Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 56
- ItemSpodoptera Frugiperda Pada Jagung(Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2020) Andi Trisyono; Gatot Mudjiono; Dewi Sartiami; Ageng Setiawan Herianto; Fakih ZakariaUlat grayak Spodoptera frugiperda (UGF) merupakan spesies hama baru di Indonesia, khususnya pada tanaman jagung. Hama ini belum pernah ditemukan sebelumnya di wilayah Indonesia. Informasi ekobiologi yang lengkap dan terperinci mengenai hama S. frugiperda belum tersedia. Teknik pengamatan dan pengendaliannya pun juga masih terbatas.
- ItemPengelolaan Spesipik lokasi Tanaman Jagung(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008) Zulkifli Zaini; M. Muchlis Adie; Djarkasji; Jelita WilisDi Indonesia jagung merupakan komoditas terpenting kedua setelah padi. Walaupun rataan peningkatan produksi jagung meningkat sebesar 7,6% dalam empat tahun terakhir, tetapi cepatnya pertumbuhan industri pakan temak menyebabkan produksi jagung masih belum mencukupi kebutuhan nasional. Sistem produksi jagung sangat beragam tergantung agroekosistem, pola tanam dan pilihan pengelolaan. Karena faktor perbedaan agroekosistem dan kemampuan sosial ekonomi petani, kendala produksi menjadi sangat beragam. Sistem produksi jagung di lahan kering berkisar dari iklim basah (Sumatera, Kalimantan) sampai ke iklim kering (Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur). Lahan kering ini didominasi oleh tingginya tingkat kemasaman dan pengikatan P yang menyebabkan produktivitas lahan rendah, tetapi juga terdapat lahan kering yang subur seperti di garis lintang yang lebih tinggi (Sumatera Utara) maupun di garis lintang yang lebih rendah (Lampung). Tujuan jangka panjang penelitian kerjasama ini adalah untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan usahatani jagung pada berbagai agroekosistem utama di Indonesia, melalui pengelolaan hara spesifik lokasi. Hipotesa utama yang melatar belakangi penelitian kerjasama ini adalah tingkat produktivitas, keuntungan usahatani dan efisiensi pemupukan tanaman jagung dapat lebih ditingkatkan melalui pendekatan terpadu pemupukan hara spesifik lokasi, varietas berdaya hasil tinggi yang tahan hama dan penyakit, serta kerapatan tanam optimal. Kepada semua pihak, khususnya Potash and Phosphate Institute/Potash and Phosphate Institute Canada (PPI/PPIC) yang pada saat ini berubah namanya menjadi International Plant Nutrition Institute (IPNI), serta Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) serta Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), kami ucapkan terima kasih atas kerjasama yang telah diberikan selama ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat hendaknya.
- ItemPeningkatan Produktivitas Lahan Kering Masam(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2021) Fausiah T. Ladja; Amata Fami; Sigid Handoko; Tarbiyatul Munawwarah; Chary Septyadi; Elya Nurwullan; Inna Novianty; Habiel Zakiy OsmanE-book ini sebagai bahan literasi para pengguna informasi, guna mendukung proses diseminasi dan penyebaran inovasi teknologi pertanian melalui pendekatan digital, yang diharapkan penyebarannya dapat lebih massif untuk kemanfaatan yang lebih luas. Karya ini disusun bersama oleh BBP2TP, BPTP Balitbangtan Kementan Kalimantan Timur dan INF. Apresiasi disampaikan kepada para pembimbing, Kepala BPTP terkait serta civitas INF Sekolah Vokasi IPB atas upaya win-win collaboration ini, guna mewujudkan merdeka belajar melalui pendekatan digital. Semoga dapat dilaksanakan secara berkelanjutan di tahun mendatang.
- ItemPenerapan Good Agricultural Practices (GAP) Jagung di Sumatera Utara(Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Sumatera Utara, 2024) Khadijah EL Ramija; Ahmad Tohir Harahap; Siti Maryam Harahap; Sri Romaito; Idri Hastuty Siregar; Deliana Agriawat; Nurmalia; Sri Haryani Sitindaon; Listiawati; Muainah Hasibuan; Tristiana Handayani; Nazaruddin Hutapea; Lely Zulhaidah; Sri Endah Nurzannah; Listia AisyahBuku ini berisi tentang informasi teknis budidaya dengan jagung yang merupakan salah satu komoditas andalan Sumatera Utara melalui pendekatan penerapan GAP. Dengan menerapkan GAP pada tanaman jagung diharapkan terjadi peningkatan ‘Produksi dan kualitas hasil akhir. Penerapan GAP dilakukan mulai dari persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan sampai pengolahan produksi serta pemanfaatannya. Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Penguatan Kapasitas Penerap Standar Pertanian dalam rangka Bimbingan Teknis Standardisasi Instrumen Pertanian.
- ItemRekomendasi Pupuk N, P, dan K Spesifik Lokasi untuk Tanaman Padi, Jagung dan Kedelai pada Lahan Sawah (Per Kecamatan)(BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2020) Husnain; Ladiyani R. Widowati; Irsal Las; Muhrizal Sarwani; Sri Rochayati; Diah Setyorini; Wiwik Hartatik; I. G. Made Subiksa; I. Wayan Suastika; Linca Angria; A. Kasno; Nurjaya; Heri Wibowo; Kiki Zakiah; Dilla Aksani; Muhammad Hatta; Niluh Putu Sri Ratmini; Yunita Barus; Wahida Annisa; SusilawatiPemerintah telah menetapkan tiga kebijakan dibidang pemupukan, yaitu: (1) menerapkan konsep pemupukan berimbang (balanced fertilization), (2) subsidi pupuk (Urea, ZA, SP-36, NPK dan Pupuk Organik), dan (3) menetapkan acuan rekomendasi pupuk untuk tanaman padi, jagung dan kedelai berdasarkan konsep pemupukan berimbang spesifik lokasi yang efektif dan rasional, dengan sasaran untuk meningkatkan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan, peningkatan efisiensi penggunaan pupuk, dengan menerapkan sistem produksi sehat serta ramah lingkungan, Berbagai upaya telah dilakukan untuk menerapkan dan mengawal kebijakan tersebut. Namun untuk dosis rekomendasi dan formula pupuk majemuk NPK 15-15-15 padi sawah, hasil kajian Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa formula pupuk majemuk bersubsidi NPK 15-15-15 produksi PT. Pupuk Indonesia kurang sesuai untuk tanah sawah di Indonesia yang didominasi tanah sawah berstatus P dan K sedang hingga tinggi. Dengan dosis umum 300 kg/ha terjadi kelebihan hara P dan K bila diaplikasikan ke lahan sawah dengan status hara P dan K sedang dan tinggi, dan hanya sesuai pada status hara P dan K rendah yang luasannya terbatas. Untuk itu, Badan Litbang Pertanian telah mengusulkan formulasi baru sebagai pengganti NPK 15-15-15 yaitu NPK 15-10-12. Dengan menurunkan formula hara P dan K, diharapkan dosis pupuk menjadi lebih efektif, efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Acuan rekomendasi pemupukan untuk tanaman padi sawah, jagung dan kedelai yang disusun ini merupakan perbaikan dari Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/1/ 2006 dan diperbarui menjadi Permentan No.40/Permentan/OT.140/4/2007 dengan memasukkan data terbaru tentang : (a) status hara P dan K tanah sawah, (b) tingkat produktivitas padi sawah tingkat kecamatan, (c) seluruh kecamatan yang ada sebagai akibat dari pemekaran dan (d) menambahkan dosis rekomendasi untuk padi jagung dan kedelai dengan menggunakan pupuk NPK yang telah direformulasi yaitu NPK 15-10-12. Perubahan formula pupuk majemuk NPK 15-10-12 yang baru, perlu dikawal dan disosialisasikan agar petani memahami arti efisiensi pupuk dan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi. Dengan penghematan harga yang dapat dilakukan, diharapkan akan lebih luas lahanlahan pertanian yang mendapatkan bantuan subsidi pupuk dari pemerintah.