Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 73
  • Item
    POTENSI CENDAWAN ENDOFIT SEBAGAI AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO
    (2017-12) Harni, Rita; Khaerati
    Penyakit busuk buah kakao (BBK) yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora merupakan penyakit penting pada tanaman kakao. Akibat serangan penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil 20-40% diseluruh dunia dan kerugian akan meningkat terutama di daerah dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Di Indonesia kerugian akibat penyakit ini dapat mencapai 100% terutama pada saat musim hujan. Pengendalian penyakit busuk buah kakao yang dilakukan petani adalah mengunakan pestisida kimia. Pengunaan pestisida kimia terus menerus dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, merusak kesehatan, dan terjadi resistensi pada patogen. Untuk itu pengandalian penyakit busuk buah diarahkan kepada pengendalian yang ramah lingkungan yaitu mengunakan agens hayati cendawan endofit. Cendawan endofit mempunyai prospek yang baik sebagai agensia hayati untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao karena mereka tidak harus bersaing dalam ekosistem yang baru dan kompleks. Kelebihan lainnya, endofit juga mampu sebagai perangsang tumbuh, pemicu inang untuk memproduksi senyawa untuk pertahanan tanaman seperti fitoaleksin, bertahan dalam kondisi stres. Mekanisme endofit dalam mengendalikan cendawan adalah menginduksi ketahanan tanaman, menghasilkan senyawa metabolit yang beracun bagi patogen, atau terjadinya kompetisi ruang dan nutrisi, mereduksi produksi toksin yang dihasilkan oleh patogen sehingga tidak patogenik terhadap tanaman. Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman hayati tinggi, eksplorasi, dan pemanfaatan endofit sebagai agensia hayati sudah saatnya ditingkatkan untuk mendukung program pengendalian hama/ penyakit terpadu. Pengunaan endofit untuk mengendalikan penyakit busuk buah kakao telah dilaporkan oleh beberapa peneliti dan memberikan hasil yang efektif untuk mengendalikan penyakit tersebut.
  • Item
    POTENSI PENGEMBANGAN MELINJO
    (2019-12) Listyati, Dewi
    Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan tanaman serba guna karena banyak yang dapat dimanfaatkan dari tanaman ini. Hasil utamanya berupa biji melinjo yang biasanya untuk sayur atau dibuat emping yang nilai ekonominya tinggi. Limbah dari pembuatan emping yang berupa kulit melinjo juga dapat dimanfaatkan untuk sayur atau digoreng kering menjadi kripik kulit melinjo yang cukup enak dan khas rasanya. Bagian lainnya yang dapat dimanfaatkan dari tanaman melinjo yaitu daun muda dan bunga yang disebut kroto untuk bahan sayur. Beberapa hasil penelitian menunjukkan kandungan nutrisi yang ada pada daun dan biji melinjo cukup banyak. Upaya pengolahan buah melinjo menjadi beberapa produk akan meningkatkan nilai tambah bagi petani dan selanjutnya berdampak positif terhadap pengembangan melinjo serta perekonomian masyarakat di pedesaan.
  • Item
    FAKTOR YANG MEMENGARUHI MUTU DAN CITARASA KOPI
    (2019-12) Iflah, Tajul; Rokhmah, Dewi Nur
    Kopi merupakan satu-satunya komoditas perkebunan yang mengalami peningkatan konsumsi setiap tahunnya sehingga persaingan untuk menghasilkan kopi dengan kualitas terbaik menjadi tantangan tersendiri. Indonesia sebagai negara yang banyak menghasilkan kopi dengan citarasa terbaik di dunia baik untuk kopi arabika (specialty) ataupun robusta (fine) harus dapat mempertahankan konsistensi mutu kopi secara fisik dan kimia. Tantangan terbesar adalah pengusahaan kopi di Indonesia yang didominasi oleh perkebunan rakyat yang belum optimal mengaplikasikan teknik-teknik good agricultural practices (GAP) dan good manufacturing practices (GMP) sehingga menghasilkan kopi yang sesuai dengan suatu standar tertentu. Sedangkan untuk menghasilkan kopi yang memenuhi standar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor baik on-farm maupun off-farm. Tulisan ini menganalisis keterkaitan faktor-faktor penting untuk menghasilkan kopi dengan mutu terbaik. Kopi dengan mutu baik akan bernilai jual lebih tinggi yang akan meningkatkan nilai tambah kopi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi.
  • Item
    PERKEMBANGAN PENGGUNAAN KULTUR IN VITRO DALAM PERBANYAKAN DAN PEMULIAAN TANAMAN KARET
    (2019-12) Ibrahim, Meynarti Sari Dewi
    Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) umumnya diperbanyak menggunakan okulasi. Beberapa kelemahan yang ditemukan dalam perbanyakan ini mengakibatkan perbanyakan karet secara massal belum dapat dilakukan. Penggunaan teknik kultur in vitro melalui multiplikasi tunas (organogenesis) maupun embriogenesis somatik pada tanaman karet diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut. Embriogenesis somatik memberi peluang untuk perbanyakan bibit karet secara massal dalam waktu cepat dan efisien. Selain untuk perbanyakan, teknik ini juga digunakan pemulia dalam mempercepat proses pemuliaan tanaman menghasilkan varietas unggul baru tanaman karet. Penggunaaan kultur anther, fusi proplas, dan rekayasa genetik merupakan metode pemuliaan yang telah dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman karet. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi bagi peneliti dalam memahami penelitian yang telah dilakukan pada tanaman karet, sehingga penelitian lanjutan untuk program pemuliaan tanaman dapat lebih mudah dilakukan.
  • Item
    POTENSI LATEKS SEBAGAI BAHAN ADITIF PENINGKAT MUTU ASPAL JALAN
    (2018-12) Towaha, Juniaty
    Aspal merupakan material yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat dalam perkerasan jalan. Akan tetapi sebagai material perkerasan jalan, aspal memiliki beberapa kelemahan yaitu kurang tahan terhadap panas, radiasi dan curah hujan, elastisitas rendah dan relatif mudah mengalami kerusakan jika mendapat volume atau beban lalu lintas yang tinggi. Oleh karena itu kebutuhan aspal yang lebih bermutu sebagai bahan pengikat perkerasan jalan sangat dituntut keberadaannya. Peningkatan mutu aspal dapat dilakukan dengan cara memodifikasi dengan penambahan bahan aditif seperti lateks. Penambahan bahan aditif lateks dalam aspal untuk perkerasan jalan dapat meningkatkan fleksibilitas, ketahanan yang lebih baik terhadap deformasi, mengatasi keretakan-keretakan dan meningkatkan ketahanan usang (ageing) yang lebih baik, serta lebih tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh air.Sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih tahan lama serta dapat mengurangi biaya perawatan maupun perbaikan jalan.