Lahan Rawa
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Lahan Rawa by Title
Now showing 1 - 20 of 410
Results Per Page
Sort Options
- Item1001 Masalah Lahan Rawa : Petani Bertanya, Peneliti Menjawab(Balai Penelitian Pertanian lahan Rawa, 2021) Saleh, Muhammad; Mawardi; Noor, Muhammad; Susilawati, Ani; Lestari, Yuli; Sulaeman, Yiyi; Hasbianto, Agus; Agustiani, MalaBuku 1001 Masalah Lahan Rawa: Petani Bertanya, Peneliti Menjawab ini memuat pertanyaan yang disampaikan petani tentang berbagai aspek dalam pengelolaan pertanian lahan rawa, meliputi komponen: pengelolaan air, penataan lahan, penyiapan lahan, pengendalian gulma, pengunaan varietas, pemupukan, pembibitan, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen
- Item13. V Kompleksitas Permasalahan Lahan Rawa(IAARD Press, 2015) Herman Subagio Muhammad Noor Wahida Annisa Yusuf Izhar Khairullah, Balittra; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemADAPTASI BEBERAPA JENIS SAYURAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balittra, 2007) Koesrini, Eddy William dan Linda IndrayatiPulau Jawa sebagai wilayah yang memiliki produktivitas tinggi untuk budidaya sayuran, telah mengalami tekanan iingkungan berupa penyusutan lahan subur akibat penggunaan untuk keperluan non pertanian. Oleh karena itu perlu dicari alternatif sumber pertumbuhan lahan barudi luar Pulau Jawa. Lahan rawa pasang surut memiliki potensi untuk budidaya sayuran. Dari uji adaptasi 7 jenis sayuran di lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa terung dan kacang panjang tergolong jenis sayuran adaptif, tomat, cabai dan kubis tergolong cukup adaptif serta buncis dan mentimun tergolong kurang adaptif di lahan rawa pasang surut. Diantara varietas yang diuji menunjukkan bahwa terung varietas Mustang (29,6 tlha), kacang panjang varietas Empe (14,9 tlhaO, tomat varietas Permata (11,5 t/ha), cabai varietas Hot Chili (8,4 t/ha), kubis varietas KK Cross (9,7 t/ha), buncis varietas Lebat (4,9 t/ha) dan mentimun varietas Hercules (4,9 t/ha), selain memiliki hasil yang tinggi juga adaptif di lahan rawa pasang surut. Dengan pengelolaan lahan, hara dan tanaman yang tepat, dapat menjadikan lahan rawa pasang surut sebagai sumber pertumbuhan baru untuk budidaya beragam jenis sayuran
- ItemADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DI LAHAN RAWA LEBAK(IAARD Press, 2014-08) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaEl Nino adalah gejala iklim akibat naiknya suhu perairan Samudra Pasifik sehingga hujan banyak turun di Samudra Pasifik, sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. La Nina adalah gejala iklim sebaliknya yaitu turunnya suhu di perairan Samudra Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya sehingga hujan turun lebih banyak di Samudra Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
- ItemADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI LAHAN RAWA LEBAK UNTUK TANAMAN PANGAN(IAARD Press, 2017) Eni Maftu'ah, Wahida Annisa Yusuf, dan Siti Nurzakiah (Balai Penelitin Pertanian Lahan Rawa)Fenomena perubahan iklim sudah terjadi dan saat ini sedang berlangsung sampai waktu yang akan datang. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama co2, sehingga menyebabkan peningkatkan suhu udara secara global. perubahan pola hujan, peningkatan muka air laut, dan meningkatnya kejadian iklim ekstrim seperti El-Nino dan La- Nina. Perubahan iklim di lahan rawa lebak menimbulkan dampak positif dan negatif. EI Nino dapat berdampak positif terhadap luas areal tanam di lahan rawa lebak (terutama lebak tengahan dan dalam), namun pada lebak dangkal dapat menyebabkan kekeringan, serta meningkatkan kerentanan terhadap kebakaran lahan. Teknologi adaptasi menghadapi perubahan iklim di lahan raw a lebak antara lain melalui pengaturan air sistem tabat bertingkat, pemanfaatan Kalender Tanam Rawa (Ketam Rawa), penataan lahan sistem surjan, pengelolaan lahan tanpa bakar, sistem pertanian terpadu, serta sistem mina padi
- ItemAlat/Mesin Pertanian(Balittra, 1991) Proyek Penelitian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS IITiap keluarga tani transmigran di lahan pasang surut memiliki lahan 2,25ha. Untuk mengolah tanahnya kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan tenaga kerja dan modal. Menurut hasilsuatu pengamatan, dimusim kemarau traktor mini lebihefisiendaripada traktor tangan,bajak sapi, atau cangkul. Traktor tangan lebih efisien di musim hujan. Penelitian itu diadakan pada lahan seluas4ha yang disurjan dengan lebar guludan 4m,tabukan 6,5m,dan panjang 90m
- ItemANALISA USAHATANI UBIJALAR, UBI ALABIO DAN UBI NAGARA(Balittra, 1995-04) Rosita Galib, H. Rumansjah Itjin, BalittraLahankering dan rawa lebak yang ada di Kalimantan Selatan juga dimanfaatkan petani untuk menanam ubijalar. Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat dan ketersediaan sarana penunjang yang diperlukan. Menurut Herdt dalam Sudaryanto (1981) introduksi teknologi baru merupakan alternatif untuk meningkatkan produktivitas apabila memiliki persyaratan sebagai berikut : 1) kelayakan fisik dan ekonomis, 2) dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi, 3) sesuai dengan keperluan dan sumberdaya petani, 4) sesuai dengan ketersediaan prasarana ekonomi dan sosial masyarakat. Ubijalar selain sebagai sumber pangan, karbohidrat dan kalori, sumber karotin dan vitamin C,dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain; pakan, bahan baku industri dan kosmetik. Potensi ubijalar melalui diversifikasi pangan dalam upaya untuk mempertahankan swasembada pangan sangat besar. Dengan memperbanyak altematif penggunaan produksi, memperbaiki teknik budidaya dan jaminan harga dapat meningkatkan preferensi petani terhadap pengusahaan kelompok ubijalar ini. Tersedianya hasil ubijalar dalam jumlah cukup sepanjang tahun dapat mendorong industri-industri menggunakan ubijalar sebagai bahan baku. Dilain pihak jaminan harga yang baik merangsang petani untuk meningkatkan produktivitas usahatani ubijalarnya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui input-output usahatani ubijalar dan kelayakan ekonomi ubijalar, ubi Alabio di lahan lebak dan ubijalar di lahan kering
- ItemANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN POLA USAHATANI JAGUNG DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Rosita Galib, BalittraAnalisis biaya dan pendapatan pola usahatani jagung dilahan kering Kalimantan Selatan. Upaya meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering melalui penerapan teknologi baru dengan tingkat input tertentu memerlukan biaya produksi yang lebih besar. Sampai seberapa jauh biaya produksi dapat memberikan tingkat produktivitas yang secara ekonomis menguntungkan dan layak dilakukan, merupakan tujuan penelitian ini. Penelitian dilakukan di tiga desa (Pampain, Pantai Cabe di Kabupaten Tapin dan desa Bumi Asih di Kabupaten Tanah Laut) pada MH 1989/90 dengan 4 paket dosis pemupukan N, P, K dan pupuk kandang serta kapur. Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari metode survei dan observasi, wawancara dilakukan terhadap 45 petani dan percobaan (observasi) dilakukan terhadap 5orang petani sebagai koperator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan input rendah (NPK, 45-45-0 + 5 tlha pupuk kandang), memberikan keuntungan dan kelayakan ekonomis berdasarkan nilai RlC ratio (1,98) dan MBCR (2,77). Pada pemupukan input yang lebih tinggi, tingkat produktivitas harus lebih besar dari 5tlha untuk memperoleh kelayakan ekonomis dan keuntungan.
- ItemANALISIS EKONOMI SISTEM SURJAN DENGAN POLA TANAM PADI DAN JERUK DI LAHAN PASANG SURUT (Kasus Desa Tandipah, Kec. Sungai Tabuk, Kalsel)(Balittra, 1996) Noorginayuwati, BalittraAnalisis ekonomi sistem surjan dengan pola tanam padi dan jeruk di lahan pasang surut (Kasus Desa Tandipah, Kec. Sungai Tabuk, Kalsel). Penelitian bertujuan untuk : (1) menilai apakah investasi dalam usahatani sistem surjan secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan, (2) mengidentifikasi peluang pengembangan usahatani sistem surjan, baik dilihat dari segi teknis, sosial, ketersediaan sumber daya maupun pemasalahan yang dihadapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat bunga 10%, 12%, 18% dan 24% investasi dalam usahatani sistem surjan secara "ekonomi" dan "finansial" dapat dibenarkan. Investasi ini memiliki benefit-cost ratio lebih besar dari satu. Nilai Kini Arus Penerimaan Bersih positif, Periode Pengembalian Investasi (payback period e) lebih kecil dari pada masa pengusahaan, dan tingkat pengembalian modal atau internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari pada tingkat bunga. Ditinjau dari aspek teknis, sosial dan ketersediaan sumberdaya, usahatani sistem surjan memungkinkan untuk dikembangkan dengan upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi.
- ItemANALISIS EKONOMI USAHA TANI PADA LAHAN SURJAN(IAARD Press, 2014) Dedi Nursyamsi, Muhammad Noor, HaryonoSistern surjan sebagaimana dikemukakan sebelumnya terdiri alas sistem sawah dengan tanarnan padi sebagai komoditas utarna dan sistem tegalan dcngan tanaman palawija, sayuran, buah-buahan atau tanaman tahunan sebagai komoditas utama. Oleh karenaitu,kornponen analisis ekonomi pada sistem surjan meliputi komoditas utama dan masing-masing komoditas penunjang, khususnya terhadap tingkat pendapatan petani. Dalam konteks kebijakan, maka masing-masing komoditas mempunyai nilai kompetitif terhadap komoditas lainnya. Nilai kompetitif ini sudah tentu sangat dipengaruhi oleh preferensi pasar atau konsumen. Analisis ekonomi usaha tani sistem surjan ini dapat ditinjauyang terdiri dari aspek, yaitu (I) tenaga kerja, (2) biaya dan pendapatan, dan (3) nilaikompetitifantara komoditas.
- ItemANALISIS FINANSIAL USAHAȚANI DAN PENGOLAHAN KERIPIK SALAK DARI LAMAN PASANG SURUT(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2005) RINA YANTI; ANTARLINA SRI SATYA; RUKAYAHLahan pasang surut di Kalimantan Tengah cukup luas dan berpotensi untuk pengembangan hortikultura khususnya tanaman salak. Salak diusahakan petani di Iahan pekarangan dan di Iahan usaha dengan sistem surjan. Pola pertanaman salak dilakukan dengan sistem campuran. Produksi salak melimpah pada musim panen dan harga buah salak murahjika bertepatan dengan musim buah-buahan lainnya. Oleh karena itu perlu diolah menjadi bahan olahan lain agar memberikan nilai tambah bagi pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara finansial usahatani salak di tingkat petani cukup layak diusahakan karena memiliki nilai B/C > l, NP V positifdan IRR > tingkat bunga. Analisis finansial menunjukkan bahwa pada tingkat harga normal, pengolahan keripik salak baik pada buah salak lokal Kapuas maupun buah salak lokal Kotim tidak memberikan nilai tambah pada petani (volume Olah 20 kg salak segar). Namun jika pengolahan dilakukan pada harga buah salak murah pengolahan keripik salak lokal Kapuas dan salak lokal Kotim berturut-turut memberikan keuntungan sebesar RP 60.513,5 dan RP 99613,5 per 20 kg buah segar dan nilai tambah masingmasing 102 dan 66 %. Dari uji organoleptik terhadap keripik salak adalah disukai, namun secara umum tingkat penilaian panelis terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa keripik salak lokal Kapuas lebih tinggi dibandingkan dengan keripik salak lokal Kotim..
- ItemANALISIS INVESTASI JANGKA PANJANG(IAARD Press, 2016) Yanti Rina Darsani, Herman SubagioAnalisa proyek bertujuan untuk memilih investasi proyek secara lebih tepat artinya untuk mencapai hasil yang maksimal. Hal ini penting dilakukan karena sumberdaya terbatas, disamping itu kesalahan memilih proyek merupakan suatu pemborosan yang bisa merugikan. Dalam pertanian selain komoditas yang menghasilkan secara musiman « 1 tahun) atau komoditas yang periode tanam sampai menghasilkan lebih dari satu tahun. Untuk menghasilkan produksi pada tahun ke t, diperlukan investasi beberapa tahun seperti tanaman jeruk, kelapa, kelapa sawit, rambutan dan sebagainya. Tanaman tersebut mulai awal berproduksi, maka akan berproduksi sampai 20-30 tahun tergantung umur ekonomis masing-masing tanaman. Untuk tanaman jeruk di lahan rawa memerlukan surjan maka investasi awal terbesar untuk membuat surjan.
- ItemANALISIS KELAYAKAN USAHA JASA TRAKTOR DI LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Rachmadi Ramli, Rumansjah Itjin, BalittraAnalisis kelayakan usaha jasa traktor di lahan pasang surut. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha jasa traktor. Metode penelitian adalah survei, dengan objek usahajasa traktor dan petani pengguna jasa traktor. Sebagai wilayah pene1itian dipilih tiga desa, yaitu desa Gudang Hirang dan Bamban II (kabupaten Banjar) serta desa Danda Besar (kabupaten Barito Kuala). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahajasa traktor untuk pengolahan tanah di lahan pasang surut layak diusahakan dengan masa pengembalian investasi selama 4 tahun, 120 hari. Perbedaan tipe lahan pasang surut menghendaki perbedaan kedalaman pengolahan tanah, sehingga berpengaruh terhadap keeepatan kerja traktor. Perbedaan keeepatan kerja ini dapat membedakan efisiensi penggunaan traktor. Lahan pasang surut tipe C menghendaki pengolahan tanah yang lebih dalam dibanding dengan tipe B.
- ItemANALISIS KOMODITAS KEDELAI DI LAHAN KERING (Studi kasus di Kabupaten Tanah Laut)(1996) Yanti Rina D, BalittraInfonnasi mengenai keragaan produksi kedeIai sangat diperlukan sebagai umpan balik peneIitian teknis yang dilakukan antar disiplin. Pelaksanaan survei dilakukan pada bulan Juli 1989 di dua desa masing-masing Gunung Makmur dan Banua Tengah Kec. Takisung, Kab. Tanah Laut. Kedua desa terse but merupakan sentra produksi kedelai. Kedelai mendominasi penggunaan lahan petani, tetapi sumbangannya terhadap pendapatan masih rendah. Pendapatan pctani desa Gunung Makmur sebesar Rp.207.475/ha/musim dan Banua Tengah sekitar Rp.117.638/ha/musim. Sedangkan pendapatan per hari orang kerja sebesar Rp.2.379,- untuk petani Gunung Makmur dan Rp.2.271,- untuk petani desa Banua Tengah. Hasil kedeIai berkisar 0,5-1,0 t/ha, Hasil produksi kedelai relatifrendah karena secara teknis adopsi teknologi belum sempurna. Dengan pengelolaan yang intensif yaitu memperbaiki teknik bercocok tanam dan pencegahan gulma maupun hama penyakit dapat meningkatkan produksi.
- ItemANALISIS POTENSI PELUANG DAN KENDALA UBI-UBIAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI(Balittra, 1995-04) Rosita Galib, BalittraPelestarian swasembada beras bagi Indonesia perlu terus dimantapkan mengingat peningkatan kebutuhan yang semakin besar akibat bertambahnya jumlah penduduk. Kebutuhan beras pada akhir PJPT II diperkirakan akan mencapai 63 juta ton yang disandarkan pada lahan seluas 14 juta ha. Tantangan terhadap pelestarian swasembada beras dengan upaya peningkatan produksi melalui perluasan areal panen pada masa-rnasa mendatang akan semakin berat dan majemuk. Hal ini karena semakin meningkatnya penciutan lahan-Iahan pertanian yang subur di Pulau jawa untuk keperluan pembangunan diluar sektor pertanian (Rosita e/ al, SPP Kalteng, 1994). Dilain pihak besarnya laju pertumbuhan penduduk sulit diimbangi dengan pengadaan/ ketersediaan beras, karena hasil padi perhektar yang sudah dicapai cukup tinggi (7 tJha), sehingga untuk meningkatkan lebih tinggi lagi merupakan pekerjaan yang sulit (Sri Kumalaningsih, 1994).
- ItemANALISIS PRODUKSI PADI VARIETAS UNGGUL DAN VARIETAS LOKAL DI LAHAN PASANG SURUT TIDAK LANGSUNG Kasus Desa Pematang Panjang Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Daerah Tingkat II Banjar(1996) Ardiansyah Zulfikar, Danu Ismadi Saderi, BalittraPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alokasi masukan terhadap produksi padi serta efisiensinya di lahan pasang surut tidak langsung Kalimantan Selatan Penelitian dilakukan pada tah\.Ul1993,denganmernilih desa Perna tang Panjang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Daerah Tingkat II Banjar sebagai desa contoh (sampel) berdasarkan kriteria luas areal tanam padi varietas unggul selain padi varietas lokal. Pengwnpulan data dilakukan dengan metode survei melalui teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan terhadap 30 orang petani contoh yang menanam padi varietas unggul dan 30 orang yang menanam padi varietas lokal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan 6 peubah, yaitu produksi (Y), tenaga kerja dalam keluarga (Xi), tenaga kerja luar keluarga (X2), pupuk Urea (X3), pupuk TSP (X4) dan pestisidalFuradan 3G (Xs). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk padi varietas unggul, hanya rnasukan berupa tenaga kerja luar keluarga, pupuk Urea dan pupuk TSP yang nyata berpengaruh terhadap produksi yang berada pada tahapan skala hasil yang sernakin meningkat. Dari rnasukan yang dialokasikan tersebut, masukan berupa tenaga kerja luar keluarga tidak efisien dan sebaiknya dikurangi, sedangkan pupuk Urea dan TSP belurn efisien, sehingga untuk meningkatkan produksi masukan tersebut perlu ditingkatkan Untuk padi varietas lokal rnasukan yang nyata berpengaruh terhadap produksi hanya tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Karena produksi berada pada tahapan skala hasil yang sernakin berkurang maka untuk padi varietas lokal tenaga kerja luar keluarga yang sudah kelebihan sebaiknya dikurangi, sebaliknya tenaga kerja dalam keluarga yang belurn efisien dan perlu ditingkatkan.
- ItemARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT(IAARD Press, 2014-11) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Arifin FahmiBerdasarkan sifat lahan gambut dan kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan dan pengelolaan untuk pertanian, pengembangan lahan gambut untuk tanaman pangan dan hortikultura diarahkan ke lahan gambut dangkal (tebaI0,5-1 m) sampai gambut sedang (2-3 m), baik yang berkembang maupun telantar. Sementara itu, pemanfaatan lahan gambut untuk pengembangan tanaman perkebunan, khususnya tanaman kelapa sawit dibatasi hanya untuk lahan gambut dangkal dan sedang (tebal < 3 m), sedangkan lahan gambut dalam (tebal > 3 m) diarahkan untuk konservasi dan restorasi dengan penanaman kembali tanaman hutan alami yang adaptif seperti jelutung atau sejenisnya (Permentan No. 14/2009).
- ItemARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN LAHAN RAWA LEBAK(IAARD Press, 2014-08) 1. Dedi Nursyamsi 2. Muhammad Alwi 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Eni Maftuah 6. Izhar Khairullah 7. Isdijanto Ar-Riza 8. Suaidi Raihan 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Ahmadi JumberiPengembangan lahan (land development) disyaratkan untuk mewadahi tiga keadaan masyarakat yaitu, l) masyarakat hegemoni, 2) masyarakat epistemologis, dan 3) masyarakat ekologis. Masyarakat hegemoni, epistemologis, dan ekologis mempunyai perbedaan dasar pendekatan dalam pengembangan. Kalau masyarakat hegemoni mendasarkan pengembangan atas keinginan atau kekuasaan, masyarakat epistemologis mendasarkan pada pengetahuan sebagai pedoman dalam mentransformasi, dan masyarakat ekologis mendasarkan pada asas kesesuaian dengan lingkungan. Pendekatan yang hanya didasarkan kekuasaan (hegemon i) dan pengetahuan (epistemologi), tanpa kesesuaian lingkungan (ekologis) lebih bersifat konstruktif, tetapi tidak adaptif. Namun, apabila pengembangan hanya didasarkan kekuasaan dan lingkungan, tanpa pengetahuan menjadi bersifat adaptif, tetapi tidak konstruktif. Demikian juga kalau hanya berdasarkan kekuasaan dan pengetahuan akan bersifat destruktif, tetapi tidak adaptif.
- ItemARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI LAHAN SULFAT MASAM(IAARD Press, 2014) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaPengembangan lahan (land development) disyaratkan untuk mewadahi tiga keadaan masyarakat, yaitu (I) masyarakat hegemon i, (2) masyarakat epistemologis, dan (3) masyarakat ekologis. Masyarakat hegemoni, epistemologis, dan ekologis mempunyai perbedaan dasar pendekatan dalam pengembangan. Kalau masyarakat hegemoni mendasarkan pengembangan atas keinginan atau kekuasaan, masyarakat epistemologis mendasarkan pada pengetahuan sebagai pedoman dalam mentransformasi, dan masyarakat ekologis mendasarkan pada asas kesesuaian dengan lingkungan. Pendekatan yang hanya didasarkan kekuasaan (hegemoni) dan pengetahuan (epistemologi), tanpa kesesuaian lingkungan (ekologis) lebih bersifat konstruktif, tetapi tidak adaptif. Namun, apabila pengembangan hanya didasarkan kekuasaan dan lingkungan, tanpa pengetahuan, menjadi bersifatadaptif, tetapi tidak konstruktif. Demikian juga kalau hanya berdasarkan kekuasaan dan pengetahuan akan bersifat destruktif, tetapi tidak adaptif.
- ItemArkeologi rawa(Balittra, 2017-09) Masganti... et al; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaIstilah Agmekologi muncul sekitar tahun 1980an, sebagai upaya untuk memadukan antara kegiatan pertanian dengan lingkungannya seiring dengan semakin kuatnya tuntutan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan digagas sebagai respon keprihatin atas laporan Komisi Lingkungan Hidup Sedunia pada tahun 1987 yang menyatakan semakin buruknya lingkungan hidup baik di negara maju (Eropa dan Amerika Serikat) maupun yang sedang berkembang (Asia dan Afrika) akibat kegiatan pembangunan sehingga membuat kekhawatiran akan masa depan manusia di pemukaan bumi ini. Pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai "pembcmgunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang, tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Pesan dari buku Agmekologi Rawa ini adalah untuk memberikan gambaran dan makna caxa-cara pengelolaan pertanian di lahan rawa yang menyeimbangkan antara kepentingan produksi pertanian/perkebunan, termasuk perikanan atau peternakan dengan kepentingan lingkungan sehingga tidak berdampak negatif atau merusak sumberdaya lahan dan lingkungaxmya. Misalnya, pengelolaan lahan gambut yang diperuntukan bagi perkebunan hanya dianjurkan untuk ketebalan gambut < 3 m dan bagi tanaman pangan dianjurkan hanya pada ketebalan gambut < 1 m, kemudian mempunyai lapisan pirit pada kedalaman > 50 cm dan' permukaan tanah, dan tidak berada di atas lapisan pasir kuarsa, serta bukan termasuk daerah intrusi air laut yang kuat. Pada prinsipnya pengelolaan lahan rawa perlu bersifat adaptif (adaptive magenwnt) atau berkemuaian dengan tanaman terpilih yang akan ditanam sehinngga memberikan sumbangan nyata terhadap pendapatan secara ekonomi dalam jangka panjang dengan tetap mempertahankan kelestarian sumber daya lingkungannya.