Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 75
- ItemPENGKAJIAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN JERAMI KEDELAI PADA SAPI POTONG INDUK(BPTP Jatim, 2007) YUSRON, Mohammad Ali; F. KasijadiTujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh cara pemberian jerami/ brangkasan kedelai yang efektif dan efisien sebagai bagian dari ransum sapi potong induk dengan memanfaatkan probiotik. Materi pengkajian adalah sapi PO betina dewasa tidak bunting dan laktasi sebanyak 12 ekor; terbagi ke dalam 4 perlakuan secara acak dengan pertimbangan berat badan awal secara proposional dan tiap perlakuan terdiri dari 3 ekor sebagai ulangan. Perlakuan adalah (A/ kontrol ) : ransum basal + jerami kedelai tanpa difermentasi, (B) : Perlakuan A + probiotik per oral, (C) : Ransum basal + jerami kedelai fermentasi, dan (D) : Perlakuan C + probiotik per oral. Digunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Sapi materi pengkajian ditempatkan dalam kandang kelompok bersekat secara individu. Ransum basal berupa rumput lapangan = 13 – 15 kg/ ekor/ hari atau 45 % dari tingkat kebutuhan bahan kering ( BK) yang ditetapkan, dan dedak padi = 2,5 – 4,0 kg/ekor/hari atau 35 % dari tingkat kebutuhan BK yang ditetapkan. Kekurangan kebutuhan BK dipenuhi dari jerami kedelai fermentasi atau non-fermentasi. Pemberian probiotik per oral dicampur dengan dedak padi dan dosisnya sesuai dengan petunjuk teknik pemberian probiotik yang digunakan ( Starbio ). Lama percobaan 10 hari prelium + 60 hari koleksi data. Data yang diamati adalah pertambahan berat badan harian (PBBH), konsumsi ransum dan konversi pakan ( KP ). Analisis data menggunakan analisis kovariansi dari RAL dengan berat badan awal sapi sebagai kovarian. Hasil pengkajain menunjukkan, bahwa adanya konsumsi probiotik per oral atau perlakuan fermentasi dapat meningkatkan rata – rata konsumsi jerami kedelai secara nyata ( P < 0,05 ) dari 2,05 kg/ekor/hari menjadi 2,77 kg/ekor/hari, tetapi total konsumsinya ( dasar BK ) masih kurang dari separo berat total BK ransum. Antara perlakuan terjadi iso konsumsi BK, protein kasar ( PK ) maupun TDN. Rata – rata PBBH antara perlakuan A, B, C dan D tidak saling berbeda nyata ( P > 0,05 ), secara berurutan adalah 0,40 0,16 kg/ekor/hari; 0,57 0,18 kg/ekor/hari; 0,50 0,19 kg/ekor/hari; dan 0,48 0,15 kg/ekor/hari. Rata – rata KP ( dasar BK ) juga tidak berbeda nyata, secara keseluruhan, adalah 0,07 0,03 kg PBBH/kg konsumsi BK. Kesimpulannya adalah perlakuan fermentasi jerami kedelai dan pemberiannya dalam ransum disertai pemberian probiotik per oral tidak efektif atas dasar parameter prestasi PBBH dan KP manakala proposi jerami kedelai dalam ransum kurang dari separo berat total BK ransum.
- ItemTEKNOLOGI PEMBUATAN PAKAN KONSENTRAT UNTUK SAPI POTONG DAN SAPI PERAH(BPTP Jatim, 2007) HARDIANTO, RulyUsaha pemeliharaan sapi potong dan sapi perah merupakan salah satu basis usahatani yang dilakukan oleh para petani. Kondisi agribisnis ternak sapi saat ini, menuntut para peternak untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi dan sekaligus berkualitas tinggi agar memenuhi persyaratan standar yang ditentukan oleh konsumen maupun industri pengolahan susu. Untuk meningkatkan produksi dan kualitas karkas dan susu, faktor yang berpengaruh langsung adalah kualitas bibit dan pakan terutama konsentrat. Para peternak mengeluh karena harga konsentrat komersial relatif mahal, sehinggga keuntungan dari usaha sapi dirasakan semakin berkurang. Potensi bahan pakan lokal yang banyak tersedia dan belum optimal dimanfaatkan antara lain limbah pertanian dan perkebunan, daun-daunan, dan limbah agroindustri. Untuk meningkatkan kualitas dan daya cernanya, maka bahan pakan lokal tersebut perlu diberi perlakuan pra-digesti secara fisik, kimia, dan biologi atau kombinasinya, serta perlakuan suplementasi atau penambahan dengan bahan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Diharapkan dengan perlakuan pra-digesti dan suplementasi tersebut, maka bahan pakan lokal dapat dioptimalkan kegunaannya dalam penyediaan pakan konsentrat sapi yang lebih murah bagi para peternak. Perlu ditumbuhkan embrio usaha kelompok dalam industri pakan agar agribisnis sapi memiliki daya saing dan dapat diandalkan sebagai salah satu daya ungkit untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
- ItemPetunjuk Teknis Penyebaran Ternak dan Tanaman Pakan Ternak Lingkup PSIPKH(Pusat Standardisasi Instrumen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2024)
- ItemPENGARUH PENAMBAHAN AMPAS KELAPA DAN BLONDO TERHADAP KUALITAS PAKAN IKAN(2020) Toni Surya Hidayat, Nugroho UtomoPakan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya ikan. Harga pakan ikan yang kian melonjak membuat petani ikan kualahan dengan beban biaya pakan. Salah satu alternatif untuk menekan biaya pakan ialah melalui pembuatan pakan secara mandiri dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal. Salah satu bahan lokal yang dapat digunakan ialah limbah produksi minyak kelapa berupa ampas dan blondo. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui formulasi yang tepat dan kualitas pakan ikan yang ditambah ampas kelapa dan blondo. Tiga perlakuan formula penambahan ampas kelapa dan blondo (ampas kelapa : blondo) yaitu formula A= 20% : 15%, B= 15% : 20%, dan C= 10% : 25%. Tahapan pembuatan pelet pakan ikan yaitu pembuatan tepung ampas kelapa serta penyiapan blondo, dedak, tepung tapioka, dan tepung ikan. Pembuatan tepung ampas kelapa dilakukan dengan cara pengeringan dan penggilingan ampas kelapa menggunakan blender. Agar adonan pelet rekat, tepung tapioka dibuat gelatin lalu dicampur dengan bahan pakan yang lain, kemudian ditambahkan 100 ml air/kg bahan. Setelah bahan tercampur rata dan kalis,dilakukan proses pencetakan dan pengeringan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan ampas kelapa dan blondo pada formula A, B, dan C dapat diterima oleh petani ikan dan respons ikan terhadap pakan juga baik. Ampas kelapa dan blondo merupakan bahan pakan sumber energi pada pakan ikan. Berdasarkan kadar protein dan daya apung, formulasi pakan ikan ini sesuai untuk lele umur 2 –3 bulan.
- ItemFREKUENSI PEMBERIAN PAKAN BROILER FASE FINISHER YANG MUDAH DAN MENGUNTUNGKAN(Polbangtan Gowa, 2023) Soraya Faradila, S.Pt., M.Si.Usaha Peternakan broiler memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan daging sebagai sumber protein hewani masyarakat Indonesia. Salah satu kelebihan broiler yang berbeda dengan ternak lain adalah tumbuh dengan waktu yang singkat. Bahkan umur 27 hari sudah bisa dipanen dan tentunya untuk konsumsi masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya broiler salah satunya adalah manajemen pemberian pakan. Pakan mencapai 70% dari faktor produksi beternak. Waktu pemberian pakan perlu diperhatikan dalam arti pemberian pakan harus disesuaikan dengan waktu-waktu yang tepat dimana ayam mebutuhkan pakan untuk kebutuhannya. Frekuensi dan priode pemberian pakan juga berhubungan dengan iklim Indonesia yang mana beriklim tropis, Pagi hari cenderung suhu tinggi dan udara sejuk oleh karena itu pemberian pakan tepat dilakukan supaya ayam saat mengonsumsi pakan dapat efisien dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Tetapi pemberian siang hari saat suhu tinggi ayam akan mengalami cekaman panas dan pakan yang dikonsumsi akan berkurang atau penurunan. Buku ini menjawab pertanyaan besar peternak berapa kali kami memberikan pakan pada broiler umur finisher atau umur akhir. Penelitian penulis berhasil menjawab tanda tanya besar di kepala peternak broiler finisher perlu diberi makan berapa kali???