Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 36
- ItemPENGENALAN GANDUM DALAM USAHA PENGEMBANGANNYA DI JAWA TIMUR(BPTP Jatim, 2007) SUMARKAM, SoekarnoGandum dikenal sejak tahun 1790, dan pernah ditanam disekitar Jakarta, Cirebon, dan Semarang. Gandum pernah dibudidayakan di sekitar Surakarta, dan menghasilkan 70 t/th. Pada tahun-tahun akhir penjajahan Belanda, gandum dibudidayakan di Tengger Jawa Timur, Dieng Jawa Tengah, dan Lembang Jawa Barat. Penelitian gandum dimulai sejak tahun 1855 oleh Teysman namun kualitas dan daya hasil rendah, dimulai lagi tahun 1918 oleh Koch. didatangkan varietas musim semi (spring wheat) yang dimungkinkan cocok untuk Indonesia , dilaporkan gandum bisa ditanam di NTT dengan ketinggian 45 m dpl. Lahan yang cocok untuk tanaman gandum adalah jenis tanah andosol atau inseptisol dengan kelembaban udara rendah, namun kelembaban tanah tinggi, suhuu 18°-25° c. Budidaya gandum memerlukan benih ± 100 kg/ha, dengan jarak tanam 25 cm x diseret. Pupuk yang digunakan adalah urea (200-400 kg), SP-36 (50-100 kg) dan KCl (50-100 kg) per ha. Varietas yang telah dilepas Deptan ada 4, yakni Timor, Nias, Selayar, dan Dewata-162. Daya hasil Dewata-162 dan Selayar bisa mencapai 5,5 t/ha, sedang Nias 3,1 t/ha varietas Timor materinya hilang
- ItemSorgum Inovasi teknologi dan pengembangan(IAARD Press, 2013-12) Sumarno; Djoko Said Damardjati; Mahyuddin Syam; HermantoSorgum merupakan tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan diusahakan oleh sebagian petani di Jawa dan Nusatenggara. Pengelolaan secara tradisional yang tercermin dari penggunaan benih dan pupuk seadanya menyebabkan hasil panen hanya 1-2 ton per hektar. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan pertanaman sorgum yang terdapat di beberapa negara lain seperti India dan Thailand yang juga memberikan hasil panen yang rendah. Penggunaannya sebagai pemenuhan pangan keluarga bagi petani subsisten menyebabkan kurangnya dorongan untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi. Sebaliknya, di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, dan beberapa negara Eropa, tanaman sorgum telah dikelola secara modern menggunakan teknologi maju seperti benih hibrida berkualitas dan pemupukan yang disesuaikan dengan kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Penggunaannya pun beragam, untuk pangan, pakan, industri, dan bioenergi. Rendahnya areal panen sorgum dibandingkan komoditas lain, dalam dekade terakhir hanya sekitar 25 ribu hektar per tahun, menyebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan tanaman ini. Hal serupa terjadi di beberapa negara lain seperti Thailand yang areal panennya menurun cukup tajam dari sekitar 400 ribu hektar pada tahun 1980an menjadi hanya tinggal sekitar 50 ribu hektar dalam beberapa tahun terakhir. India yang dikenal mempunyai areal pertanaman sorgum terluas di dunia, ternyata juga mengalami penurunan areal panen dari 14 juta hektar pada tahun 1990 menjadi 6 juta hektar pada tahun 2012. Meski termasuk tanaman minor, sorgum sebenarnya mempunyai beberapa kelebihan dari tanaman pangan lain seperti lebih toleran terhadap kekurangan dan kelebihan air, tidak memerlukan masukan tinggi, dapat tumbuh baik di lahan marginal, dan relatif lebih sedikit terserang organisme pengganggu tanaman (OPT). Penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian maupun instansi lain seperti perguruan tinggi dan BATAN menunjukkan bahwa melalui pengelolaan yang baik serta penggunaan varietas unggul, tanaman sorgum mampu memberi hasil tinggi. Kajian lapang yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang (kini Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) pada tahun 1980-1990an membuktikan bahwa dengan waktu tanam dan pengelolaan yang tepat, hasil panen sorgum dapat mencapai 5-7 t/ha. Selain melepas beberapa varietas unggul sorgum, Badan Litbang Pertanian pun telah menginisiasi penelitian sorgum hibrida pada tahun 1990an melalui kerja sama dengan lembaga internasional ICRISAT (International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics). Di sisi lain pengembangan sorgum juga dihadapkan kepada masalah keunggulan komparatif dan kompetitif dengan tanaman lainnya seperti padi dan jagung. Ketidaktersediaan pasar menyebabkan harga sorgum relatif rendah dibandingkan komoditas lain. Kemajuan teknologi yang menghasilkan jagung hibrida dengan hasil di atas 8 t/ha menyebabkan petani semakin enggan menanam sorgum. Sementara itu, selain mudah terserang hama gudang pada waktu penyimpanan, biji sorgum juga mengandung tanin yang memerlukan pengolahan untuk menghilangkannya sebelum dikonsumsi. Melonjaknya harga minyak dunia yang dibarengi oleh terus meningkatnya kebutuhan akan pangan dan pakan telah mendorong berbagai kalangan untuk mengembangkan sorgum sebagai sumber energi terbarukan. Filipina, misalnya, telah mencanangkan pengembangan sorgum manis untuk bioetanol dan pakan. Bioetanol dari sorgum manis diharapkan dapat mensubstitusi sebagian bahan bakar negara lain yang sepenuhnya tergantung dari impor. India juga mempunyai rencana yang serupa dengan menjalin kerjasama dengan ICRISAT. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah melakukan Demfarm Sorgum di beberapa provinsi dalam beberapa tahun terakhir sementara Kementerian BUMN juga melakukan pengembangan sorgum di beberapa lokasi di NTB dan NTT. Suatu kajian yang komprehensif tampaknya perlu dilakukan apakah sorgum memang bermanfaat untuk dikembangkan lebih lanjut dan bagaimana strategi pengembangannya. Beberapa pertanyaan yang memerlukan jawaban termasuk apakah sorgum yang akan dikembangkan adalah sorgum biji untuk mendukung ketahanan pangan dan pakan atau sorgum manis untuk bioetanol, pakan, dan industri atau keduanya. Wilayah pengembangan dan petaninya perlu pula diidentifikasi secara tepat melalui kerjasama berbagai pihak: Pemerintah Pusat dan Daerah, swasta, kelompok tani dan lembaga terkait lainnya. Dukungan penelitian diharapkan mampu menyediakan teknologi yang diperlukan sebagaimana halnya peralatan panen dan pascapanen serta jaminan harga yang layak.
- ItemJagung Teknologi Produksi dan Pascapanen(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1998) Subandi; Inu G. Ismail; Hermanto
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Jagung dan Sorgum(BPSI Tanaman Serealia, 2024) BPSI Tanaman Serealia
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Jagung dan Sorgum(Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Serealia, 2024) BPSI Tanaman Serealia