Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 109
- ItemLaporan Tahunan Balai BPSIP NTB Tahun 2023(2023) BPSIP NTB
- ItemRekomendasi Budi Daya Padi untuk Berbagai Ekosistem(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2021-12-16) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganUpaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditempuh melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah. Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian, terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani. Saat ini produksi padi nasional sudah mencapai angka 56,54 juta ton GKG. Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mentargetkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 7%. Aspek penting yang menjadi perhatian dalam peningkatan produksi padi tersebut antara lain adalah peningkatan efisiensi dan pelestarian lingkungan karena berkaitan dengan daya saing produksi berkelanjutan yang didasarkan pada agroekosistem padi. Petunjuk teknis penerapan Teknologi Budidaya Padi di berbagai Agroekosistem ini disusun sebagai acuan bagi para pihak yang akan menerapkan teknologi tersebut, selanjutnya diharapkan buku ini dapat bermanfaat. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dalam penyusunan buku rekomendasi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
- ItemSTATISTIK STANDARDISASI INSTRUMEN PERTANIAN Dalam Infögrafis(Badan Standardisasi Instrumen Pertanian, 2024-12-28) Prof. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si.; Dr. Haris Syahbuddin, DEA; Dr. Sri Asih Rohmani, M.Si.Statistik Standardisasi Instrumen Pertanian dalam Infografis menyajikan data dan informasi mengenai hasil standardisasi instrumen pertanian secara visual dalam bentuk infografis. Tujuan disusunnya publikasi ini sebagai upaya meningkatkan literasi pengguna terhadap data statistik dan dengan penyajian visualiasi yang menarik, diharapkan pengguna lebih tertarik dan mudah memahami data serta informasi yang disajikan. Saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan partisipasi dari Satuan Kerja lingkup BSIP sehingga publikasi ini dapat terwujud. Masukan dan saran perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas publikasi Statistik Standardisasi Instrumen Pertanian dalam Infografis dan pelayanan kepada pengguna sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut pada edisi berikutnya.
- ItemTikus Sawah(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2018-12-21) Sudarmaji; I Nyoman Widiarta; HermantoHingga saat ini tikus sawah Rattus argentiventer masih menjadi hama utama tanaman padi yang merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Kenyataan di lapang menunjukkan tingkat kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus sawah bervariasi dari ringan sampai berat dan bahkan dapat menyebabkan puso atau gagal panen, bergantung pada populasinya di suatu wilayah. Dalam periode 2011-2015, serangan hama tikus pada tanaman padi di Indonesia rata-rata 161.000 ha per tahun. Angka ini setara dengan kehilangan 620 juta kg beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan lebih dari 6 juta penduduk selama satu tahun. Di Asia Tenggara, kehilangan produksi padi akibat serangan tikus sawah diperkirakan mencapai 5-10% per tahun dan diperkirakan meningkat dalam beberapa dekade terakhir jika dikaitkan dengan upaya peningkatan indeks pertanaman dari satu kali menjadi dua atau tiga kali tanam padi dalam satu tahun Tikus sawah juga menularkan berbagai penyakit yang berbahaya bagi manusia dan ternak, di antaranya leptospirosis. Di Indonesia, kasus leptospirosis sering terjadi dan di beberapa daerah merupakan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah tropis, termasuk Indonesia. Penyebab leptospirosis adalah urin hewan terinfeksi Leptospira yang mencemari lingkungan. Gejala klinis penyakit ini sangat bervariasi dari ringan hingga berat, bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, tikus sawah vi 2 perlu dikendalikan dengan seksama agar tidak menimbulkan kerugian, baik pada pertanaman padi maupun kesehatan manusia dan ternak. Upaya pengendalian hama tikus pada lahan sawah belum menunjukkan hasil yang optimal dan tidak konsisten karena masih banyak petani yang belum memahami cara pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Penelitian tikus sawah dari berbagai aspek, terutama aspek biologi dan ekologi, berperan penting untuk dijadikan dasar dalam menetapkan strategi pengendalian hama tikus secara terpadu. Berdasarkan penelitian secara komprehensif dan dalam jangka panjang telah dihasilkan inovasi teknologi pengendalian tikus sawah pada pertanaman padi. Teknologi ini telah berkembang di beberapa sentra produksi padi dan telah menjadi bagian dari program nasional Pengendalian Hama Tikus secara Terpadu (PHTT). Dalam hal ini, perangkap bubu tikus atau Trap Barrier System (TBS) dan perangkap linear bubu tikus atau Linear Trap Barrier System (LTBS) adalah teknologi sentral dari strategi pengendalian tikus sawah secara terpadu, yang diintegrasikan dengan teknologi konvensional seperti tanam serempak, sanitasi habitat, gropyokan massal, fumigasi sarang tikus, penggunaan rodentisida secara benar, serta pelestariaan musuh alami tikus sawah Buku ini adalah sintesis informasi hasil penelitian hama tikus sawah berdasarkan biologi, ekologi, dan kaitannya dengan upaya pengendalian yang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan. Semoga buku ini dapat menjadi salah satu acuan dalam upaya pengendalian hama tikus pada pertanaman padi
- ItemJejak Implementasi Perjanjian Internasional SDGTPP di Indonesia(IAARD Press, 2022) Djufry, Fadjry; Mastur; Syahbuddin, Haris; Lestari, Puji; Hidayatun, Nurul; Adriani, Erlita; Nugrahani, NuningKomitmen Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan global ditunjukkan melalui perannya dalam kancah internasional khususnya keanggotaan Indonesia di Traktat/Perjanjian Internasional Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan dan Pertanian (SDGTPP) atau International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA), FAO sejak 2006. Indonesia aktif berpartisipasi dalam agenda rutin sesuai elemen Traktat maupun melalui pertemuan tiap dua tahunan Badan Pengatur (Governing Body). Indonesia berusaha mengimplementasikan Traktat Internasional ini berdasarkan hak dan kewajiban sebagai anggota seperti tertera dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2006 tentang Pengesahan Perjanjian Internasional SDGTPP, sehingga memerlukan dukungan semua pihak tidak hanya dari institusi pemerintah, namun juga LSM, perguruan tinggi dan semua elemen masyarakat yang aktivitasnya melibatkan SDGTPP. Buku ini bertujuan untuk membantu memberi pemahaman apa sebenarnya Perjanjian atau Traktat Internasional SDGTPP, dan mensosialisasikan aktivitas dan jejak Indonesia sebagai negara anggota yang terikat pada perjanjian.