Sumber Daya Lahan Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Sumber Daya Lahan Pertanian by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 32
Results Per Page
Sort Options
- ItemTerms Of Reference Klasifikasi Kesesuaian Lahan(Pusat Penelitian Tanah, 1983) Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah
- ItemTerms of Reference Kerangka Tata Ruang Pertanian(Pusat Penelitian Tanah, 1983) Staf Pusat Penelitian Tanah; Staf Puslitbang Tanaman Pangan; Staf Puslit Agroekonomi; Konsultan P3MT
- ItemSistem pertanian dan komoditas unggulan pada zona Agroekologi di Kabupaten tanah laut dan Kota Baru(BPTP KAlimantan Selatan, 2000-03) SADERI, DANU ISMADI; FAHRUDI, Imansyah; BPTP Kalimantan Selatan
- ItemSistem pertanian dan komoditas Unggulan pada Zona Agro Ekologi di Kabupaten Barito Kuala (KALIMANTAN SELATAN)(BPTP KAlimantan Selatan, 2000-11) FAHRUDI; DANU ISMADI, SADERI; BPTP Kalimantan Selatan
- ItemTeknologi Tanam Legowo 4:1 Pada Padi Sawah(2001-12) ErythrinaJarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi usahatani padi sawah. Jarak tanam yang lebih rapat akan meningkatkan biaya tanam dan tanaman mudah rebah. Sebaliknya, jarak tanam yang lebih lebar akan menurunkan produksi karena berkurangnya populasi tanaman.
- ItemMonograf Pertanian Lahan Kering di Kalimantan Selatan(BPTP KalSel, 2002-12) Noorginayuwati; Arif Darmawan; Hj. Raihani Wahdah; BPTP KalSelMonograf ini disusun untuk memenuhi kegiatan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisifatif / PAATP Wilayah Kalimantan Selatan T.A. 2002......
- ItemPedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan(Departemen Pertanian, 2006) Departemen Pertanian; Departemen Pertanian
- ItemPengembangan wilayah komoditas pertanian kec. Pengasih dan kec.Sentolo Kulonprogo, Daerah Istimewaq Yogyakarta(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2006-10) Badan Litbang Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
- ItemPolicy Brief Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim yang telah dan akan terus terjadi akan sangat mengancam pembangunan sekor pertanian, apalagi jika tidak dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi. Dampak negatif perubahan iklim jauh lebih besar daripada dampak positifnya dan tidak bisa ditunda-tunda. Oleh sebab itu, bagi sektor pertanian upaya adaptasi menjadi prioritas utama yang harus dilakukan, terutama dalam upaya menyelamatkan dan mengamankan ketahanan pangan nasional serta berbagai sasaran pembangunan pertanian lainnya, sebagaimana termaktub pada empat sukses pembangunan pertanian. Namun demikian, selain mendukung untuk komitmen internasional dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), upaya mitigasi pada sektor pertanian juga sangat diperlukan yang sekaligus juga untuk mendukung efektivitas upaya adaptasi. Pada sektor pertanian, lahan pertanian di lahan gambut merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK) yang sangat menonjol. Oleh sebab itu pengelolaan lahan gambut menjadi sangat strategis dan potensial dalam menurunan emisi GRK pada sektor pertanian
- ItemCara Pengukuran Stok Karbon di Lahan Gambut : Contoh Perhitungan dan Analisa Perdagangan Karbonnya(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim akibat peningkatan emisi (pelepasan) gas rumah kaca (GRK) telah memperlihatkan dampak yang mengkhawatirkan yang antara lain terlihat dari perubahan pola hujan, peningkatan suhu udara, dan naiknya permukaan laut. Hal ini secara langsung mengancam sistem produksi sektor pertanian. Perubahan pola hujan, misalnya, telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan kekeringan, sementara naiknya permukaan laut telah pula menyebabkan semakin luasnya lahan pertanian yang terkena pengaruh salinitas atau kandungan garam tinggi. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menekan emisi GRK nasional dari tingkat BAU (business as usual) sebesar 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan negara lain pada tahun 2020. Untuk itu, berbagai strategi telah disiapkan oleh masing-masing sektor terkait, terutama kehutanan, pertanian, energi, transportasi, dan industri.
- ItemCara Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Gambut untuk Pertanian(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim akibat peningkatan emisi (pelepasan) gas rumah kaca (GRK) telah memperlihatkan dampak yang mengkhawatirkan yang antara lain terlihat dari perubahan pola hujan, peningkatan suhu udara, dan naiknya permukaan laut. Hal ini secara langsung mengancam sistem produksi sektor pertanian. Perubahan pola hujan, misalnya, telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan kekeringan, sementara naiknya permukaan laut telah pula menyebabkan semakin luasnya lahan pertanian yang terkena pengaruh salinitas atau kandungan garam tinggi. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menekan emisi GRK nasional dari tingkat BAU (business as usual) sebesar 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan negara lain pada tahun 2020. Untuk itu, berbagai strategi telah disiapkan oleh masing-masing sektor terkait, terutama kehutanan, pertanian, energi, transportasi, dan industri
- ItemProfil ICCTF di Kalimantan Tengah : Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan(BPTP Kalimantan Tengah, 2012) Firmansyah, M. Anang; Mokhtar, M. Saleh; BPTP Kalimantan TengahPenempatan kegiatan ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) salah satunya di Provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya di Desa Jabiren, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau merupakan anugerah yang besar, karena adanya kegiatan tersebut maka BPTP Kalimantan Tengah diberi kesempatan untuk memiliki pengalaman mengelola demplot seluas lima hektar dan berkesempatan mendapatkan peningkatkatan transfer ilmu dan teknologi terbaru.
- ItemKajian Cepat Dampak Erupsi Gunung Merapi 2010 Terhadap Sumberdaya Lahan Pertanian dan Inovasi Rehabilitasinya(IAARD Press, 2012) Penyunting: Muhammad Noor; Mamat H.S.; Muhrizal SarwaniBuku ini merupakan hasil kajian cepat (quicks assesment) dampak erupsi Gunung Merapi khususnya pada aspek sumberdaya lahan pertanian, yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi terkini mengenai dampak bencana erupsi Gunung Merapi, menyusun Grand Design pengembangan pertanian berbasis inovasi di wilayah bencana erupsi Gunung Merapi dan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan sumberdaya lahan dan komoditas utama pertanian serta aspek pendukung pertanian lainnya di wilayah bencana erupsi Gunung Merapi. Pelaksanaan kajian cepat ini melalui pendekatan komprehensif dan integratif, melibatkan berbagai komponen dalam sektor pertanian dan keterkaitan dengan sektor lainnya, Inovasi pertanian (teknologi dan kelembagaan) adalah komponen penting dalam upaya rehabilitasi dan pengembangan pertanian jangka pendek dan jangka panjang di wilayah erupsi Gunung Merapi (2011-2015).
- ItemPanduan pengelolaan sumberdaya lahan kering di Jawa Barat(BPTP Jawa Barat, 2012-10-12) Sujitno, Enjang; Hanafiah, Ahmad; Fahmi, Taemi; BPTP Jawa Barat
- ItemSistem Pengelolaan Tanah Pada Lahan Kering Beriklim Kering(IAARD Press, 2013) Dariah, Ai; Subiksa, I.G.M.; SutonoLahan kering beriklim kering merupakan agroekosistem yang mempunyai arti penting dalam pembangunan pertanian. Dengan proporsi luasan < 10% dari total luas lahan kering di Indonesia, lahan kering beriklim kering (LKIK) di NTT telah mampu berkontribusi dalam menghasilkan produk pangan utama. Provinsi NTT menempati peringkat ke enam pada tingkat nasional sebagai penghasil jagung. Peluang peningkatan produksi masih terbuka, karena rata-rata produktivitas aktual yang dicapai masih jauh di bawah potensinya. Optimalisasi LKIK dilakukan dengan menanggulangi faktor pembatas utama, yaitu penyediaan air, namun aspek lainnya seperti konservasi tanah, pengelolaan hara, dan pemulihan kualitas tanah juga harus diprioritaskan. Buku ini menguraikan karakteristik, potensi, dan kendala LKIK untuk pengembangan pertanian. Pokok bahasan meliputi aspek inovasi teknologi dan rekomendasi teknologi pengelolaan tanah. Penyusunan rekomendasi teknologi pengelolaan tanah didasarkan pada data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan penelitian Sistem Pengelolaan Tanah untuk Mendukung Sistem Pertanian Terpadu LKIK di Nusa Tenggara. Buku ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam pengembangan sistem pertanian pada LKIK, khususnya dalam aspek pengelolaan tanah.
- ItemMengelola Lahan Kering Terdegradasi Menjadi Lahan Pertanian Yang Lebih Produktif(IAARD Press, 2013) Sutono, S.Pertanian lahan kering umumnya memanfaatkan tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah atau marginal dan mempunyai kelerengan datar sampai curam, serta jenis tanah Ultisols dan Oxisols. Kedua jenis tanah tersebut di Indonesia menempati luas lahan sekitar 47,5-51,0 juta ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Jawa. Lahan tersebut dikategorikan mempunyai sifat fisika tanah yang baik, namun tergolong peka terhadap erosi dan produktivitasnya sesungguhnya lebih rendah dari potensinya, sehingga diperlukan tindakan revitalisasi untuk meningkatkan produktivitasnya. Secara ringkas buku ini menjelaskan penyebab terjadinya penurunan produktivitas lahan dan memberikan alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk memulihkan kualitas lahan dimaksud serta dilengkapi dengan perencanaan usaha tani pada lahan kering terdegradasi.
- ItemProseding woekshop pendampingan kawasan rumah pangan lestari Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, 24-25 Juni 2013(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2013-08) Gunawan; Indri Werdani, Wiendarti; Martini, Tri
- ItemLahan Gambut Indonesia: Pembentukan, Karakteristik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan(IAARD Press, 2014) Agus, Fahmuddin; Anda, Markus; Jamil, Ali; Masganti
- ItemRoad Map Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2014) Las, Irsal; Agus, Fahmuddin; Nursyamsi, Dedi; Husen, Edi; Sutriadi, Teddy; Wiratno; Syahbuddin, Haris; Jamil, Ali; Ritung, Sofyan; Mulyani, Anny; Hendrayana, Rahmat; Dariah, Ai; Suryani, Erna; Sulaeman, Yiyi; Nurida, Neneng L.; Rejekiningrum, PopiEksistensi lahan kering di Indonesia memiliki peran strategis mendukung pembangunan menuju pertanian bioindustri berkelanjutan. Peran strategis lahan kering tersebut ditunjukkan antara lain oleh potensi areal yang luas, adanya peluang untuk meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan komoditas komersial (perkebunan, hortikultura dan peternakan), dapat mengkompensasi produksi pertanian karena lahannya terdegradasi, dan karena konversi lahan. "Road Map Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Mendukung Pertanian Bioindustri Berkelanjutan" disusun untuk memberikan arahan secara koseptual dan komprehensif berlandaskan tag line Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian "Science. Innovation. Networks", serta memuat bahasan antara lain: (1) potensi, karakteristik dan permasalahan lahan kering; (2) state of the art pengembangan IPTEK lahan kering; (3) arah, strategi, dan road map penelitian dan pengembangan lahan kering; dan (4) konsep dan strategi pengembangan lahan kering untuk mendukung pembangunan pertanian bioindustri berkelanjutan.
- ItemPanduan Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2014) Andy, Widhya; Kurnia, Iman; Setiabudi, sukanto; Hikmawati, Mega Yuni; Ratnawati, KartikaPosisi lahan gambut di sektor pertanian semakin penting dan strategis, mengingat lahan-lahan subur bertanah mineral yang selama ini diandalkan untuk usahatani semakin terbatas. Kondisi ini memaksa pembangunan pertanian menggunakan lahan suboptimal, termasuk lahan gambut terdegradasi. Di Indonesia sekitar 2,2-3,0 juta ha lahan gambut telah digunakan untuk pertanian. Di satu sisi, penggunaan lahan gambut berkontribusi terhadap pembangunan nasional, terutama di sektor pertanian. Di sisi lain, pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian berhadapan dengan isu pelestarian lingkungan, terutama dalam kaitannya dengan emisi gas rumah kaca. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) menjawab berbagai tantangan yang berkaitan dengan pengelolaan lahan gambut terdegradasi secara berkelanjutan.