Browsing by Author "Agustiani, Nurwulan"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Sasmita, Priatna; Satoto; Rahmini; Agustiani, Nurwulan; Handoko, Dody Dwi; Suprihanto; Guswara, Agus; SuharnaBuku ini menginformasikan karakteristik VUB padi secara rinci, antara lain potensi hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik, dan toleran terhadap cekaman abiotik.
- ItemInteraksi Varietas Dan Penerapan Sistem Tanam Legowo Terhadap Peningkatan Hasil Padi(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2018) Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Sujinah; Yusuf, Asep Maulana; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi varietas dengan tipe anakan yang berbeda dan system tanam di lahan irigasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan diperoleh rekomendasi pilihan system tanam yang tepat untuk varietas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada MK 2017 di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi. Kegiatan disusun berdasarkan Rancangan Split Plot dengan empat ulangan. Petak utama adalah varietas dengan tipe anakan berbeda sebanyak dua taraf, yaitu (1) inbrida Inpari 23 (anakan sedikit) dan (2) Inbrida Inpari 24 (anakan banyak). Anak petak adalah sistem tanam dengan empat taraf: (1) tegel 25x25cm, (2) legowo 2:1 rekomendasi (25:50:12,5 cm), (3) legowo 4:1 tipe 2 (25:50:12,5 cm), dan legowo 6:1 tipe 2 (25:50:12,5 cm). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini: (1) Penerapan sistem tanam legowo mempunyai efek yang berbeda spesifik pada karakter varietas yang digunakan. (2) Sistem tanam legowo dengan konsep penambahan populasi tanaman akan memberikan dampak penurunan jumlah anakan per rumpun namun jika dikonversikan dalam skala luasan tertentu maka jumlah anakannya tetap unggul. (3) Sistem tanam yang berbeda tidak mempengaruhi komponen hasil lainnya pengisian, jumlah gabah per malai maupun bobot 1000 butir. (4) Penerapan legowo lebih cocok dipadukan dengan varietas dengan tipe anakan banyak, namun kurang sesuai pada tipe anakan sedikit.
- ItemKarakterisasi Tingkat Pengisian Gabah Pada Input Pemupukan Dan Tipe Varietas Yang Berbeda(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Agustiani, Nurwulan; M Hikmah, Zaqiah; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pengisian gabah yang tidak optimal merupakan salah satu masalah budidaya yang mampu menurunkan produksi hingga 20-30%. Pemupukan juga menjadi factor lain yang mempengaruhi pengisian gabah. Pemberian hara pupuk yang tidak tepat jenis, jumlah dan waktu aplikasi akan berpengaruh terhadap tingkat pengisian. Telah dilakukan penelitian di Rumah Kaca Kebun Penelitian BBPadi Sukamandi dengan tujuan penelitian untuk mengetahui karakter masing-masing varietas dalam pengisian gabah khususnya pada pengaruhnya terhadap input pemupukan yang dilakukan. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua kali ulangan. Faktor 1 yaitu pengelolaan hara pupuk (P) meliputi kontrol (P1), pupuk organik/kandang (P2) dan anorganik baik unsur makro (N, P, dan K) (P3) maupun unsur mikro (Zn, Cu, dan S) (P4). Sedangkan faktor 2 yaitu tipe varietas padi (V) terdiri dari varietas Inbrida Inpari 6 (V1) dan varietas Hibrida Hipa8 (V2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Varietas Inpari 6 dan Hipa 8 sama-sama tergolong varietas dengan tipe anakan sedang namun Hipa 8 mempunyai jumlah gabah rata-rata per malai yang lebih banyak dibanding Inpari 6. Meskipun demikian, bobot per satuan gabah tertinggi Inpari 6 masih lebih berat dibanding Hipa 8, yaitu pada interval 301-350 x 10 gram sebesar 22,1% gabah per malai, sedangkan gabah hampa (0-50 x 10 240-4 gram) dibawah 20%. Sementara pada Hipa 8, bulir gabah terberat hanya pada kisaran 251-300 x 10 gram per gabah sebanyak 7,8% dengan gabah hampa yang cukup tinggi yaitu sebesar 30,8% pada interval 0-50 x 10 gram per satuan gabah. (2) Pada Inpari 6, aplikasi pupuk NPK disertai dengan pupuk kandang diketahui dapat meningkatkan kemampuan pengisian gabah per malai. Penambahan pupuk kandang tidak menyebabkan peningkatan gabah hampa per malai, sementara itu penambahan NPK dapat menurunkan persen gabah hampa sebanyak 6% dan sebaran bobot gabah tertinggi dengan adanya pemberian pupuk NPK bergeser dari interval 251-300 x 10-4 gram pada kondisi tanpa pemupukan naik menjadi range 301-350 x 10 gram dengan peningkatan persentase jumlah gabah yang cukup signifikan sebesar 15,3%, dan (3) Pada Hipa 8, peningkatan kemampuan pengisian gabah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk NPK disertai tambahan pupuk mikro Zn, Cu, dan S. Kombinasi pupuk NPK dan mikro dapat menurunkan persen gabah hampa per malai dari 32,3% menjadi 20,6%, serta meningkatkan persen jumlah gabah pada interval bobot 201-250 x 10 gram dari 32,5% menjadi 45,5%.
- ItemPertumbuhan dan Hasil Tiga Tipe Varietas Padi Pada Dua Cara Pemberian Air(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Abdulrachman, Sarlan; Agustiani, Nurwulan; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiAspek teknik budidaya tanaman padi irigasi hemat air sejak beberapa waktu lalu telah menjadi salah satu isu penting penelitian di BB Padi. Tingkat kejenuhan air maksimal pada tanah sawah, baik pada fase vegetatif dan generatif inilah yang kemudian digunakan sebagai dasar pemikiran bagi penerapan irigasi intermitten untuk tanaman padi sawah. Di tingkat lapangan, indikator yang dapat dinggunakan adalah ”perched water tube” atau paralon berlubang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan agronomis tiga tipe varietas padi pada dua pengelolaan air yang berbeda. Penelitian dirancang menggunakan rancangan split plot dengan 4 ulangan di lahan petani Kabupaten Magelang Jawa Tengah pada MH 2009. Perlakuan terdiri atas cara pengelolaan air sebagai petak utama dan varietas sebagai anak petak. Cara pengairan W1, intermitten dimana pemberian air dilakukan ketika tinggi muka air sudah mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah dan cara pengairan W2, lahan selalu digenang. Pengairan W1 maupun W2 akan dihentikan sama sekali mulai 10–14 hari menjelang panen. Varietas atau galur yang digunakan yaitu hibrida Rokan (V1), PTB BP360 (V2), dan inbrida Ciherang (V3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) produktivitas padi bervariasi antar varietas, yang tertinggi dicapai oleh varietas hibrida Rokan sebesar 8,74 t/ ha, disusul oleh inbrida Ciherang dan PTB BP360 dengan produktivitas masingmasing sebesar 7,61 t/ha dan 6,68 t/ha pada kondisi digenang. Sedangkan pada kondisi intermitten berturut-turut sebesar 7,82 t/ha untuk hibrida Rokan; 7,04 t/ ha untuk inbrida Ciherang dan 5,64 t/ha untuk PTB BP360 dan (2) pengairan dengan cara intermitten dapat menghemat kebutuhan air (8.396 m3 /ha/musim) dibandingkan yang digenang terus (10.019 m3 /ha/musim). Namun demikian penghematan konsumsi air dengan cara intermitten ini belum diikuti dengan peningkatan efi siensi penggunaan air, karena efi siensinya dari sekitar 0,78 kg/m3 pada kondisi digenang baru mampu meningkat menjadi 0,91 kg/m3 pada kondisi intermitten. Hal ini karena rendahnya produktivitas akibat investasi gulma yang lebih padat pada kondisi intermitten.
- ItemPetunjuk Teknis Mina Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarlan; Wardana, I Putu; Widyantoro; Ruskandar, Ade; Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Septianingrum, Elis; Sasmita, Priatna; Jamil, AliPengembangan dan penerapan sistem usahatani minapadi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi usahatani pada lahan sawah irigasi guna meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, pendapatan petani dan kesempatan kerja, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi. Minapadi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha tani dari hasil ikan maupun padi dan peningkatan efisiensi serta keberlanjutan sistem budidaya melalui penggemburan tanah akibat aktifitas ikan. Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan penjelasan singkat mengenai minapadi, cara penerapannya di lapangan, keunggulan pemanfaatannya di lapangan, hingga analisa usahatani. Dengan semakin dikenalnya teknologi minapadi dan tata cara aplikasi yang benar, diharapkan mampu menekan resiko kegagalan di tingkat petani sekaligus meningkatkan pendapatan.
- ItemSistem Tanam Jarwo Ganda(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2019) Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Sujinah; yusup, AsepA Maolana; Gunawan, Indra; Abdulrahcman, sarlan; Wahab, M. IsmailPopulasi tanaman merupakan salah satu faktor penentu hasil yang dapat dicapai ketika panen padi. Penampilan varietas padi pada kondisi jarak tanam lebar dengan cukup hara dan air dapat dianggap sebagai “ekspresi genetik suatu varietas”, sedangkan pada kondisi jarak tanam sempit merupakan ekspresi genetik x lingkungan x pengelolaan. Dengan demikian populasi optimal dapat diperoleh melalui pengaturan sistem penanaman dan jarak tanam (Abdulrachman, 2015). Saat ini pengaturan sistem tanam dan jarak tanam yang populer adalah sistem tanam jajar legowo. Sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknologi jarak tanam untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Selain meningkatkan populasi pertanaman, penerapan jajar legowo juga mendukung tanaman untuk dapat berfotosintesa lebih baik. Sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu, upaya pemeliharaan seperti penyiangan gulma pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Sistem tanam legowo yang saat ini berkembang di masyarakat adalah legowo 2:1, legowo 4:1 tipe 1, dan legowo 4:1 tipe 2 yang merupakan rekomendasi BB Padi dan beberapa yang dikembangkan masyarakat seperti legowo 6:1, 8:1 bahkan 10:1. Adanya tuntutan peningkatan produktivitas hingga 15 t/ha, dengan kriteria varietas yang ditanam mampu memberikan anakan produktif 15 per rumpun, 150 gabah per malai, 80% kemampuan pengisian gabah dengan bobot 1000 butir gabah rata-rata 26 gram, mensyaratkan minimal populasi yang diperlukan adalah sekitar 313.725 rumpun per ha. Hal ini dapat dicapai dengan rekayasa jarak tanam jajar legowo 2:1 menjadi jajar legowo ganda.
- ItemSistem Tanam Legowo(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012) Abdulrachman, Sarlan; Agustiani, Nurwulan; Gunawan, Indra; Mejaya, Made Jana; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiSistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda). Namun kemudian, pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Beragamnya praktek legowo di lapangan menuntut adanya buku acuan penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
- ItemVariabel Kritis Morfofisiologi Tanaman Padi pada Kondisi Cekaman Rendaman(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2019-12) Agustiani, Nurwulan; Sujinah; A. Rumanti, Indrastuti; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kejadian cekaman kekeringan dan rendaman secara silih berganti memberikan pengaruh terhadap penurunan produksi gabah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel kritis selama pertumbuhan yang mempunyai korelasi positif terhadap capaian hasil baik pada kondisi normal maupun tercekam rendaman. Perlakuan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok empat ulangan untuk menguji 10 varietas/galur padi (Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpara 3, Inpara 4, Inpara 8, IRRI119, IRRI154, IR42, IR14D121, IR14D157, dan Tapus). Pengaturan air di lahan sawah dilakukan sesuai praktek petani pada umumnya, sementara untuk perlakuan perendaman dari 0 hingga 35 HST air dinaikkan secara bertahap kemudian dipertahankan pada ketinggian 50 cm sejak 35 HST hingga panen, sementara itu. Untuk mengetahui variabel-variabel kritis selama pertumbuhan tanaman padi pada masing-masing kondisi lingkungan tumbuh (lahan sawah maupun cekaman rendaman), digunakan uji korelasi Spearman pada masing-masing kondisi lingkungan tumbuh pada semua variabel yang diamati. Dari penelitian ini diketahui bahwa karakter tinggi tanaman, kehijaun daun terutama saat awal vegetatif, laju asimilasi bersih saat primordial hingga pengisian, jumlah malai per rumpun, dan persentase pengisian gabah merupakan variabel kritis pertumbuhan yang mempengaruhi hasil gabah pada kondisi sawah optimal. Sementara itu, jumlah malai per rumpun yang merkorelasi dengan kemampuan pembentukan anakan tanaman merupakan variabel kritis yang mempengaruhi tingkat hasil pada pertanaman padi dengan cekaman rendaman