Buletin Agroinfotek
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Agroinfotek by Title
Now showing 1 - 20 of 36
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI RAWIT DI KABUPATEN DAN KOTA SORONG(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui keadaan petani cabai Rawit; (2) Keadaan Usahatani Cabai rawit; (3) Pendapatan Petani Cabai, dan (4) Kelayakan usahatani Cabai Rawit di kabupaten dan kota Sorong provinsi Papua Barat. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2017, bertempat di Kabupaten dan kota sorong tepatnya Kelurahan Klamano, Distrik Sorong Timur, kelurahan Klablim, distrik Klaurung kota Sorong, SP.4, dan SP.5 Distrk Mariat kabupaten Sorong. Penelitian ini menggunakan metode survei dan Studi kasus. Penetapan lokasi dilakukan secara sengaja, Penentuan sampel berdasarkan metode acak sederhana sebanyak 30 KK petani cabai. Data primer diperoleh secara langsung dari petani cabai, dan petugas lapangan, melalui wawancara terstruktur, FGD, dan indef interviuw. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua dilakukan analiss deskripti, untuk menjawab tujuan ketiga dilakukan analisis pendapatan, dan untuk menjawab tujuan ke empat dilakukan analisis kelayakan usaha. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa petani cabai berada pada usia produktif, tingkat pendidikan masih rendah, namun memiliki pengalaman usaha yang cukup baanyak. Keadaan usahatani cabai pada umumnya di tanam pada lahan kering, sering kegagalan karena musim, tingkat produksi masih rendah, namun peneraapan teknologinya sudah relatif lebih maju dari petani komoditas lainnya. Kegiatan usaha tani cabai oleh petani di kabupaten dan kota Sorong menguntungkan dan layak dikembangkan. Namun memiliki tingkat resiko yang tinggi, terutama kerentanan yang tinggi terhadap pluktuasi iklim dan dukungan imprastruktur yang belum memadai. Disarankan perlu adanya teknologi waktu tanam yang tepat, dari aspek teknis maupun strategi pasar, BPTP Papua Barat perlu melakukan pengkajian mengenai waktu tanam Cabai Rawit yang tepat. Perlu dukungan pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan inprastruktur dalam mendukung pengembangan cabai Rawit di Kab dan kota Sorong. Perlu adanya/peningkatan program Extensifikasi dan Intensifikasi Cabai Rawit di Kabupaten dan Kota Sorong.
- ItemANALISIS PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Subiadi; Rauf, Abdul W.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang produksinya dari tahun ke tahun terus menurun sementara konsumsinya di Indonesia terus meningkat sehingga harus dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, diperlukan adanya serangkaian kebijakan yang dirumuskan berdasarkan analisis yang komprehensif terhadap sistem produksi kedelai dengan menggunakan simulasi dinamika sistem berdasarkan data historis dari tahun 2004-2012. Model simulasi peningkatan produksi kedelai di Provinsi Papua Barat bertujuan untuk membuat skenario kebijakan peningkatan produksi kedelai di Papua Barat. Skenario kebijakan yang digunakan yaitu 1) peningkatan produktivitas yang semula 1,03 ton/ha menjadi 1,7 ton/ha, dengan tambahan biaya produksi Rp. 1.075.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, 2) mengurangi kehilangan hasil pada saat panen (biji tercecer) yang semula 2,5% menurun menjadi 2,25%, dengan tambahan biaya produksi Rp. 625.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, 3) meningkatkan persentase luas panen yang semula 90% menjadi 95%, dengan tambahan biaya produksi Rp. 500.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, 4) meningkatkan luas tanam yang semula 10% menjadi 77%, dengan tambahan biaya produksi Rp. 800.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan, dan 5) skenario gabungan dengan tambahan biaya produksi Rp. 1.675.000,- per hektar dari biaya produksi tanpa skenario kebijakan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa semua skenario layak untuk diterapkan dengan nilai R/C ratio > 1. Namun untuk pencapaian target produksi > 7.000 ton/tahun, maka skenario kebijakan gabungan yang harus diterapkan. Sedangkan dari segi kelayakan usahatani, maka skenario 1 dan skenario gabungan yang paling menguntungkan.
- ItemFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING PERTANIAN PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Hidayat, Galih W.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPotensi sumberdaya lahan di Papua Barat sangatlah besar untuk kegiatan pembangunan pertanian. Daya saing pertanian menjadi kunci untuk percepatan pembangunan pertanian, karena daerah yang memiliki daya saing pertanian yang bagus akan mampu menumbuhkembangkan setiap aspek usahatani dalam rangka optimalisasi sumberdaya lahan guna meningkatkan kesejahteraan petani secara berkelanjutan. Untuk meningkatkan daya saing pertanian diperlukan berbagai upaya dan kebijakan dari stakeholder guna meningkatkan pengaruh dari beberapa faktor yang menjadi titik ungkit dari pembangunan pertanian. Kerjasama dan koordinasi antara stakeholder dalam menjalankan setiap kebijakan menjadi kunci utama dalam keberhasilan meningkatkan daya saing pertanian. Berdasarkan hasil analisis PPA diketahui bahwa lima faktor yang mempengaruhi dan dapat menjadi titik ungkit peningkatan daya saing pertanian adalah sebagai berikut : a). Tingkat kepadatan penduduk, b). Rata-rata penguasaan lahan pertanian, c). Kapasitas lembaga pengembangan pertanian, d). Tingkat intensifikasi pertanian, e). Tingkat ketersediaan alsin olah tanah. Masing-masing dari faktor tersebut memiliki pengaruh yang kuat karena kompleksitas permasalahan sendiri-sendiri sehingga opsi kebijakan yang dapat diambil juga berbeda. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan dalam merumuskan kebijakan, strategi dan terobosan guna meningkatkan daya saing produk pertanian baik jangka pendek maupun jangka panjang.
- ItemIMPLEMENTASI DISEMINASI MULTI CHANNEL PADA MASYARAKAT PETANI KAKAO DI KABUPATEN MANOKWARI - PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKakao merupakan komoditas perkebunan yang prospektif di Papua Barat. Sayangnya pengembangan kakao rakyat belum ditangani secara baik, penerapan teknologi masih rendah, yang menyebabkan rendahnya produktivitas. Pengkajian ini bertujuan untuk: 1) Mempercepat penyebaran dan adopsi teknologi produksi kakao baik inovasi teknis maupun kelembagaan; 2) Meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dari usahatani kakao; dan 3) Merancang implementasi Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Pengkajian ini dilaksanakan mulai bulan januari sampai Desember tahun 2012. Lokasi ditentukan secara sengaja di Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari. Menggunakan pendekatan multi metode, survai onfarm, pertemuan dan pelatihan. Menggunakan analisis deskriptif, respon petani, dan analisis before after. Hasil kajian menunjukkan bahwa melalu pengkajian diseminasi Multi Channel pada masyarakat petani kakao, telah terjadi peningkatan produktivitas kakao, peningkatan respon petani terhadap implementasi teknologi kakao, dan telah dirintis dasar-dasar untuk mengimplementasikan Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Pada aspek penguatan kelembagaan telah terbentuk organisasi kelompok tani dan gapoktan, dimana kinerja organisasi tersebut sejalan dengan kelembagaan yang telah terbangun pada masyarakat lokal. Kegiatan pengkajian ini masih perlu dilanjutkan dengan menitik beratkan pada penguatan pembinaan petani dengan mengimplementasikan SDMC. Untuk itu diperlukan penguatan substansi teknologi, kelembagaan petani, dan koordinasi untuk meningkatkan dukungan stakeholders terhadap pelaksanaan SDMC.
- ItemIMPLEMENTASI PROGRAM PUAP DI PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Sutisna, Entis; Halijah; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratProgram PUAP yang telah diimplementasikan di 33 provinsi sejak tahun 2008, nampaknya akan segera berakhir. Pada tahun 2016 akan dilanjutkan dengan pengembangan LKM-A. Di Provinsi Papua Barat selama 8 tahun berjalan, program tersebut telah berhasil merekrut 995 gapoktan PUAP dengan jumlah dana yang tersalurkan sebanyak 99,5 miliar. Namun demikian program ini belum mampu menciptakan LKM-A secara optimal (hanya 13% LKM-A) dari jumlah gapoktan yang telah terbentuk. Permasalahan yang tercatat selama pelaksanaan program PUAP di Papua Barat antara lain; Rendahnya tingkat koordinasi, lemahnya kinerja PMT dan PP, dan kurangnya kompetensi pengurus gapoktan dalam mengelola organisasi dan keuangan dana gapoktan.
- ItemKAJIAN ADAPTASI 5 VARIETAS UNGGUL BARU DAN 2 KLON HARAPAN KENTANG MENDUKUNG KELEMBAGAAN PERBENIHAN KENTANG DI KABUPATEN JAYAWIJAYA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2018) Wamaer, Demas; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPengkajian ini bertujuan untuk memperoleh beberapa VUB kentang yang adaptif untuk dikembangkan di daerah dataran tinggi sentra produksi kentang di Provinsi Papua. Beberapa VUB kentang tersebut diharapkan dapat mendukung kelembagaan perbenihan terutama di tingkat penangkar benih kentang. Pengkajian dilaksanakan dalam MT II (Okmar) tahun 2012 di kampung Woma dan Hubikosi, Jayawijaya, menggunakan rancangan acak lengkap, data agronomis yang dikumpulkan dianalisis secara statistik, sedangkan data sosial ekonomi dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa kelima varietas/galur yang diuji antara lain: Mergahayu, Kikondo, Cipanas, Tenggo dan Merbabu 17 mampu tumbuh dengan persentase tumbuh yang tinggi antara 81-98%, sedangkan klon GM-05 dan klon GM-08 belum mampu beradaptasi. Varietas Mergahayu menghasilkan pertumbuhan vegetatif nyata lebih baik dibandingkan keempat varietas/klon yang lain. Varietas Cipanas menghasilkan jumlah umbi 6,87/rumpun dengan bobot umbi 467,89 g/rumpun dan potensi produksi 41,93 t/ha, dengan peningkatan produksi sekitar 35% dibandingkan varietas Tenggo dan 55% dibandingkan varietas Merbabu 17.
- ItemKAJIAN SISTEM INTEGRASI PADI-ITIK PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DENGAN DUKUNGAN SUMBER DAYA LOKAL DI PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Alimuddin; Sipi, Surianto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratTujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan paket teknologi integrasi spesifik lokasi berbasis sumber daya lokal dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini dilaksanakan di Distrik Masni, Kabupaten Manokwari, Papua Barat pada bulan Maret sampai November 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya dukung sumber daya alam Papua Barat sangat baik untuk penerapan sistem usaha tani integrasi padi-itik. Hasil tanaman padi yaitu 3,4 ton/ha, sementara persentase hasil telur itik tertinggi yaitu 92,1 % pada bulan juli. Komposisi pakan yang menggunakan sumberdaya lokal yaitu singkong, dedak padi dan keong mas mampu meningkatkan kemampuan bertelur ternak itik. Pendapatan petani (Pola Petani) adalah Rp. 6.035.000, dengan nilai R/C 2,4 dan nilai B/C 1,4 sedangkan pendapatan Pola Integrasi sebesar Rp. 11.625.000 untuk tanaman padi dengan nilai analisis rasio R/C 3,5 dan B/C 2,5. Tambahan hasil dari ternak itik sebesar Rp. 5.375.000 dengan nilai rasio R/C 1,6 dan B/C 0,6. Sedangkan nilai MBCR = 2,2 sehingga tingkat kelayakan introduksi tergolong baik dan menguntungkan bagi petani. Sementara hasil perhitungan imbalan kerja petani mencapai (IK) Rp. 141.667/HOK.
- ItemKERAGAAN PAKET INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN PADA KEGIATAN GELAR TEKNOLOGI PADI SAWAH DI DISTRIK ORANSBARI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Ruyadi, Ida; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratTujuan kegiatan gelar teknologi padi sawah adalah untuk menunjukkan atau menggelar berbagai paket teknologi yang telah dihasilkan BPTP Papua Barat untuk dibandingkan dengan teknologi yang ada pada petani. Kegiatan ini lebih mengarah kepada promosi paket teknologi yang diyakini lebih baik dari pada teknologi yang diterapkan petani. Paket teknologi yang diimplementasikan adalah paket teknologi dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Kegiatan gelar teknologi padi sawah dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2016 di Kampung Sindang Jaya Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat dengan melibatkan 10 petani kooperator, peneliti, teknisi, penyuluh pendamping, dan POPT. Pelaksanaannya dilakukan secara intensif mulai dari perencanaan dan penetapan teknologi serta evaluasi kegiatan agar adopsi teknologi yang komprehensif, berorientasi agribisnis dan berkelanjutan dapat dicapai. Paket informasi teknologi yang digelar adalah : (1) Penggunaan benih bersertifikat, 2) Penerapan sistem tanam jajar legowo/Jarwo 4:1, (3) Penerapan pemupukan berimbang, (4) Penggunaan alat panen mini combine harvester. Berdasarkan hasil ubinan panen padi sawah pada kegiatan gelar teknologi padi sawah pada areal seluas 10 Ha diperoleh hasil sebesar 6,2 ton/Ha GKP, sementara cara petani hanya menghasilkan 2,3 ton/Ha. GKP. Dari sisi produksi telah terjadi peningkatan 2,4 – 4,2 ton/Ha GKG, kemudian adanya efisiensi dalah hal penggunaan benih padi sebanyak 15 Kg/Ha juga penggunaan pupuk UREA sebanyak 30 Kg/Ha.
- ItemKERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PTT DI KABUPATEN SORONG PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Sutisna, Entis; Sinaga, Apresus; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratTujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi analisis usahatani dan kelayakan usahatani padi sawah setelah mengadopsi komponen teknologi PTT. Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Januari-Desember 2012 dengan lokasi di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah lokasi tersebut menyelenggarakan kegiatan PTT sejak tahun 2010 dan sentra produksi padi di Kabuapaten Sorong. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil pengkajian menunjukkan terdapat peningkatan hasil sebesar 37,2% produksi padi petani PTT terhadap petani non-PTT. Secara ekonomi usahatani petani dengan menerapkan teknologi PTT layak dikembangkan karena R/C rasio > 1 serta angka marginal B/C dari perubahan teknologi tersebut sebesar 2,44.
- ItemKORELASI DAN PENGELOMPOKAN ANTAR KOMPONEN PADI VARIETAS INPARI DI SORONG SELATAN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Sinaga, Apresus; Cahyono, Tri; Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPengkajian bertujuan untuk memperoleh informasi pola hubungan antarkarakter komponen tanaman dari nilai korelasi dan derajat kemiripan antar varietas varietas inpari 7, inpari 10, inpari 11 dan inpari 13. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Sorong Selatan pada MT I bulan Januari-Desember 2012. Penelitian menggunakan lahan seluas 1 ha. Komponen pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, dan jumlah anakan sedangkan komponen hasil yang diamati adalah panjang malai, gabah isis, gabah hampa dan hasil gabah per hektar (ton). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diestimasi nilai koefisien korelasi dan dilihat derajat kemiripan satu sama lain dan beda jauh (tidak sama) 4 varietas padi varetas inpari menggunakan analisis Hierarki Cluster dan dibentuk 3 kelompok (cluster). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh berbeda nyata dan berkorelasi positif jumlah gabah isi terhadap produksi (r=0,95) dan tingkat koefisien kemiripan antara varietas inpari 7, 10, 11 dan inpari 13 terdapat keragaman yang dekat dengan nilai berkisar antara 0-25.
- ItemKORELASI TINGKAT SERANGAN PENGGEREK BATANG JAGUNG DENGAN PENYAKIT BUSUK BATANG PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKajian lapang dilaksanakan untuk melihat korelasi antara tingkat serangan penggerek batang jagung dengan tingkat serangan penyakit busuk batang pada tanaman jagung Jagung hibrida Pioneer 21 ditanam pada lahan seluas 1000 m² dengan jarak tanam 80 x 20 cm. Lahan dibagi menjadi 36 petak yang berukuran 3,2 x 2,6 m yang terdiri dari 70 tanaman per petak. Pengamatan jumlah tanaman yang terserang penggerek batang jagung dan penyakit busuk batang dilakukan satu minggu sebelum panen. Serangan penggerek batang jagung berkorelasi positif dengan serangan penyakit busuk batang pada tanaman jagung. Rata-rata tingkat serangan penggerek batang jagung sebesar 64,05% dengan tingkat serangan terendah sebesar 38,57% dan tertinggi 78,57%. Rata-rata tingkat serangan penyakit busuk batang sebesar 13,69% dengan tingkat serangan terendah sebesar 4,29% terjadi pada petak dengan tingkat serangan penggerek batang terendah dan tingkat serangan penyakit busuk batang tertinggi sebesar 32,86% juga terjadi pada petak dengan tingkat serangan penggerek batang tertinggi.
- ItemKUALITAS DAN KELAYAKAN KOMPOS CAMPURAN FAECES KAMBING, SERASAH, DAN CANGKANG KAKAO SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADAT (POP) PADA PERTANIAN BIOINDUSTRI DI PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Atekan; Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratManfaat kompos dalam menunjang kesuburan tanah tidak diragukan lagi, kompos dikatakan berkualitas jika memenuhi standart yang telah ditetapkan. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kualitas dan kelayakan kompos yang bersumber dari serasah dan cangkang kakao serta faeces ternak kambing yang dihasilkan dari pola integrasi kambing-kakao pada system pertanian bioindustri di Papua Barat berdasarkan baku mutu kompos SNI: 19-7030-2004 dan persyaratan teknis minimal pupuk organic padat (POP) berdasarkan Permentan No: 70/Permentan/SR.140/10/2011. Kompos dibuat menggunakan bahan baku campuran dari faeces kambing, serasah, dan cangkang buah kakao dengan perbandingan 50%, 20%, dan 30% berdasarkan bobot. Hasil pengomposan ditinjau dari indicator struktur fisik (warna dan bau) maupun karakteristik produk (kandungan unsure hara) menunjukkan kualitas sesuai dengan yang disyaratkan oleh standart baku mutu kompos dan layak digunakan sebagai pupuk organic padat (POP) sesuai dengan persyaratan teknis minimal pupuk organic.
- ItemMEMBANGUN SINERGI ANTARA PENELITI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DAN PENYULUH PERTANIAN DALAM RANGKA DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI PROVINSI PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Hidayat, Galih W.; Halijah; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
- ItemMEMBANGUN “KAMPUNG PALA” BERWAWASAN PERTANIAN BIOINDUSTRI DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKabupaten Fakfak merupakan daerah penghasil pala terbesar di Indonesia Bagian Timur (Papua Barat). Walaupun penerapan teknologi oleh masyarakat masih rendah, namun pemerintah daerah mempunya keinginan yang besar untuk memacu mengembangkan tanaman pala. Membangun kampung pala dengan mengembangkan inovasi pertanian Bio-Industri, merupakan langkah jitu yang patut diimplementasikan. Pengembangan pertanian bioindustri adalah pengembangan pertanian yang ramah lingkungan, menerapkan inovasi teknologi, integrasi, dimulai dari hulu hingga hilir dan berkelanjutan serta memiliki nilai ekonomi tinggi dari pengolahan hasil samping, biomasa atau limbahnya. Karakteristik seperti ini sangat tepat jika diimplementasikan di Kabupaten Fakfak. Dalam membangun kampung pala berwawasan bio-industri di Kabupaten Fakfak, lebih tepat menggunakan model menurut komposisi komoditas. Dalam hal ini bisa berbasis integrasi tanaman ternak, atau berbasis single comodity, dengan menetapkan pala sebagai komoditas utama.
- ItemMETODE KRIGING UNTUK INTERPOLASI PARAMETER KESUBURAN TANAH DI LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI KABUPATEN SORONG(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2018) Krisdianto, Arif Y.; Musaad, Ishak; Djuuna, Irnanda A.F.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratInformasi mengenai status hara tanah seperti pH, N-total dan P-tersedia sangat penting untuk menunjukkan status kesuburan tanah. Untuk mendapatkan informasi yang mencakup keseluruhan area diperlukan waktu dan pembiayaan yang besar. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan informasi parameter kesuburan yang mencakup keseluruhan lahan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang cepat dan murah. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Data parameter kesuburan tanah kemudian dianalisis penyebaran spasialnya dengan metode interpolasi Kriging. Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai pH pada kawasan pertanian tersebut asam hingga agak asam yang tersebar hampir merata pada seluruh area. Nilai N-total dan P-tersedia dalam tanahnya memiliki tertinggi berada pada bagian selatan dari lahan pertanian tersebut.
- ItemMODEL ASARAN TUNGKU LUAR PENGERINGAN PALA PAPUA (Myristica Argentea) DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2018) Maruapey, Erny R.; Rouw, Aser; Krisdianto, Arif Y.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPala merupakan tanaman perkebunan yang menjadi andalan kabupaten Fakfak dan merupakan komoditas unggulan di Papua Barat, sehingga perhatian pemerintah daerah pada perkembangan komoditas ini sangat besar. Permasalahan yang ada di Kabupaten Fakfak dikelompokkan menjadi dua sisi yaitu on-farm dan off-farm. Masalah dari sisi on-farm adalah terkait dengan teknik budidaya tanaman pala di lahan usahatani. Dari sisi off-farm terkait dengan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil serta distribusi rantai pemasaran. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan, diantaranya pembangunan rumah-rumah pengeringan biji dan fuli yang merupakan sedikit modifikasi dari rumah pengasaran inovasi petani, namun masih ditemukan rumah-rumah pengeringan tersebut belum digunakan secara maksimal oleh petani dan inovasi teknologi sederhana berupa model asaran tungku luar merupakan salah satu solusi yang diharapkan mampu memaksimalkan penggunaan rumah-rumah pengeringan yang sampai saat ini masih belum terpakai maksimal.
- ItemORGANISASI DAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH PADI KASUS DI KABUPATEN MANOKWARI PAPUA BARAT(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2016) Prambudi, Imam; Sutisna, Entis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBenih bermutu yang memenuhi „enam syarat tepat‟ (tepat varietas, jumlah, lokasi, mutu, waktu dan harga), belum dapat diakses oleh petani secara mudah dan murah. Rendahnya akses petani terhadap benih unggul bermutu tersebut karena kelembagaan perbenihan yang ada di Papua Barat belum berfungsi secara optimal, termasuk rendahnya kapasitas penangkar benih padi, sehingga sistem penyediaan benih bermutu belum dapat ditangani sesuai harapan. Pengkajian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi, pemetaan, dan memahami aspek Organisasi dan kelembagaan termasuk kinerja kelompok penangkar benih padi di Kabupaten Manokwari. Pengkajian ini telah dilaksanakan pada periode bulan April sampai Agustus 2013 bertempat di Kabupaten Manokwari, tepatnya daerah pengembangan padi yaitu Distrik Prafi, Distrik Masni, dan Distrik Oransbari. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa terdapat 7 kelompok penangkar benih padi di Kabupaten Manokwari. Seluruh sawah milik anggota berada pada agro ekosistem lahan sawah dataran rendah dengan ketinggian hanya 3m (dpl). Dari aspek keorganisasian ketujuh kelembagaan tersebut sudah eksis nemun belum memiliki legalitas formal, tingkat kinerjanya masih lemah, dan belum efektif, terutama dalam penggunaan lahan. Untuk meningkatkan persediaan benih unggul bermutu, para penangkar perlu mendapat legalitas, diberikan bimbingan intensif baik pada aspek teknis mapun kelembagaan, termasuk pembinaan pengembangan usaha.
- ItemPEMANFAATAN BROSUR DAN LEAFLET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PERTANIAN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2015) Ruyadi, Ida; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKegiatan diseminasi informasi hasil penelitian/pengkajian pertanian kepada petani, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan melalui metode dan media yang tepat dan terus menerus, karena kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian, tetapi lebih dari itu para petani diharapkan dapat menerapkan hasil penelitian tersebut dalam usaha taninya sehingga meningkatkan kesejahteraannya. Dalam upaya penyebarluaskan informasi hasil penelitian dan pengkajian teknologi pertanian tersebut media cetak yang umum digunakan sebagai media informasi dan komunikasi adalah brosur dan leaflet. Sasaran utama pengguna brosur dan leaflet yaitu penyuluh pertanian, sehingga informasinya disajikan dan dikemas dengan menggunakan bahasa ilmiah popular agar mudah dipahami dan dapat digunakan sebagai materi penyuluhan. Pemanfaatan brosur dan leaflet sebagai media informasi dan komunikasi teknologi pertanian memiliki kelebihan karena dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak dan tersebar jauh jika dibandingkan dengan komunikasi tatap muka.
- ItemPEMASARAN JASA INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2017) Ruyadi, Ida; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPemasaran informasi disini terbatas hanya bidang pemasaran jasa informasi, karena yang dipasarkan produsen kepada pihak konsumen bukan hanya benda yang berwujud, tetapi juga jasa. Dalam konteks BPTP pemasaran informasi hasil penelitian/pengkajian teknologi pertanian diselenggarakan melalui kegiatan diseminasi informasi dan komunikasi dalam bentuk peragaan teknologi, komunikasi tatap muka dan pengembangan informasi. Informasi hasil penelitian/pengkajian perlu dipromosikan kepada khalayak pengguna melalui berbagai kegiatan pemasaran dalam upaya memperkenalkan inovasi teknologi pertanian dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam rangka ulang tahun Badan Litbang Pertanian, BPTP Papua Barat telah menggelar pameran dengan materi out door yaitu (1) Demplot VUB padi, jagung, kedele dan sambung samping kakao (2) Percontohan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL). Sementara materi in door yaitu (1) Gelar peralatan laboratorium tanah dan diseminasi (2) Mengenal perpustakaan digital Badan Litbang Pertanian dan Materi Informasi Hasil Pengkajian BPTP Papua Barat. Dari hasil wawancara serta kesan dan pesan yang ditulis pada buku kunjungan diperoleh data sebagai berikut : 32% pengunjung terkesan pada materi demplot VUB padi, jagung, kedele, dan peragaan sambung samping tanaman kakao, 26% terkesan pada peralatan laboratorium dan diseminasi, 22% terkesan pada materi MKRPL, sisanya sebanyak 20% terkesan pada perpustakaan digital yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian dan materi informasi hasil litkaji BPTP Papua Barat.
- ItemPENDEKATAN CLIMATE SMART AGRICULTURE (CSA) DALAM MEMBANGUN MODEL PERTANIAN ADAPTIF PERUBAHAN IKLIM DAN POLA SINERGI PENELITI-PENYULUH DALAM DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, 2018) Rouw, Aser; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPerubahan iklim dapat berdampak terhadap penurunan dan stagnasi produksi pertanian yang mengancam ketahanan pangan dan kelangsungan hidup manusia. Keadaan ini menuntut kita untuk harus mereformasi sistem pertanian kita dengan menerapkan pendekatan Climate Smart Agriculture (CSA): (1) meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan secara berkelanjutan, (2) adaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim, serta (3) mengurangi emisi gas rumah kaca (mitigasi). Sistem pertanian bio-industri adalah sebuah sistem yang sesuai dengan pendekatan CSA. Model bio-industri, yaitu: mengusahakan lebih dari satu jenis komoditas yang memiliki hubungan fungsional yang kuat pada satu satuan lahan yang dapat mengurangi penggunaan input eksternal/memaksimalkan penggunaan input dalam sebuah sistem. Dengan model ini, risiko usaha dapat dikurangi; kegagalan panen pada suatu komoditas dapat ditutupi hasil panen komoditas lainnya; anjloknya harga satu produk dapat ditolong dengan baiknya harga produk yang lain; lebih menjamin keberlanjutan usahatani, sekaligus dapat meningkatkan daya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim. Sistem ini membutuhkan inovasi teknologi ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim. Peneliti dan penyuluh pertanian merupakan agen penyedia dan diseminasi inovasi teknologi kepada petani (pengguna), perlu meningkatkan sinergi secara kuat melalui tiga aspek penting, yaitu sosialisasi, verifikasi dan validasi dalam suatu siklus yang terus berjalan dalam setiap interaksi hubungan fungsional peneliti-penyuluh guna mencapai akurasi dan akselerasi penerapan inovasi teknologi adaptif perubahan iklim.