Sumber Daya Lahan Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Sumber Daya Lahan Pertanian by Title
Now showing 1 - 20 of 37
Results Per Page
Sort Options
- ItemCara Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Gambut untuk Pertanian(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim akibat peningkatan emisi (pelepasan) gas rumah kaca (GRK) telah memperlihatkan dampak yang mengkhawatirkan yang antara lain terlihat dari perubahan pola hujan, peningkatan suhu udara, dan naiknya permukaan laut. Hal ini secara langsung mengancam sistem produksi sektor pertanian. Perubahan pola hujan, misalnya, telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan kekeringan, sementara naiknya permukaan laut telah pula menyebabkan semakin luasnya lahan pertanian yang terkena pengaruh salinitas atau kandungan garam tinggi. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menekan emisi GRK nasional dari tingkat BAU (business as usual) sebesar 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan negara lain pada tahun 2020. Untuk itu, berbagai strategi telah disiapkan oleh masing-masing sektor terkait, terutama kehutanan, pertanian, energi, transportasi, dan industri
- ItemCara Pengukuran Stok Karbon di Lahan Gambut : Contoh Perhitungan dan Analisa Perdagangan Karbonnya(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim akibat peningkatan emisi (pelepasan) gas rumah kaca (GRK) telah memperlihatkan dampak yang mengkhawatirkan yang antara lain terlihat dari perubahan pola hujan, peningkatan suhu udara, dan naiknya permukaan laut. Hal ini secara langsung mengancam sistem produksi sektor pertanian. Perubahan pola hujan, misalnya, telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan kekeringan, sementara naiknya permukaan laut telah pula menyebabkan semakin luasnya lahan pertanian yang terkena pengaruh salinitas atau kandungan garam tinggi. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menekan emisi GRK nasional dari tingkat BAU (business as usual) sebesar 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan negara lain pada tahun 2020. Untuk itu, berbagai strategi telah disiapkan oleh masing-masing sektor terkait, terutama kehutanan, pertanian, energi, transportasi, dan industri.
- ItemKajian Cepat Dampak Erupsi Gunung Merapi 2010 Terhadap Sumberdaya Lahan Pertanian dan Inovasi Rehabilitasinya(IAARD Press, 2012) Penyunting: Muhammad Noor; Mamat H.S.; Muhrizal SarwaniBuku ini merupakan hasil kajian cepat (quicks assesment) dampak erupsi Gunung Merapi khususnya pada aspek sumberdaya lahan pertanian, yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi terkini mengenai dampak bencana erupsi Gunung Merapi, menyusun Grand Design pengembangan pertanian berbasis inovasi di wilayah bencana erupsi Gunung Merapi dan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan sumberdaya lahan dan komoditas utama pertanian serta aspek pendukung pertanian lainnya di wilayah bencana erupsi Gunung Merapi. Pelaksanaan kajian cepat ini melalui pendekatan komprehensif dan integratif, melibatkan berbagai komponen dalam sektor pertanian dan keterkaitan dengan sektor lainnya, Inovasi pertanian (teknologi dan kelembagaan) adalah komponen penting dalam upaya rehabilitasi dan pengembangan pertanian jangka pendek dan jangka panjang di wilayah erupsi Gunung Merapi (2011-2015).
- ItemKEBIJAKAN PEMELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH(BPTP Karangploso, 2000) PASANDARAN, Effendi
- Item
- ItemKONSERVASI DAN PENGELOLAAN AIR PADA TANAMAN PANGAN(BPTP Jatim, 2007) ARIFIN, ZaenalAir merupakan faktor kritis tumbuh tanaman sehingga apabila terjadi kekurangan (kekeringan) atau kelebihan (genangan) air pada fase tumbuh dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak normal, menurunkan hasil dan kegagalan panen. Secara umum faktor air sangat mempengaruhi produktivitas, kualitas dan gangguan OPT, sehingga berdampak terhadap gangguan keamanan pangan. Untuk mengatasi kekurangan air maupun kelebihan air agar produktivitas dan produksi tanaman meningkat, diperlukan tindakan kultur teknis yang sesuai, konservasi air dan pengelolaannya. Tindakan konservasi air dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan resapan air serta memelihara kesuburan tanah dengan mengendalikan erosi maupun run off pada saat terjadinya hujan. Konservasi air tidak hanya dilakukan dengan hanya pemanenan hujan dan aliran permukaan saja, tetapi juga bagaimana teknik penataan tanaman dalam satu kesatuan pola tanam secara baik disertai pengelolaan lahan yang tepat sehingga wilayah bagian hulu sampai wilayah hilir dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) mempunyai fungsi hidrologi yang cukup baik
- ItemLahan Gambut Indonesia: Pembentukan, Karakteristik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan(IAARD Press, 2014) Agus, Fahmuddin; Anda, Markus; Jamil, Ali; Masganti
- ItemMemanen Air dengan Embung(Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, 2018) Kementerian Pertanian, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian; Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian
- ItemMengelola Lahan Kering Terdegradasi Menjadi Lahan Pertanian Yang Lebih Produktif(IAARD Press, 2013) Sutono, S.Pertanian lahan kering umumnya memanfaatkan tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah atau marginal dan mempunyai kelerengan datar sampai curam, serta jenis tanah Ultisols dan Oxisols. Kedua jenis tanah tersebut di Indonesia menempati luas lahan sekitar 47,5-51,0 juta ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Jawa. Lahan tersebut dikategorikan mempunyai sifat fisika tanah yang baik, namun tergolong peka terhadap erosi dan produktivitasnya sesungguhnya lebih rendah dari potensinya, sehingga diperlukan tindakan revitalisasi untuk meningkatkan produktivitasnya. Secara ringkas buku ini menjelaskan penyebab terjadinya penurunan produktivitas lahan dan memberikan alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk memulihkan kualitas lahan dimaksud serta dilengkapi dengan perencanaan usaha tani pada lahan kering terdegradasi.
- ItemMetode Penilaian Adaptasi dan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Editor: Fahmuddin AgusSejalan dengan semakin meningkatnya dampak perubahan iklim, maka adaptasi menjadi suatu keharusan untuk sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim. Sejalan dengan itu, walaupun sektor pertanian bukan penyumbang emisi yang besar, namun mitigasi sebagai salah satu keuntungan tambahan (co-benefit) dari adaptasi, perlu diperhitungkan. Untuk itu kemampuan untuk melakukan inventarisasi gas rumah kaca (GRK) pada sektor pertanian perlu dikembangkan pada tingkat nasional dan tingkat provinsi serta kabupaten. Petunjuk teknis “Metode penilaian adaptasi dan inventarisasi gas rumah kaca sektor pertanian” ditujukan untuk praktisi di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten dalam menilai keberhasilan usaha adaptasi dan nilai tambah (co-benefit) adaptasi, yang antara lain adalah berupa penurunan emisi GRK. Petunjuk teknis ini juga dapat dijadikan referensi dalam perkuliahan terkait emisi gas rumah kaca pada sektor pertanian.
- ItemMonograf Pertanian Lahan Kering di Kalimantan Selatan(BPTP KalSel, 2002-12) Noorginayuwati; Arif Darmawan; Hj. Raihani Wahdah; BPTP KalSelMonograf ini disusun untuk memenuhi kegiatan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisifatif / PAATP Wilayah Kalimantan Selatan T.A. 2002......
- ItemPanduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2014) Andy, Widhya; Kurnia, Iman; Setiabudi, sukanto; Hikmawati, Mega Yuni; Ratnawati, KartikaPosisi lahan gambut di sektor pertanian semakin penting dan strategis, mengingat lahan-lahan subur bertanah mineral yang selama ini diandalkan untuk usahatani semakin terbatas. Kondisi ini memaksa pembangunan pertanian menggunakan lahan suboptimal, termasuk lahan gambut terdegradasi. Di Indonesia sekitar 2,2-3,0 juta ha lahan gambut telah digunakan untuk pertanian. Di satu sisi, penggunaan lahan gambut berkontribusi terhadap pembangunan nasional, terutama di sektor pertanian. Di sisi lain, pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian berhadapan dengan isu pelestarian lingkungan, terutama dalam kaitannya dengan emisi gas rumah kaca. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) menjawab berbagai tantangan yang berkaitan dengan pengelolaan lahan gambut terdegradasi secara berkelanjutan.
- ItemPanduan pengelolaan sumberdaya lahan kering di Jawa Barat(BPTP Jawa Barat, 2012-10-12) Sujitno, Enjang; Hanafiah, Ahmad; Fahmi, Taemi; BPTP Jawa Barat
- ItemPedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan(Departemen Pertanian, 2006) Departemen Pertanian; Departemen Pertanian
- ItemPengelolaan Lahan Berkarakter Khusus(IAARD Press, 2021-07-01) Sukarman; Las, Irsal; Noor, Muhammad; Tafakresnanto, Chendy; Balitbangtan
- ItemPengembangan wilayah komoditas pertanian kec. Pengasih dan kec.Sentolo Kulonprogo, Daerah Istimewaq Yogyakarta(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2006-10) Badan Litbang Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
- ItemPERTUMBUHAN DAN MUTU SPINAS HASIL PERTANIAN ORGANIK DI WILAYAH PERURBAN(PSE, 2002) YUNIARTI; Al.Budiono; Pudji Santoso
- ItemPetunjuk teknis Grand Design Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Padi pada lahan sawah tadah hujan berlereng di Rancakalong, Sumedang(BPTP Jawa Barat, 2015-12-10) Sutrisna, Nana; Surdianto, Yanto; Sadikin, Ikin; BPTP Jawa Barat
- ItemPetunjuk Teknis Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Strategis Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2016) Wahyunto; Hikmatullah; Suryani, Erna; Tafakresnanto, Chendy; Ritung, Sofyan; Mulyani, Anny; Sukarman; Nugroho, Kusumo; Sulaeman, Yiyi; Apriana, Yayan; Suciantini; Pramudia, Aris; Suparto; Subandiono, Rudi Eko; Sutriadi, Teddy; Nursyamsi, DediTersedianya data dan informasi sumberdaya lahan/tanah yang lengkap sangat diperlukan untuk menunjang program pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Data tersebut diperoleh melalui kegiatan survei dan pemetaan tanah. Data informasi sumberdaya lahan hasil survei dan pemetaan tanah berupa peta tanah dan deskripsi sifat-sifat tanahnya, perlu diinterpretasi agar mudah dimengerti untuk keperluan pengembangan komoditas pertanian melalui kegiatan evaluasi dan penilaian kesesuaian lahan. Untuk tujuan evaluasi lahan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian menyusun Buku Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian yang diterbitkan tahun 2013. Buku Petunjuk Teknis Pedoman Penilaian Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian Strategis ini disusun mengacu kepada Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian versi revisi tahun 2013, dirancang untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan tingkat semi detil (skala 1:50.000). Pedoman budidaya yang baik untuk tanaman Kelapa Sawit (Permentan No. 313/Permentan/OT. 140/12/ 2013),Kakao (Permentan No. 48/Permentan/OT.140/4/2014) dan Tebu (Permentan No.53/Permentan/KB.110/10/2015) juga digunakan sebagai acuan dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman tersebut.
- ItemPetunjuk Teknis Penanganan Lahan Relokasi Pengungsi Sinabung di Siosar, Kabupaten Karo, Sumatera Utara(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Sukarman; Suryani, Erna; Dariah, Ai; Anda, Markus; Pratiwi, Etty; Nurida, Neneng L.; Sutono; Erfandi, Dedi; Kasno, A.; Las, IrsalSehubungan dengan permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara melalui surat tertanggal 6 Oktober 2015 perihal Penanganan Lahan Relokasi untuk Pengungsi Sinabung di Siosar, Kabupaten Karo kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, maka telah dilakukan kajian di lahan relokasi tersebut. Lahan relokasi merupakan bekas hutan pinus yang menyisakan banyak permasalahan, yaitu: 1) pencabutan tunggul pohon pinus, 2) masalah alelopati, dan 3) pemilihan komoditas. Disamping itu, permasalahan lain yang ditemukan di lapang adalah: lahan berlereng (5-15%), dan tanah masam serta kesuburan rendah.