Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 105
- ItemJejak Implementasi Perjanjian Internasional SDGTPP di Indonesia(IAARD Press, 2022) Djufry, Fadjry; Mastur; Syahbuddin, Haris; Lestari, Puji; Hidayatun, Nurul; Adriani, Erlita; Nugrahani, NuningKomitmen Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan global ditunjukkan melalui perannya dalam kancah internasional khususnya keanggotaan Indonesia di Traktat/Perjanjian Internasional Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan dan Pertanian (SDGTPP) atau International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA), FAO sejak 2006. Indonesia aktif berpartisipasi dalam agenda rutin sesuai elemen Traktat maupun melalui pertemuan tiap dua tahunan Badan Pengatur (Governing Body). Indonesia berusaha mengimplementasikan Traktat Internasional ini berdasarkan hak dan kewajiban sebagai anggota seperti tertera dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2006 tentang Pengesahan Perjanjian Internasional SDGTPP, sehingga memerlukan dukungan semua pihak tidak hanya dari institusi pemerintah, namun juga LSM, perguruan tinggi dan semua elemen masyarakat yang aktivitasnya melibatkan SDGTPP. Buku ini bertujuan untuk membantu memberi pemahaman apa sebenarnya Perjanjian atau Traktat Internasional SDGTPP, dan mensosialisasikan aktivitas dan jejak Indonesia sebagai negara anggota yang terikat pada perjanjian.
- ItemPenanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong(Loka Penelitian Sapi Potong Grati, 2007-09-09) Dian Ratnawati; Wulan Cahya Pratiwi; Lukman Affandhy. S,Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong di usaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional. Perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong dalam rangka mendukung kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2010. Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) (ari-ari tidak keluar), (2) (kesulitan melahirkan) (3) (keguguran), dan (4) kelahiran prematur /sebelum waktunya. Gangguan reproduksi tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap penurunan pendapatan peternak; umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : (1). penyakit reproduksi, (2) buruknya sistem pemeliharaan, (3) tingkat kegagalan kebuntingan dan (4) masih adanya pengulangan inseminasi, yang kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi; di Sumatera Barat 60 % disebabkan oleh dan 40 % hormonal (Riady, 2006). Penanganan gangguan reproduksi ditingkat pelaku usaha peteranakan masih kurang, bahkan beberapa peternak terpaksa menjual sapinya dengan harga yang murah karena ketidaktahuan cara menangani. Perlu pemasyarakatan teknologi inovatif untuk penanggulangan gangguan reproduksi sapi potong, khususnya pada sapi induk usaha
- ItemPETUNJUK TEKNIS PEMBIBITAN SAPI POTONG BERBASIS SAWIT DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR DAN KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH(2013-12-12) Peni Wahyu Prihandini; Adrial; Lukman AffandhyPendampingan teknologi dilakukan dalam rangka mengoptimalkan potensi wilayah di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur pada Program Pengembangan Ternak Sapi Potong; kerjasama antara BPTP Kalimantan Tengah dan PEMDA Kabupaten Kota Waringin Timur dalam upaya mendukung PSDSK 2014. Tujuan utama kegiatan pendampingan adalah untuk membantu mengidentifikasi permasalahan pakan, perbibitan dan pemeliharaan sapi Bali dengan sistem kandang komunal model Litbangtan dan memberikan saran tindak lanjut
- ItemPetunjuk Teknis Penggemukan Sapi Potong Model Leis(Loka Penelitian Sapi Potong, 2010-11-11) Uum Umiyasih; Risa AntariPopulasi sapi potong di Indonesia saat ini adalah sekitar 11,86 juta ekor, jumlah tersebut baru dapat memenuhi sekitar 66,20% kebutuhan daging sapi Nasional (Statistik Peternakan, 2009). Untuk memenuhi kekurangannya, dilakukan impor sapi maupun daging sapi dari beberapa negara antara lain Australia dan Selandia Baru. Sejak tahun 2004, pemerintah mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) sebagai upaya peningkatan populasi dan produktivitas sapi potong yang diharapkan mampu meningkatkan produksi untuk mencukupi kebutuhan konsumen.Apabila hal ini tidak dilakukan dengan seksama, dikhawatirkan Indonesia akan menjadi negara pengimpor sapi/daging sapi terbesar di dunia. Informasi terakhir menunjukkkan bahwa ketersediaan sapi-sapi siap potong yang berasal dari sentra-sentra populasi dan produksi seperti Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali masih belum seimbang dibandingkan dengan laju pemotongan.
- ItemBudidaya Jahe(Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, 2016) Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat