Agroklimat dan Hidrologi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Agroklimat dan Hidrologi by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 33
Results Per Page
Sort Options
- ItemPROGRAM DAN HASIL PENELITIAN TANAMAN PANGAN LAHAN RAWA DAN LAHAN KERING(1996)Percepatan adopsi teknologi Adopsi alau penerapan suatu teknologi dipengaruhi oleh da kesesuaian teknologi; kesiapan dan partisipasi petani; ketersediaan pEnunjang dan kebijaksanaan
- ItemARAH DAN KEBIJAKSANAAN BALITBANGDA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 2000) Balitbangda Jawa Timur
- ItemARAH, STRATEGI DAN MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN JAWA TIMUR DI MASA DEPAN(BPTP Karangploso, 2000) SANTOSO, Kabul; Soetrisno; Jani Januar
- ItemOPTIMASI PEMBERDAYAAN SUMBERDAYA ALAM PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PELAKASANAAN OTONOMI DAERAH DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 2000) BAPPEDA JAWA TIMUR
- ItemPENGEMBANGAN WILAYAH BLITAR SELATAN BERBASIS SUMBER DAYA ALAM DAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENUNJANG PENGEMBAGAN KAWASAN SELATAN JAWA TIMUR(PSE, 2002) SUYAMTO; R. Hardianto; DP.Saraswati
- ItemPENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SENGAN SISTEM PEMANENAN HUJAN DI LAHAN TADAH HUJAN(PSE, 2002) ARIFIN, Zaenal
- ItemSTATUS USAHATANI DAN SUMBER INFORMASI TEKNOLOGI BAGI PETANI DI AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH(PSE, 2002) KARTONO, Gatot; Bambang Irianto; Kuntoro Boga Andri
- ItemPERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH SECARA TERPADU DI KAWASAN SELATAN JAWA TIMUR(PSE, 2002) BAPPEPROP Jawa Timur
- ItemStrategi dan Inovasi Teknologi Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim Global(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianPerubahan iklim global merupakan tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan karena berimplikasi terhadap pergeseran awal musim tanam dan berujung pada penurunan produktivitas tanaman akibat kekeringan atau terendam banjir, atau penggenangan dan peningkatan salinitas pada lahan sekitar pantai akibat meningkatnya permukaan air laut. Oleh karena itu perlu penyesuaian waktu tanam dan pola tanam, pengembangan varietas unggul yang lebih adaptif, serta teknologi pengelolaan sumberdaya air yang lebih efisien. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menetapkan berbagai strategi dan langkah antisipasi dalam menghadapi perubahan iklim, antara lain melakukan penelitian terhadap dampak perubahan iklim dan mengidentifikasi teknologi adaptif seperti varietas unggul berumur genjah, toleran salinitas, toleran kekeringan, toleran genangan, dan tahan hama penyakit, teknologi budidaya (pengelolaan lahan/ tanah, air, tanaman dan organisme), dan mengembangkan berbagai teknologi pengelolaan dan pemanfaatan air. Publikasi ini berisikan strategi, program aksi, dan kesiapan teknologi yang akan dikembangkan dalam mengantisipasi dampak anomali iklim yang hampir terjadi setiap tahun. Kepada semua pihak yang telah berpartisipsi dalam penyusunan publikasi ini, antara lain BB Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Balitklimat, Balingtan, Balittra, Balittanh, Puslitbangtan, BB Padi, Balitkabi, Balitsereal, dan PUSTAKA disampaikan penghargaan dan terima kasih.
- ItemPedoman Umum Inventori Gas Rumah Kaca dan Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Setyanto, Prihasto; Susanti, Emi; Las, Irsal; Amien, Istiqlal; Makarim, A. K.; Nursyamsi, Dedy; Rubiyo; Anwar, Khairil; Widarto, Heru Tri; Rejekiningrum, Popi; Surmaini, Elza; Estiningtyas, Woro; Suciantini; Pujilestari, Nurwindah; Sutarya, Rakhmat; Harmanto; Miranti; Hamdani, Adang; Sukarman; Wahyunto; Thalib, Amlius; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
- ItemPedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Rejekiningrum, Popi; Las, Irsal; Amien, Istiqlal; Pujilestari, Nurwindah; Estiningtyas, Woro; Surmaini, Elza; Suciantini; Sarvina, Yeli; Pramudia, Aris; Kartiwa, Budi; Muharsini, Sri; Sudarmaji; Hardiyanto; Hermanto, Catur; Putranto, Gatot Ari; Marbun, OswaldDengan sifat iklim yang dinamis, variabilitas dan perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan yang mesti dan telah mulai terjadi di beberapa tempat. Namun karena pemanasan global akibat berbagai aktivitas manusia mempercepat dinamika dan perubahan iklim yang terjadi secara alami. Perubahan iklim berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan aktivitas manusia. Walaupun ikut berkontribusi sebagai penyebab, sektor pertanian merupakan korban dan paling rentan (vulnerable) terhadap perubahan iklim, terutama Ketahanan Pangan Nasional. Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional terjadi secara runtut, mulai dari pengaruh negatif terhadap sumberdaya (lahan dan air), infrastruktur pertanian (irigasi) hingga sistem produksi melalui produktivitas, luas tanam dan panen. Petani juga memiliki sumberdaya yang lebih terbatas untuk dapat beradaptasi pada perubahan iklim. Berdasarkan konsekuensi dan dampak dari perubahan iklim tersebut, diperlukan arah dan strategi antisipasi dan penyiapan program aksi adaptasi dengan dukungan teknologi inovatif dan adaptif. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu suatu panduan atau pedoman umum, baik dalam rangka antisipasi untuk menyiapkan strategi dan program adaptasi maupun dalam rangka pelaksanaan atau aksi adaptasi. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Pertanian ini menguraikan beberapa dampak perubahan iklim pada masing-masing sub sektor, arah dan strategi serta program aksi adaptasi perubahan iklim pada sektor pertanian. Pedoman umum adaptasi perubahan iklim sektor pertanian diharapkan menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menyusun program dan petunjuk operasional terkait upaya adaptasi perubahan iklim di sektor pertanian.
- ItemRoad Map Strategi Sektor Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011) Las, Irsal; Runtuwutu, Eleonora; Surmaini, Elza; Estiningtyas, Woro; Suciantini; Amien, Istiqlal; Rejekiningrum, Popi; Pujilestari, Nurwindah; Unadi, Astu; Agus, Fahmudin; Susanti, Erni; Syahbuddin, Haris; Makarim, A.K; Irawan; Suwandi; Mudiarsa, Ketut G.; Wijayanti, Ari; Sutrisno, Nono; Noble, Pither; Wahyunto; Thalib, Amlius; Hamdani, Adang; HaryonoPerubahan iklim telah dan akan mengancam hampir semua lini kehidupan di muka bumi. Peningkatan suhu udara, kekeringan, banjir, dan badai topan adalah dampak langsung dari perubahan iklim. Fenomena alam ini telah terjadi di berbagai belahan dunia dan menimbulkan kerugian besar, termasuk penurunan produksi pertanian. Sektor pertanian paling peka terhadap perubahan iklim yang mengubah sistem produksi dan pola tanam. Di sisi lain, pertanian berperan penting dalam kehidupan umat manusia, baik sebagai sumber pangan maupun industri yang menggerakkan roda perekonomian. Meski peka terhadap iklim, sektor pertanian potensial dalam hal mitigasi. Indonesia dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia dan terus meningkat dari tahun ke tahun dituntut untuk mampu menyediakan pangan bagi semua lapisan masyarakat. Di sisi lain, dinamika pembangunan nasional berdampak terhadap konversi lahan pertanian dan sosial-ekonomi masyarakat. Hal ini merupakan tantangan yang perlu dicarikan jalan keluarnya.
- ItemPetunjuk teknis penggunaan alat laboratorium 2(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2011-11) Sawiyo; Budi Rahayu; Pujilestari, Nurwindah; Maulana, Gina
- ItemWarta penelitian dan pengembangan tanaman industri vol 18, No 1(pusat penelitian dan pengembangan perkebunan, 2012) Puslitbang PerkebunanMinyak Mentha banyak digunakan sebagai bahan baku makanan, minuman, dan farmasi, sebagai obat antiseptik, anti spasmodik, minyak angin, balsam, inhaler, bahan pasta gigi, pengharum, gula-gula, parfum dan kosmetik.
- ItemMEKANISASI PERTANIAN(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014-12-25) Sudirman Umar; Trip AlihamsyahLahan rawa pasang surut memiliki potensi cukup besar sebagai sumber pertumbuhan produksi padi nasional. Namun berbeda dengan agroekosistem lahan basah lainnya, seperti sawah irigasi atau tadah hujan, pengembangan budi daya di lahan pasang surut, khususnya dalam aspek mekanisasi pertanian menghadapi berbagai kendala baik teknis, sosial ekonomi, maupun budaya sehingga memerlukan penyesuaian baik bentuk alat dan mesin yang sesuai maupun cara operasionalnya di lapangan. Buku ini merupakan rangkuman hasil penelitian dan pengalaman dalam aspek mekanisasi pertanian di lahan rawa pasang surut yang menunjukkan bahwa penggunaan alsintan telah mampu berperan bukan hanya untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani, tetapi juga dapat menekan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu hasil sekaligus meningkatkan nilai tambah. Buku ini mengemukakan mekanisasi pertanian melalui penerapan alat dan mesin pertanian dalam budidaya dan pengolahan hasil padi di lahan rawa pasang surut yang disusun dalam dua belas bab. Bab I, pendahuluan yang mengemukakan perspektif lahan rawa dan pengertian mekanisasi pertanian. Bab II mengemukakan potensi dan prospek pengembangan lahan rawa pasang surut. Bab III membahas tentang mekanisasi pertanian di lahan rawa pasang surut termasuk peluang pengembangan mekanisasi pertanian, kesesuaian lahan untuk pengembangan alat dan mesin pertanian, peran alsintan dalam pertanian dan teknologi, jenis dan fungsi alsintan untuk pertanian. Bab IV mengemukakan mekanisasi yang terkait dengan budidaya padi yang meliputi pengolahan tanah yang didahului dengan penyiapan lahan, pembersihan lahan termasuk sistem tajak puntal balik ampar (tapulikampar) yang merupakan salah satu kearifan lokal petani dalam mekanisasi pertanian di lahan rawa. Bab V menyajikan penggunaan alat dan mesin pertanian terkait dengan sistem tanam meliputi sistem tanam pindah, benih sebar langsung (tabela), alat tanam benih langsung (atabela) tipe drum, alat tanam dalam lajur/drill seeder (atabela larik), alat tanam benih langsung bermesin. Selain itu juga membahas tentang mesin tanam bibit padi (paddy transplanter), term asuk alat tanam bibit padi manual, alat tanam bibit padi walking type mesin tanam bibit padi tipe "Jajar Legowo" dan mesin tanam bibit padi "Indo Jarwo Transplanter". Bab selanjutnya menguraikan panen dan mesin panen: antara lain alat panen dan cara panen seperti penggunaan alat panen ani-ani, alat panen arit dan cara penggunaan mesin panen seperti mesin panen sabit (mower), mesin panen reaper: serta mesin panen stripper. Sedangkan alat dan mesin pascapanen antara lain perontok mesin (power thresher), pembersih (winnower) dan alat pengeringan (bed dryer). Selanjutnya bab pembersihan dan pengeringan, antara lain pembersihan dengan cara tradisional yaitu ditampi menggunakan nyiru, diayak dengan menggunakan saringan dan pembersihan dengan hembusan angin. Pembersihan gabah menggunakan pedal winnower (gumbaan) dan pembersih gabah bermesin (seed cleaner). Bab selanjutnya membahas pengeringan antara lain, pengeringan alami (penjemuran) dan pengeringan buatan seperti mesin pengering tipe bak datar (jiat bed dyer). Bab berikut membahas penggilingan antara lain mesin pemecah kulit gabah (paddy husker), mesin pemutihlpenyosoh (polisher) dan rice milling unit (RMU). Bab terakhir membahas penyimpanan, antara lain cara penyimpanan gabah/beras termasuk penyimpanan secara tradisional, penyimpanan dalam kemasanikarung, salah satu penyimpanan dalam wadah tertutup. Buku ini dapat digunakan sebagai acuan mengembangkan mekanisasi pertanian di lahan pasang surut sehingga dapat dimanfaatkan oleh para peneliti, penyuluh, civitas akademika dan litkayasa. Buku sejenis ini masih terbatas untuk khalayak umum yang disajikan secara populer ilmiah sehingga diharapkan dengan diterbitkannya buku ini dapat menambah khasanah buku tentang mekanisasi pertanian atau alsintan, khususnya terkait dengan pertanian lahan rawa pasang surut. Ucapan terima kasih terutama disampaikan kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian dan Kepala Balittra. Secara khusus terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Purwantana, M.Agr. selaku Guru Besar Fakultas Teknik Pertanian pada Universitas Gajah Mada Yogyakarta sebagai nara sumber. Selanjutnya kepada para penyelaras Balittra, antara lain: Dr. Ir. Muhammad Noor, MS.; Dr. Ir. Mukhlis, M.Sc; Dr. Ir. Muhammad Alwi, MS., dan Dr. Ir. Izhar Khairullah, MP. serta Ir. Muhammad Tharnrin yang melakukan penyelarasan isi, bahasa, dan sistematika. Selain itu ucapan terima kasih kepada Kasub Pelayanan Jasa Penelitian dan staf yang mengatur untuk terbitnya buku ini. Harapan kami, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk pengembangan mekanisasi pertanian di lahan rawa pasang surut di masa depan.
- ItemPetunjuk Teknis Penentuan Sumber Air dan Jenis Irigasi Suplementer(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Kartiwa, Budi; Heryani, Nani; Rejekiningrum, Popi; Susanti, Erni; Estiningtyas, Woro; Suciantini; Haryono; Sosiawan, Hendri; Sutrisno, Nono; Hamdani, Adang; Talaohu, Sidik Hadi; Sudarman, Kurmen; Pramudia, Aris; Apriyana, Yayan; Surmaini, Elza; Husen, Edi; Syahbuddin, Haris; Nursyamsi, DediPetunjuk teknis (Juknis) Penentuan Sumber Air dan Jenis Irigasi Suplementer merupakan pedoman bagi: (1) koordinator POPT Kabupaten (Dinas Pertanian), (2) Danramil wilayah kekeringan (KODIM), (3) koordinator Liaison Officer (LO) Upaya Khusus (UPSUS) BPTP, di 14 provinsi yang terkena kekeringan, serta (4) beberapa eselon 2 dan 3 Balitbangtan, (5) Eselon 2 dan 3 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, (6) eselon 2 dan 3 Ditjen Tanaman Pangan, dan (7) Tim kekeringan Kementerian Pertanian. Juknis Penentuan Sumber Air dan Jenis Irigasi Suplementer terdiri atas: (1) pendahuluan, (2) jenis-jenis sumber dan bangunan air, (3) identifikasi sumber dan bangunan air eksisting, (4) identifikasi dan pengembangan sumber dan bangunan air baru, (5) perawatan sumber dan bangunan air, dan (6) pelaporan hasil
- ItemPanduan Teknologi Budidaya Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015-12-22) Lalu M. Zarwazi; Agus W. Anggara; Sarlan Abdulrachman; WidyantoroKebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan realisasi produksi padi dalam 5 tahun terakhir, terindikasi bahwa laju pertumbuhan produksi padi makin menurun dan biaya produksi per satuan luas lahan makin meningkat. Oleh karena itu pencapaian target produksi padi ke depan akan semakin sulit. Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah mencanangkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 1,5% per tahun. Dalam konteks ini diperlukan berbagai terobosan peningkatan produksi padi. Mengingat fungsi dan peran penting padi tersebut, Pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi pada tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT.) dan Upaya Khusus (Upsus) lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksana program di lapangan memerlukan panduan untuk berbagai teknologi budidaya padi yang sudah dikembangkan di Indonesia. Teknologi budidaya padi Tanam Benih Langsung (Tabela) merupakan teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi berbasis kearifan lokal. Panduan teknologi ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang akan menerapkan teknologi tersebut. Kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan panduan teknologi ini disampaikan penghargaan dan terima kasih
- ItemClimate-Smart Agriculture (CSA) di Lahan Sawah Tadah Hujan(IAARD Press, 2018) Setyanto, Prihasto; Wihardjaka, A; Susilawati, Helena Lina; Pramono, Ali; Yulianingsih, Eni; Kartikawati, Rina; Ariani, Miranti; Hervani, Anggri; Adriany, Terry Ayu; Yunianti, Ika Ferry; Yulianingrum, HestiPada dekade terakhir ini, perubahan iklim menjadi perhatian serius masyarakat global, regional, nasional, dan lokal. Perubahan iklim merupakan dampak pemanasan global akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca antropogenik di atmosfer bumi. Dampak perubahan iklim terjadi juga di sektor pertanian termasuh di agroekologi sawah tadah hujan. Penerapan Climate-Smart Agriculture dalam mengoptimalkan lahan sawah tadah hujan merupakan salah satu antisipasi dampak perubahan iklim yang mensinergiskan upaya adaptasi dan mitigasi dalam memperbaiki produktivitas dan pendapatan masyarakat melalui inovasi teknologi ramah lingkungan. Inovasi teknologi ramah lingkungan yang diterapkan harus memenuhi prinsip dasar peningkatan produktivitas, konservasi tanah dan air, rendah emisi gas rumah kaca, adaptif terhadap perubahan iklim, penerapan pengendalian hama terpadu, rendah cemaran pestisida dan logam berat, pengelolaan pertanian minimum limbah, pemanfaatan sumberdaya lokal, pelestarian keanekaragaman hayati, dan integrasi tanaman-ternak. Buku Climate-Smart Agriculture mengulas upaya adaptasi mitigasi perubahan iklim yang bermuara terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat serta mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
- ItemHandbook Iklim Pertanian Indonesia(IAARD Press, 2018) Las, Irsal; Amin, Istiqlal; Hermanto; Syahbuddin, Harris; Apriyana, Yayan
- ItemKatam Terpadu Modern Versi 2.6(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2018) Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianKeragaman (variabilitas) dan perubahan iklim merupakan proses alami yang terjadi secara dinamis dan terus-menerus. Hal ini dicirikan oleh ketidakmenentuan pola curah hujan dan musim, serta peningkatan frekuensi kejadian anomali (penyimpangan) iklim. Pada sektor pertanian, dampak perubahan iklim sudah semakin terasa, terutama pada sub-sektor tanaman pangan, seperti ancaman banjir dan kekeringan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), penurunan kuantitas dan kualitas produksi. Oleh sebab itu, diperlukan strategi dan upaya antisipasi dampak perubahan iklim agar tidak berpengaruh terhadap produksi pangan nasional, termasuk pencapaian target swasembada pangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyesuaikan atau adaptasi kegiatan, teknologi, dan pengembangan pertanian yang toleran (resillience) terhadap perubahan iklim, antara lain melalui penyesuaian waktu dan pola tanam, penggunaan varietas yang adaptif, tahan terhadap OPT, dan pengelolaan air secara efisien. Agar para pemangku kebijakan, penyuluh, petani, dan pengguna inovasi lainnya dapat melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menyusun Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu untuk padi, jagung, dan kedelai di lahan sawah di Indonesia. Kalender Tanam Terpadu tersebut merupakan pedoman bagi Dinas Pertanian, penyuluh, dan petani dalam menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat, sesuai dengan kondisi iklim di setiap kecamatan, yang kini telah dipadukan dengan rekomedasi penggunaan varietas, pemupukan, dan kebutuhan sarana produksi. Sosialisasi penggunaan Kalender Tanam Terpadu ini diyakini dapat menekan dampak perubahan iklim, termasuk anomali iklim, terhadap produksi padi nasional.