Lahan Rawa

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 405
  • Item
    TEKNOLOGI AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADI DI LAHAN GAMBUT
    (Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2022) Masganti; Khairil Anwar; Andin Muhammad Abduh
    Beras menjadi komoditas utama karena bersifat strategis, ekonomis, dan politis. Oleh karena itu, produksi padi harus terus digenjot di tengah meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan energi individu serta tekad menjadi lumbung pangan dunia (LPD). Luas lahan gambut Indonesia diperkirakan mencapai 14,93 juta hektare, 10,27 juta hektare sesuai untuk pengembangan pertanian dan 5,90 juta hektare di antaranya sesuai untuk budi daya padi. Pengelolaan lahan gambut untuk budi daya padi harus memperhatikan karakteristik gambut terkait dengan: (a) sifat-sifat fisik seperti tingkat dekomposisi, ketebalan/ kedalaman, bulk density, kering tak balik, laju subsidensi, daya retensi air, porositas, dan lapisan bawah/substratum; (b) sifat-sifat kimia meliputi kemasaman tanah, kejenuhan basa, kadar abu, kapasitas tukar kation, P-tersedia, C-organik, N-total, dan unsur mikro; dan (c) sifat biologis tanah gambut seperti flora dan fauna. Pemanfaatan lahan gambut untuk budi daya padi terkendala di antaranya oleh ketersediaan hara yang rendah, kemasaman tanah yang tinggi, efisiensi pemupukan yang rendah, dan risiko keracunan unsur hara tertentu
  • Item
    PROSPEK PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT
    (Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2022) Izhar Khairullah; Muhammad Alwi
    Lahan rawa pasang surut saat ini dan yang akan datang akan menjadi salah satu sumber pertumbuhan produksi padi, selain lahan irigasi dan tadah hujan. Potensi luasan lahan rawa pasang surut di Indonesia ditaksir sekitar 8,92 juta hektare yang sebagian berpotensi untuk pengembangan pertanian guna mendukung upaya peningkatan produksi pangan nasional pada masa mendatang (Ritung, et al., 2015; BBSDLP, 2018). Produktivitas lahan rawa termasuk rawa pasang surut sangat rendah sehingga kontribusi lahan rawa pasang surut terhadap produksi pangan nasional masih sangat rendah (diperkirakan hanya 5%) dibandingkan dengan tipologi lahan lainnya. Apabila dikelola secara baik, benar, tepat, dan holistik lahan rawa pasang surut dapat berkontribusi nyata terhadap upaya peningkatan produksi pangan nasional. Hampir 90% (1,05 juta hektare) dari total luas lahan rawa pasang surut yang menerapkan sistem budi daya dengan indeks pertanaman (IP) 100 di mana produktivitasnya sekitar 4-5 ton GKG/ha sehingga dapat menyumbang terhadap produksi padi nasional sekitar 4-5 juta ton GKG/tahun (Subagio, et.al., 2016; Noor dan Maftu'ah, 2020)
  • Item
    Pengelolaan Hara dan Tanaman di lahan pasang surut
    (BSIP Lahan Rawa, 2022) Prof. Masganti, MS ey al
    Pertambahan penduduk, peningkatan kebutuhan energi individu, dan tekad Pemerintah Republik Indonesia untuk menjadi lumbung pangan dunia (LPD) pada tahun 2045 mengharuskan Pemerintah Indonesia pada masa mendatang menyediakan jumlah pangan yang lebih banyak. Di sisi lain terjadi ancaman ketersediaan bahan pangan terkait: (1) ketersediaan lahan; (2) penciutan luas lahan garapan; (3) degradasi kesuburan tanah; (4) penurunan jumlah petani dan minat taruna tani; (5) kerusakan infrastruktur pertanian; (6) gangguan berproduksi; (7) tata ruang pertanian; dan (8) penerapan teknologi. Garansi ketersediaan bahan pangan sepanjang tahun harus diperoleh masyarakat untuk menjamin lahirnya generasi tangguh Indonesia. Pulau Jawa yang selama ini memasok sekitar 60% kebutuhan pangan Indonesia, kini mulai mengalami penurunan kapasitas produksi salah satunya akibat laju alih fungsi lahan. Oleh karena itu, orientasi pembangunan pertanian Indonesia harus mampu memanfaatkan lahan suboptimal di luar Pulau Jawa, sekaligus mengembangkan ekonomi wilayah.
  • Item
    TEKNOLOGI INOVATIF DAN STRATEGI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DI LAHAN RAWA
    (Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Eni Maftuah; Maulia Aries Susanti
    Lahan rawa berpotensi sebagai areal pengembangan tanaman bawang merah, namun menghadapi beberapa masalah, baik biofisik lahan maupun sosial ekonomi. Beberapa masalah biofisik lahan antara lain kondisi air yang tidak terkendali, infrastruktur yang masih minim, kesuburan tanah yang rendah, dan tingkat serangan OPT tinggi, sedangkan masalah sosial ekonomi, antara lain ketersediaan benih masih rendah, fluktuasi harga bawang sangat tinggi, permodalan petani rendah dan rantai pasar masih panjang. Tulisan ini menguraikan tentang prospek lahan rawa untuk pengembangan bawang merah, teknologi inovatif peningkatan produktivitas bawang merah di lahan rawa, dan strategi pengembangan birwang merah di lahan rawa Lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D serta lebak dangkal berpotensi untuk dikembangkan sebagai areal pengembangan bawang merah. Teknologi inovatif untuk pengembangan bawang merah di lahan rawa, yaitu persiapan lahan, pernilihan varietas dan bibit, ameliorasi dan pemupukan, tanam, irigasi/penyiraman, pengendalian OPT dan panen. Strategi yang diperlukan untuk pengembangan bawang merah di lahan rawa, antara lain pemilihan lokasi yang tepat, penerapan teknologi budi daya bawang merah secara benar, penumbuhan penangkar benih bawang merah di petani, peningkatan kapasitas petani dan kelembagaan serta penerapan pertanian korporasi.
  • Item
    TEKNOLOGI INOVATIF PENINGKATAN PRODUKTIV ITAS JAGUNG DI LAHAN RAWA PASANG SURUT
    (Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) R. Smith Simatupang; Isri Hayati
    Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan memiliki nilai penting dalam sistem perekonomian nasional. Oleh karena itu, produksi agung nasional terus ditingkatkan agar tercipta swasembada secara berkelanjutan. Upaya khusus peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi adalah mengupayakan untuk meningkatkan produktivitas jagung rata-rata dari 4,68 ton/ha menjadi 5,0 ton/ha bahkan lebih pada lahan eksisting maupun bukaan baru. Ekstensifikasi dilakukan selain pada lahan kering juga dilakukan di lahan rawa pasang surut yang sesuai untuk pengembangan jagung. Lahan rawa pasang surut yang sesuai dan potensial untuk pengembangan tanaman jagung cukup luas. Secara teknis agronomis pengembangan komoditas jagung di lahan rawa pasang surut dapat dilakukan, inovasi teknologi budi daya jagung sudah tersedia dan siap dikembangkan. Pengembangan jagung diarahkan pada lahan rawa pasang surut tipe luapan C dan B, diperkirakan luasnya mencapai 2,57 juta hektar terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Teknologi inovatif di antaranya penyiapan lahan dan pengolahan tanah, ameliorasi dan pemupukan, pengelolaan air, sistem tanam, pemeliharaan tanaman, penggunaan benih bermutu dan varietas