini Terjadinya perubahan iklim yang signifikan akibat pemanasan global, telah mengakibatkan kerawanan pangan terutama sektor pertanian. Beberapa institusi milik pemerintah dan swasta telah memulai dan memperoleh Produk Rekayasa Genetik (PRG) sebagai hasil dari penerapan bioteknologi. Jagung PRG event NK 603 yang membawa sifat toleran herbisida glifosat, dan Jagung PRG lain dengan sifat yang berbeda, telah memperoleh pernyataan aman pangan dan lingkungan dari kelembagaan terkait. Tebu PRG hasil pengembangan dalam negeri, dengan sifat toleran kekeringan telah dinyatakan aman terhadap lingkungan, dan saat ini sedang dalam proses memperoleh keamanan pangan dari BPOM Indonesia. Dampak negatif pemanfaatan PRG harus dievaluasi untuk mencegah kemungkinan timbulnya risiko yang merugikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Pengkajian keamanan hayati yang meliputi keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/ atau keamanan pakan harus dilakukan terhadap PRG sebelum dilepas atau dikomersialisasikan. Sistim peraturan dan regulasi yang berdasarkan metode ilmiah yang sahih dengan mempertimbangkan kaedah agama, etika dan estetika, merupakan persyaratan dalam melakukan pengkajian risiko. Pengkajian risiko terhadap keamanan hayati harus dilakukan berdasarkan pendekatan kehati-hatian (precautionary approach), berdasarkan kasus per kasus (case by case), sesuai dengan aturan dalam Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati PRG dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.
- ItemVariasi Waktu Anthesis dan Korelasi Karakter Buah Terhadap Crued Palm Oil Dengan Polinasi Buatan Kelapa Sawit(IAARD Press, 2012-12) Riniarti, Dewi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianVariasi waktu anthesis dan korelasi karakter buah terhadap crued palm oil (CPO) dengan polinasi buatan pada kelapa sawit. Tujuan penelitian untuk membandingkan karakteristik komponen buah berdasarkan perbedaan waktu antesis bunga betina, serta korelasi antara hasil CPO dengan karakter buah. Metode penelitian yang digunakan adalah uji perbandingan nilai tengah antar waktu antesis bunga betina dan untuk mengetahui korelasi antar karakter diuji denga analisis korelasi (Stell dan Torrie, 1991). Hasil penelitian menunjukkan perbandingan waktu anthesis bunga betina hari pertama dengan hari ketiga, tidak berbeda nyata pada karakter yang ditelaah. Bobot tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diperoleh pada bunga anthesis hari pertama dipolinasi sebesar 30,95 kg sedang bunga dengan hari ke tiga anthesis sebesar 30,20 kg, Rendemen crude oil (minyak kasar) yang diperoleh 25% dari bobot buah rata-rata 16,94 g dengan persentase mesocarpnya 84,35%. Rendemen CPO yang tinggi ditentukan oleh rasio mesocarp, panjang buah, dan tebal endocarp, Bobot tandan buah segar (TBS) yang tinggi ditentukan oleh buah bernas, Rasio mesocarp yang tinggi terhadap endocarp dan kernel ditentukan oleh tipisnya endocap.
- ItemKuantitas Hasil Umbi, Bahan Kering dan Pati Klon-Klon Harapan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) Kaya Β-Karoten Pada Berbagai Umur Panen(IAARD Press, 2012-12) Wahyuni ...[at a], Tinuk Sri; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian dilaksanakan pada musim kemarau 2010 di Kebun Percobaan (KP) Jambegede. Menggunakan rancangan petak terbagi, tiga ulangan. Petak utama adalah umur panen (4,0; 4,5; dan 5,0 bulan), sedangkan anak petak adalah 10 klon harapan ubi jalar kaya β-karoten dan Beta-2 sebagai varietas pembanding. Ukuran plot 10 m2, jarak tanam 100 cm x 25 cm. Pengelolaan tanaman secara intensif. Variabel yang diamati meliputi indeks panen, jumlah dan bobot umbi tidak layak jual (<50 g/umbi), kecil (50-100 g/umbi), sedang (101-200 g/umbi), besar (>200 g/umbi), kadar bahan kering umbi segar, rendemen pati umbi segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel yang diamati beragam nyata dan dipengaruhi oleh interaksi klon dengan umur panen, kecuali untuk variabel bobot tajuk tanaman, bobot umbi tidak layak jual, indeks panen dan panjang umbi. Kuantitas hasil umbi, hasil bahan kering dan hasil pati rata-rata terus meningkat, kuantitas tertinggi tercapai pada umur lima bulan. Pada umur lima bulan, diperoleh empat klon yang lebih baik atau setara dengan Beta-2, yaitu MSU 05036-17, MSU 05036-23, MSU 06043-42, dan MSU 06044-03. Hasil umbinya berkisar 22,47-31,08 t/ha (Beta-2 24,63 t/ha), hasil bahan kering 6,09-9,46 t/ha (Beta-2 5,11 t/ha), sedangkan hasil pati 2,52-3,98 t/ha (Beta-2 1,84 t/ha). Hasil bahan kering umbi berkorelasi positif dengan umur panen, kadar bahan kering, rendemen pati dan hasil pati. Sedangkan hasil pati berkorelasi positif dengan umur panen, kadar bahan kering, hasil bahan kering dan rendemen pati.
- ItemPerakitan Varietas Kacang Tanah Umur Genjah Produktivitas Tinggi, Antisipasi Kendala Kekeringan(IAARD Press, 2012-12) Purnomo, Joko; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKegiatan penelitian bertujuan memperoleh galur atau calon varietas kacang tanah unggul, berproduktivitas tinggi dan berumur genjah. Pemanasan global yang juga melanda Indonesia berdampak nyata terhadap perubahan iklim khususnya jumlah dan pola curah hujan yang bergeser atau berkurang, dan menimbulkan kekeringan. Kerugian yang dirasakan petani kacang tanah yang sebagian besar berada di wilayah tadah hujan adalah kegagalan panen, penurunan produktivitas dan kualitas hasil. Tersedianya varietas unggul berumur genjah serta berproduktivitas tinggi diharapkan menekan resiko gagal, meningkatkan produktivitas dan intensitas tanam. Kegiatan diawali seleksi terhadap galur/varietas berproduktivitas tinggi, umur genjah, atau toleran kekeringan, dan tetua betina atau tetua jantan. Pembentukan populasi dengan metode silang tunggal (single cross) terjadi 1999-2003, diikuti evaluasi populasi bersegregasi, seleksi galur, dan uji daya hasil. Dalam beberapa tahapan proses pemuliaan dapat diperoleh sebanyak 17 galur harapan berumur genjah berdaya hasil tinggi, ditambah 2 varietas unggul dan satu varietas lokal sebagai pembanding dilakukan uji multi lokasi di 20 tempat, terbagi dalam agroekosistem sawah (SW), lahan kering iklim kering (LKIK), dan lahan kering iklim basah (LKIB). Dari kaji lapang diperoleh hasil bahwa ada interaksi galur dengan lokasi, yang berarti bahwa ragam pertumbuhan dan hasil galur akan dipengaruhi lokasi. Terpilih dua galur produktif di lahan sawah P.9816-20-3 (2,5 t/ha polong kering) dan GH502/G-00-B-677-49-43 (2,5 t/ha polong kering); dua galur produktif di LKIK adalah GH502/G-00-B-679-46-47 (2,7 t/ha polong kering) dan M/92088-02-B-0-1-2 (2,7 t/ha polong kering); dan dua galur produktif di LKIB M/92088-02-B-0-1-2 (1,8 t/ha polong kering) dan IP.9913-03-9-78-8 (1,8 t/ha polong kering). Secara umum dua galur yang berproduksi tinggi sekaligus stabil di tiga agroekosistem, dan dipromosikan sebagai VUB adalah P.9816-20-3 (2,3 t/ha polong kering) dengan nama Takar1 dan M/92088-02-B-0-1-2 (2,4 t/ha polong kering) dengan nama Takar 2. Semua galur tergolong tipe spanish, berukuran polong sedang, berumur genjah sampai sedang (85 hari-90 hari).
- ItemStudi Pola Warna Bulu Terhadapperforman Sapi Bali di Peternakan Rakyat Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang(IAARD Press, 2012-12) Tabun ...[at a], Arnold Ch; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif Sapi Bali betina warna merah bata, hitam dan putih meliputi statistik vital (panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, tinggi pinggul, lebar pinggul) dan ukuran kepala (panjang kepala, lebar kepala dan indeks kepala). Penelitian dilakukan di Desa Pariti dan Oeteta Kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dan wawancara. Data hasil pengukuran dianalisis dengan statistik deskriptif dan one way anova dengan menggunakan software SPSS versi 17.0. Pemeliharaan ternak Sapi Bali yang dilakukan oleh masyarakat secara ekstensif dan semi intensif. Ternak sapi yang dipelihara didominasi oleh Sapi Bali betina warna merah bata, kemudian warna hitam (Injin) dan warna putih.Perubahan warna bulu diduga akibat adanya inbreeding sehingga menyebabkan peningkatan gen-gen resesif. Bentuk tanduk mengarah ke atas 39 ekor (53%) dan mengarah kebawah 35 ekor (47%) dan berwarna hitam 76 ekor (100%). Kelompok sapi berdasarkan warna bulu tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0.05) pada panjang badan, tinggi gumba, tinggi pinggul dan lebar pinggul.Lingkar dada menunjukan perbedaan nyata (P<0.05) pada Sapi Bali betina warna putih dengan Sapi Bali betina warna merah bata dan hitam. Perbedaan ukuran tubuh disebabkan oleh kerangka tubuhnya lebih besar tetapi ukurannya masih dalam kisaran normal.
- ItemKajian Adaptasi dan Stabilitas Hasil Varietas Unggul Ubi Jalar di Sepuluh Lokasi di Indonesia(IAARD Press, 2012-12) Jusuf, M.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenampilan yang stabil adalah salah satu sifat yang paling diinginkan dari suatu genotipe untuk dapat dirilis sebagai suatu varietas unggul yang beradaptasi luas. Ketidakstabilan hasil suatu genotipe di berbagai lingkungan biasanya menunjukkan interaksi yang tinggi antara faktor genetis dan lingkungan. Dengan adanya interaksi genotipe x lingkungan, korelasi genotipe dan fenotipe akan berubah. Mengingat besarnya variasi lingkungan tumbuh maka varietas unggul yang ideal adalah yang berpotensi hasil tinggi dan stabil atau sedikit sekali berinteraksi dengan lingkungan. Tujuan penelitian untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas hasil dari varietas unggul ubi jalar dan menentukan varietas yang cocok dikembangkan di daerah sentra produksi ubi jalar di Indonesia. Pengujian dilakukan pada bulan September 2007 sampai Maret 2008 di sepuluh lokasi yakni di Bukittinggi dan Batusangkar (Sumatera Barat), Kuningan (Jawa Barat), Banjarnegara dan Karanganyar (Jawa Tengah), Malang, Blitar, dan Mojokerto (Jawa Timur), Gondang dan Narmada (Nusa Tenggara Barat). Percobaan lapang menggunakan rancangan acak kelompok 3 ulangan dengan ukuran petak 5 m x 5 m dan jarak tanam 100 cm x 25 cm. Sebagai perlakuan 9 varietas unggul dan 1 varietas lokal sebagai pembanding. Varietas yang diuji, yaitu Papua Solossa, Jago, Papua Pattipi, Sawentar, Sukuh, Kidal, Sari, Cangkuang, Beniazuma dan varietas lokal. Dosis pupuk yang diberikan adalah 100 kg urea + 100 kg SP 36 + 100 kg KCl per hektar dengan 2 ton pupuk kandang. Sebagai pupuk dasar diberikan seluruh pupuk SP 36 dan sepertiga takaran urea dan KCl sedangkan dosis sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan. Tanaman dipanen setelah berumur 5 bulan. Untuk mengetahui adaptasi dan stabilitas hasil dari varietas yang diuji digunakan hasil umbi segar sebagai tolok ukur. Analisis stabilitas hasil sepuluh varietas yang diuji di sepuluh terdapat satu varietas yang stabil, yaitu Sawentar dengan rataan hasil umbi 26,08 t/ha, sedangkan 9 varietas lainnya tergolong tidak stabil. Varietas Sawentar, Sukuh, Jago, Sari dan Beniazuma menunjukkan stabilitas hasil dibawah rata-rata. Varietas-varietas ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan beradaptasi khusus di lingkungan produktif.
- ItemPengaruh Pemberian Jagung dan Dedak Halus Terhadap Bobot Badan Hidup Ayam Broiler(IAARD Press, 2012-12) Daliani ...[at al], Siswani Dwi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSecara kuantitas, usaha perternakan unggas Indonesia sudah makin pesat, namun sering terjadinya fluktuasi harga produksi perternakan unggas di pasaran, menyebabkan kondisi statis. Sudah umum diketahui bahwa usaha ternak unggas modern, biaya pakan dapat mencapai 70% dari biaya produksi, pengkajian ini dilakukan setelah ayam broiler memasuki priode finisher, yaitu berumur 20 hari terhitung dari pemeliharaan hari pertama. Sistem pemeliharaan yang dilaksanakan pada tiap-tiap perlakuan sama sesuai dengan petunjuk pemeliharaan budidaya ayam broiler. Manfaat pengkajian adalah mengetahui pengaruh pemberian jagung dan dedak halus pada level tertentu terhadap bobot hidup ayam broiler. Pengkajian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler tanpa dipisahkan jenis kelamin. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian, yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, 5 ulangan dengan sistem penghitungan SPSS, setiap perlakuan digunakan 4 jenis pakan yang berbeda kandungan nutrisinya, yaitu Perlakuan I. (Kontrol) diberikan Kosentrat BR I 50%, jagung halus 30%, dedak 20% dan starbio 0.3%. Perlakuan II diberikan Kosentrat BR I 40%, jagung halus 25%, dedak 35% dan starbio 0.3. Perlakuan III diberikan Kosentrat BR I 40%, jagung halus 40%, dedak 20% dan starbio 0.3. Perlakuan IV diberikan Kosentrat BR I 40%, jagung halus 35%, dedak 25% dan starbio 0.3. Tiap ulangan terdiri atas 5 populasi ayam broiler, perlakuan dan ulangan disusun atas pengacakan, analisis yang di gunakan adalah analisis keragaman. Pengambilan data dalam pengkajian dilakukan penimbangan bobot badan per minggu dan dibandingkan pada masing-masing perlakuan dengan cara pengambilan sampel secara acak tiap ulangan. Dari hasil penelitian bahwa penggunaan susunan ransum yang dipergunakan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan hidup dalam jangka waktu pemeliharaan selama 30 hari, berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pengurangan kosentrat BR II 10% dari kontrol dengan mengkombinasikan jagung dan dedak halus tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan hidup pada ayam broiler.
- ItemKeragaan Calon Induk Ikan Kerapu Bebek Generasi Ke-2 (F-2) Hasil Seleksi(IAARD Press, 2012-12) Tridjoko; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianIkan kerapu bebek, Cromileptes altvelis adalah satu diantara jenis ikan keluarga Serranidae yang bernilai ekonomis tinggi, karena banyak diminati oleh konsumen baik sebagai ikan hias maupun sebagai ikan konsumsi. Upaya untuk membudidayakan melalui pembenihan telah dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol Bali dan telah berhasil memproduksi benih kerapu bebek dengan kelangsungan hidup yang relatif tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan induk ikan kerapu bebek F-2 yang matang gonad. Ikan kerapu bebek F-2 yang telah didapatkan dari hasil seleksi berjumlah 100 ekor, selanjutnya dipelihara pada 2 bak beton (Bak A dan Bak B) yang berbentuk silinder dengan volume air 75 m3. Sebagai perlakuan adalah perbedaan pakan, pada bak (A) pakan yang diberikan adalah pelet kering komersial (PG 9-10) dengan kandungan nutrisi sebagai berikut : kadar protein min. 43%, kadar lemak min 9%, kadar abu max. 13%, kadar serat max. 2% dan kadar air max. 12%. Sedangkan pada bak (B) pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar, cumi-cumi dan ditambahkan vitamin mix, vitamin C dan vitamin E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kerapu bebek F-2 yang diberi pakan ikan rucah dan cumi-cumi pertumbuhan serta kematangan gonad lebih cepat dibandingkan dengan yang diberi pakan pelet. Ikan kerapu bebek generasi ke-2 dengan kisaran bobot antara 490-605 g mempunyai diameter oosit >400 μm.
- ItemKeragaan Hasil dan Komponen Hasil 88 Galur Padi Sawah Generasi Lanjut Berumur Sangat Genjah-Genjah Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional(IAARD Press, 2012-12) Gunarsih ...[at al], Cucu; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBreeding program for high yielded rice varieties with resistancy to biotic and abiotic stresses and very early-early maturing, becoming very important to support national food security due to global climate change. This study aimed to obtain rice lines that have high productivity with ultra early maturing, which can be used as advanced yield trial materials. Trial was carried out on dry season 2011, in ICRR field trial Sukamandi-Subang. Eighty eight early maturing rice lines with 12 check varieties (Ciherang, Conde, Mekongga, Cimelati, Cisantana, Cigeulis, INPARI 4, INPARI 6, INPARI 8, INPARI 10, INPARI 11 dan INPARI 13) was arrange by 10 x 10 triplle lattice design with 3 replications. Fortieth nine lines from 88 lines gave productivity equal to the best check variety (INPARI 3). Fortieth nine selected lines have productivity with range 3.49 t/ha-4.48 t/ha, while the productivity of varieties between INPARI 8 (2.69 t/ha)-INPARI 13 (4.09 t/ha). From the aspect of agronomic, 49 had 50% flowering age slower 2-10 days, equivalent for plant height and number of productive tillers, showing the number of filled grain per panicle varied (62-121 grain panicle-1), or the number fewer of empty grain, and 1.000 grain weight varied than the best check varieties (INPARI 13). Fortieth nine lines have the opportunity to be further evaluated in the preliminary yield trial in the coming season to gain yield stability.
- ItemPenampilan Fenotifik Galur-Galur Unggul Jagung (Zea Mays L.) Pada Lahan Sawah dan Kering di Takalar, Sulawesi Selatan(IAARD Press, 2012-12) Ruchjaniningsih ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSulawesi Selatan mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk pengembangan jagung karena tersedianya lahan kering maupun sawah. Setiap tahunnya kebutuhan jagung terus meningkat, sementara produksi cenderung menurun akibat tingginya gangguan abiotik dan biotik. Tujuh galur harapan dan lima varietas jagung telah dievaluasi di desa Sandrobone dan kelurahan Pattalasang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan pada bulan Mei-Desember 2010. Penelitian bertujuan untuk melihat penampilan fenotipik karakter hasil dan komponen hasil. Percobaan ditata dalam rancangan acak kelompok dengan perlakuan 12 genotipe jagung (ST 01, ST 04, ST 07, ST 08, ST 11, ST 14, ST 15, Bima 1, Bima 2, Bima 3, Bisi 2, dan Lamuru). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua lokasi (lahan sawah dan kering) semua karakter yang diamati terdapat perbedaan yang nyata. Di lahan sawah bobot tongkol per ha tertinggi terdapat pada varietas ST 04, Bima 1, ST 14, dan Bima 3. Sedangkan di lahan kering bobot tongkol per ha tertinggi terdapat pada kultivar Bima 1, Bima 3, dan ST 11. Bobot tongkol per ha tertinggi terdapat pada varietas Bima 3 dan Bima 1 sedangkan pada galur terdapat pada ST 14, ST 04, dan ST 11. Di lahan sawah terdapat dua genotipe jagung yang hasilnya lebih tinggi dari kultivar Lamuru, yaitu ST 04 dan Bima 1. Tidak ada genotipe yang mampu memberikan hasil yang lebih tinggi dari kultivar Bisi 2 di kedua lokasi.
- ItemKeragaman dan Korelasi Genetik Antara Karakter Daun Dengan Hasil Pada Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench)(IAARD Press, 2012-12) Kusuma ...[at al], J.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDuapuluh tiga genotip sorgum ditanam untuk menganalisis variabilitas dan korelasi genetik antara karakter daun terhadap karakter hasil. Penanaman dilakukan di Kebun Percobaan Unit Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Agustus 2011. Percobaan disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variabilitas genetik yang sempit untuk karakter jumlah daun, lebar daun, dan kandungan klorofil pada fase generatif. Terdapat korelasi genotipik positif antara karakter bobot biji per malai dengan jumlah daun, lebar daun, warna daun fase generatif, warna daun saat panen, dan kandungan klorofil fase vegetatif. Karakter bobot 1.000 biji menunjukkan korelasi positif terhadap karakter lebar daun dan warna daun fase generatif. Korelasi positif juga ditunjukkan oleh karakter bobot biji per plot terhadap karakter jumlah daun, lebar daun, warna daun fase vegetatif, dan kandungan klorofil fase vegetatif. Beberapa karakter daun yang terkait dengan sifat stay green, memiliki kontribusi terhadap peningkatan hasil pada tanaman sorgum.
- ItemUji Daya Hasil Galur-Galur Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Generasi F6(IAARD Press, 2012-12) Wirnas ...[at al], Desta; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianYield Evaluation of F6 Sorghum Lines (Sorghum bicolor (L.) Moench). Sorghum is an alternative crop for food, feed and biofuel. The objective of the research was to evaluate yield potential of sorghum lines generated through hybridization between two national varieties, namely UPCA S1 and NUMBU. The research was conducted at Leuwikopo, Bogor from January to April 2011. Each line grown in a row with a planting space 70 cm x 15 cm. Traits observed were plant height, stem diameter, leaf number/plant, panicle length, seed weight/plant and 1.000 seeds weight. The result showed that there were variation among lines evaluated for all traits observed. There were 19 best lines selected based on seed weight per panicle, weight per 1.000 seeds, and length of panicle.
- ItemCoffea Canephora Pierre Susceptibility to The Coffee Berry Borer Hypothenemus Hampei Ferrari (Coleoptera: Curculionidae: Scolytinae)(IAARD Press, 2012-12) Sumirat, Cucu; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThe Coffee Berry Borer is the most notorious pest in coffee plantation, due to the most causing loss in plantation and it spreads that now is almost no restriction. This research was aimed to find out susceptibility level of Robusta coffee to this pest which this information is useful for breeding purposes. The population was formed from crossing of the two groups of C. canephora, Congolese x Conilons, was used in this study, compared to population of intra group crossing Congolese x Congolese. After observing during four years in which the site is located at endemic area, separating level of susceptibility, which indicated by infestation rate in the berry, was well formed when the observation conducted at mid of harvest time rather than at fully immature green berry condition. Three susceptibility groups were formed with infestation rate in the less susceptible group was 19.4% in average. However, inheritance of susceptibility trait to CBB between the two populations studied was found not following the mendelian perspective.
- ItemKeanekaragaman Hayati Pisang Ambon (Musa Paradisiaca) Pada Tingkat Ekosistem di Jawa Barat(IAARD Press, 2012-12) Rifiantara ...[at al], Ardya; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian ini bertujuan untuk mengamati bagaimana keanekaragaman hayati pisang Ambon (Musa paradisiaca) pada tingkat ekosistem di Jawa Barat. Waktu penelitian dari bulan Mei sampai dengan Juni 2012 di 8 kabupaten di Jawa Barat (Garut, Sukabumi, Sumedang, banjar, Ciamis, Cirebon, Kuningan, dan Bandung Barat). Bahan yang digunakan yaitu Global Positioning System (GPS), meteran, form pengamatan, kamera, alat tulis, dan kuisioner. Penentuan lokasi sampel dilakukan secara purposif sampling yang didukung dengan survey pasar. Hasil dari penelitian adalah di-temukannya 9 jenis pisang Ambon, yaitu pisang Ambon Lumut, Ambon Jepang, Ambon Putih, Ambon Kuning, Ambon Hijau, Ambon Ujung, Ambon Ragog, Ampyang, dan Ambon. Secara keseluruhan ting-kat keanekaragaman pisang ambon Jawa Barat tergolong sedang, yaitu 1.52. Pisang Ambon Lumut memiliki INP tertinggi, yaitu 97,20%. Nilai ini menunjukkan bahwa pisang Ambon Lumut memiliki kedudukan penting dibandingkan pisang Ambon lainnya.
- ItemMultiplikasi Tunas Manggis (Garcinia Mangostana L.) Melalui Pembentukan Kalus Nodular(IAARD Press, 2012-12) Joni ...[at at], Yosi Zendra; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianMultiplikasi tunas manggis melalui pembentukan kalus nodular merupakan salah satu metode untuk memperbanyak tanaman manggis secara kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan mendapatkan media yang cocok untuk multiplikasi tunas yang diiregenerasikan dari kalus nodular. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan April 2012. Eksplan yang digunakan adalah kalus nodular dari biji manggis yang telah masak. Eksplan dikulturkan pada media WPM ditambah 30 g/l sukrosa dan 2 g/l gelzan. Pembentukan globular menggunakan media WPM dengan empat perlakuan thidiazuron (TDZ), yaitu (0,05; 0,1; 0,5; dan 1 mg/l). Multiplikasi dan regenerasi tunas menggunakan media WPM dengan enam perlakuan zat pengatur tumbuh, yaitu 0,1 mg/l IAA dikombinasikan dengan BAP (3, 4, dan 5 mg/l) dan 0,1 mg/l NAA dikombinasikan dengan BAP (3, 4, dan 5 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada media WPM dengan penambahan k 0,05 mg/l TDZ menghasilkan jumlah globular terbanyak (17 globular/eksplan). Media terbaik untuk multiplikasi dan regenerasi tunas adalah media WPM dengan penambahan 0,1 mg/l NAA atau 0,1 mg/l IAA yang dikombinasikan dengan 3 mg/l BAP, masing-masing mampu meregenerasikan globular menjadi tunas 76,87% dan 75,16%. Tahap selanjutnya adalah menentukan media yang cocok untuk pemanjangan dan pengakaran tunas manggis. Kata kunci: Manggis, multiplikasi, kalus nodular, globular, tunas.
- ItemAnalisis Keragaan Karakter Agronomis dan Stabilitas Galur Harapan Padi Gogo Turunan Padi Lokal Pulau Buru Hasil Kultur Antera(IAARD Press, 2012-12) Diptaningsari ...[at al], Danarsi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAnalysis of Agronomic Performance and Stability of Promising Upland Rice Lines Derived from Buru Rice Landraces Obtained through Anther Culture. The promising upland rice lines have been obtained from anther culture of crossing between released variety and Buru rice landraces. The lines need to be evaluated for their agronomic performance and yield stability at various locations. The objectives of the research were to obtain information of agronomic performance, yield stability and adaptability of upland rice lines at various locations. Ten upland rice lines and two check cultivars were evaluated at five locations in the rainy season 2011/2012. Four stability analysis methods were used to analyze the adaptation and yield stability of those lines. The results indicated that FG1R-30-1-3 was the most stable genotype across all locations, while FG1R-36-1-1, FG1-6-1-2, FM1R-1-3-1 and Fat-4-1-1 lines produced the highest yield of dry grain per hectare.
- ItemKajian Periode Tanam dan Jenis Kemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam (Glycine Max) Selama Penyimpanan(IAARD, 2012-12) Respatie ...[at al], Dyah Weny; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui periode tanam kedelai (Glycine max) pada musim hujan dan jenis kemasan yang dapat mempertahankan viabilitasbenih selama penyimpanan.Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada bulan November 2008-Oktober 2009.Penelitian menggunakan rancangan 3 x 3 faktorial yang disusun secara acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah periode tanam (P), yaitu P1 : November, P2 : Desember, dan P3 : Januari. Faktor kedua adalah jenis kemasan (K), yaitu K1 : plastik hermetik, K2 : plastik polyethilen, dan K3 : kantong semen. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih selama lima bulan dalam suhu kamar. Pengamatan dilakukam terhadap kualitas benih kedelai hitam. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan periode tanam dalam penelitan ini (November, Desember, Januari) yang dikombinasikan dengan kemasan plastik hermetik dapat mempertahankan daya tumbuh >80% selama 5 bulan penyimpanan, sedangkan jika dikombinasikan dengan plastik polyethilen atau kantong semen dapat mempertahankan daya tumbuh >80% selama 4 bulan penyimpanan.
- ItemMarker Assisted Selection Characters for High Productivity of Sago Palm (Metroxylon Sagu Rottb.)(IAARD Press, 2012-12) Rahayu ...[at al], Yeni; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianIn the sago plantation, high production plants are preferred, and then the selections of seedlings are done to sustain the productivity. This paper reports a study of the correlation between some of the vegetative characters with the productivity of sago palms. This study aims to determine the characters of the marker assisted selection of sago with high productivity. The twenty-five morphological and agronomic characters of spiny and spineless sago were analyzed. The result showed that several characters were correlated to each other and one of the characters is the color of shoot sago seedlings were positively correlated with length of trunk and number of leaflets. The color of shoot sago seedlings thought to be a selection marker of superior sago in the future.
- ItemEvaluasi Mutu Beberapa Genotipe Caisim (Brassica Rapa Var. Parachinensis L) Pada Penanaman di Dua Lokasi Dataran Tinggi(IAARD Press, 2012-12) S.T. ...[at al], Rahayu,; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianCaisim (Brassica rapa var. parachinensis L) merupakan salah satu jenis sayuran daun yang cukup potensial untuk dikembangkan karena kandungan gizinya dan peluang pasar yang masih luas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mutu beberapa genotipe caisim yang ditanam pada dua lokasi dataran tinggi (Cipanas dan Malang). Percobaan ini dirancang menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Percobaan menggunakan lima genotipe dan lima ulangan. Parameter fisik yang diamati meliputi panjang dan lebar daun, diameter batang, tekstur, dan warna daun. Parameter kimia meliputi kadar air, vitamin C, dan serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lokasi tanam tidak mempengaruhi parameter fisik mutu caisim kecuali diameter batang, namun mempengaruhi parameter kimia caisim. Genotipe C1 dan C3 memiliki mutu yang baik dari parameter panjang daun, lebar daun, dan kandungan serat. Genotipe C2 memiliki mutu yang baik dari parameter kandungan vitamin C-nya.