Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 57
- ItemPENGKAJIAN SISTEM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) DI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG: KENDALA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA(BPTP Karangploso, 2000) ROESMARKAM, S; E. PurnomoPengkajian SUTPA di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang dilaksanakan di 7 desa pada bulan Oktober 1996 sampai dengan September 1997. Teknologi yang diperkenalkan adalah varietas unggul, cara tanam Tabela dan Jajar Legowo, pemupukan berimbang serta pengendalian hama secara terpadu. Pengumpulan data dilakukan di lapang terhadap sifat agronomis tanaman dan hasil ubinan, sedang untuk hasil riel dan pendapatan petani dilakukan dengan menggunakan kuestioner dan FRK. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa adanya SUTPA dirasa sangat bermanfaat karena dapat mendorong peningkatan aktivitas kelompok sehingga mendorong peningkatan IP dari 250% menjadi 300%. Sistem Tabela mampu meningkatkan hasil, namun masih banyak masalah terutama keterampilan petani dan adanya hama tikus. Sistem Jajar Legowo tidak meningkatkan hasil walaupun mungkin bila dipadu dengan pemeliharaan azola akan lebih menguntungkan petani. Dengan sistem SUTPA B/C ratio berkisar 2,0-3,0, tetapi biaya produksi per kg gabah masih cukup tinggi.
- ItemKERAGAAN DAN ANALISIS SISTIM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KECAMATAN KEPANJEN, KABUPATEN MALANG(BPTP Karangploso, 2000) SUNARSEDIONO; SuriyadiSistim usahatani berbasis padi (SUTPA) berwawasan agribisnis telah dilaksanakan di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, meliputi 6 desa, yaitu Desa Mangunrejo, Panggungrejo, Jenggolo, Sengguruh, Kemiri, dan Penarukan. Target areal pengkajian SUTPA hamparan sawah seluas 500 ha, yang terdiri dari unit pengkajian khusus (UPK) seluas 25 ha sistim tanam benih langsung (TABELA) dengan jarak tanam antar barisan selebar 25 cm dan dalam barisan tidak teratur (sekitar 3-5 cm), dan 25 ha sistim tanam LEGOWO (tanam padi baris ganda dengan jarak (40 cm x 20 cm x 10 cm), serta 450 ha sistim tanam pindah (TAPIN) dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau yang biasa dilakukan oleh petani setempat pada unit hamparan pengkajian (UHP).Pelaksanaan dilakukan di sawah petani oleh petaninya sendiri. Tim SUTPA yang memandu petani secara langsung adalah dari unsur Staf BPTP (Peneliti dan Teknisi), Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Mantri Pertanian), Penyuluh (BIPP, BPP, PPL), dan dari unsur BPTPH (Staf bagian SLPHT). Paket teknologi yang dianjurkan berupa sistim tanam benih langsung (TABELA), sistim tanam baris ganda (LEGOWO), dan benih varietas unggul baru Maros dan Memberamo. Pemupukan diupayakan berimbang, disesuaikan dengan hasil analisis tanah. Khusus petani yang ikut melaksanakan TABELA mendapatkan bantuan benih, sedangkan sarana produksi lainnya dengan swadana/swadaya. Penyediaan dana melalui KUT susah dicairkan karena masih banyak masalah/tunggakan KUT sebelumnya. Dari target areal pengkajian tersebut diatas pada MH 1996/1997 terealisir areal TABELA seluas 12 ha (48%), dan LEGOWO seluas 10 ha (40%), sedangkan untuk UHP seluas 450 ha memenuhi target. Tidak tercapainya target areal TABELA terutama disebabkan adanya serangan tikus sehingga petani tidak berani menanam padi cara TABELA. Disamping itu juga disebabkan oleh keterlambatan pengolah tanah sehubungan dengan kurangnya alat pengolahan tanah. Tidak tercapainya target areal tanam LEGOWO disebabkan karena pada tahap awal petani belum yakin apabila tanam sisitim legowo dapat meningkatkan hasil. Keragaan tanaman dan daya hasil serta keuntungan usahatani UPK lebih baik dari pada UHP, sedangkan yang UHP lebih baik dan lebih tinggi dari tanam pindah di luar SUTPA (LUHP). Data rata-rata dari 10 petani kooperator menunjukkan bahwa sistim TABELA memberikan hasil produksi 6,3 t/ha dan pendapatan bersih Rp 1,65 juta, sistim LEGOWO memberikan hasil 5,9 t/ha dan pendapatan bersih Rp 1,47 juta, sistim tanam pindah SUTPA (UHP) memberikan hasil 5,8 t/ha dan pendapatan bersih Rp 1,53 juta, sedangkan untuk LUHP memberikan hasil 4,6 t/ha dan dengan pendapatan bersih Rp 0,93 juta. Kendala teknis yang utama dalam pelaksanaan SUTPA II di Kepanjen terutama adalah serangan hama tikus yang merata hampir di semua lokasi. Selain itu, kekurangan dalam pelaksanaan LEGOWO pada musim hujan 1996/1997 adalah belum dilaksanakannya secara sepenuhnya, karena masih banyak yang LEGOWO 4:1, dan bahkan 6:1, sedangkan yang dianjurkan adalah 2:1. Kendala non teknis yang penting adalah kurang efektifnya kelompok tani dan juga pengaruh dominan dari para penebas yang sangat menentukan harga jual hasil panen petani sehingga sangat mempengaruhi proses adopsi teknologi petani terutama untuk penerimaan varietas unggul baru Maros dan Memberamo. Untuk menindak lanjuti pemasyarakatan varietas Maros/Memberamo dan teknologi TABELA/ LEGOWO perlu koordinasi/kerjasama yang lebih baik lagi antara lembaga terkait di dalam pelaksanaan SUTPA, terutama antara BPTP, BIPP, Dinas Pertanian Tanamam Pangan, dengan Kepala Wilayah setempat (Wedono, Camat, Lurah) dan dengan KTNA, Kelompok tani serta Tokoh-tokoh masyarakat (Pemimpin informal), yang menjadi kunci keberhasilan program SUTPA yang akan datang.
- ItemKERAGAAN DAN ANALISIS PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG(BPTP Karangploso, 2000) SISWANTO, Bambang; MardjukiPengkajian rakitan teknologi SUTPA (Sistem Usahatani Berbasis Padi) di Kabupaten Jombang dilakukan di wilayah Kecamatan Mojowarno pada musim tanam MH. 1996 seluas 500 Ha. Rakitan teknologi budi daya padi yang diterapkan terdiri dari: penggunaan varietas unggul Maros, dosis pupuk berdasarkan analisis tanah, penerapan PHT, penerapan cara tanam jajar legowo dan TABELA. Teknik TABELA dan jajar legowo memberikan hasil rata-rata lebih tinggi dibanding cara tanam pindah biasa, hasil tertinggi yang dicapai antara 6,5-7 t/ha. Sementara petani yang melaksanakan cara tanam tradisionil memperoleh hasil rata-rata antara 5-6 t/ha. Pendapatan tertinggi diperoleh oleh petani yang melaksanakan cara TABELA yakni Rp 1.384.875 dibandingkan cara tradisional yang hanya Rp 795.00,-.
- ItemKERAGAAN DAN ANALISIS PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) DI KABUPATEN LAMONGAN(BPTP Karangploso, 2000) SULIYANTO; SatinoPengkajian rakitan teknologi Sistem Usahatani Berbasis Padi (SUTPA) di Kabupaten Lamongan dilakukan di wilayah Kecamatan Kedungpring pada musim hujan 1996/1997 seluas 500 ha. Rakitan teknologi budidaya padi terdiri dari varietas unggul baru Maros, dosis pupuk berimbang, penerapan PHT, teknik tanam benih langsung (TABELA) dan TAPIN LEGOWO masing-masing 25 ha. Pengkajian teknologi SUTPA dibimbing oleh peneliti/penyuluh dan teknisi dari BPTP Karangploso, bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tingkat II Lamongan, PPL PHP, Mantan, Kontak Tani dan petani. Sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan) disediakan lewat KUT atau swadana petani. Teknik TABELA, Legowo dan Tapin dengan varietas Maros masing-masing hasilnya 6,43%, 5,40% dan 3,60% lebih tinggi dibanding IR-64. Pendapatan petani yang menerapkan teknologi SUTPA rata-rata meningkat 5,15% daripada diluar SUTPA, karena harga jual gabah varietas Maros lebih rendah daripada IR-64. R/C ratio SUTPA yang paling kecil 1,52 berarti teknologi tersebut secara ekonomis masih layak diterapkan
- ItemKERAGAAN DAN ANALISIS PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI BERBASIS PADI (SUTPA) DI KECAMATAN PANDAAN, KABUPATEN PASURUAN PADA MK II 1997(BPTP Karangploso, 2000) G. Kustiono; SumardiPengkajian SUTPA di Kabupaten Pasuruan pada tahun 1997 dilakukan di Kecamatan Pandaan pada hamparan 500 ha, dengan melibatkan 679 keluarga tanai dari 18 kelompok tani dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Teknologi yang diterapkan tanam Jajar Legowo, Tabela, Tapin, pemupukan 187-200 kg Urea tablet, 300 kg Urea pril, 100 kg SP-36 dan 75 kg KCl/ha dan varietas Maros. Hasil menunjukkan bahwa teknik Tabela lebih baik dilakukan pada petakan luas, pengairan dapat diatur dan tidak pada musim hujan. Namun demikian alat Tabela perlu modifikasi karena keluarnya benih tidak merata dan terlalu berat. Tanam Jajar Legowo mudah diadopsi petani karena sudah terbiasa menanam teratur. Intensitas serangan hama dan penyakit sangat ringan dan tidak berarti. Produksi varietas Maros pada Tabela mencapai rata-rata 8,8 t/ha, meningkat 5% dibanding Tapin plus, terutama karena peningkatan populasi. Secara berturut-turut hasil yang diperoleh varietas Maros adalah Tabela (8,8 t/ha), Jajar Legowo (8,73 t/ha), Tapin plus (8,35 t/ha) dan cara petani dengan varietas IR 64 (7,64 t/ha). Dengan demikian SUTPA di Pandaan dapat meningkatkan produktivitas padi.