Buku Orasi Pengukuhan Profesor Riset
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 122
- ItemMenuju Pertanian Tangguh Melalui Pendekatan Agroekologi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011-04-07) Amien, Le IstiqlalKeberhasilan pembangunan pertanian sangat bergantung pada kondisi sumberdaya alam dan lingkungan, terutama lahan, air, dan bentuk wilayah yang perlu dipahami secara cermat. Selama ini informasi tentang sumberdaya alam dan lingkungan telah dikumpulkan dan disintesis secara terpisah dengan tingkat kecermatan yang berbeda. Teknologi hasil penelitian pertanian konvensional umumnya hanya dapat diterapkan di lokasi, musim, dan dengan pengelolaan yang sesuai dengan keadaan tempat penelitian dilaksanakan. Dengan demikian hasil penelitian memiliki keterbatasan dalam memberikan anjuran yang tepat bagi petani dengan kondisi lahan, tenaga, modal, dan kemampuan manajemen mereka. Manfaat teknologi hasil penelitian tidak akan optimal jika penerapannya masih parsial atau tidak diimplementasikan secara terpadu.
- ItemPenyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum): Dampak, Bioekologi dan Peranan Teknologi Pengendaliannya(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009-12-23) SupriadiObat tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia selama ribuan tahun menggunakan tanaman obat yang tumbuh secara alamiah dengan meminimalkan praktek-praktek manipulasi kesuburan dan perlindungan tanaman (Winarto, 2002). Industri obat tradisional Indonesia mengalami peningkatan 6 kali lipat dari 165 buah pada tahun 1981 menjadi 1.023 pada tahun 2003, dan pangsa pasar obat tradisional pada tahun 2010 diperkirakan mencapai Rp 7,2 triliun (Syakir, 2007). Salah satu kendala dalam budidaya tanaman adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum (sebelumnya bernama Pseudomonas solanacearum). Penyakit ini sudah ada di Indonesia sejak 100 tahun lalu menyerang berbagai tanaman, seperti tembakau di Deli, Sumatera Utara tahun 1897 (Honing 1910 dalam Semangun, 1988), kentang di Dataran Tinggi Karo tahun 1912 (van Hall dalam Semangun, 1991), kacang tanah tahun 1927 (Semangun, 1991), dan pisang di Kepulauan Salayar Sulawesi Selatan tahun 1921 (Gaumann, 1921).
- ItemPelestarian Sumber Daya Genetik Kelapa sebagai Komoditas Unggulan dalam Pengembangan Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008) Luntungan, Henkie TumundoTanaman kelapa yang ada di Indonesia merupakan pertanaman kelapa yang terluas di dunia dengan luas areal mencapai 3,90 juta hektar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006a). Total produksi butiran kelapa per tahun menurut Asean dan Pasific Coconut Community (APCC) pada tahun 2004 sebesar 16.66 milyar buah kelapa atau setara kopra 3,33 juta ton. Estimasi untuk konsumsi domestik dari produksi yang dihasilkan pemakaiannya setara kopra sebesar 2,30 juta ton. Sedang nilai ekspor dari buah kelapa, kopra, minyak, kopra putih, tepung kelapa, santan, arang tempurung, karbon aktif, tempurung, serat dan produk olahannya mencapai US $ 427 juta (APCC, 2004).
- ItemTeknologi Pemuliaan Ternak Unggas Mendukung Pembangunan Peternakan Menghadapi Era Globalisasi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009-12-23) Gunawan, BennySektor pertanian dan peternakan masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional ke depan, karena sektor ini bukan hanya memiliki keunggulan komparatif ditinjau dari aspek plasma nutfah tanaman, ternak, dan lahan produksi, tetapi juga mampu menyediakan lapangan kerja. Hingga saat ini sektor pertanian dan peternakan menghidupi sekitar 40% penduduk Indonesia. Mereka terdiri atas petani, peternak, nelayan, pekebun, buruh tani, pedagang produksi pertanian dan peternakan, serta pihak lain yang berkaitan dengan sektor ini, baik langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pengembangan pertanian dan peternakan diharapkan mampu menekan pengangguran yang dewasa ini sudah mencapai 30 juta jiwa akibat krisis ekonomi. Angka ini menjadi 70 juta jiwa jika ditambah dengan masyarakat miskin (Gunawan, 2009).
- ItemPerbaikan Teknologi Pascapanen dalam Upaya Menekan Kehilangan Hasil Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009-11-26) Setyono, AgusProgram intensifikasi padi di Indonesia telah berhasil meningkatkan produksi gabah dari 19,32 juta GKG pada tahun 1973 menjadi 21,48 juta ton GKG pada tahun 1983, menjadi 39,03 juta dan 52,08 juta ton GKG pada tahun 1993 dan 2003, yang berarti selama tiga dekade produksi padi meningkat rata-rata 41% (Hafsah dan Sudaryanto 2004). Di sisi lain, upaya penyelamatan hasil panen padi belum mendapat perhatian sebagaimana halnya program intensifikasi itu sendiri. Padahal tingkat kehilangan hasil padi pada saat panen dan sesudahnya cukup tinggi, mencapai 21,0% pada tahun 1986/1987 (BPS, 1988) dan 20,5% pada tahun 1995 (BPS, 1996).