Browsing by Author "Ikhwani"
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
- ItemAplikasi Mikroba Penyubur Tanah Pada Varietas Unggul Baru Padi Sawah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPemakaian pupuk sintetis dengan berbagai teknik pemupukan yang dikembangkan untuk mengurangi kehilangan N, belum optimal dan efisien, bahkan dapat menyebabkan terjadinya akumulasi senyawa beracun dan logam berat yang membahayakan atau melebihi batas ambang aman. Pengelolaan hara terpadu mensyaratkan penggunaan pupuk organik dan anorganik sebagai sumber hara tanaman. Percobaan bertujuan untuk melihat pengaruh cara pemberian mikroba penyubur tanah pada pertumbuhan dan hasil varietas unggul padi sawah. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca Cikemeuh, Balai Besar Sumberdaya Genetik dan Bioteknologi Pertanian pada awal April tahun 2014. Tanah yang digunakan diambil dari Kebun Percobaan Muara, dikering anginkan, diayak dan ditimbang 10 kg per pot kemudian disawahkan. Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Faktorial Acak Kelompok (RAKF), terdiri dari faktor pertama cara pemberian mikroba penyubur tanah dengan empat taraf perlakuan yaitu; benih direndam dengan Mikroba (A1); Tanaman disemprot mikroba umur 14 hst (A2); Benih direndam dan disemprot mikroba (A3) dan Kontrol (tanpa mikroba) (A4). Faktor kedua varietas unggul baru padi dengan tiga taraf perlakuan yaitu; Ciherang (V1), Inpari 13 (V2) dan Mekongga (V3), Semua kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil pecobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan cara pemberian mikroba penyubur tanah dan varietas unggul baru padi sawah tidak memberikan hasil yang nyata pada hasil dan komponen hasil padi. Pengaruh varietas unggul baru yang digunakan menunjukkan perbedaan yang nyata pada jumlah malai perumpun, sangat nyata pada panjang malai, dan nyata pada jumlah gabah hampa (butir per rumpun). Rata-rata berat gabah isi (gr/pot) varietas unggul Mekongga mencapai hasil tertinggi sebesar 19.3 gr/pot, diikuti dengan varietas Ciherang sebesar 18.2 gr/pot dan Inpari 13 sebesar 15.6 gr/pot.
- ItemBudidaya Varietas Padi Fungsional Di Lahan Sawah Irigasi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2018) Nugraha, Dedi; Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kebutuhan beras fungsional sebagian besar masih dipenuhi melalui impor. Peningkatan produksi beras dalam negeri sangat penting untuk menghindari tingginya risiko ketidakstabilan harga dan menekan jumlah beras impor. Badan Litbang Pertanian telah melepas beberapa varietas padi fungsional yang mempunyai kandungan gizi dan karakter tertentu serta berpeluang sebagai subtitusi impor beras fungsional. Kegiatan penelitian varietas padi fungsional dilahan petani bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan keragaan agronomis tanaman di lahan sawah irigasi. Penelitian dilaksanakan di lahan petani, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur pada musim kering (MK-1) Tahun 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan perlakuan 7 (tujuh) varietas unggul baru fungsional yaitu Cisokan, Inpari 17, Inpari 21, Inpara 4, ketan Lusi, varietas lokal Grendel dan varietas beras impor (Taiken). Data agronomis tanaman dan ubinan di ambil sebanyak 3 (tiga) ulangan pada masing-masing varietas. Komponen hasil dan hasil varietas tersebut dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas adalah faktor yang nyata berpengaruh terhadap bobot hasil panen ubinan, GKP dan GKG. Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas Inpara 4 memperoleh hasil tertinggi sebesar 10,1 t/ha GKG, diikuti oleh Varietas Cisokan (8,7 t/ha GKG) dan Inpari 17 (8,6 t/ha GKG). Hasil terendah diperoleh varietas golongan Japonica Taiken sebesar 6,8 t/ha GKG.
- ItemEfektivitas Mikroba Penambat N Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Ikhwani; Makarim, A.Karim; Hastuti, Ratih D.; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPertanian ramah lingkungan secara umum diartikan sebagai usaha pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi optimal tanpa merusak dan atau mencemari lingkungan serta berkelanjutan. Pengelolaan hara yang efisien dan ramah lingkungan antara lain melalui penggunaan mikroba fiksasi N2, pelarut hara P dan K dan pemacu pertumbuhan tanaman. Mikroba penyubur tanah dapat menyediakan hara bagi tanaman, melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, menstimulir perkembangan perakaran dan usia akar, memacu jaringan meristem pada titik tumbuh, menyediakan metabolit pengatur tumbuh tanaman, dan bioaktivator. Tujuan penelitian adalah untuk menguji strain mikroba penambat N unggul yang berpotensi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman pada jenis tanah tertentu. Percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca Cikeumeuh, Bogor tahun 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Faktorial Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Faktor Pertama: Tanah, yaitu tanah steril (T1) dan tanah tidak steril (T2); Faktor kedua: varietas padi, Silugonggo (V1, sangat genjah umur 85-90 hari), Inpari 13 (V2, genjah umur 103 hari dan Mekongga (V3, umur sedang 116-125 hari); dan faktor ketiga: cara aplikasi inokulan, yaitu perendaman bibit (I1), penyemprotan ke daun (I2) dan kontrol (Ik). Hasil gabah isi pada percobaan ini berkisar antara 9,3 g/pot dan 52,2 g/pot. Hasil gabah tertinggi diperoleh pada tanaman yang ditumbuhkan pada media tanah yang disterilkan, menggunakan varietas Inpari 13 serta diinokulasi bakteri dengan cara perendaman bibit sebelum ditanam. Pada varietas yang sama dan media tanah yang sama namun tanaman tidak diinokulasi bakteri, hasil gabah isinya hanya 23,6 g/pot. Hasil terendah diperoleh pada tanaman yang ditumbuhkan di media yang tidak disterilkan, tidak diinokulasi bakteri pada varietas Mekongga. Pada varietas yang sama dan media yang sama, inokulasi dapat meningkatkan hasil gabah isi dua kali lipat menjadi 19,1 g/pot. Pada percobaan ini ditunjukkan besarnya pengaruh inokulasi bakteri terutama apabila inokulan diberikan secara perendaman bibit sebelum tanam. Pengaruh optimal inokulan terutama terjadi apabila medium tanahnya disterilkan terlebih dahulu, sehingga tidak ada kompetisi dengan bakteri lainnya di dalam medium.
- ItemEfesiensi Pupuk Hayati Dan Anorganik Terhadap Produktivitas Varietas Unggul Baru Padi Pada Tanah Sawah – Ikhwani (PUSLITBANGTAN)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2018) Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penggunaan varietas unggul baru padi merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan produktivitas tanaman padi disamping penggunaan benih bermutu, teknologi pemupukan berimbang dan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman (OPT). Penggunaan pupuk hayati sebagai tambahan penyedia sumber hara diharapkan dapat meningkatkan produktivitas varietas unggul baru padi. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara, Bogor pada MK II tahun 2015 menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 (tiga) ulangan. Perlakuan pupuk (P) yaitu: (P1) tanpa NPK (0-0-0), (P2) Pupuk NPK 100%/ rekomendasi (300 kg urea/ha - 100 kg SP36/ha+100 kg KCl/ha), (P3) 50% dosis Rekomendasi, (P4) 50% dosis Rekomendasi+PH Beyonic Plus, (P5) 50% dosis Rekomendasi+Super-Biost, (P6) 50% dosis Rekomendasi+Bio Fadjar, (P7) 50% dosis Rekomendasi + Bio-SRF, (P8) 50% dosis Rekomendasi+Agrifit, (P9) 50% dosis Rekomendasi+Bion-Up. VUB yang digunakan yaitu Inpari 13 ditanam dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 (20 cm - 40 cm) x 10 cm, dengan ukuran petak terkecil 4 m x 5 m dan jumlah keseluruhan 27 petak. Hasil pecobaan menunjukkan bahwa hasil gabah tertinggi pada perlakuan dosis rekomendasi (300 kg urea/ha - 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha) sebesar 5,07 t/ ha GKP dan 4,65 t/ ha GKG dan terendah (3,07 t/ha GKP dan 2,68 t/ha GKG) pada perlakuan tanpa NPK. Hasil gabah kering tertinggi pada pemberian pupuk hayati Super-Biost (4,97 t/ha GKG) dan terendah pada pemberian pupuk hayati Bio-Padjar (3.90 t/ ha GKG). Jumlah anakan per rumpun cenderung lebih banyak pada saat umur tanaman 35–49 hst pada aplikasi pupuk hayati Super-Biost, Agrifit, Bio-SRF dan Bion-up, selanjutnya jumlah anakan per rumpunnya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK 50%.
- ItemKajian Keefektifan Pupuk Hayati Pada Padi Sawah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Suhartatik, Endang; Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPemanfaatan pupuk hayati (pupuk mikroba) yang sesuai dengan kondisi tanah, merupakan alternatif yang murah, selain untuk meningkatkan kesuburan tanah juga dapat meningkatkan efi siensi pemupukan dan produktivitas tanaman. Penelitian dilakukan di lahan garapan petani di K. P. Sukamandi, kabupaten Subang, pada musim kemarau 2012, dengan tujuan untuk mengevaluasi keefektifan beberapa produk pupuk hayati terhadap hasil padi sawah. Menggunakan Rancangan Acak kelompok, dengan 14 perlakuan, ulangannya 3. Perlakuan terdiri dari tujuh jenis pupuk hayati, ditambah dengan perlakuan dosis pupuk sehingga total perlakuan sebanyak 14, ukuran petak terkecil 10 m x 5 m, menggunakan varietas Inpari 13. Pemberian pupuk hayati dikombinasikan dengan pemberian 50 – 75% dosis NPK anjuran. Tanah di lokasi percobaan tergolong masam, kandungan N-total tanah dan C-organik termasuk katagori rendah. kandungan unsur P sangat rendah dan hara kalium termasuk katagori rendah. Hasil pengamatan pada stadia pertumbuhan, menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan warna daun tanaman padi sawah tidak konsisten setiap minggunya. Pengurangan dosis pupuk NPK dari 25 sampai 50% tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun dari awal pertumbuhan sampai panen. Hasil gabah kering tertinggi diperoleh dari perlakuan pemberian NPK anjuran (5,28 t/ha GKG) dan perlakuan pupuk hayati Agrimeth, sebaliknya hasil gabah kering terendah dari perlakuan pemberian pupuk hayati Probio tanpa pupuk NPK (4,04 t/ha GKG). Hasil gabah kering dari pemberian pupuk hayati lainnya sedikit menurun, tetapi hasil gabah keringnya tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian NPK anjuran (kontrol)
- ItemPaket Teknologi Budidaya Varietas Unggul Baru Padi Untuk Peningkatan Produktivitas(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan pecapaian target surplus 10 juta ton beras tahun 2014memerlukan dukungan tersedianya inovasi teknologi padi unggulan spesifik lokasi yang dapat diadopsi oleh petani dan para pengguna umumnya. Inovasi teknologi padi yang tersedia berupa varietas unggul baru, pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu hingga penanganan panen dan pasca panen dapat diandalkan untuk mendukung produksi padi.Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara, Bogor pada MK 2 tahun 2015. Perlakuan merupakan kombinasi antara teknologi budidaya dan varietas unggul baru padi sawah, disusun dalam rancangan percobaan Acak Kelompok dua Faktordengan 3 (tiga) ulangan. Faktor 1 - Paket teknologi (PT -1), yaitu - jarak tanam lebar 40 cm x 40 cm; penggunaan pupuk organik; umur bibit muda (15 hss), Paket teknologi -2 yaitu jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm; rekomendasi pupuk setempat; umur bibit 21 hss; Paket teknologi -3 – jarak tanam Legowo 4:1(25---50) cm x 12,5 cm), pengunaan pupuk ½ rekomendasi ; umur bibit 21 hss. Faktor 2 (varietas unggul baru) yaitu V1- Inpari 19 (padi umur genjah), V2-Inpari 31 (padi tahan wereng),. Jumlah keseluruhan petak ada 54, dengan ukuran petak terkecil 6 m x 5 m. Hasil gabah kering giling (GKG) pada kombinasi perlakuan paket teknologi dan varietas pada percobaan ini sangat nyata berbeda. Paket Teknologi 2 (PTB- 2) rata-rata menghasilkan 7,38 + 0,61 ton GKG/ha, lebih tinggi dibandingkan dua paket teknologi yang lain (PTB- 3 dan PTB- 1), yaitu masing-masing menghasilkan 6,79 + 1,12 ton GKG/ha dan 3,66 + 0,43 ton GKG/ha. Dua varietas unggul baru yang digunakan juga berbeda sangat nyata, Inpari 19 ( padi umur genjah) menghasilkan gabah lebih tinggi dibandingkan Inpari 31 (padi tahan wereng), yaitu rata-rata 6,45 + 2,16 ton GKG/ha lebih tinggi + 1.01 ton GKG/ha dibandingkan dengan varietas Inpari 31 rata-rata sebesar 5.44 + 1,86 ton GKG/ha. Kombinasi varietas Inpari 19 dengan paket teknologi budiddaya PTB -2 dan PTB-3 menghasilkan gabah tertinggi rata-rata sebesar + 7.82 ton GKG/ha pada tertinggi dan + 7.58 ton GKG/ha
- ItemPaket Teknologi Budidaya Varietas Unggul Baru Padi Untuk Peningkatan Produktivitas(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017-12-01) IkhwaniAbstract National Program for Increasing Rice Production and achievement rice surplus of 2014 needed of rice technological innovation support and adopted by farmers and stakeholders. The used of high yielding varieties, integrated crop management and resources of harvesting are important to increased national rice production and productivity. The objectives of this experiment were to study the effects of technological innovation support and new plant variety to increasing rice production and productivity. The experiment was conducted at Muara research station, Bogor during 2015 dry season. Combination treatment are integrated technology package (ITP) and new high yielding varieties. The experiment was arranged in a randomized block design two factor with three replications. The first factor of package 1 - technology (tp -1), plant spacing 40 cm x 40 cm; the use of organic fertilizers; seeds age 15 HSS), package -2 plant equal spacing 25 cm x 25 cm; fertilize recommended; seed age 21 HSS; The second factor of variety, v1-inpari 19, v2-inpari 31. The result that grain yield of tp-2 (7,38 + 0,61 GKG t/ha) significantly highest than tp-1 and tp-3. The new high variety significantly. Inpari 19 produce grain higher than Inpari 31, are 6,45+ 2,16 GKG t/ha higher than inpari 31 varieties of 5.44 + 1,86 GKG t/ha. The Combine of technology package (ip2) and inpari 19 variety produce highest of grain yield at + 7.82 GKG t/ha. Abstrak Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan pecapaian target surplus 10 juta ton beras tahun 2014, memerlukan dukungan tersedianya inovasi teknologi padi unggulan spesifik lokasi yang dapat diadopsi oleh petani dan para pengguna umumnya. Inovasi teknologi padi yang tersedia berupa varietas unggul baru, pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu hingga penanganan panen dan pasca panen dapat diandalkan untuk mendukung produksi padi.Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara, Bogor pada MK 2 tahun 2015. Perlakuan merupakan kombinasi antara teknologi budidaya dan varietas unggul baru padi sawah, disusun dalam rancangan percobaan Acak Kelompok dua Faktor dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor 1 - Paket teknologi (PT -1), yaitu - jarak tanam lebar 40 cm x 40 cm; penggunaan pupuk organik; umur bibit muda (15 HSS), Paket teknologi -2 yaitu jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm; rekomendasi pupuk setempat; umur bibit 21 HSS; Paket teknologi -3 – jarak tanam Legowo 4:1(25---50) cm x 12,5 cm), pengunaan pupuk ½ rekomendasi; umur bibit 21 hss. Faktor 2 (varietas unggul baru) yaitu V1- Inpari 19 (padi umur genjah), V2-Inpari 31 (padi tahan wereng), Jumlah keseluruhan petak ada 54, dengan ukuran petak terkecil 6 m x 5 m. Hasil gabah kering giling (GKG) pada kombinasi perlakuan paket teknologi dan varietas pada percobaan ini sangat nyata berbeda. Paket Teknologi 2 (PTB- 2) rata-rata menghasilkan 7,38 + 0,61 ton GKG/ha, lebih tinggi dibandingkan dua paket teknologi yang lain (PTB- 3 dan PTB- 1), yaitu masing-masing menghasilkan 6,79 1,12 ton GKG/ha dan 3,66 + 0,43 ton GKG/ha. Dua varietas unggul baru yang digunakan juga berbeda sangat nyata, Inpari 19 (padi umur genjah) menghasilkan gabah lebih tinggi dibandingkan Inpari 31 (padi tahan wereng), yaitu rata-rata 6,45 + 2,16 ton GKG/ha lebih tinggi + 1.01 ton GKG/ha dibandingkan dengan varietas Inpari 31 rata-rata sebesar 5.44 + 1,86 ton GKG/ha. Kombinasi varietas Inpari 19 dengan paket teknologi budiddaya PTB -2 dan PTB-3 menghasilkan gabah tertinggi rata-rata sebesar + 7.82 ton GKG/ha pada tertinggi dan + 7,58 ton GKG/ha
- ItemPeningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2013-10-13) Ikhwani; Gagad Restu Pratiwi; Eman Paturrohman; A.K. MakarimUpaya peningkatan produksi padi nasional untuk mencapai surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 dan swasembada berkelanjutan memerlukan teknik budi daya yang lebih baik. Cara tanam jajar legowo berpeluang meningkatkan hasil gabah, karena selain populasinya lebih tinggi dibandingkan cara tanam tegel, orientasi pertanamannya juga lebih baik dalam pemanfaatan radiasi surya. Selain itu, peningkatan hasil gabah akan lebih nyata dengan memilih varietas-varietas adaptif, pada kondisi pertanaman rapat, antara lain Inpari 14, 15, 18 dan 19. Batas minimal hasil gabah per rumpun pada pertanaman jajar legowo ditetapkan untuk memilih varietas-varietas atau pemupukan agar jajar legowo menghasilkan gabah lebih tinggi dibandingkan cara tanam tegel. Rumpun tanaman yang memiliki anakan sedikit lebih sesuai untuk cara tanam jajar legowo. Bila jumlah anakan per rumpun banyak, karena varietas atau lahan subur, jajar legowo dengan jarak tanam yang lebih lebar akan lebih sesuai, misalnya legowo 4:1 (25-50) cm x 12,5 cm. Cara tanam jajar legowo kurang disenangi petani karena penggunaan benih dan tenaga lebih banyak, namun disukai pada fase selanjutnya karena memudahkan dalam perawatan tanaman. Dalam skala besar, penerapan jajar legowo membutuhkan dukungan alat tanam sistem legowo yang fleksibel (bisa diatur), akurat, kuat dan mudah dioperasionalkan. Selain itu, perlu identifikasi cepat varietas/galur padi yang sesuai untuk jajar legowo agar memberikan hasil yang lebih tinggi.
- ItemRespon Lima Varietas Unggul Baru Terhadap Perubahan Jarak Tanam(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Suhartatik, Endang; A.K. Makarim; Ikhwani; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenampilan varietas padi pada kondisi jarak tanam lebar dengan cukup hara dan air dapat dianggap sebagai “ekspresi genetik suatu varietas”, sedangkan pada kondisi jarak tanam sempit merupakan ekspresi genetik x lingkungan x pengelolaan. Tujuan penelitian ini mengevaluasi keragaan varietas unggul baru dan mendapatkan hasil tinggi melalui pendekatan varietas dan budidaya, khususnya jarak tanam dan pemupukan. Percobaan lapang dilaksanakan di KP Muara Bogor pada MT1 2010, berjenis tanah Latosol agak masam, bertekstur liat berdebu, N-total dan C-organik tanah termasuk sedang, dan P tersedia sangat rendah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Petak Terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama: Jarak tanam dan pemupukan (J1, J2, J3, dan J4), sedangkan anak petak adalah 5 varietas unggul baru: Inpari 1, Hipa 3, Cimelati, Inpari 9 Elo, dan Ciherang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan sangat dipengaruhi oleh jarak tanam. Pada saat panen, jumlah malai per rumpun pada jarak tanam rapat hanya 4,9 sedangkan pada jarak tanam lebar (40 cm x 40 cm) menjadi 36,7 malai/rumpun. Keragaman jumlah malai antar varietas tidak terlalu besar, yaitu rata-ratanya berkisar antara 12,1 dan 17,1 malai/rumpun. Hasil gabah kering giling tertinggi pada varietas Inpari 1 (6,51 t/ha GKG) dan varietas Cimelati (5,99 t/ha GKG) pada perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm (J3). Hasil gabah kering varietas Hipa 3 dan Ciherang tertinggi (5,33 dan 6,34 t/ha GKG) pada perlakuan jarak tanam rapat dengan takaran pupuk ditingkatkan (J2).
- ItemRespons Varietas Padi IR64 dan IR64 Sub-1 Akibat Pengaruh Perendaman dan Pemupukan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) A.K. Makarim; Ikhwani; Gagad R. PratiwiAbstract Response of IR64 and IR64 Sub-1 Rice Varieties to Submergence and Fertilizers. A number of rice varieties were produced, introduced, and bred, either by IRRI and by NARs that were tolerant to submergence condition. Among them were IR6-4 Sub-1. Swarna Sub-1, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, and others. However, the performance of those new varieties in this particular ecosystem have not been widely evaluated yet. Experiment to evaluate the response of IR64 and IR64 Sub-1 to submergence and fertilizers was conducted in the green house of Muara Experimental Station of the Indonesian Center for Rice Research, during the dry season of 2008. The objectives of this experiment were (1) to study the effects of time of exposure to submergence and nitrogen application on plant growth and yields of IR64 and IR64 Sub-1 varieties; (2) to find the proper nutrient management for rice varieties grown under submergence condition. The experiment was arranged in a Complete Randomized Factorial Design with three replications. The rice varieties IR64 and IR64 Sub-1 were assigned as Factor 1. Times of exposure to submergence (without submergence, submerged at 15 to 24 DAT, and submerged at 35 to 45 DAT) were as Factor 2. and 5 combinations of fertilizers, namely 300 kg urea/ha with 3 x applications at 7, 30, and 55 DAT; urea mudball, 300 kg urea/ha applied once at 7 DAT, compost, compost and urea, urea and silikat were as Factor 3. The application of urea was split four times, at 0 (basal), 7, 30, and 55 DAT. Results of the experiments indicated that time of exposure to submergence and different combination of fertilizers increased dry grain weight of IR64 by 35.9 g and 29.9 g at vegetative and primordial growth stages, respectively. The same effects were also occurred on the variety of IR64 Sub-1, in which its grain weight increased by 32.6 g and 30.3 g at vegetative and primordial growth stages, respectively. Abstrak Penelitian respons varietas padi IR64 dan IR64 Sub-1 terhadap genangan dan kombinasi pupuk telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada MK 2008. Penelitian diatur dalam Rancangan Faktorial Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah varietas IR64 dan IR64 Sub-1; faktor kedua, tanpa perendaman selama 10 hari (kontrol); perendaman fase végetatif pada umur tanaman antara 15-25 HST, dan perendaman fase primordia pada umur tanaman antara 35-45 HST. Faktor ketiga, 5 kombinasi pemberian pupuk, yaitu urea pril, urea granul, kompos, kompos+ urea, dan urea + silikat. Pupuk N diberikan empat kali, yaitu pada 0 HST (dasar), 7 HST, 30 HST, dan 55 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot gabah varietas IR64 dan IR64 Sub-1 dengan perlakuan pemupukan dan perendaman pada fase vegetatif, naik berturut-turut sebesar 35,9 g dan 29,9 g, sedangkan untuk pemupukan dan penggenangan yang dilakukan pada fase primordia, bobot gabah kedua varietas yang diuji naik berturut-turut sebesar 32,6 g dan 30,3 g.
- ItemSIPALE 1.0 : Sistem Pakar Budi Daya Kedelai Versi 1.0(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2010-12-16) Abdul Karim Makarim; Adang Hamdani; IkhwaniTeknologi budi daya spesifik lokasi memberikan banyak manfaat antara lain: (1) efisien dalam penggunaan input, karena pemberiannya sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lingkungan; (2) efektif meningkatkan hasil tanaman karena fokus pada pemecahan masalah spesifik lokasi dengan menerapkan teknologi terbaik; (3) dapat diterima petani karena dalam penyusunannya disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan petani setempat; (4) tidak merusak lingkungan karena mempertimbangkan sifat dan daya dukung lingkungan; (5) mendatangkan keuntungan maksimal karena sesuai antara besaran input dan hasil yang ditargetkan. Penyusunan sistem pakar budi daya kedelai ini dimaksudkan untuk mempermudah petani, ketua kelompok tani, penyuluh, peneliti, mahasiswa, dan pengguna lainnya untuk mengetahui teknik budi daya kedelai secara tepat di suatu lokasi. Dengan penguasaan sistem pakar budi daya kedelai diharapkan implementasi teknologi produksi komoditas ini oleh pengguna dapat terlaksana dengan tepat, sehingga pendapatan petani meningkat dan swasembada kedelai dapat dicapai.
- ItemVarietas Padi Toleran Rendaman dan Cara Pemupukan Untuk Mengurangi Kehilangan Hasil Padi Akibat Banjir(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Ikhwani; Makarim, A. Karim; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiBanjir dan rendaman sering terjadi pada lahan sawah rawan banjir yang dapat menurunkan hasil padi hingga puso. Penggunaan varietas toleran rendaman dan cara pemberian pupuk diharapkan dapat mengurangi kehilangan hasil padi akibat rendaman, sebagai tujuan dari penelitian ini. Percobaan dilaksanakan pada MT-2 2010 di KP Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menggunakan kolam khusus perendaman. Rancangan Petak Terpisah digunakan dengan tiga ulangan. Petak Utama (pemberian pupuk135 kg/ha N): (U-urea pril split 3x; G-urea granul slow release SCU 1x) dan Anak petak (varietas toleran rendaman): (V1) IR64 sub-1 (Inpara 5), (V2) Swarna sub-1 (Inpara 4), (V3) Inpara 3, dan (V4) Inpari 10 (kontrol). Perendaman seluruh bagian tanaman selama 14 hari (14–28 HST atau fase vegetatif) menyebabkan semua varietas yang diuji tidak dapat bertahan hidup (mati), sedangkan perendaman pada fase primordia (28–35 HST) menyebabkan semua varietas tetap hidup hingga panen, namun terjadi penurunan hasil yang berbeda. Varietas Swarna sub-1 (Inpara 4) dengan perendaman menghasilkan 4,7 t/ha GKP (tertinggi) atau turun 10% dibandingkan bila tidak terendam, sedangkan IR64 sub-1 (Inpara 5) menghasilkan 1,8 t/ha GKP (terendah) atau turun 55% dibandingkan bila tidak terendam. Varietas toleran rendaman lainnya mengalami penurunan hasil akibat perendaman masing-masing Inpari 10 12,0% dan Inpara 3 11,3%. Pengaruh bentuk pupuk N (urea diberikan 3x versus SCU diberikan 1x) pada percobaan ini tidak nyata terhadap hasil tanaman padi, karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Empat varietas yang diuji sangat nyata berbeda dan mempengaruhi semua komponen hasil, kecuali panjang malai.