Padi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Padi by Title
Now showing 1 - 20 of 163
Results Per Page
Sort Options
- ItemAcuan Rekomendasi Penumpukan Spesifik Lokasi Untuk Padi Sawah di Jawa Timur 1999(BPTP Karangploso, 1999) SUWONO; Hasil Sembiring
- ItemAdaptasi Enam Genotipe Padi Lokal Pada Lingkungan Pemupukan Organik dan Anorganik(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Sri Lestari Purnamaningsih, Khoirul Arifin, Desti Margi UtamiABSTRACT Adaptation of Six Local Rice Genotypes Organik and in-organik Fertilizing Environment. Six local rice genotypes were tested in two different fertilizer applications (organic and in-organic fertilizer) to study their adaptation to organic and in-organic fertilizing condition, seven genotypes were evaluated intens study. Research conducted irrigation in rice field Sumbersari Village, Lowokwaru District, Malang City at November 2008 until May 2009 (rainy season), using randomized completed block design with three replications and seven trials. Adaptation of testing materials were evaluated based on their grain yield (t/ha) using combined analysis of variance do properly with standard procedure. Not significant genotype x environment interaction found in tiller number, number of productive tiller, panicle length and average of yield. Significant genotype x environment interaction found in 1000 grain weight. Highly significant genotype x environment interaction found in plant height, age of flowering, age of harvest, number of filled grain per panicle and number of filled grain per clump, number of grain per panicle and percentation of empty grain per panicle. Tambak Urang and Hoing have high yield average in two fertilizer environments. ABSTRAK Enam genotip padi lokal diuji adaptasinya terhadap dua lingkungan berbeda berdasarkan jenis pemupukan yang diaplikasikan (organik dan anorganik). Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2008-Mei 2009 (MH) di lahan sawah irigasi Desa Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Desain lapang menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan tujuh perlakuan. Analisis ragam gabungan dilakukan sesuai dengan prosedur baku untuk mengetahui ada tidaknya interaksi. Interaksi genotip x lingkungan tidak nyata terdapat pada karakter jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, malai, dan hasil gabah gagangan kering/hektar. Interaksi genotip x lingkungan nyata terdapat pada karakter bobot 1.000 butir. Interaksi genotip x lingkungan sangat nyata terdapat pada karakter tinggi tanaman, umur bunga, umur panen, jumlah gabah isi/malai, jumlah gabah isi/rumpun, jumlah gabah/mala /malai dan persentase ersentase gabah hampa/malai. Tambak Urang dan Hoing memiliki rata-rata pontensi hasil gabah malai kering/hektar tertinggi pada lingkungan pemupukan organik dan anorganik.
- ItemAnalisis dan Sintesis Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah(Balai Penelitian Tanaman Padi, 2005) Makarim, A. Karim; Pasaribu, Djuber; Zaini, Zulkifli; Las, IrsalUpaya peningkatan produksi padi perlu mendapat prioritas yang lebih tinggi mengingat komoditas ini tidak hanya diperlukan sebagai bahan makanan pokok tetapi juga sumber penghasilan sebagian besar masyarakat di pedesaan. Kenyataannya, laju peningkatan produksi padi dalam dua dekade terakhir cenderung melandai, sementara kebutuhan terus meningkat. Keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani padi pun adakalanya tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang mereka keluarkan. Untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan nasional perlu terobosan dalam peningkatan produksi padi. Penelitian di berbagai lokasi menunjukkan bahwa produktivitas dan efisiensi produksi padi masih dapat ditingkatkan melalui pendekatan atau model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini telah mendorong Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk mengembangkan model PTT padi sawah melalui Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) di beberapa daerah di Indonesia pada MT 2002 dan 2003. Dalam publikasi ini diketengahkan strategi, keragaan penerapan komponen teknologi, analisis dan dampak pengembangan model PTT terhadap peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani di daerah pengembangan.
- ItemAnalisis dan Sintesis Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah(Balai Penelitian Tanaman Padi, 2005) Balai Penelitian Tanaman PadiUpaya peningkatan produksi padi perlu mendapat prioritas yang lebih tinggi mengingat komoditas ini tidak hanya diperlukan sebagai bahan makanan pokok tetapi juga sumber penghasilan sebagian besar masyarakat di pedesaan. Kenyataannya, laju peningkatan produksi padi dalam dua dekade terakhir cenderung melandai, sementara kebutuhan terus meningkat. Keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani padi pun adakalanya tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang mereka keluarkan. Untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan nasional perlu terobosan dalam peningkatan produksi padi. Penelitian di berbagai lokasi menunjukkan bahwa produktivitas dan efisiensi produksi padi masih dapat ditingkatkan melalui pendekatan atau model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini telah mendorong Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk mengembangkan model PTT padi sawah melalui Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) di beberapa daerah di Indonesia pada MT 2002 dan 2003. Dalam publikasi ini diketengahkan strategi, keragaan penerapan komponen teknologi, analisis dan dampak pengembangan model PTT terhadap peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani di daerah pengembangan. Publikasi ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan model PTT lebih lanjut, terutama dari segi teknis operasional.
- ItemAnomali Iklim dan Produksi Padi(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2002-12-14)Kemarau panjang yang disebabkan oleh fenomena alam El-Nino hampir terjadi setiap 3-4 tahun sekali dan selalu mengancam produksi padi dan ketahanan pangan nasional. El-Nino yang terjadi pada tahun 1997 mengakibatkan krisis pangan pada tahun 1998/99 dengan penurunan produksi sebesar 6,8%. Dalam upaya menekan kerugian yang disebabkan oleh fenomena alam ini diperlukan suatu pedoman sebagai bahan acuan dalam menyusun program aksi sebelum, selama, maupun sesudah terjadinya kemarau panjang. Setelah melalui beberapa diskusi Tim Peneliti Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) berhasil menyusun bahan ini sebagai partisipasi Badan Litbang Pertanian dalam upaya penanggulangan kekeringan dan anomali iklim pada tanaman padi. Buku panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi petugas di lapang dan para pelaku yang terlibat dalam produksi padi maupun pengambil kebijakan terkait. Kami menyadari bahwa bahan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah memberikan masukan hingga diterbitkannya buku ini, kami ucapkan terima kasih.
- ItemBUDI DAYA PADI PADA SAWAH BUKAAN BARU(BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2013-12-25) Sukristiyonubowo; Ali Jamil; Didik S. HastonoKedudukan padi atau beras di Indonesia sangat strategis, baik ditinjau dari segi sosial, ekonomi, dan politik. Beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Peningkatan produksi beras baik untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri menuju kemandirian beras menjadi salah satu program strategis. Pemerintah bertekat mencapai swasembada berkelanjutan beras dan pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014. Dilain pihak, keberadaan sawah beririgasi semakin menyempit akibat alih fungsi lahan dan keberadaan air irigasi menjadi semakin langka akibat meningkatnya kompetisi penggunaan air dengan sektor lain seperti industri dan rumah tangga. Oleh sebab itu, program pencetakan sawah baru dipandang sebagai salah satu upaya penciptaan lumbung beras nasional yang pada hakikatnya diperlukan petunjuk teknis (Juknis) Pengelolaan Sawah Bukaan Baru untuk pencapaian produktivitas yang tinggi. Teknologi dalam Petunjuk Teknis ini telah disosialisasikan kepada para pemangku kebijakan, penyuluh pertanian lapang (PPL). Bentuk sosialisasi adalah pelatihan, focus group discussion (FGD), dan temu lapang (farm field day) pada lokasi demplot di lapangan dan petak demonstrasi (demo plot) seperti halnya telah dilakukan di Kab. Pesisir Selatan, Bulungan, Banggai, Merauke, dan Bangka Selatan. Produktivitas padi pada sawah bukaan baru, awalnya (sebelum teknologi produksi dintroduksikan) adalah sekitar 1,5 – 2,5 t/ha, namun dengan teknologi introduksi maka produktivitas meningkat menjadi sekitar 3,5 – 4,5 t/ha. Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya PPL, petani, dinas pertanian, bakorluh/lembaga penyuluhan, direktorat teknis dan praktisi dalam mengelola sawah bukaan baru agar terwujud lumbunglumbung beras baru dimasa yang akan datangUcapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memfasilitasi untuk diterbitkannya Juknis ini serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Juknis ini. Saran konstruktif untuk penyempurnaan Juknis ini senantiasa diharapkan dan semoga buku ini bermanfaat.
- ItemBudidaya Padi(BPTP Kalteng, 1995) BPTP KaltengPotensi lahan pasang surut di Kalimantan Tengah cukup potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Tetapi di dalam pengelolaan tersebut ditemukan beberapa masalah dianta ranya lahannya bergambut serta aimya masam, kedua hal tersebut merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman.
- ItemBudidaya Padi Berkelanjutan dengan Penggunaan ECO FARMING(Polbangtan Gowa, 2023) Dr. Ramli, S.P., M.P.; Rachmat, S.P., M.P.; Ir. Dahlan, M.M.Buku Budidaya Padi Berkelanjutan dengan Penggunaan Eco Farming ini mencoba mengulas tentang bahaya penggunaan pupuk sintetis atau kimia yang terus menerus serta upaya para akademisi dan ahli bidang pertanian untuk mengatasi hal tersebut dengan penggunaan pupuk organik dalam rangka mendukung pertanian berkelanjutan. Salah satu pupuk organik yang sudah teruji adalah pupuk eco farming. Sebab eco farming adalah pupuk yang berbahan dasar organik super aktif, mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
- ItemBudidaya Padi Berkelanjutan Dengan Penggunaan ECO Farming(Polbangtan Gowa, 2023, 2023-06-18) Ramli; Dahlan; Rahmat
- ItemBudidaya Padi Gogo, Sebagai Tanaman Tumpangsari Hutan Tanaman Industri (HTI)(Husin M.Toha, Widyantoro,Made Jana Mejaya, Priatna Sasmita, Agus Guswara, 2013) Husin M.Toha, Widyantoro,Made Jana Mejaya, Priatna Sasmita, Agus GuswaraBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang mempunyai tugas sebagai penghasil inovasi teknologi baru telah berhasil membuka peluang untuk pengembangan tanaman pangan pada areal peremajaan hutan melalui sisttim tumpangsari. Budidaya tanaman pangan khususnya padi gogo pada lorong jati dapat dilakukan sampai naungan tanaman pokok mencapai 50%. Pada peremajaan hutan tanaman industri (HTI) seperti hutan jati, sistim tumpangsari bisa sampai tahun kedua pada jarak tanam (3 x 3) m. Bila jarak tanam Jati diubah menjadi (6 x 2) m (tanpa mengurangi populasi), sistim "tumpangsari bisa dilakukan sampai tahun ke empat. Melalui sistim tumpangsari, masyarakat sekitar hutan dapat menarik manfaat untuk malakukan budidaya tanaman pangan sekaligus meningkatkan produksi dan penghasilannya. Pada pihak kehutanan juga terbantu dalam persiapan lahan untuk penanaman ulang, pemeliharaan tanaman pokok hutan dan mengurangi pengembalaan ternak liar serta kemungkinan adanya kebakaran hutan. Menurut data BPS 2009, rata-rata 4 (empat) tahun program reboisasi hutan negara dan peremajaan hutan rakyat mencapai sekitar 450.000 ha/th. Berdasarkan batas naungan tanaman pokok 50%, untuk peremajaan hutan negara dan hutan rakyat penerapan sistim tumpangsari minimal dapat dilakukan 2 kali atau mencapai 900.000 ha/tahun. Bedasarkan hasil penelitian sepuluh tahun terakhir, baik di KPH Randublatung (Jawa Tengah), KPH Indramayu (Jawa Barat), dan KPH Banten hasil padi gogo sistim tumpangsari tahun pertama dapat mencapai diatas 5,0 t/ha dan tahun kedua lebih dari 4,0 t/ha GKG. Berdasarkan data hasil penelitian ini, tumpangsari padi gogo pada program peremajaan hutan dapat menyumbang lebih dari 4 juta ton gabah/tahun cukup signifikan untuk peningkatan produksi padi nasional (P2BN). Nilai tambah sistim tumpangsari dapat ditingkatkan lagi, bila setelah panen padi gogo diikuti dengan penanaman kedelai dengan sistim tanpa olah tanah. Penanaman kedelai setelah padi gogo mempunya keuntungan finansial dari hasil biji kedelai, dapat meningkatkan kesuburan tanah dan hasil biji kedelai dapat dijadikan sebagai sumber benih untuk penerapan pola tanam padi-padi-kedelai pada ekosistim lahan sawah irigasi. Panduan teknis budidaya padi gogo sebagai tanaman tumpangsari hutan jati muda, juga dapat digunakan sebagai panduan sistim tumpangsari padi gogo pada peremajaan tanaman perkebunan muda seperti karet dan kelapa sawit. Buku ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk pengembangan padi gogo dan palawija dilahan hutan dan membantu petani sekitar hutan untuk peningkatan produksi padi dan pendapatannya.
- ItemBudidaya Tanaman Aneka Kacang pada Lorong di Antara Tanaman Kakao(Abdullah Taufiq, 2023) Abdullah TaufiqPerkebunan kakao mayoritas diusahakan oleh rakyat pada lahan kering yang relatif kurang subur dengan input minimal. Pada saat peremajaan, setidaknya 2-3 tahun petani tidak mendapatkan pendapatan dari kakao. Pada saat menunggu kakao berproduksi, di lorong di antara tanaman kako dapat diusahakan tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang tunggak. Selain dapat dijadikan sumber pendapatan tambahan bagi petani kakao, juga merupakan komoditas sumber protein dan sumber gizi yang sangat baik bagi kesehatan masyarakat. Keempat komoditas aneka kacang tersebut dapat beradaptasi terhadap kondisi lahan kering dan kondisi air yang terbatas. Dengan demikian berpotensi dapat dibudidayakan pada lahan kakao. Selain itu, komoditas aneka kacang berpotensi menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Buku “Budidaya Tanaman Aneka Kacang Pada Lorong di Antara Tanaman Kakao” ditulis berdasarkan pengalaman melakukan penanaman komoditas aneka kacang di antara tanaman kakao pada acara peringatan hari pangan sedunia yang dilaksanakan di areal perkebunan kakao rakyat di Angata, Konawe Selatan tahun 2019. Buku ini berisi paparan ringkas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknik budidaya pada lorong kakao. Kami berusaha menyajikan informasi secara ringkas dan dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami sehingga memberikan manfaat bagi petani dan pengguna dari berbagai kalangan.
- ItemBudidaya Tanaman Padi Gogo Terstandar(Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Bengkulu, 2024) Rambe, Sri Suryani M; Calista, Irma; Wulandari, Tri Novita; Saragih, AmaluddinSalah satu upaya untuk peningkatan produksi padi adalah dengan cara perluasan areal tanam pada lahan kering dengan menanam padi gogo melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pedoman budidaya padi gogo ini disusun sebagai acuan bagi petani dan pihak terkait dalam menerapkan budidaya tanaman padi gogo yang baik yang terstandar
- ItemBuku 700 Teknologi Inovatif(Buku 700 Teknologi Inovatif, 2021) Badan Penelitian Dan Pengembangan PertanianSektor pertanian masih menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional, guna mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi di Indonesia. Namun demikian, target pemerintah tidak hanya pada tercapainya swasembada pangan yang berkelanjutan, tetapi Kementerian Pertanian bahkan telah menyusun grand design Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045. Di sisi lain, kita dihadapkan pada tantangan seperti perubahan iklim global dan keterbatasan sumberdaya yang tersedia, sehingga pembangunan pertanian harus berorientasi pada efisiensi dan daya saing. Untuk itu, penguasaan dan penerapan IPTEK menjadi kunci bagi keberhasilan dalam mendukung pembangunan pertanian. Saya sangat bangga dengan prestasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang telah banyak berperan dalam menghasilkan invensi di bidang pertanian. Buku 700 Teknologi Inovatif Pertanian dengan tambahan informasi 10 model penerapan inovasi Kolaboratif ini, merupakan rangkuman representasi dari invensi invensi unggulan yang telah dihasilkan dan diterapkan oleh inventor Balitbangtan. Untuk mempercepat adopsi invensi Balitbangtan tersebut, maka dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak, baik penyuluh, swasta mitra kerja sama alih teknologi atau kerja sama penelitian dan pengembangan, akademisi, maupun stakeholders lainnya, sehingga invensi Balitbangtan dapat menjadi inovasi yang memberikan manfaat bagi petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Saya sangat mengapresiasi penerbitan Buku 700 Teknologi Inovatif + 10 Model Penerapan Inovasi Kolaboratif ini, dan berharap Balitbangtan terus bekerja keras untuk membuat lompatan teknologi serta memperkuat sistem yang dapat menjamin penerapannya secara luas di masyarakat. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
- ItemBuku Teknologi Budidaya Sorgum dan Gandum(KEMENTERIAN PERTANIAN, 2013) KEMENTERIAN PERTANIANPengembangan komoditas serealia lain (sorgum, gandum, hotong dan jewawut) sebagai pangan alternatif sangat besar pengaruhnya dalam mendukung penurunan konsumsi beras nasional. Selain itu tanaman serealia lain/sorgum juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Untuk itu diperlukan upaya intensifikasi berupa penerapan teknologi budidaya yang benar dan upaya pengembangan sehingga komoditas tersebut dapat menghasilkan produksi yang optimal, terjamin kualitas serta kontinuitas produksinya dan dapat di komersilkan atau mempunyai nilai agribisnis dan agroindustri. Usaha tani serealia lain (sorgum, gandum, hotong dan jewawut) sudah lama berkembang di Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Jawa Barat, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Lampung. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah teknologi budidaya belum banyak diketahui oleh para petani/petugas, daerah sentra produksi umumnya belum dilengkapi dengan alat/mesin pengolahan hasil, selain itu belum adanya jaminan pasar yang dapat menampung hasil panen, rendahnya harga komoditas tersebut di tingkat petani dan kebijakan pemerintah masih terfokus kepada Padi, Jagung dan Kedelai (PJK). Sebagai komoditi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, pengembangan tanaman sorgum dan gandum sangat memerlukan dukungan, koordinasi dan sinergi dari pemerintah pusat, daerah dan stake holder serta diperlukan peran aktif petugas dalam mensosialisasikan dan mempromosikan komoditas tersebut mulai dari hulu (benih dan varietas), teknologi budidaya (pra panen s/d pasca panen), hingga Hilir (penampungan hasil, harga dan pemasaran). Untuk mewujudkan hal tersebut petugas harus dibekali dengan informasi sebagai bahan acuan dalam pengembangan dan penerapan teknologi budidaya.
- ItemClimate-Smart Agriculture (CSA) di Lahan Sawah Tadah Hujan(Climate-Smart Agriculture (CSA) di Lahan Sawah Tadah Hujan, 2018) Prihasto Setyanto; Wihardjaka; Helena Lina SusilawatiPada dekade terakhir ini, perubahan iklim menjadi perhatian serius masyarakat global, regional, nasional, dan lokal. Perubahan iklim merupakan dampakpamanasan global akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca antropogenik di atmosfer bumi. Dampak perubahan iklim terjadi juga di sektor pertanian termasuh di agroekologi sawah tadah hujan. Penerapan Climate-Smart Agriculture dalam mengoptimalkan lahan sawah tadah hujan merupakan salah satu antisipasi dampak perubahan iklim yang mensinergiskan upaya adaptasi dan mitigasi dalam memperbaiki produktivitas dan pendapatan masyarakat melalui inovasi teknologi ramah lingkungan. Inovasi teknologi ramah lingkungan yang diterapkan harus memenuhi prinsip dasar peningkatan produktivitas, konservasi tanah dan air, rendah emisi gas rumah kaca, adaptif terhadap perubahan iklim, penerapan pengendalian hama terpadu, rendah cemaran pestisida dan logam berat, pengelolaan pertanian minimum limbah, pemanfaatan sumberdaya lokal, pelestarian keanekaragaman hayati, dan integrasi tanaman-ternak. Buku Climate-Smart Agriculture mengulas upaya adaptasimitigasi perubahan iklim yang bermuara terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat serta mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini disampaikan terima kasih. vi Harapannya, semoga buku ini bermanfaat bagi pengguna dan tentunya dapat menambah wawasan pentingnya kelestarian lingkungan bagi kehidupan di bumi.
- ItemDAERAH PENGEMBANGANDAN ANJURAN BUDIDAYAPADI HIBRIDA(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007-12-22) Dr. Ir. Achmad Suryanapemerintah telah menetapkan kebijakan ketahanan pangan, yang salah satunya adalah pencapaian swasembada beras berkelanjutan. Salah satu kebijakan operasional untuk mewujudkan hal tersebut, adalah ditetapkannya target peningkatan produksi beras 2 juta ton atau setara dengan 6,4% pada tahun 2007 dan 5% untuk tahun-tahun selanjutnya sampai dengan 2009 yang telah menjadi komitmen bersama dan harus segera diimplementasikan. Salah satu langkah operasional untuk mencapai target tersebut pada tahun 2007 dilaksanakan pengembangan penanaman padi hibrida di sembilan provinsi, dengan total luas areal sekitar 135.000 ha. Keberhasilan pengembangan padi hibrida ditentukan sedikitnya oleh lima faktor utama yaitu varietas yang cocok, benih bermutu, teknik budidaya yang tepat, wilayah yang sesuai, dan kemampuan petani menerapkan teknologi. Buku Petunjuk Lapang Padi Hibrida ini memuat sebagian besar dari unsur-unsur utama penunjang keberhasilan pengembangan padi hibrida tersebut. Buku ini diharapkan dapat membantu para penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing untuk memberikan penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan padi hibrida. Buku pedoman ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai pelengkap pelatihan padi hibrida, baik yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) maupun oleh Dinas provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki tanaman pangan
- ItemDESKRIPSI TETUA JAGUNG HIBRIDA(BALAI PENGUJIAN STANDAR INSTRUMEN TANAMAN SEREALIA, 2024) BALAI PENGUJIAN STANDAR INSTRUMEN TANAMAN SEREALIA
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Balai Penelitian Tanaman Padi, 2002) Lesmana, Ooy S.; Toha, Husin M.; Las, Irsal; Balai Penelitian Tanaman PadiBuku ini memuat informasi deskripsi varietas padi dengan karakteristik masing-masing keunggulannya yang disusun berdasarkan tahun pelepasan dari kurun waktu 1995 sampai 2002. Diawali varietas Memberamo sampai yang terbaru dilepas (akhir 2002) yaitu varietas Cigeulis, Gilirang (padi sawah) dan Situ Bagendit, Situ Patenggang untuk padi gogo (lahan kering).
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017) Wahab, Moh. Ismail; Satoto; Rachmat, Ridwan; Guswara, Agus; Suharna
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2015) Sutrisna, Nana; Diratmaja, Alit; Sinaga, Anna; Ramdhaniati, SusiBuku Deskripsi Varietas Unggul Baru Padi, Padi Sawah, Padi Ketan, Padi Gogo, dan Padi Rawa, Padi Hibrida, ini disususn sebagai upaya dalam rangka penyebaran varietas unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (BB Padi Sukamandi). buku ini diterbitkan dalam rangka pelaksanaan pendampingan/ pengawalan Program UPSUS Padi oleh Badan Litbang Pertanian (BPTP Jawa Barat), dimana penggunaan varietas unggul baru merupakan salah satu komponen utama dalam pelaksanaan Program UPSUS, Swasembada Pangan.