Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 73
Results Per Page
Sort Options
- Item“STATE OF THE ART” INDUSTRIALISASI KAKAO INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Sudjarmoko, BedySebagai negara penghasil kakao ketiga terbesar di dunia, kakao Indonesia masih dihadapkan pada beberapa masalah yang cukup serius untuk ditangani. Masalah-masalah tersebut antara lain di bidang produksi (rendahnya produktivitas tanaman, serangan hama Penggerek Buah Kakao); pengolahan (dominannya pengolahan tanpa fermentasi, beredarnya cocoa shell, belum diterapkannya SNI sepenuhnya); perdagangan (tingginya tarif bea masuk di beberapa negara importir, adanya diskriminasi tarif bea masuk kakao olahan Indonesia oleh sejumlah negara importir di Eropa); serta masalah-masalah lainnya (rendahnya capaian program Gernas Kakao, tingginya biaya produksi pada industri kakao, iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif). Kebijakan Tarif Bea Keluar kakao Indonesia yang diterapkan oleh pemerintah telah berhasil mengurangi impor bahan mentah (biji kakao), sehingga mendorong berkembangnya industri kakao dalam negeri. Prediksi terjadinya defisit produksi kakao dunia sejak tahun 2015/2015, serta potensi meningkatnya konsumsi kakao masyarakat Indonesia, India dan China di masa yang akan datang, menjadi dorongan tersendiri bagi Indonesia untuk terus memperbaiki kondisi kakao secara nasional.
- ItemMODEL SIMULASI PEMANFAATAN EMPAT KOMODITAS PERKEBUNAN SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIODIESEL UNTUK PEMENUHAN TARGET KONSUMSI BIODIESEL NASIONAL(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Hasibuan, Abdul Muis; Sayekti, Apri LailaIndonesia memiliki sumberdaya yang sangat besar sebagai penghasil biodiesel untuk mengatasi krisis energi yang bersumber dari bahan bakar fosil. Makalah ini disusun untuk menyusun simulasi skenario pemenuhan kebutuhan biodiesel dari empat komoditas perkebunan (kelapa sawit, kemiri minyak, jarak pagar dan nyamplung). Data yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah data sekunder dan dianalisis dengan model sistem dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa target penggunaan biodiesel sebesar 5 persen dari konsumsi solar dapat dipenuhi dari komoditas jarak pagar, kelapa sawit, kemiri minyak dan nyamplung. Simulasi kebijakan pengurangan laju pertumbuhan penduduk menjadi 0,5 persen per tahun dan penghematan energi sebesar 10 persen dapat mengurangi kebutuhan energi secara signifikan, termasuk jumlah biodiesel yang harus dipenuhi untuk memenuhi target konsumsi tersebut. Penerapan kebijakan yang disimulasikan tersebut juga berpotensi untuk meningkatkan proporsi biodiesel dalam pemenuhan konsumsi solar.
- ItemPROSPEK PENGEMBANGAN KAYU MANIS (Cinnamomum Burmanii L) DI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Ferry, YuliusTanaman kayumanis (Cinnamomum burmanii L) merupakan penghasil kulit kayu untuk bahan baku rempah. Hasil sampingan pada saat panen berupa batang, daun dan ranting juga dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk bernilai ekonomis. Batang kayu manis dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku particle board, sedangkan daun dan rantingnya dapat disuling untuk mendapatkan minyak. Minyak ini dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Tanaman kayu manis juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi untuk mempertahankan daya dukung lingkungan. Potensi pengembangan kayumanis di Indonesia cukup besar karena didukung oleh sumber daya alam (lahan yang sesuai), teknologi, tenaga ahli, ketersediaan sumber plasma nutfah, budidaya organik, bentuk olahan yang lebih hilir, konsumsi dalam negeri yang meningkat, serta tenaga kerja. Prospek tanaman kayumanis di masa depan akan lebih baik sejalan dengan makin bertambahnya penduduk, makin diketahuinya kandungan kimia pada kayumanis dan manfaatnya untuk industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman. Permintaan dari Uni Eropa mengalami peningkatan sebesar 9% per tahun akibat mulai disadarinya rempah sebagai bahan alami yang menyehatkan. Selain itu, konsumsi dalam negeri meningkat sebesar 80% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Konsumsi minuman kesehatan di dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 15% per tahun. Pemasaran produk kayumanis saat ini dipengaruhi faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor eksternal yang cukup kuat mempengaruhi volume ekspor kayumanis Indonesia adalah pengetatan persyaratan perdagangan oleh Negara Amerika dan Uni Eropa terhadap produk makanan dan bahan baku makanan. Sedangkan faktor internal, antara lain, masih lemahnya prasarana pendukung. Sebagai contoh, Badan Pengawas Mutu Barang (BPMB) perlu menambah peralatan analisa kualitas agar pelayanan pemeriksaan produk yang akan diekspor berlangsung cepat. Selain itu, penambahan fasilitas dermaga juga perlu dilakukan. Manfaat kayu manis yang didukung oleh potensi serta prospek pengembangannya merupakan peluang yang baik. Kendala-kendala yang masih mengganjal seperti keterbatasan bahan tanam unggul serta lemahnya teknologi pasca panen perlu segera diselesaikan.
- ItemPROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN KEMIRI MINYAK (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Herman, Maman; Tjahjana, Bambang Eka; DaniKrisis energi yang melanda dunia, termasuk Indonesia akhir-akhir ini, mendorong berbagai pihak melakukan penggalian sumber-sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Tanaman Kemiri Minyak (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) menghasilkan biji yang kandungan minyaknya dapat mencapai 50% sehingga potensial untuk dijadikan sebagai sumber bahan bakar nabati. Penelitian dan kajian mulai dilakukan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu mulai dari pemuliaan tanaman, teknik budidaya, sampai penanganan pasca panen. Berdasarkan hasil penelitian awal diketahui bahwa minyak biji Kemiri Minyak dapat diproses menjadi bio-solar sehingga dapat menggantikan atau mensubtitusi minyak solar yang berasal dari fosil. Di samping itu, minyak biji Kemiri Minyak merupakan trigliserida yang tersusun dari asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam α-eleostearat yang memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai bahan baku industri oleokimia dan biopestisida. Limbah maupun produk sampingan berupa kulit buah, bungkil, dan grilserol dapat diolah menjadi pupuk organik, produk kesehatan dan kecantikan, serta produk bahan bakar alternatif berupa briket dan biogas. Hasil kajian awal mengenai nilai ekonomi produksi bio-solar dari Kemiri Minyak menunjukan bahwa harga jualnya tidak kalah bersaing dengan minyak solar dari fosil. Pengembangan tanaman Kemiri Minyak disarankan lebih mengarah pada upaya rehabilitasi dan konservasi lahan kritis serta pemanfaatan lahan yang tidak produktif.
- ItemANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI BENIH GRAFTING, BIJI DAN BIODIESEL KEMIRI MINYAK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Listyati, Dewi; Sayekti, Apri Laila; Hasibuan, Abdul MuisKemiri minyak (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan salah tanaman penghasil biodiesel dengan potensi yang sangat besar disamping pemanfaatannya sebagai tanaman konservasi serta penggunaannya tidak bersaing dengan pemanfaatan sebagai bahan pangan. Sebelum dilakukan pengembangan secara luas, aspek keekonomian dan kelayakan perlu dilihat sehingga semua pihak yang terlibat dalam pengembangan kemiri minyak dapat memperoleh manfaat. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung harga pokok produksi benih grafting, biji dan biodiesel kemiri minyak. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga pokok produksi benih grafting kemiri minyak adalah sebesar Rp. Rp. 2.965,- per polybag, harga pokok produksi biji sebesar Rp. 374,60 per kg dan harga pokok produksi biodiesel sebesar Rp. 2.620,40 per liter. Hasil analisis kelayakan yang dilakukan untuk melihat aspek kelayakan usaha dari produksi benih grafting, biji dan biodiesel kemiri minyak menunjukkan bahwa usaha ini cukup layak untuk diusahakan. Dalam pengembangannya ke depan, perlu didorong pembangunan industry perbenihan sebagai awal pengembangan kemiri minyak.
- ItemBIOLOGI BUNGA DUA VARIETAS GAMBIR (Uncaria gambir Hunter)(Roxb) DI KEBUN PAKUWON(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Udarno, Laba; Setiyono, Rudi TAspek-aspek biologi bunga seperti stuktur bunga, waktu bunga mekar, kemasakan stigma dan masa reseptif stigma merupakan aspek penting dalam hal melakukan persilangan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui waktu yang tepat dalam persilangan bunga gambir. Bahan yang digunakan adalah 20 klaster bunga tanaman gambir tipe Cubadak dan Udang umur 3 tahun yang ada di KP. Pakuwon pada bulan Januari sampai Juli 2011. Pengamatan yang dilakukan meliputi stuktur bunga, waktu bunga mekar, kemasakan stigma dan viabilitas serbuk sari baik secara langsung di lapangan maupun di laboratorium secara mikroskopis menggunakan mikroskop merk Olympus BX 41 dan camera Olympus DP 20. Hasil tahap perkembangan biologi bunga gambir dari awal inisiasi bunga sampai menjadi buah membutuhkan waktu 116 hari setelah antesis. Bunga gambir struktur bunga majemuk tak terbatas, yang mempunyai susunan acropetal dan harmaprodit. Waktu masak bunga jantan dan bunga betina pada tanaman gambir bersamaan sehingga sebelum melakukan persilangan antar varietas, harus dilakukan kastrasi organ kelamin jantan.
- ItemDIVERSIFIKASI PRODUK BERBASIS PULPA KAKAO(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Towaha, Juniaty TowahaSelama ini pulpa kakao lebih banyak terbuang sebagai limbah dari proses fermentasi biji kakao. Cairan lendir pulpa yang dihasilkan dari proses fermentasi satu ton biji kakao dapat mencapai 75-100 liter dengan bau yang tidak sedap, sehingga dapat mencemari lingkungan. Walaupun pulpa sangat diperlukan dalam proses fermentasi biji kakao, tetapi keberadaannya yang terlalu berlebihan cenderung dapat menghambat proses fermentasi itu sendiri. Di samping itu, senyawa asam asetat yang dihasilkan secara berlebih sudah terbukti dapat menghambat pembentukan citarasa cokelat. Lendir pulpa kakao diketahui mengandung berbagai senyawa nutrisi. Di antaranya gula, dengan kandungan yang cukup tinggi sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti minuman jus pulpa/soft drink, nata de kakao, selai, jeli, pektin, minuman anggur, etanol, asam asetat, herbisida dan aktivator pengompos. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan dan menciptakan lapangan pekerjaan serta memberi nilai tambah pada pendapatan petani kakao, maka sudah selayaknya limbah pulpa maupun pulpa yang khusus dipisahkan sebagian dengan alat depulper dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi.
- ItemKAJIAN SIFAT AGRONOMIS BENIH JAMBU METE ASAL BIJI DAN SAMBUNG PUCUK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Saefudin; Ferry, YuliusProduktivitas tanaman jambu mete dipengaruhi oleh jenis bahan tanam yang digunakan. Bahan tanam dapat berupa bibit asal biji (seedling) maupun hasil sambung pucuk (grafting). Jambu mete tergolong tanaman menyerbuk silang yang sifatnya sangat heterozigot, sehingga keturunan tanaman asal biji secara teoritis akan menunjukkan sifat-sifat agronomis yang beragam. Penggunaan benih asal sambung pucuk ( grafting) diduga akan menghasilkan pertanaman lebih seragam dan mampu mempertahankan sifat induknya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Cikampek, pada bulan mei - juli 2012, bertujuan untuk membandingkan sifat agronomis jambu mete yang berasal dari benih seedling dan grafting di lapangan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah asal benih, yaitu tanaman asal biji ( seedling) dan asal sambung pucuk (grafting) dari dua aksesi W-9 dan W-16 pada tanaman umur 2 tahun. Setiap plot terdiri dari 4 tanaman. Parameter pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, luas daun, persentase pohon berbunga, jumlah cabang bunga/tandan, jumlah bunga betina/tandan, panjang bunga dan lebar bunga. Untuk membedakan nilai rata-rata pengamatan digunakan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat agronomis tanaman jambu mete benih asal seedling dan grafting berbeda. Benih asal grafting pertumbuhannya relatif pendek dan tajuknya melebar dibandingkan dengan benih asal seedling. Sifat pembungaan tanaman jambu mete asal benih grafting lebih cepat dengan jumlah bunga betina lebih banyak sedangkan tanaman asal seedling lebih lambat berbunga dan jumlah bunga betina sedikit, tetapi memiliki ukuran bunga yang lebih besar.
- ItemSTUDI MODEL KELEMBAGAAN DALAM SISTEM AGRIBISNIS KARET(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Hasibuan, Abdul Muis; Listyati, Dewi; Pranowo, DibyoKaret merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia dari subsektor perkebunan yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Salah satu permasalahan yang terjadi dalam agribisnis karet adalah lemahnya sistem kelembagaan. Kelembagaan dalam agribisnis karet memegang peranan yang sangat penting dalam upaya pengembangan agribisnis karet terutama dalam upaya peningkatan taraf hidup petani. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui model-model kelembagaan yang dapat diterapkan untuk pengembangan agribisnis karet. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mempererat interaksi antar subsistem dalam sistem agribisnis karet adalah dengan pola kemitraan sehingga aktivitas dari masing-masing pelaku yang ada dalam sistem agribisnis karet mengarah kepada “simbiosis mutualisme”, seperti yang tertuang dalam model agroestate dan koperasi petani. Selain itu, dinamika yang terjadi dalam kelembagaan harus ditata dengan baik agar setiap pelaku dapat berperan sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga tujuan kelembagaan dalam sistem agribisnis karet dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
- ItemKERAGAAN POHON INDUK CENGKEH DI CIKELET GARUT YANG POTENSIAL SEBAGAI SUMBER BENIH(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Supriadi, Handi; Dani; Heryana, NanaTanaman cengkeh di Cikelet, Garut kondisinya beragam karena menggunakan benih berupa biji yang berasal dari Bogor, Jawa Barat dan Purwokerto, Jawa Tengah. Dari 885 ha luas areal tanaman cengkeh di Cekelet terdapat beberapa pohon induk yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber benih. Untuk mengevaluasi karakteristik morfologi dan fisikokimia minyak atsiri pohon induk cengkeh di daerah ini dilakukan penelitian pada tahun 2010 dan 2011, menggunakan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 pohon induk cengkeh terpilih di Cikelet memiliki produksi bunga basah 122,25 kg/pohon/tahun. Ukuran bunga lebih besar dengan aroma bunga khas, serta seragam dalam penampilan karakter vegetatif dan generatif tanaman, sehingga potensial untuk dijadikan sebagai sumber benih.
- ItemPROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRIALISASI KOPI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Sudjarmoko, BedyPengembangan industrialisasi kopi di Indonesia sangat prospektif untuk dilakukan baik untuk kopi arabika maupun kopi robusta. Disamping pasar domestik. potensi pasar internasional masih sangat terbuka. karena permintaan kopi dunia terus menunjukkan trend meningkat. Kopi spesialti asal Indonesia mempunyai kekuatan ”brand image” yang sangat tinggi sehingga mampu memberikan nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sebagai negara produsen kopi ke tiga terbesar dunia setelah Brasil dan Vietnam. kopi Indonesia masih dihadapkan pada banyak masalah. baik untuk bahan baku. produksi. pemasaran dan infrastruktur. Pengembangan industrialisasi kopi Indonesia dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas tanaman dan mutu produk. peningkatan ekspor dan nilai tambah. pemberdayaan petani kopi serta perbaikan infrastruktur pada agribisnis kopi.
- ItemPOTENSI BAKTERI ENDOFIT MENGENDALIKAN NEMATODA PARASIT PADA TANAMAN KOPI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Harni, RitaKopi merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kendala dalam budidaya tanaman kopi adalah adanya serangan nematoda parasit tanaman yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Serangan OPT ini dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan menurunkan produksi baik kuantitas maupun kualitas. Gejala serangan nematoda pada tanaman kopi adalah pertumbuhan terhambat, daun-daun menguning, layu dan gugur, cabang-cabang samping tidak tumbuh. Gejala pada akar terdapat luka-luka (root lesion) yang berwarna coklat kehitaman dan akhirnya akar menjadi busuk. Serangan nematoda dapat menyebabkan penurunan produksi sampai 57%, sedangkan serangan R. similis bersama-sama dengan P. coffeae pada kopi Arabika dapat mengakibatkan kerusakan 80% dan tanaman akan mati pada umur kurang dari 3 tahun. Pengendalian nematoda pada tanaman kopi dianjurkan mengunakan teknologi yang ramah lingkungan diantaranya mengunakan bakteri endofit. Pengunaan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda pada tanaman kopi potensinya sangat menjanjikan, karena bakteri endofit mampu sebagai agens biokontrol, dan pemacu pertumbuhan. Cara isolasi, perbanyakan dan aplikiasinya sangat mudah.
- ItemKEBERHASILAN PERSILANGAN BUATAN ANTAR LIMA KLON KAKAO LINDAK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Dani; Rubiyo; Sulistiyorini, IndahBeberapa klon kakao unggul anjuran saat ini masih menunjukkan sifat-sifat yang kurang baik, seperti kurang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Perbaikan sifat tanaman kakao salah satunya dapat melalui persilangan buatan antar klon. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keberhasilan persilangan buatan antar kelima klon kakao lindak: ICS 60, UIT 1, Pa 300, Sulbar, dan GC 7. Tiga klon pertama telah dinilai tahan terhadap penyakit busuk buah Phytophthora, sedangkan dua klon lainnya memiliki karakteristik daya hasil tinggi. Rancangan persilangan yang digunakan adalah diallel tidak lengkap. Teknik persilangan buatan melalui penyerbukan menggunakan tangan (hand pollination). Hasil persilangan menunjukkan bahwa persentase pembentukan buah (fruit set) rata-rata hanya sebesar 38,8%. Pada umur satu bulan sejak penyerbukan sebagian buah muda mengering dan rontok yang dikenal dengan fenomena layu pentil (cherelle wilt). Hingga umur tiga bulan sejak penyerbukan persentase buah jadi hanya tinggal 9,18%. Buah yang masih tersisa tersebut dapat bertahan hingga masak panen. Buah kakao yang dipanen mewakili tujuh kombinasi persilangan: (1) Pa 300 x Sulbar (1 buah); (2) Pa 300 x UIT 1 (2 buah); (3) Pa 300 x ICS 60 (1 buah); dan (4) Pa 300 x GC 7 (2 buah); (5) Sulbar x Pa 300 (1 buah); (6) ICS 60 x Pa 300 (1 buah); dan (7) Sulbar x UIT 1 (1 buah).
- ItemSTRATEGI PENYEDIAAN BENIH KARET UNGGUL BERMUTU DAN POTENSI IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KARET NASIONAL(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Saefudin; Listyati, DewiProduktivitas tanaman karet nasional sebesar 986 kg/ha. Tergolong rendah, hanya sekitar 47 % terhadap potensi produksi klon unggul saat ini yang mencapai 2.1 ton/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas karet nasional adalah belum digunakannya benih karet unggul bermutu. Program pemerintah baru mencapai sekitar 15% luas karet nasional dan baru sekitar 42.9 – 53.5 persen yang mengadopsi benih karet unggul. Kendala utama dalam mengadopsi bahan tanam unggul adalah keterbatasan modal dan bahan tanam unggul yang terjamin mutunya hanya tersedia di Balai Penelitian dan penangkar benih binaan yang masih terbatas jumlahnya. Pengenalan dan pemahaman klon unggul karet masih perlu disosialisasikan dan diluruskan, karena tidak semua benih karet hasil okulasi adalah klon dan sumber entres harus dari kebun entres yang telah ditetapkan instansi berwenang. Kebun – kebun sumber benih untuk batang bawah pada umumnya sudah tua berumur lebih dari 50 tahun sedang sifat benih biji karet adalah rekalsitran yang sangat cepat mengalami kemunduran, oleh karena itu untuk mendukung penyediaan benih unggul bermutu ke depan diperlukan penetapan kebun sumber benih untuk batang bawah yang baru dan tersebar di daerah-daerah potensi pengembangan. Desentralisasi penyediaan benih diantaranya melalui pembinaan penangkar-penangkar benih di sentra produksi karet perlu segera dilakukan sehingga benih unggul bermutu dapat diperoleh tidak hanya dari Balai Penelitian yang selama ini menangani karet di Palembang dan Medan, tetapi di daerah dekat pengembangan untuk lebih menjamin ketersediaan pada waktu diperlukan dan mutu bahan tanam yang akan dihasilkan. Melalui tulisan ini diharapkan penyediaan benih akan lebih mudah dan akan mendorong adopsi benih karet unggul bermutu dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani karet. Upaya untuk meningkatkan produksi karet nasional, pemerintah diantaranya merencanakan program Gernas Karet dengan 300 ribu ha kegiatan peremajaan periode tahun 2013-2015, dimana kebutuhan benih unggulnya berpotensi untuk dapat dipenuhi dengan memanfaatkan kebun-kebun entres yang telah dibangun seluas 560.21 ha.
- ItemKARAKTERISASI MORFOEKOTIPE POHON INDUK JAMBU METE DI FLORES TIMUR(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Supriadi, Handi; RusliKabupaten Flores Timur (Flotim) merupakan salah satu sentra produksi jambu mete di Indonesia. Penggunaan benih yang asalan meyebabkan produksi jambu mete di daerah ini masih tergolong rendah. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui penggunaan benih unggul yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan sub optimal. Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik morfologi pohon induk jambu mete terpilih dan lingkungan tumbuhnya di Kabupaten Flotim dilakukan pada tahun 2011 dengan metode survey dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 pohon induk jambu mete terpilih di Flores Timur memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber benih di daerah yang beriklim sedang.
- ItemPENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF BIOHIDROGEN BERBASIS BIOMASSA LIMBAH KAKAO DAN KOPI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014) Wibowo, Nendyo Adhi; Tjahjana, Bambang EkaSeiring dengan pencarian sumber bahan alternatif untuk memproduksi hidrogen, maka saat ini dikembangkan produksi hidrogen dari biomassa yang salah satunya bersumber dari limbah-limbah perkebunan khususnya limbah kakao dan kopi. Keunggulan dari biohidrogen ini adalah dapat dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, hasil pembakaran berupa uap air yang tidak menyebabkan efek rumah kaca, hujan asam dan merusak lapisan ozon. Selain itu proses produksi dapat berlangsung pada tekanan dan suhu ruang, biaya produksi lebih rendah dan dapat memanfaatkan limbah hasil perkebunan yang digunakan sebagai substrat. Salah satu upaya mencari bahan baku yang lebih murah dalam produksi biohidrogen adalah menggunakan limbah perkebunan yang dapat dikonversi menjadi glukosa. Limbah kakao mengandung 14,58% selulosa, 4,32% lignin, dan 10,35% kadar air, Sedangkan kulit gelondong kopi kering terdiri atas 12,4% gula reduksi, 2.02% gula non pereduksi, dan lendir kering kopi mengandung 30% gula pereduksi, 17% selulosa. Limbah kakao dapat dihidrolisis secara kimiawi maupun biologi untuk menghasilkan gula reduksi seperti glukosa dan xylosa. Glukosa dan xylosa yang diperoleh dari proses hidrolisis dapat difermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan hidrogen. Produksi hidrogen melalui proses non-fotosintetik memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak memerlukan cahaya matahari sehingga bisa berlangsung sepanjang hari.
- ItemPENAMPILAN FISIK BUAH DAN BIJI AKIBAT INFESTASI HAMA PENGGEREK BUAH PADA SEPULUH KLON KOPI ROBUSTA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Purwanto, Eko Heri; Aunillah, Asif; Wardiana, EdiSalah satu faktor yang menjadi penyebab menurunnya produksi dan mutu kopi adalah karena adanya infestasi hama penggerek buah kopi (PBKo), Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae: Scolytidae). Buah kopi yang terserang hama ini akan menjadi rusak serta akan menurun ukuran dan bobot bijinya. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan milik Pusat Penyuluhan Kopi di Lampung Barat, pada ketinggian tempat ± 800 m dpl dengan jenis tanah Latosol dan tipe iklim A menurut Schmidt dan Fergusson, mulai bulan Juni sampai Juli 2012. Tujuannya adalah untuk mengetahui penampilan komponen fisik buah dan biji kopi akibat adanya infestasi hama PBKo, serta mengidentifikasi keragaman tingkat infestasi hama PBKo pada 10 klon unggul kopi Robusta. Metode yang digunakan adalah observasi terhadap 10 klon kopi Robusta BP 534, BP 436, BP 936, BP 939, BP 288, BP 234, BP 935, BP 42, BP 397, dan BP 913, dengan teknik penentuan contoh buah secara acak sederhana. Peubah yang diukur adalah komponen fisik buah dan biji serta tingkat infestasi hama PBKo. Analisis data dilakukan dengan metode analisis ragam satu arah, analisis regresi, dan analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan pada populasi buah yang dipanen matang (buah merah), penurunan ukuran panjang, tebal, bobot segar dan kering buah dan biji, serta rendemen biji kopi Robusta secara nyata dipengaruhi oleh hama PBKo pada tingkat infestatsi 50-62% (klasifikasi D). Persentase buah terinfestasi hama PBKo sebesar 50-62% (klasifikasi D) didominasi oleh klon BP 234, sedangkan infestasi sebesar 24-36% (klasifikasi B) didominansi oleh klon BP 534 dan BP 939.Tidak ada satu klon pun yang secara dominan masuk ke dalam klasifikasi A (10-23%) maupun C (37-49%).
- ItemTANGGAP MORFOLOGI, FISIOLOGI DAN MOLEKULER KLON-KLON KARET TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Sakiroh; Sasmita, Kurnia Dewi; Izzah, Nur KholilatulPemilihan klon unggul dalam budidaya karet merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan tanaman dengan pertumbuhan yang baik dan produksi tinggi. Klon unggul karet dibedakan menjadi dua jenis yaitu klon penghasil lateks dan klon penghasil kayu lateks. Untuk memperoleh tanaman karet dengan pertumbuhan dan produksi yang optimal pada kondisi cekaman kekeringan maka diperlukan informasi mengenai klon yang sesuai dengan kondisi tersebut. Kondisi stres air berpengaruh terhadap tinggi tanaman, kandungan air relatif daun, laju fotosintesis, konduktivitas stomata, kadar klorofil, unsur hara, dan gula yang terlarut. Selain itu, cekaman kekeringan juga mempengaruhi ekspresi gen yang berhubungan dengan ketahanan tanaman terhadap kondisi tersebut. Gen-gen tersebut akan tetap terekspresi dengan optimal setelah 3-5 hari tanpa pemberian air. Beberapa klon karet seperti PR 261, BPM 24, RRIM 703, PR 255, PR 300, dan GT 1 dapat direkomendasikan untuk ditanam pada lahan marjinal dengan tekstur tanah lempung berpasir sampai pasir berlempung, serta memiliki periode bulan kering yang tegas. Sedangkan hasil penelitian lain mengenai pengujian adaptasi klon karet pada fase pertumbuhan menunjukkan bahwa klon IRR 104 dan IRR 118 cukup baik dibudidayakan di daerah yang memiliki iklim kering, sementara klon IRR5, IRR 112, PB 217 dan RRIM 921 memiliki pertumbuhan paling baik di daerah yang memiliki iklim basah.
- ItemPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET MELALUI INTRODUKSI TANAMAN SELA DAN JARAK TANAM(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Ferry, Yulius; RusliHarga karet dunia terus mengalami penurunan yang berimbas pada rendahnya harga karet di dalam negeri. Rendahnya harga dan sempitnya kepemilikan lahan petani (rataan1,4 ha/KK), dengan produktivitas yang hanya 700 kg/ha, pendapatan petani akan semakin rendah. Banyak hasil penelitian yang melaporkan penanaman tanaman sela di antara tanaman karet, tidak hanya berpengaruh positif terhadap tanaman karet, tetapi juga dapat menambah pendapatan petani. Namun penanaman tanaman sela tersebut harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti faktor teknis/biologis, ekonomis dan sosial budaya. Salah satu faktor teknis/biologis yang cukup penting adalah jarak tanam. Jarak tanam karet 2 x 10 meter merupakan usaha untuk meningkatkan pemanfaatan lahan diantara tanaman karet lebih lama yaitu sampai tanaman karet menjadi tua, tambahan pendapatan dari tanaman sela semakin menentukan. Komposisi pendapatan petani tidak terlalu tergantung pada produksi karet dan penurunan harga karet tidak banyak mempengaruhi ekonomi petani. Selanjutnya daya saing tanaman karet akan meningkat dan diharapkan harga akan membaik. Tanaman sela yang dapat ditanam dapat dibagi berdasarkan umur tanaman karet yaitu kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Banyak manfaat yang diperoleh dari penanaman tanaman sela di antara tanaman karet, antara lain, memperpendek masa non produktif lahan, diversifikasi pendapatan, efisiensi penggunaan lahan, terbukanya kesempatan kerja, dan tambahan pendapatan petani. Penanaman padi gogo varietas cirata di bawah tanaman karet pada umur 1 tahun dapat menghasilkan 3,06-3,40 ton/ha, dan pada umur karet 3 tahun menghasilkan 2,44-2,62 ton/ha. Sedangkan pola tanam karet + jagung-kedele-kacang hijau memberikan nilai pendapatan Rp. 2.136.250/ha/tahun.
- ItemPROSPEK DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Listyati, Dewi; Herman, Maman; Aunillah, AsifPada saat ini Indonesia merupakan pemasok ketiga kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana karena komoditas yang dominan perkebunan rakyat ini masih menghadapi permasalahan produktivitas dan mutu produk. Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia apabila permasalahan utama pada kakao seperti rendahnya produktivitas dan mutu produk dapat segera diatasi serta agribisnis kakao berkembang dan dikelola secara baik. Indonesia juga masih memiliki lahan potensial jutaan hektar yang belum di manfaatkan secara optimal. Kakao Indonesia banyak diminati negara-negara Eropa dan Amerika karena memiliki keunggulan tidak mudah meleleh dibandingkan dengan negara lain. Sebagai salah satu produsen kakao terbesar dunia Indonesia seharusnya mampu menjadi sentra industri kakao dunia namun realitanya hanya menempati peringkat ke 8. Setelah ada kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri kakao serta adanya peraturan bea keluar untuk ekspor biji kakao berdampak positif bagi pertumbuhan industri kakao di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kakao, Indonesia masih perlu mengimpor biji kakao berkualitas tinggi karena produksi biji kakao nasional tidak mencukupi dan yang dihasilkan petani umumnya tidak difermentasi. Selain impor dalam bentuk biji, Indonesia juga cukup banyak mengimpor bentuk jadi. Untuk itu perlu ditingkatkan mutu biji kakao petani dengan fermentasi dan dikembangkan lebih banyak industri pengolah produk turunan kakao di dalam negeri serta ditingkatkan promosi produknya.