Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 161
  • Item
    kebijakan swasembada pangan berkelanjutan
    (Rusman Heriawan, Achmad Suryana, Handewi Purwati Saliem, Mewa Ariani, I Ketut Kariyasa, Rangga Ditya Yofa, 2016) Rusman Heriawan, Achmad Suryana, Handewi Purwati Saliem, Mewa Ariani, I Ketut Kariyasa, Rangga Ditya Yofa
    Peranan sektor pertanian dalam ekonomi nasional masih sangat dibutuhkan terutama dalam rangka penyediaan pangan dan bahan baku industri, lapangan kerja dan pendapatan, sumber devisa, serta pengentasan kemiskinan. Dengan penduduk yang terus bertambah, penyediaan pangan juga dituntut terus meningkat dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Beberapa isu kebijakan pembangunan pertanian yang perlu dicermati antara lain (a) swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas beras, jagung, dan kedelai; (b) kebijakan subsidi pupuk dan harga gabah; (c) kebijakan industri dan peternakan unggas; (d) penurunan tarif impor dan liberalisasi perdagangan komoditas pertanian; (e) kebijakan peningkatan ekspor komoditas pertanian; (f) isu pengangguran dan pengentasan kemiskinan di perdesaan; dan (g) dampak kebijakan moneter dan fiskal terhadap sektor pertanian dan kesejahteraan petani. Khusus untuk pangan, pemerintah memberikan penekanan yang kuat dalam kerangka kedaulatan dan kemandirian pangan. Dalam RPJMN disebutkan sasaran utama dari penguatan pasokan pangan dan diversifikasi konsumsi pangan selama periode 2015– 2019 adalah (1) peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri; (2) peningkatan cadangan pangan pemerintah, khususnya beras dan cadangan pangan daerah; (3) peningkatan konsumsi pangan baik jumlah maupun kualitas yang ditunjukkan dengan tingkat konsumsi energi/kalori pada tahun 2019 minimal mencapai 2.150 kkal/kapita/hari, dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang mencapai 92,5. Sementara itu, peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri, yaitu (1) meningkatkan jumlah surplus produksi padi dalam negeri; (2) meningkatkan produksi kedelai terutama untuk mencukupi kebutuhan konsumsi tahu dan tempe; (3) meningkatkan produksi jagung dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan industri kecil; (4) meningkatkan produksi daging sapi untuk memenuhi konsumsi rumah tangga; serta (5) meningkatkan produksi gula untuk kebutuhan langsung dan industri rumah tangga. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Renstra Kementerian Pertanian menyebutkan salah satu kebijakannya adalah peningkatan swasembada beras dan peningkatan produksi jagung, kedelai, gula, daging, cabai, dan bawang merah. Dalam operasionalnya, Kementerian Pertanian mencanangkan program Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Pajale) melalui Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya yang dimulai pada tahun 2015. Sebagai unit kerja lingkup Kementerian Pertanian, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) harus mampu menyiapkan bahan kebijakan yang sifatnya antisipatif atau menjawab isu-isu dan permasalahan yang berkembang pada tahun berjalan, baik yang sensitif maupun yang bersifat klarifikasi. Kajian analisis kebijakan dan evaluasi bersifat responsif terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat, terutama yang terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. Agar tidak ketinggalan dan kehilangan relevansi, analisis kebijakan ini perlu dilakukan secara cepat, tepat, dan cermat sehingga diperoleh hasil kajian yang relevan untuk perumusan kebijakan, baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Oleh karena itu, kami pimpinan PSEKP menyambut baik dilaksanakannya kegiatan Analisis Kebijakan dengan topik besar: Analisis Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan, yang kemudian hasil-hasilnya dirangkum dalam bentuk buku Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pemilihan topik ini dipandang relevan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah termasuk Kementerian Pertanian. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan juga sangat ditunggu dan diharapkan berguna untuk evaluasi dan penyempurnaan kebijakan yang telah dilaksanakan serta masukan bagi kebijakan ke depan.
  • Item
    Sejarah, Tugas Pokok, dan Kinerja UPBS Agro Inovasi Akabi
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) adalah satu-satunya UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian yang ditugasi untuk memproduksi dan mendistribusikan benih sumber Akabi, terutama kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubijalar. Sasaran distribusi benih sumber tersebut adalah sentra produksi komoditas, sesuai pesanan pengguna/stakeholder. Stakeholder utama benih sumber Akabi adalah BPTP dan Dinas Pertanian. Produksi benih sumber Akabi menempati posisi strategis dalam perencanaan dan proses penyediaan benih sebar guna pengembangan komoditas tersebut secara nasional. Produksi benih sumber (BS dan BD) dilaksanakan oleh Unit/Kelembagaan internal di Balitkabi, yakni UPBS (Unit Pengelolaan Benih Sumber) Akabi. UPBS Akabi adalah "UPBS Agro Inovasi Akabi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian". UPBS Agro Inovasi Akabi sejak tahun 2010 secara resmi telah mendapat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) Benih & Bibit yakni PT Agri Mandiri Lestari. Untuk keperluan publik dan penelusuran capaian produksi benih sumber beserta distribusinya ke berbagai provinsi/kabupaten maupun capaian produksi benih kelas di bawahnya, data mengenai produksi benih sumber meliputi: varietas, jumlah, kelas benih, dan daerah dimana benih sumber tersebut terdistribusi, dirasa perlu untuk dipublikasikan dalam bentuk buku, sekaligus untuk menunjukkan kinerja UPBS Agro Inovasi Akabi, setidaknya sejak tahun 2013 hingga 2016. Dalam buku ini juga diinformasikan mengenai sejarah berdirinya UPBS Agro Inovasi Akabi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu untuk terbitnya buku ini, terutama kawan-kawan di UPBS Agro Inovasi Akabi, yang telah dengan tulus ikhlas menyediakan data yang diperlukan. Penulis sangat mengharapkan masukan, baik dalam bentuk kritik maupun saran konstruktif, untuk perbaikan selanjutnya. Untuk itu disampaikan terima kasih.
  • Item
    Deskripsi Varietas Unggul Tanaman Pangan 2010-2019
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Pemerintah mencanangkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Dalam kurun 2010-2019 produksi tanaman pangan umumnya mengalami peningkatan yang cukup berarti dibandingkan dengan periode sebelumnya. Peningkatan produksi tanaman pangan tentu tidak lepas dari pemanfaatan inovasi teknologi khususnya Varietas Unggul Baru (VUB). Peran strategis benih VUB dalam sistem produksi pertanian tanaman pangan mengharuskan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) dengan beberapa unit penelitiannya untuk terus berupaya menghasilkan inovasi VUB yang mampu meningkatkan produksi, adaptif pada berbagai agroekosistem serta adaptif terhadap kondisi cekaman lingkungan tertentu. VUB yang dihasilkan Puslitbangtan selain memiliki keunggulan daya hasil yang tinggi, varietas unggul juga diupayakan memiliki karakteristik lainnya yang berkaitan dengan kualitas dan citarasa, umur tanaman, serta ketahanan terhadap cekaman biotik (hama dan penyakit) dan abiotik (kekeringan, banjir dan salinitas). Tidak kalah pentingnya adalah upaya merakit varietas yang penting bagi kesehatan seperti beras kaya besi (Fe) dan seng (Zn) atau mengandung indeks glikemik yang rendah. Jagung dan kedelai yang kaya akan protein, ubijalar kaya betakaroten dan antisianin, serta manfaat dan keunggulan khas lainnya dari VUB tanaman pangan. Sebagian besar varietas unggul padi, jagung komposit, dan kedelai yang ditanam petani dewasa ini adalah hasil rakitan Puslitbangtan. Melalui penelitian secara berkesinambungan Puslitbangtan terus berupaya melakukan pengkayaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya genetik tanaman pangan yang selanjutnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk merakit
  • Item
    Jagung Teknik Produksi dan Pengembangan
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan, tetapi juga untuk pakan dan bahan baku beberapa industri strategis dengan kebutuhan yang terus meningkat. Produksi nasional jagung tampaknya belum mampu memenuhi semua kebutuhan dalam negeri sehingga adakalanya pemerintah harus mengimpor. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi jagung melalui berbagai kebijakan dan program, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi. Penelitian terhadap komoditas ini terus pula dilakukan untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mampu memberikan kontribusi bagi upaya peningkatan produksi. Melalui penelitian jangka panjang, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan telah menghasilkan inovasi teknologi jagung dari berbagai aspek. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi nasional, hasil-hasil penelitian tersebut antara lain dipublikasikan dalam buku Jagung yang diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1985. Buku ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan dan dijadikan sumber rujukan dalam penelitian dan pengembangan jagung. Dengan makin berkembangnya penelitian dan inovasi teknologi jagung selama dua dasawarsa terakhir, Puslitbang Tanaman Pangan menerbitkan buku Jagung yang baru. Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan telaah pustaka, yang diharapkan dapat menjadi “pegangan utama” bagi penentu kebijakan, akademisi, penyuluh pertanian, peneliti, dan pihak lain yang berminat mengembangkan jagung. Dalam buku setebal lebih dari 500 halaman ini dibahas secara komprehensif tentang morfologi tanaman, plasma nutfah, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul, budi daya, pengelolaan organisme pengganggu tanaman, pascapanen, pengolahan jagung untuk pakan dan pangan, baik secara tradisional maupun modern, sosial-ekonomi, dan aspek kebijakan. Kepada penulis, penyunting, dan pihak lain yang telah berkontribusi dalam penerbitan buku ini saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih.
  • Item
    Padi, Jagung, dan Kedelai Unggul Baru Toleran Dampak Perubah Iklim
    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
    Masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi dan palawija semakin berat dan kompleks. Perubahan iklim, misalnya, telah mengancam keberlanjutan produksi pertanian di berbagai belahan dunia. Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim dalam bentuk kemarau berkepanjangan, banjir, dan meningkatnya intensitas kejadian cuaca ekstrim yang mengancam keselamatan produksi pertanian, terutama tanaman pangan. Naiknya permukaan air laut yang menyebabkan pertanaman terendam air dan mengalami salinitas di kawasan pesisir, termasuk dampak negatif perubahan iklim. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim adalah penggunaan varietas unggul toleran kekeringan, rendaman, dan salinitas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan beserta jajarannya telah menghasilkan sejumlah varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai toleran kekeringan, rendaman, dan salinitas. Karakteristik dari varietas-varietas unggul tersebut dikemas dalam buku ini, yang diharapkan segera diketahui pihak terkait. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam perakitan varietas unggul padi, jagung, dan kedelai toleran dampak perubahan iklim ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.