Browsing by Author "Marwoto"
Now showing 1 - 20 of 21
Results Per Page
Sort Options
- ItemDukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007-12-16) MarwotoKebutuhan kedelai pada tahun 2007 diperkirakan sebesar 2,24 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 1,25 juta ton dan kekurangannya terpaksa diimpor. Untuk memenuhi kebutuhan dan menekan laju impor kedelai akan diupayakan melalui strategi peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, sejak tahun 2003 telah melakukan upaya terobosan pengembangan agribisnis kedelai melalui Program Bangkit Kedelai. Salah satu ancaman pengembangan kedelai di Indonesia adalah gangguan hama. Serangan hama dapat menurunkan hasil kedelai sampai 80%, bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Hingga saat ini petani masih mengandalkan insektisida sebagai pengendali hama di lapangan, namun teknik aplikasinya masih sering tidak memenuhi rekomendasi sehingga berakibat timbulnya resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami, dan keracunan pada ternak dan bahkan manusia. Oleh karena itu, dukungan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sangat diperlukan dalam Program Bangkit Kedelai. PHT adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan. PHT mendukung secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit ber- dasarkan asas ekologi dan ekonomi. K edelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras, di samping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi penting (Badan Litbang Pertanian 2005). Kedelai memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar. Selain sebagai sumber protein, kedelai dapat digunakan sebagai bahan pangan yang dapat menurunkan cholesterol darah sehingga mencegah penyakit jantung. Kedelai dapat pula berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, kebutuhan kedelai akan terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat.
- ItemHama dan Penyakit Tanaman Kedelai(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2017-12-16) Marwoto; Sri Hardaningsih; Abdullah Taufiq; A.A. Rahmianna; SubandiUpaya peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama, penyakit, dan ketidakseimbangan hara di tanah. Serangan hama dan penyakit juga berpotensi menurunkan kualitas hasil dan ketidakseimbangan hara di tanah tidak hanya berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu hasil, tetapi juga menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit tertentu pada tanaman seringkali menampilkan gejala serupa dengan gejala ketidakseimbangan hara. Oleh karena itu, gejala tersebut perlu diidentifikasi agar penyebabnya dapat diketahui dengan tepat untuk menentukan cara pengendalian atau pemulihan tanaman dengan efisien dan efektif. Buku saku ini berisi informasi tentang berbagai jenis hama dan penyakit pada tanaman kedelai termasuk bioekologi, tanaman inang, gejala serangan, dan beberapa masalah yang terkait dengan ketidakseimbangan hara (kahat atau keracunan), informasi ini diharapkan dapat membantu penyuluh, pengamat hama penyakit, teknisi, dan petani dalam mengidentifikasi dan mengatasi gangguan hama dan penyakit maupun masalah keharaan pada tanaman kedelai. Pada Edisi - 9 (2015) ini telah dilakukan beberapa koreksi terutama dalam penulisan nama-nama ilmiah hama dan penyakit oleh Dr. Yusmani Prayogo. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku saku ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
- ItemHama dan Penyakit Tanaman Kedelai: Identifikasi dan Pengendaliannya(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2017) Marwoto; Hardaningsih, Sri; Taufiq, AbdullahUpaya peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama, penyakit, dan ketidakseimbangan hara. Serangan hama dan penyakit serta masalah hara berpotensi menurunkan kualitas hasil dan mutu hasil. Serangan hama dan penyakit ter-tentu pada tanaman seringkali menampilkan gejala serupa sehingga perlu diidentifikasi dengan tepat agar penyebabnya dapat diketahui dan dapat ditentukan tindakan pengendaliannya. Buku ini berisi informasi tentang berbagai jenis hama dan penyakit utama pada tanaman kedelai termasuk bioekologi, tanaman inang, gejala serangan, serta tindakan pengendalian yang dapat dilakukan.
- ItemHama Kedelai dan Komponen Pengendalian Hama terpadu(BALAI PENELITIAN TANAMAN KACANG-KACANGAN DAN UMBI-UMBIAN, 1999-12-17) Marwoto; Suharsono; Supriyatin; Achmad Winarto; Nasir SalehPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah YME atas perkenan dan ridhoNya, buku monograf ini dapat diselesaikan. Kebutuhan kedelai yang terus meningkat memaksa Pemerintah untuk mengimpor kedelai dalam jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya. Di sisi lain, Pemerintah melalui program pembangunan pertanian terus berusaha untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Bahkan melalui Program Gerakan Mandiri Padi, Kedelai dan Jagung (Gema Palagung), pemerintah bertekad untuk mencapai swasembada kedelai pada tahun 2001. Tugas ini bukanlah hal yang ringan, karena disadari adanya berbagai kendala dalam budidaya kedelai. Hama merupakan salahsatu kendala utama untuk meningkatkan produksi kedelai. Tercatat lebih dari 20 hama menyerang tanaman kedelai di lapang sejak tanaman kedelai tumbuh hingga menjelang panen. Kerugian hasil akibat serangan hama pada tanaman kedelai dapat mencapai 50%, bahkan mengakibatkan tanaman tidak menghasilkan sama sekali (puso). Dalam upaya mengendalikan hama tanaman, Pemerintah secara tegas telah memutuskan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memadukan beberapa komponen pengendalian dalam satu kesatuan dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekologis, ekonomis dan sosial-budaya masyarakat petani. Monograf "Hama Kedelai dan Komponen Pengendalian Hama Terpadu" ini disusun berdasarkan hasil penelitian, yang menguraikan biologi, tanda serangan hama-hama utama tanaman kedelai, dan komponen-komponen pengendalian yang tersedia dalam upaya menerapkan PHT pada tanaman kedelai. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat, dapat membantu para petugas di lapang dalam pengendalian hama kedelai.
- ItemHama, Penyakit, dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai: Identifikasi dan Pengendaliannya(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013) Marwoto; Hardaningsih, Sri; Taufiq, AbdullahUpaya peningkatan produksi kedelai dihadapkan kepada masalah hama, penyakit, dan ketidakseimbangan hara di tanah. Serangan hama dan penyakit juga berpotensi menurunkan kualitas hasil dan ketidakseimbangan hara di tanah tidak hanya berdampak terhadap penurunan produksi dan mutu hasil, tetapi juga menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit tertentu pada tanaman seringkali menampilkan gejala serupa dengan gejala ketidakseimbangan hara. Oleh karena itu, gejala tersebut perlu diidentifikasi agar penyebabnya dapat diketahui dengan tepat untuk menentukan cara pengendalian atau pemulihan tanaman dengan efisien dan efektif. Buku saku ini berisi informasi tentang berbagai jenis hama dan penyakit pada tanaman kedelai termasuk bioekologi, tanaman inang, gejala serangan, dan beberapa masalah yang terkait dengan ketidakseimbangan hara (kahat atau keracunan), yang diharapkan dapat membantu penyuluh, pengamat hama penyakit, teknisi, dan petani dalam mengidentifikasi dan mengatasi gangguan hama dan penyakit maupun masalah keharaan pada tanaman kedelai.
- ItemHasil Penelitian Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1996-12-04) Marwoto; Nasir Saleh; HeriyantoPengendalian Hama Terpadu telah menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam program perlindungan tanaman di Indonesia
- ItemHasil Penelitian Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu(Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 1996-12-04) Marwoto; Nasir Saleh; HeriyantoPengendalian Hama Terpadu (PHT) telah menjadi dasar kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan tanaman di Indonesia. Dasar hukum PHT tertera dalam GBHN II dan GBHN IV serta Inpres No. 3 Tahun 1986 yang kemudian dimantapkan lagi oleh Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Pemasyarakatan PHT telah dirintis sejak tahun 1987 melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (Dilts, 1993). Hingga kini telah banyak kelompok-kelompok tani yang telah mengikuti SLPHT, namun beberapa kasus menunjukkan masih ada sosok petani SLPHT yang kembali pada pola pengendalian hama yang lama (Suyanto dkk, 1994). Oleh karena itu perlu ditinjau kembali dampak SLPHT dan peran kelembagaan dalam membantu pengembangan program PHT di tingkat petani. Di Jawa Timur, lebih dari 1.678 kelompok tani telah mengikuti SLPHT padi dari sasaran sebanyak 37.188 kelompok tani (Antarno, 1993), sedang untuk SLPHT kedelai baru mencapai 128 kelompok tani dari 1.178 kelompok tani yang telah mengikuti SLPHT padi Soewarji, 1993).
- ItemKutu Kebul: Hama Kedelai yang Pengendaliannya Kurang Mendapat Perhatian(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011-12-16) Marwoto; A. InayatiSalah satu gangguan dalam meningkatkan produksi kedelai adalah serangan hama kutu kebul (Bemisia tabaci). Tanaman kedelai yang terserang kutu kebul daunnya menjadi keriting dan apabila serangan parah disertai dengan infeksi virus, daun menjadi keriting berwarna hitam dan pertumbuhan tanaman terhambat. Ekskreta kutu kebul menghasilkan embun madu yang merupakan media tumbuh cendawan jelaga, sehingga tanaman terserang tampak berwarna hitam. Kehilangan hasil akibat serangan hama kutu kebul dapat mencapai 80%, bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan puso (gagal panen). Pengendalian kutu kebul pada tanaman kedelai oleh petani sering mengalami kegagalan. Untuk mengantisipasi serangan hama ini perlu diketahui biologi, tingkat kerusakan, kehilangan hasil, dan cara pengendalian di tingkat petani sebagai dasar untuk menyusun strategi pengendalian yang tepat. Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menggunakan komponen pengendalian yang kompatibel termasuk waktu tanam, varietas tahan, musuh alami, aplikasi pestisida berlandaskan pada azas ekologi dan ekonomi. Dengan pendekatan PHT diharapkan pengendalian kutu kebul lebih efektif.
- ItemPanduan Teknis Budidaya Kedelai di Berbagai Kawasan Agroekosistem(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015) Mejaya, Made Jana; Harnowo, Didik; Marwoto; Subandi; Sudaryono; Adie, M. MuchlishSalah satu program Kementerian Pertanian pada periode tahun 2015-2019 adalah peningkatan produksi kedelai menuju Swasembada. Program peningkatan produksi kedelai di lakukan dengan peningkatan produktivitas dan perluasan areal melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) dan Perluasan Areal Tanam Baru (PATB). Sasaran perluasan areal yang potensial adalah di agroekosistem lahan sawah, lahan kering/kering masam, lahan rawa lebak dan lahan pasang surut. Dalam kaitannya peningkatan produksi kedelai telah di susun dan dilaksanakan melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu.
- ItemPedoman Umum PTT Kacang Hijau(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2010) Marwoto; Anwari, M.; R., Budhi Santosa; Iswanto, Rudi; Saleh, Nasir; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganKacang hijau merupakan sumber nabati yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Namun produksi nasional relatif tidak meningkat dalam lima tahun terakhir, bahkan menurun pada tahun 2008. Di sisi lain, hasil kacang hijau per satuan luas terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan teknologi yang diterapkan petani. Dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian telah menghasilkan berbagai teknologi dan inovasi. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan dalam pengembangan teknologi yang diharapkan dapat mempercepat upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani dari usahatani kacang hijau.
- ItemPedoman Umum PTT Kacang Hijau(Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2009-12-16) Marwoto; M. Anwari; Budhi Santosa R; Rudi Iswanto; Nasir Saleh; I Made Jana MejayaKacang hijau merupakän komoditas kacang-kacangan yang penting sebagai bahan pangan dan agroindustri serta penyedia sumber protein nabati yang murah bagi rakyat Indonesia. Kacang hijau memiliki keunggulan yaitu berumur genjah dan toleran kekeringan sehingga berpotensi untuk: a) meningkatkan Indek Pertanaman (IP) pada lahan dengan ketersediaan air terbatas, b) meningkatkan pendapatan petani, dan c) mengantisipasi dampak kekeringan akibat pemanasan global. Peluang peningkatan produksi kacang hijau masih cukup besar, dan dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam/panen. Senjang produktivitas antara rata-rata nasional dan rara-rata penelitian masih cukup besar, yaitu antara 0,5 - 1,0 t/ha. Oleh karena itu Departemen Pertanian melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mulai tahun 2010 berupaya untuk meningkatkan produksi kacang hijau melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTТ) bagi petani kacang hijau. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang pertanian mendukung program tersebut dengan inovasi teknologi produksi kacang hijau yang terbaru, yang dikemas dalam buku Pedoman Umum (Pedum) PTT kacang hijau. Pedum PTT kacang hijau disusun lebih praktis dan sederhana, dilengkapi dengan gambar-gambar, sehingga mudah untuk dipahami oleh petugas/penyuluh pertanian dan petani. Buku ini dimaksudkan pula sebagai rujukan utama dalam penyusunan materi penyuluhan dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau dan pendapatan petani.
- ItemPedoman Umum PTT Kedelai(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2016) Marwoto; Subandi; Adisarwanto, T.; Sudaryono; Kasno, Astanto; Hardaningsih, Sri; Setyorini, Diah; Adie, M. MuchlishHingga saat ini kebutuhan kedelai nasional sebagian masih harus dipenuhi dari impor karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat. Kedelai banyak digunakan untuk industri pangan, antara lain tahu dan tempe yang telah menjadi menu utama masyarakat. Untuk menekan volume impor yang terus membengkak diperlukan upaya percepatan peningkatan produksi kedelai. Belajar dari pengalaman dalam penerapan inovasi teknologi padi sawah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Badan Litbang Pertanian mengembangkan PTT kedelai untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta menjaga kelestarian lingkungan.
- ItemPedoman Umum PTT Ubi Jalar(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2012) Saleh, Nasir; Widodo, Yudhi; Rahayuningsih, St. A.; Indiati, Sri Wahyuni; Sumartini; Marwoto; Subandi; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
- ItemPengendalian Hama Terpadu Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2014-12-17) MarwotoPeningkatan produksi kedelai merupakan salah satu program Kementerian Pertanian yang harus didukung oleh semua pihak. Salah satu hambatan dalam peningkatan produksi kedelai ialah serangan hama. Kehilangan hasil kedelai akibat serangan hama dapat mencapai 80%, bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Usaha pengendalian hama kedelai di tingkat petani hampir 90% masih mengandalkan pestisida. Mengingat dampak negatif aplikasi pestisida, seperti menyebabkan resistensi dan resurgensi hama, dapat membunuh musuh alami, berbahaya bagi ternak dan manusia, dan dapat mencemari lingkungan, diperlukan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT). Buku ini memberikan petunjuk tentang identifikasi dan biologi hama kedelai, tanda-tanda serangan pada tanaman kedelai, serta teknik pengendalian hama kedelai secara terpadu. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan bagi para peneliti, penyuluh, petani, dan siapa pun yang berkepentingan dalam pengendalian hama kedelai. Diakui bahwa masalah hama pada tanaman kedelai sangat rumit dan selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Oleh karena itu, penulis memberikan apresiasi terhadap saran-saran yang dapat memperbaiki buku ini. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, Forum Komunikasi Profesor Riset Kementerian Pertanian, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Prof Dr Sumarno yang telah banyak mengoreksi dan memberi masukan untuk perbaikan buku ini, rekan-rekan peneliti hama tanaman, dan pihak lain yang telah membantu penulis dan berkontribusi dalam penerbitan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi penerapan PHT pada tanaman kedelai pada saat ini dan di masa mendatang, terutama dalam mendukung program peningkatan produksi kedelai dan peningkatan pendapatan petani.
- ItemPeningkatan Produksi Kedelai(Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2009-12-16) A. Taufiq; Marwoto; F. Rozi; I M. Jana Mejayajak tahun 1993, areal produksi kedelai mengalami penurunan yang cukup signifikan, sementara kebutuhan terus meningkat. Luas areal pertanaman kedelai tahun 1992 mencapai 1,2 juta hektar dan tahun 2009 hanya sekitar 700 ribu hektar. Untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah melakukan berbagai upaya peningkatan produksi melalui intensifikasi dan pengembangan sumber-sumber pertumbuhan baru. Lahan pasang surut adalah salah satu sumber pertumbuhan yang potensial bagi pengembangan kedelai. Luas lahan rawa pasang surut dan rawa lebak yang sesuai untuk pertanian di Indonesia diperkirakan 9 juta hektar, dan dari luas tersebut sekitar 0,9 juta ha berada di Sumatera. Namun demikian, lahan pasang surut umumnya kurang subur, terlalu masam, kekurangan hara, atau keracunan unsur-unsur tertentu sehingga diperlukan teknologi budi daya yang sesuai, agar kedelai dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) telah melakukan kegiatan PTT Kedelai Lahan Pasang Surut sejak tahun 2007 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi bersinergi dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, dan Dinas Pertanian TPH Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada tahun 2009 ini, kegiatan PTT Balitkabi bersinergi dengan kegiatan SL-PTT dan pengembangan PTT kedelai lahan pasang surut yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. Buku ini merupakan kompilasi hasil kegiatan PTT Kedelai Lahan Pasang Surut yang dilakukan oleh Balitkabi di Tanjung Jabung Timur tahun 2007 dan 2008 untuk memperkaya khazanah pengetahuan tentang pertanian di lahan pasang surut yang saat ini belum banyak jumlahnya serta kemungkinan diterapkan di wilayah lain. Atas partisipasi yang sangat tinggi dari para petani koperator dan petugas pertanian setempat yang memungkinkan terlaksananya kegiatan PTT tahun 2007, 2008, dan 2009, serta dukungan semua pihak hingga terbitnya buku ini, kami sampaikan terima kasih.
- ItemPrinsip-Prinsip Produksi Benih Kedelai(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015) Harnowo, Didik; Marwoto; Adie, M. Muchlish; Sundari, Titik; Nugrahaeni, NovitaSalah satu program Kementerian Pertanian pada periode 2015– 2019 adalah peningkatan produksi kedelai menuju Swasembadapada tahun 2017. Program peningkatan produksi kedelai dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam melalui peningkatan indek pertanaman (IP) dan perluasan areal baru. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi kedelai,pemerintah meluncurkan program bantuan benih kedelai bersubsidi. Bantuan benih bermutu tersebut diperuntukkan bagi petani, para penangkar, dan institusi perbenihan untuk diperbanyak dan dikembangkan lebih lanjut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul baru (VUB) kedelai,tetapi yang dimanfaatkan petani masih terbatas. Oleh karena itu, perlu upaya intensif untuk mensosialisasikan VUB tersebut. Keberhasilan penyebaran VUB kedelai tidak lepas dari upaya pengembangan sistem perbenihan. Kelancaran alur perbanyakan benih, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar sangat menentukan pengembangan dan penggunaan varietas unggul kedelai oleh petani.
- ItemPrinsip-Prinsip Produksi Benih Kedelai(Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, 2015-04) Didik Harnowo; Marwoto; Muchlish Adie; Titik Sundari; Novita NugrahaeniSalah satu program Kementerian Pertanian pada periode 2015–2019 adalah peningkatan produksi kedelai menuju Swasembadapada tahun 2017. Program peningkatan produksi kedelai dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam melalui peningkatan indek pertanaman (IP) dan perluasan areal baru. Untuk mendukung upaya peningkatan produksi kedelai,pemerintah meluncurkan program bantuan benih kedelai bersubsidi. Bantuan benih bermutu tersebut diperuntukkan bagi petani, para penangkar, dan institusi perbenihan untuk diperbanyak dan dikembangkan lebih lanjut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul baru (VUB) kedelai,tetapi yang dimanfaatkan petani masih terbatas. Oleh karena itu, perlu upaya intensif untuk mensosialisasikan VUB tersebut. Keberhasilan penyebaran VUB kedelai tidak lepas dari upaya pengembangan sistem perbenihan. Kelancaran alur perbanyakan benih, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar sangat menentukan pengembangan dan penggunaan varietas unggul kedelai oleh petani. Buku Prinsip-Prinsip Produksi Benih Kedelai ini dibuat sebagai acuan dalam penyediaan benih kedelai, baik benih sumber maupun benih untuk pengembangan secara luas (benih sebar) oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), atau penangkar dalam memproduksi benih bermutu guna mendukung upaya penyediaan benih yang memenuhi syarat enam tepat dalam rangka mewujudkan swasembada kedelai pada tahun 2017.
- ItemPRODUKSI BENIH SUMBER KEDELAI, KACANG TANAH, DAN KACANG HIJAU(BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2007-12-22) Marwoto; Didik Harnowo; M. Muchlish Adie; M. Anwari; Joko Purnomo; Riwanodja; SubandiProgram peningkatan ketahanan pangan dan agroindustri memerlukan dukungan subsistem sarana produksi di antaranya, benih. Untuk memproduksi benih sumber yang berkualitas, yakni sehat, bebas penyakit, vigor dan daya tumbuh yang baik diperlukan teknologi produksi benih baik pada periode prapanen maupun pascapanen. Sudah banyak varietas kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau yang telah dilepas, namun belum banyak yang digu- nakan oleh petani. Berbagai sebab belum digunakannya varietas unggul, antara lain: kurangnya informasi keberadaan varietas unggul dengan berbagai sifat-sifat keunggulannya serta keterse- diaan benih varietas unggul terbatas, produksi varietas unggul kelas BS masih terbatas dan terputusnya aliran benih sumber dari BS ke ES. Untuk mendorong penyebaran benih varietas unggul diperlukan pengenalan varietas yakni melalui sosialisasi varietas dan pembekalan teknik produksi benih kepada penangkar di daerah sentra produksi. Salah satu kendala dalam memproduksi benih adalah terbatasnya pengetahuan tentang teknologi produksi yang dimiliki petugas produksi benih maupun penangkar benih. Panduan teknologi produksi benih ini disusun sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman bagi calon penangkar maupun penangkar benih kedelai, kacang tanah dan kacang hijau dalam menghasilkan benih bersertifikat ketiga komoditas tersebut sesuai dengan potensi genetiknya. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada tim penulis panduan ini yang telah meluangkan waktu untuk menyusun buku panduan ini.
- ItemProspek Parasitoid Trichogrammatoidea Bactrae-bactrae Nagaraja (Hymenoptera) Sebagai Agens Hayati Pengendali Hama Penggerek Polong Kedelai Etiella zinckenella Treit(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2004) Marwoto; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
- ItemStrategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009-12-11) MarwotoSalah satu masalah dalam proses produksi kedelai di Indonesia adalah gangguan hama. Serangan hama pada tanaman kedelai dapat menurunkan hasil sampai 80%. Tanaman kedelai merupakan inang berbagai insekta, terbukti dari banyaknya hama yang menyerang, terdiri atas hama dalam tanah, lalat bibit, ulat daun, hama penggerek batang, dan hama polong kedelai. Pemanasan global mengubah karakteristik iklim global, regional dan lokal, dan berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan ekobiologi sektor pertanian. Salah satu dampak perubahan iklim global adalah meningkatnya populasi hama. Tanaman kedelai mempunyai kompleksitas hama. Dengan meningkatnya suhu di bumi diperkirakan akan berakibat pada dinamika populasi hama. Hama kedelai yang populasinya diperkirakan meningkat akibat kenaikkan suhu udara antara lain adalah a) lalat bibit kacang (Ophiomyia phaseoli), b) kutu daun (Bemisia tabaci), Aphis spp dan Empoasca spp., c) ulat daun (Spodoptera litura), d) perusak polong (Etiella spp dan Riptortus linearis). Meningkatnya populasi hama pada tanaman berarti akan mengancam produksi kedelai. Upaya untuk mengatasi meningkatnya populasi hama akibat dampak pemanasan global antara lain optimalisasi berlangsungnya pengendalian alami dan pengendalian fisik dan mekanik dengan menerapkan teknik bercocok tanam. Prinsip mengatasi masalah hama kedelai dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tetap relevan