Browsing by Author "Tiro, Batseba M.W"
Now showing 1 - 18 of 18
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Usaha Tani Tanaman Padi dengan Ternak Sapi Potong(BPTP Papua, 2019-06-22) Tiro, Batseba M.W; Beding, Petrus A.; Kementrian PertanianKomoditas padi maupun sapi potong sangat potensial untuk dikembangkan secara terpadu di Kabupaten Merauke, karena selain menghasilkan produk utama (beras dan daging) juga menghasilkan produk samping (jerami, dedak, pupuk kandang). Program sistem integrasi padi sapi merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi padi, daging, susu, dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pendapatan dari usahatani integrasi antara tanaman padi dan ternak sapi potong di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke. Metode pengkajian dirancang dalam dua kelompok perlakuan, yaitu pola integrasi dan pola non-integrasi. Analisis biaya dan pendapatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani integrasi dan non integrasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa sistem usahatani integrasi padi-sapi dapat meningkatkan pendapatan dan nilai R/C. Pola integrasi jauh lebih tinggi dalam memperoleh pendapatan (Rp 80.999.332) daripada non integrasi (Rp 47.680.000). Peningkatan pendapatan petani dari sistem non integrasi ke sistem integrasi sebesar Rp 33.319.332 atau sekitar 69,88 persen dengan nilai R/C meningkat sebesar 12,092 persen.
- ItemThe content of phytoestrogen on legume plants(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2010-10-22) Tiro, Batseba M.W; Pramono, Suwijiyo; Hartadi, Hari; Soetrisno, Djoko; Baliarti, Endang; Kementerian PertanianThere are many plant-derived bioactive nonnutrients that can confer significant health benefits. Among these phytochemicals is the broad class of nonsteroidal estrogens called phytoestrogens. These phytoestrogens and their metabolites have many potential hormonal and nonhormonal activities that may explain some of the biological effects of diets rich in phytoestrogens. Phytoestrogens are plant (predominantly legumes) substances, that have structural and functional similiarity to 17β-estradiol, that influence a variety of biological processes. Phytoestrogens are widely used in the human reproductive system, but in livestock, it has not been used yet. Prior study on its role livestock, as a first step, it needs to be exploring the content of phytoestrogens on legumes plants. This study was aimed to determine the content of phytoestrogens of various legumes plans (soya bean straw, peanut straw and green bean straw) by using KLT Densitometry method with genistein standard. The research found that from several legume plants, the legume plants that contained soy phytoestrogens was only soya bean straw either dried using a drying oven or using a freeze dryer content with genistein of each was 0,498 g/100 g dry matter, and 1,748 g/100 g sry matter, uspectinely.
- ItemDinamika Perkembangan Folikel Pasca Beranak Induk Sapi Silangan Simental(BPTP Papua, 2019-01-01) Tiro, Batseba M.W; Kementrian Pertanianlnduk sapi pasca beranak seringkali tidak menunjukkan gejala estrus ataupun gejala estrusnya lemah atau kurang jelas. Pengamatan terhadap perkembangan folikel pasca beranak dapat memperjelas gejala estrus yang lemah sehingga induk dapat dikawinkan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati bagaimana dinamika perkembangan folikel pada induk sapi silangan Simmental - Peranakan Ongole pasca beranak dengan penambahan jerami kedelai, sehingga dapat menentukkan waktu yang tepat bagi ternak untuk dikawinkan. Menggunakan 15 ekor induk sapi pasca beranak yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Perlakuan PO: kontrol (hanya diberi pakan basal), Pl: kontrol + jerami kedelai 1,8 kg, P2: kontrol + 3,6 kgjerami kedelai. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan folikel pada induk sapi pasca beranak sudah dimulai pada hari ke 4 pasca beranak yang ditandai dengan adanya folikel yang berukuran 5 mm. Dapat disimpulkan bahwa walaupun perkembangan folikel pada induk sapi SimPO dimulai pada hari ke 4 pasca beranak pada semua perlakuan, namun hanya pada perlakuan P2 yang mencapai folikel de Graaf dengan diameter folikel I 3,0 dan I 0,6 mm. Ukuran folikel yang mencapai folikel de graaf ini bervariasi an tar individu temak.
- ItemKajian Dinamika Bobot Badan Sapi Potong dan Potensi Pakan Di Kabupaten Merauke, Papua(BPTP Papua, 2020-07-01) Tiro, Batseba M.W; Palobo, Fransiskus; Beding, Petrus A.; Thamrin, Muhammad; Kementrian PertanianPenelitian bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi dinamika bobot badan sapi potong serta potensi ketersediaan pakan pada musim kemarau di Kabupaten Merauke. Lokasi yang dipilih adalah tiga distrik yang mewakili pusat pengembangan sapi potong di Merauke dan distrik tersebut memiliki kepadatan ternak atau populasi yang tinggi dan dibandingkan antar-luas wilayah, sehingga yang mewakili populasi tinggi (Distrik Merauke), sedang (Distrik Tanah Miring), dan rendah (Distrik Kurik). Metoda menggunakan survei melalui penimbangan ternak sapi yang dipelihara petani/peternak dengan jumlah ternak 50 hingga 100 ekor, terdiri jantan dewasa, induk, muda, dan anak. Untuk mengukur produksi hijauan pakan dibuat kurungan terbuat dari kayu ukuran 1,5 x 1,5 meter sebanyak 15 buah terbagi dalam tiga lokasi, masing-masing lokasi terdapat lima kurungan. Hasil: rataan bobot badan ternak sapi di ketiga Distrik (Merauke, Kurik dan Tanah Miring), sangat rendah baik itu pedet (< 0,3 kg/ekor), ternak muda maupun dewasa (< 0,2 kg/ekor); variasi spesies hijauan dan legum di lokasi pengamatan relatif sama dan didominasi oleh spesies rumput (93,30 – 94,85 persen), dan produksi hijauan pada awal musim kemarau (bulan Juli) masih relatif tinggi, dan terus menurun sampai puncaknya pada bulan September dan Oktober.
- ItemKajian Dinamika Bobot Badan Sapi Potong Pada Musim Kemarau di Kabupaten Merauke Provinsi Papua(BPTP Papua, 2015-01-01) Tiro, Batseba M.W; Nggobe, Muflin; Usman; Kementrian PertanianKabupaten Merauke merupakan salah satu sentra pengembangan ternak sapi potong di Papua dan memiliki perbedaan musim yangjelas dibandingkan daerah lainnya di Papua. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada produktivitas temak sapi potong. Pengkajian bertujuan untuk mengevaluasi dinamika bobot badan sapi potong se/ama musim kemarau di sentra pengembangan sapi di kabupaten Merauke. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Merauke pada lokasi yang terptlin yang memitiki kepadatan temak yang tinggi, sedang dan rendah, yakni Distrik Merauke, Distrik Tanah Miring dan Distrik Kurik. Metoda yang dilakukan adalah metode survei melalui penimbangan ternak sapi yang dipelihara petanilpeternak dengan jumlah ternak 50-100 ekor yang terdiri jantan dewasa, induk, muda dan anak yang ditimbang setiap bu/an. Umur jantan di atas 3 tahun dikategorikan sebagai jantan dewasa, betina yang pernah melahirkan anak dikatagorikan sebagai induk, jantan dan betina yang berumur antara 6 bu/an sampai 3 tahun dikatagorikan sebagai muda dan anak dibawah umur 6 bu/an. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan rata-rata dan persentase serta disajikan dalam bentuk Tabel atau Grajik. Hasil kajian menunjukkan bahwa pada musim kemarau ternak sapi mengalami penurunan bobot badan yang cukup drastis, terlihat dari rataan bobot badan ternak sapi di ketiga Distrik (Merauke, Kurik dan Tanah Miring), sangat rendah baik itu pedet < 0,3 kg/ekor, ternak muda maupun dewasa < 0,2 kg/ekor. Disimpulkan bahwa pada musim kemarau perlu adanya pemberian pakan tambahan bagi temak sapi yang digemba/akan agar dapat mengurangi kehilangan bobot badan
- ItemKajian Integrasi Tanaman Kedelai Dengan Ternak Sapi Potong Di lahan Kerinf Kabupaten Keerom, Papua(BPTP Papua, 2017-09-18) Tiro, Batseba M.W; Usman; Beding, Petrus A.; Kementrian PertanianSistem i ntegrasi tanaman kedelai dengan ternak sapi akan terjadi keterkaitan yang bersinergis dan saling menguntungkan. Ternak sapi dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kacang kedelai berupa jerami kedelai sebagai pakan sapi, sedangkan tanaman kedelai dapat memanfaatkan kotoran yang dihasilkan ternak sapi sebagai pupuk organik yang nantinya diharapkan dapat meminimalkan biaya produksi untuk tanaman kedelai. Kajian bertujuan untuk untuk mendapatkan model sistem integrasi tanaman kedelai dengan sapi potong yang berbasis agribisnis. Dua pola yang dikaji yaitu pola integrasi dan non integrasi (pola petani). Parameter yang diamati mel iputi konsumsi pakan, perubahan bobot badan induk, kecepatan timbulnya estrus pasca beranak dan produksi kedelai. Hasil kajian menunjukkan produksi kedelai pada pola integrasi sebesar 2,32 t/ha dan noon integrasi 1,53 t/ha, dan produksi jerami kedelai pada pola integrasi 4,54 t/ha dan non integrasi 3,05 t/ha. Perubahan bobot badan induk sapi selama pengkajian ada pola integrasi 0,36 ± 0,27 kg/ekor/hari dan non integrasi 0,34 ± 0,06 kg/ekor/hari, konsumsi BK, PK dan TDN pada pola integrasi masing-masing 10,10 ± 1,54 kg/ekor/hari; PK 0,55 ± 0,08 kg/ekor/hari dan 4,75 ± 0,73 kg/ekor/hari. Sedangkan induk sapi pada pola integrasi lebih cepat menunjukkan gejala estrus (25,86 ± 10,40 hari) dibanding pada non integrasi 44,75 ± 18,84 hari yang diamati setelah dimulai pemberian jerami kedelai. Secara ekonomis, pemeliharaan ternak sapi pada pola integrasi lebih menguntungkan dibanding non integrasi. Dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan induk sapi pada pola integrasi dapat memperbaiki produksi dan reproduksi induk sapi potong serta memberikan keuntungan yang lebih tinggi baik untuk ternak maupun kedelai. Kata kunci: Kajian, lntegrasi, kedelai, sapi potong, lahan kering
- ItemKajian Pola Perkadangan Serta Pengaruhnya Terhadap Performan Ternak Kambing Peranakan Etawa (PE)(BPTP Papua, 2020-01-01) Tiro, Batseba M.W; Djuri, Rusiadi; Kementrian PertanianSalah satu temak yang dapat memenuhi kebutuhan akan daging dan susu adalah temak kambing. Namun sekarang ini ada indikasi terjadinya penurunan populasi temak kambing. Penurunan populasi disebabkan tingginya pemotongan temak akibat permintaan masyarakat terhadap daging kambing terutama pada hari raya haji/lebaran. Selain itu ternak kambing Peranakan Etawah (PE) umumnya masih dipelihara secara tradislonal. Suatu kajian untuk mengetahui pengaruh pola perkandangan terhadap performan temak kambing PE telah dilaksanakan pada Kelompok Tani Farem di desa Sepse Kecamatan Biak limur. Hasil kajian menunjukan bahwa sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak selama ini adalah dilepas pada siang hari dan malam hari baru dikandangkan. Pakan yang digunakan adalah jenis daun-daunan yang berasal dari tanaman yang tumbuh liar dan belum pernah dibudidayakan. Jenis daun-daunan yang selarna ini diberikan oleh peternak adalah daun syasum, soserep, waser, parson warsas dan safer. Disamping itu juga ada hijauan gamal namun jarang digunakan oleh peternak sebagai pakan. Hasil analisa proksimat menunjukan bahwa jenis tanaman tersebut memiliki kandungan gizi yang rendah terutama protein (berkisar 3-10%). Hasil pengamatan terhadap pola perkandangan menunjukan bahwa pertambahan bobot badan pada kandang indlvldu lebih tinggi (53,7 g/ekor/harl) dibanding kandang kelompok (38,9 g/ekor/hari), demiklan juga konsumsi pakan pada kandang individu lebih besar (2,55 kg/ekor/hari) dibanding kandang kelompok (2,11 kg/ekor/hari) walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata.
- ItemKeragaan Teknologi Eksisting Budidaya Sapi Potong Pada Kelompok Tani Lembu Agung, Distrik Kurik, Merauke(BPTP Papua, 2017-07-21) Tiro, Batseba M.W; Kementrian PertanianKajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan teknologi eksisting dalam budidaya sapi potong pada kelompok tani Lembu Agung. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi potensi daerah dan populasi ternak, sedangkan data primer meliputi jumlah ternak, sistem pemeliharaan, manajemen pakan dan kinerja reproduksi. Pengumpulan data dilakukan melalui metode Foccus Group Discussion (FGD) dengan menggunakan kuisioner semistruktur. Hasil: kelompok tani Lembu Agung memiliki jumlah ternak sapi 24 ekor, terdiri dari betina dewasa 17 ekor, jantan dewasa empat ekor, dan pedet betina tiga ekor, dengan skala pemeliharaan yang relatif rendah, rata-rata kepemilikan satu hingga dua ekor per KK. Sistem pemeliharaan masih secara semi intensif dengan manajemen yang minim terutama dalam penyediaan pakan sepanjang tahun. Pemberian pakan hanya mengandalkan ketersediaan rumput alam dan sebagian kecil rumput gajah yang ditanam di areal pematang sawah, dengan jumlah pemberian hijauan sekitar lima hingga 10 kg per ekor per hari. Kinerja reproduksi induk dengan teknologi eksisting meliputi calving rate (60 persen); SKT induk (dua hingga 2,5); calving interval (18 hingga 24 bulan); berat lahir (15 hingga18) dan calf crop (40 hingga 50 persen). Kajian ini menunjukkan bahwa masalah pakan merupakan faktor pembatas dalam budidaya ternak sapi potong, walaupun potensi pakan cukup tersedia tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas ternak sapi.
- ItemKeragaan Usaha Ternak Sapi Potong Pada Kelompok Tabni Sejahtera di Kabupaten Nabire, Papua(BPTP Papua, 2017-01-01) Usman; Tiro, Batseba M.W; Tirajoh, Siska; Bustami; Kementrian PertanianUsaha ternak sapi potong di Kabupaten Nabire umumnya dipelihara secara tradisional tanpa pemberian pakan tambahan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan produktivitas ternak sapi potong pada kelompok tani Sejahtera di kawasan ternak sapi potong Kabupaten Nabire. Metode pengambilan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kulsioner semi-struktur terhadap 20 orang responden peternak pada kelompok tani Sejahtera dan dipertajam dengan pendekatan Focus Group Discution (FGD). Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dari BPS Kabupaten Nabire dan Provinsi Papua, sedangkan data primer adalah populasi sapi potong pada kelompok tani, interval kelahiran, bobot lahir, sistem perkawinan dan tingkat mortalitas. Hasil survei terhadap produktivitas sapi potong pada kelompok tani Sejahtera masih sangat rendah. Dari 7 5 ekor induk dan 2 ekor pejantan bantuan sapi potong sejak tahun 2010 dan 2011 sampai tahun 2015 hanya dapat menghasilkan sapi muda/dara sebanyak 46 ekor dan anak pra sapih sebanyak 28 ekor. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada sapi muda/dara 43,2%. Hasil analisis usahatani diperoleh nilai RC ratio 1,0, yang berarti usaha ini hanya mampu mengembalikan biaya pokok produksi selama ± 4,5 tahun masa pemeliharaan.
- ItemPeforman Reproduksi Induk Sapi Silangan Simmental - Peranakan Ongole yang Disuplementasi Jerami Kedelai Sebagai Sumber Fitoestrogen(BPTP Papua, 2017-01-01) Tiro, Batseba M.W; Kementrian PertanianPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi jerami kedelai terhadap performan reproduksi induk sapi silangan Simmental - Peranakan Ongole telah dilaksanakan. Digunakan 15 ekor induk sapi silangan yang terbagi dalam 3 kelompok perlakuan, yaitu perlakuan PO: kontrol (hanya diberi pakan basal); Pl : kontrol + 5 g fitoestrogen (setara dengan 1,8 kg jerami kedelai) dan P2 : kontrol + IO g fitoestrogen (setara dengan 3,6 kg jerami kedelai). Pengamatan dilakukan terhadap skor kondisi tubuh induk pada saat estrus pertama pasca beranak, SIC, dan days open. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kondisi tubuh induk saat estrus pertama pasca beranak pada perlakuan PO: 2,9 ± 0,38; Pl : 3,0 ± 0,35 dan P2: 2,95 ± 0,37; nilai S/C pada perlakuan PO: 2,25 ± 0,43; Pl : 2,67 ± 0,57 dan P2 : 2,80 ± 0,84; days open induk sapi silangan pada perlakuan PO : 144,50 ± 42,50; Pl : 120,33 ± 55,52 dan P2 : 170,60 ± 73,97. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dengan adanya suplementasi jerami kedelai terhadap skor kondisi tubuh induk saat estrus pertama dan days open, namun terdapat pengaruh yang nyata pada nilai S/C.
- ItemPengaruh Suplementasi Hijauan Gamal dan Dedak Padi Terhadap Bobot Sapi Musim Kemarau(BPTP Papua, 2015-01-01) Tiro, Batseba M.W; Usman; Kementrian PertanianMerauke memiliki perbedaan musim sangat jelas dibanding daerah lain, di sini kemarau bisa terjadi lima hingga enam bulan. Musim kemarau xang panjang merupakan kendala petani dalam penyediaan pakan ternak sapi serta mengakibatkan penyusutan bobot cukup besar. Salah satu upaya mengatasi adalah dengan suplementasi pakan. Penelitian bertujuan memperbaiki bobot temak sapi Peranakan Ongole (PO) melalui pcmanfaatan pakan iokal. Menggunakan 12 ekor sapi PO umur pertumbuhan milik petemak. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga perlakuan, masing-masing diulang empat kali. Perlakuannya adalah: Kelompok I: digembalakan siang hari (pola petani); Kelompok II: pola petani + dedak 1,5 persen BB + gamal dua persen BB; Kelompok III: pola petani + dedak dua persen BB + gamal dua persen BB. Data yang dikumpulkan antara lain konsumsi pakan, pertambahan bobot badan ternak dan konversi pakan, analisis usaha tani, dan persepsi petani terhadap tcknologi. Hasil: dengan adanya suplcmentasi daun gamal dan dedak pada tcrnak sapi yang digcmbalakan dapat meningkatkan bobot badan sapi dan konsumsi pakan serta menmgkatkan pendapatan petani berkisar 21 hingga 27 persen.
- ItemPercepatan Inovasi Teknologi Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong(BPTP Papua, 2017-01-01) Tiro, Batseba M.W; Usman; Malik, Afrizal; Kementrian PertanianBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua merupakan institusi yang mempunyai mandat menyediakan teknologi tepat guna. Kaitan dengan hal tersebut, salah satu komponen teknologi yang telah dihasilkan dalam sistem usahatani integrasi temak sapi-padi adalah pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi potong. Agar teknologi yang sudah dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka teknologi tersebut perlu didesiminasikan kepada pengguna dengan menggunakan metode yang efektif. Salah satu metode diseminasi yang efektif adalah menggunakan teknik komunikasi langsung yaitu melalui gelar teknologi. Gelar teknologi pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi dilaksanakan di Koya Barat, Kota Jayapura. Kegiatan gelar teknologi ini bertujuan untuk mempercepat penyampaian teknologi fermentasi jerami padi dan pemanfaatannya sebagai pakan sapi potong. Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan : 1). Terjadi peningkatan nilai nutrisi jerami padi fermentadi dibandingkan tanpa fennentasi, 2). Respon PBBH temak sapi Bali yang mengkonsumsi jerami padi fermentasi cukup tinggi yaitu 0,34 kg/ekor/hari, 3). Teknologi yang dikaji dan digelar. secara teknis mudah diterapkan dan dikembangkan: secara sosial budaya dapat diterima dan diterapkan dan secara ekonomis menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, 4). Didesiminasikannya informasi teknologi pembuatan jerami padi fermentasi kepada sekitar 150 stakeholder yang meliputi petani/petemak di sekitar lokasi gelar. yaitu dari Kelurahan Koya Barat, Koya Timur, Holtekamp, Skou Mabo, Skou Yambe. Pimpinan SKPD Kota Jayapura, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, SMK Pertanian, TRIPIKA Muara Tami dan Lembaga Petani, dan 5). Teknologi pembuatan jerami padi fermentasi menarik minat petani peserta gelar teknologi karena memberikan suatu alternatif penyediaan pakan bagi sapi potong.
- ItemPertumbuhan Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala cv. Tarramba) Mendukung Penyediaan Pangan di Kawasan Sapi Potong(BPTP Papua, 2021-01-01) Tiro, Batseba M.W; Tirajoh, Siska; Usman; Beding, Petrus A.; Palobo, Fransiskus; Kementrian PertanianIntroduksi teknologi budidaya hijauan pakan lamtoro sebagai upaya penyediaan hijauan pakan berkualitas dilakukan pada kebun Kelompok Tani Wiwa Papua Bangkit Mandiri yang merupakan salah satu lokasi pendampingan pengembangan kawasan sapi potong di Kabupaten Keerom. Introduksi tanaman L. leucochepala cv Tarramba dengan menggunakan anakan dalam polybag pada lahan seluas 100 x 70 m. Penanamannya dalam bentuk budidaya lorong dengan jarak tanam 1,5 m dalam baris dan 5 m antar baris. Pada lorong tanaman lamtoro ditanam tanaman sela yakni jagung dan kacang tanah. Penanaman jagung dan kacang tanah sebagai tanama sela diantara tanaman lamtoro dengan sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dengan jarak tanam 40 x 80 cm dan 20 x 40 cm. Parameter pertumbuhan tanaman L. leucochepala cv Tarramba adalah tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Diperoleh rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang L. leucochepala cv Tarramba sampai 4 bulan tanaman di lapangan (186,4-265,4 cm dan 1,25-2,46 cm), sedangkan untuk jumlah cabang 3,10-16,5 cabang. Rataan produktivitas tanaman sela jagung dan kacang tanah mencapai 3,13 t/ha dan 1,05 t/ha.
- ItemPOLA ESTRUS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DIBANDINGKAN DENGAN SILANGAN SIMMENTAL-PERANAKAN ONGOLE(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-01) Tiro, Batseba M.W; Baliarti, Endang; Kementerian PertanianPenelitian ini dilakukan untuk mempelajari pola estrus induk sapi silangan dengan pertimbangan saat ini populasi induk sapi silangan semakin meningkat, bahkan pada beberapa daerah tertentu lebih dominan dibanding sapi induk lokal. Lima ekor induk sapi Peranakan Ongole dan 5 ekor induk sapi silangan Simmental-Peranakan Ongole, telah dua kali beranak, pasca menyusui, diteliti untuk melihat konsumsi pakan, pola estrusnya (panjang pendeknya siklus estrus), dan kenaikan temperatur tubuhnya pada saat estrus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siklus estrus antar individu maupun antar siklus pada individu yang sama bervariasi, temperatur pada saat estrus sedikit lebih tinggi tetapi tidak bermakna. dari penelitian disimpulkan bahwa konsumsi pakan sapi silangan Simmental-PO lebih tinggi disbanding sapi PO dan pola estrus sapi induk silangan Simmental-PO agak berbeda dibanding induk sapi PO.
- ItemPROFIL HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON INDUK SAPI SILANGAN SIMMENTAL-PERANAKAN ONGOLE DENGAN SUPLEMENTASI LEGUM SEBAGAI SUMBER FITOESTROGEN(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2011-12) Tiro, Batseba M.W; Baliarti, Endang; Soetrisno, R. Djoko; Hartadi, Hari; Kustono; Kementerian PertanianPenelitian ini bertujuan untik mengetahui bagaimana perkembangan folikel serta profil hormone induk sapi SimPO pasca beranak dengan adanya suplementasi legume sebagai sumber fitoestrogen. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Desember 2010 di Kandang Laboratorium Ternak Potong, fakultas Peternakan UGM. Menggunakan 15 ekor induk sapi SimPO pasca beranak yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Perlakuannya adalah P0 : control (hanya diberi pakan standar); P1 : P0 + 5 g fitoestrogen dan PII : P0 + 10 g fitoestrogen. Suplementasi fitoestrogen berasal dari jerami kedelai. Parameter yang diamati meliputi profil hormone estrogen, progesterone dan dinamika perkembangan folikel pasca beranak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi 5 g fitoestrogen lebih berpengaruh nyata terhadap peningkatan konsentrasi hormone estrogen dan progesterone disbanding dengan pemberian 10 g fitoestrogen dan kontrol. Aktivitas ovarium yang ditandai dengan adanya perkembangan folikel pada induk sapi sapi SimPO dimulai pada hari ke 4 pasca beranak pada semua perlakuan namun hanya pada perlakuan PII perkembangan folikelnya mencapai folikel de graaf dengan kadar estrogen 17,801 pg/mL.
- ItemPROFIL PETERNAKAN BABI DI DISTRIK WAMENA, KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2019-01) Tiro, Batseba M.W; Beding, Petrus A.; Lestari, Rohimah H.S; Kementerian PertanianPigs as one of the meat-producing livestock which are also local resources have the potential to be developed in Papua. The biggest contribution to meet the needs of meat in Papua, comes from pigs, where pigs that are generally kept are local pigs because of the types of pigs that are always included in every traditional ceremony. The research aims to get an overview or basic data on pig farms that can be used as a reference in the development of pigs in Jayawijaya Regency. The research material is as many as 30 pig farmers who are scattered in the Wamena District. The method used is a field survey, direct interviews using structured questionnaires and direct observation in the field by weighing livestock. The results showed for litter size of pig was 7.4 + 2.3; weaning ages 4.0 + 0.7 months; number of weaning 6.8 + 2.3; farrowing interval 8.1 + 0.7 months; birth weight 0.75 kg; weaning weight 12.15 + 0.9 kg and average daily gain 0.08 + 0.02 kg/head/day. The maintenance system carried out by farmers with feed only sweet potatoes and sweet potato leaves does not provide good production and reproductive performance, so there is a need for improved maintenance and feed systems.
- ItemSIKLUS ESTRUS DAN PROFIL HORMON REPRODUKSI INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN SIMMENTAL-PERANAKAN ONGOLE(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2020-07) Tiro, Batseba M.W; Kementerian PertanianThis study aims to evaluate estrous cycles and estrogen and progesterone profile of Ongole crossbred cows (PO) compare with Simmental-Ongole crossbred cows SimPO). The study was conducted for 6 months including a pre-condition period of 2 months. Using 5 PO cows and 5 SimPO cows. Forage feeding and reinforcement feed are given optimally, as well as the provision of drinking water to maintain a body condition score between 3.0-3.5. Parent cattle followed estrusnya cycle up to 3 cycles, symptoms of lust seen by visual observation that is with the emergence of symptoms lust. Blood plasma taken at days 18 to 21 (day 0 of the next cycle) is continued every 6 days until day 18, to analyze the concentration of progesterone and estrogen hormone using ELISA. The results showed that there were variations of estrous cycle length between individuals both on PO cattle and SimPO cattle, but the average estrus cycles were in the normal range of cattle PO 19.92 ± 1.13 days and SimPO cows 18.60 ± 1.34 day. The levels of progesterone hormone on the day leading up to estrous are at high concentrations and decreased at the time of estrous both in PO and SimPO cows. While the estrogen hormone in PO cows increased on the day to 18-20 in the estrous cycle, SimPO cows on day 18 and peak on day 21.
- ItemSystem Integration of Paddy-Cattle in Wetland Areas of Merauke Regency Papua(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2018-06-23) Tiro, Batseba M.W; Usman; Beding, Petrus A.; Kementerian PertanianAside from being a rice development area, Merauke Regency is also a center for beef cattle development. The more intensive the use of land for agriculture, the dependence of livestock feed supply from agricultural byproducts/waste will be greater Commodity of rice and beef cattle is very potential to be developed in Merauke Regency, because in addition to producing main products (rice and meat) also produce side products (straw, bran, manure). The cattle system integration system of paddy-cattle is one of the alternatives in increasing the production of rice, meat, milk, and increasing farmers' income. This study aims to evaluate the utilization of fermented straw fodder for beef cattle and the utilization of compost from livestock for the growth of rice crops. The results of the study indicate that paddy-cattle integration can increase farmer income by 68.42% with 1 ha and 11 cattle planting area. The integration of livestock system of paddy- cattle gives benefits to farmers, because : 1). Agricultural waste (rice straw and rice bran) is available and can be utilized as a source of quality feed through the fermentation process to reduce feed costs, and 2). Waste of livestock that has not been utilized optimally can be utilized as organic fertilizer to improve soil fertility and also as a source of income.