Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 1108
- ItemKarakteristik Varietas Unggul Kacang Tanah dan Adopsinya oleh Petani(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2014-10-19) Astanto Kasno; Didik HarnowoVarietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi utama yang berperan penting dalam program peningkatan produksi kacang tanah. Dibandingkan dengan varietas unggul baru padi dan jagung hibrida, varietas unggul baru kacang-kacangan, terutama kacang tanah, relatif lambat diadopsi petani. Padahal, varietas unggul yang telah dilepas tersebut memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan varietas lokal yang masih mendominasi pertanaman kacang tanah dewasa ini, misalnya dari segi produktivitas, umur, dan toleransi terhadap cekaman biotik dan abiotik. Data yang tersedia menunjukkan bahwa dari 34 varietas unggul kacang tanah yang telah dilepas (26 tipe spanish dan 8 tipe valencia), hanya beberapa saja yang populer di kalangan petani. Varietas unggul Gajah dan Kelinci yang masing-masing dilepas tahun 1950 dan 1986 lebih dikenal petani daripada varietas unggul lainnya yang dilepas kemudian. Separuh area pertanaman kacang tanah masih ditanami varietas lokal. Ketersediaan benih bermutu dengan harga terjangkau pada waktu diperlukan, tampaknya menjadi faktor utama yang menyebabkan lambannya adopsi varietas unggul, selain kelancaran informasi ketersediaan varietas baru ke penyuluh dan petani. Faktor pengganda yang kecil (1 kg benih menghasilkan 10 kg) dan daya tumbuh yang cepat menurun mengurangi minat penangkar benih untuk memperbanyak benih kacang tanah. Preferensi petani, pedagang, dan konsumen kacang tanah setempat akan karakteristik varietas yang disenangi perlu penelaahan lebih lanjut sehingga dapat dipadukan dengan varietas yang tersedia atau bahkan sebagai input dalam penelitian selanjutnya
- ItemWereng Cokelat sebagai Hama Global Bernilai Ekonomi Tinggi dan Strategi Pengendaliannya(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2014-12-15) Baehaki SE; I Made Jana MejayaWereng (Nilaparvata lugens) merupakan hama global yang menyerang tanaman padi yang tersebar luas di wilayah Palaeartik, Oriental, dan Australian. Hama ini mempunyai nilai ekonomi tinggi karena sangat banyak dana yang digunakan untuk penelitian, mulai dari biologi sampai teknologi pengendaliannya. Selain merusak langsung dengan mengisap cairan tanaman, hama wereng cokelat juga sebagai vektor penyebar penyakit virus yang menyebabkan tanaman padi puso. Negara-negara yang paling banyak merasakan dampak serangan wereng dan yang paling banyak mengeluarkan dana untuk pengendaliannya adalah China, Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Serangan wereng cokelat mengganggu serapan nutrisi dan proses perkembangan akar, padahal akar tanaman padi tidak hanya berperan dalam mengambil nutrisi dan air, tetapi juga berfungsi sebagai tempat biosintesis zat yang mempengaruhi aktivitas fisiologis, seperti sitokinin, zeatin, dan zeatin riboside. Proses penuaan, transportasi dan distribusi asimilasi, pengisian biji, dan hasil berkorelasi erat dengan fungsi sistem akar tanaman padi. Usaha strategis yang dilakukan adalah perakitan varietas tahan lama (durable resistance) menggunakan plasma nutfah yang telah teridentifikasi, pengetatan seleksi galur tahan, tanam serempak berdasar triangle strategies, pemakaian lampu perangkap yang dapat dipakai sebagai monitoring dan reduksi populasi hama. Pengendalian wereng cokelat dengan insektisida harus dipandu dengan ambang ekonomi terbaru berdasarkan harga gabah saat panen
- ItemPedoman Teknis Budidaya Ikan Nila(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1995) Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianIkan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan introduksi dari Taiwan yang didatangkan pertama kali ke Bogor pada tahun 1969 dan telah dibudidayakan di hampir semua propinsi di Indonesia. Strain ikan nila yang dikenal di Indonesia ada 3 macam, yaitu nila merah lokal, nila merah Filipina dan nila biasa atau nila hitam. Ikan nila, terutama ikan nila merah telah memiliki pasaran internasional cukup baik, terutama di Jepang, Hongkong, Eropa, dan Amerika (Departemen Pertanian, 1987).
- ItemPerkembangan Pemuliaan Gandum di Indonesia(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2013-10-15) Amin Nur; Muh. Azrai; Herman Subagio; Soeranto; Ragapadmi; Sustiprajitno; TrikoesoemaningtyasIndonesia sebagai negara di wilayah tropis memang bukan merupakan penghasil gandum. Akan tetapi konsumsi tepung gandum (terigu) dalam tiga dasa warsa terakhir telah meningkat tajam, sehingga pada tahun 2012 Indonesia harus mengimpor 7,2 juta ton gandum. Upaya memproduksi gandum di dalam negeri telah dicoba sejak tahun 1990an pada lahan di dataran tinggi yang iklimnya relatif kering. Akan tetapi kompetisi dengan tanaman sayuran dataran tinggi, menempatkan terigu pada posisi yang tidak memberikan peluang untuk berkembang. Pada akhir abad 19, seorang ahli Belanda, G. Wallace, mengintroduksikan gandum di dataran tinggi pulau Timor, akan tetapi, gandum tidak pernah menjadi komponen usahatani rakyat setempat. Seleksi terhadap galur asal introduksi dilakukan sejak tahun 1980an, dan varietas unggul untuk dataran tinggi tropis telah dapat dilepas. Namun varietas unggul yang dilepas tersebut tidak diadopsi oleh petani. Program pemuliaan untuk merakit varietas gandum adaptif terhadap wilayah tropis dihidupkan kembali sejak tahun 2009. Melalui konsorsium penelitian, melibatkan peneliti bioteknologi dan mutasi tingkat seluler digabungkan dengan teknik pemuliaan konvensional, diharapkan varietas gandum yang sesuai untuk tanam di dataran rendah tropis dapat diperoleh.
- ItemJagung Hibrida Genjah: Prospek Pengembangan Menghadapi Perubahan Iklim(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2013-12-15) Muhammad AzraiPerubahan iklim global merupakan salah satu ancaman keberlanjutan produksi jagung nasional. Sebagai langkah antisipasi diperlukan varietas jagung hibrida unggul umur genjah adaptif pada kondisi perubahan iklim tersebut sangat diperlukan. Dari hasil pemuliaan, telah dilepas jagung hibrida varietas Bima 7 dan Bima 8 dengan potensi hasil masing-masing 12,1 t/ha dan 11,7 t/ha pipilan kering dengan umur panen 75%). Pasangan galur-galur terebut berpotensi menjadi varietas hibrida unggul baru berumur genjah. Selain itu, terdapat tiga galur elit berwarna kuning asal Balitsereal tahan penyakit bulai yaitu Nei9008, G180, dan Mr14, disilangkan dengan 41 galur jagung warna putih umur super genjah, toleran kekeringan dan suhu tinggi asal CIMMYT-Kenya. Kegiatan ini merupakan bagian jalinan kerja sama perakitan jagung hibrida super genjah toleran kekeringan antara CIMMYT dengan beberapa negara penghasil jagung di Asia, yaitu Indonesia, Thailand, India, Filipina, Vietnam dan China. Dengan memanfaatkan teknik marka molekuler sebagai alat bantu seleksi, diharapkan dalam waktu 3-4 tahun ke depan dapat dihasilkan jagung super genjah toleran kekeringan, suhu tinggi, dan tahan penyakit bulai. Dengan demikian, kegiatan penelitian jagung hibrida ultra genjah, super genjah, dan genjah merupakan salah satu solusi untuk mempertahankan swasembada jagung.