Laporan PKL
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Laporan PKL by Author "Afifah, Nida"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- Item“PENERAPAN MESIN COLOR SORTER PADA PROSES PRODUKSI BERAS PREMIUM DI LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (LDPM) GAPOKTAN SIDOMULYO”(Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Afifah, Nida; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 2.2019.THP.PENDAHULUAN.Padi merupakan salah satu komoditas esensial di Indonesia. Pertama, sektor produksi padi menyediakan lapangan pekerjaan bagi 33,4 juta orang dari 270 juta penduduk di Indonesia (Kementerian Pertanian, 2020). Kedua, sektor produksi padi menyumbangkan 54,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) (BPS, 2020). Ketiga, beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil survey ekonomi nasional, konsumsi rata-rata per kapita jenis komoditi penting di Indonesia didominasi oleh beras dibandingkan komoditi lainnya yaitu mencapai 84,65 kg per kapita/tahun, kedelai mencapai 12,15 kilogram per kapita/tahun, dan singkong mencapai 8,59 kg per kapita/tahun (BPS, 2020). Salah satu titik penting dalam memproduksi beras untuk pangan pokok masyarakat Indonesia adalah penanganan pascapanen sampai pengolahan. Selain mentransformasikan gabah padi menjadi beras, penanganan pascapanen dan pengolahan yang tepat dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dari beras adalah dengan perlakuan sortasi dan grading, sehingga peluang untuk meningkatkan nilai tambah beras berkembang dan peluang untuk memasuki pasar-pasar trasidisonal maupun internasional menjadi lebih besar. Industri kecil masih melakukan proses pemisahan beras secara tradisional. Proses pemisahan yang dilakukan yaitu butiran-butiran diletakkan dalam tampih kemudian digerakkan dengan kedua tangan mengikuti ayunan arah naik turun secara berulang, sehingga kapasitas yang dicapai hanya kg/jam oleh satu orang tenaga kerja (Rofarsyam, 2008), sedangkan untuk tingkat industri besar sudah ada yang menggunakan alat mesin sortasi berdasarkan warna (color sorter), akan tetapi dalam penggunaan mesin tersebut masih sedikit di Indoneisa hanya di perusahaanperusahaa besar atau yang sudah memproduksi beras dalam jumlah yang banyak dan dengan waktu yang konsisten. Proses pemisahan dan pembersihan beras cara tradisional tersebut dirasakan kurang efisien, tidak dipungkiri adanya kemungkinan tercampur dengan beras yang memiliki warna putih bening dan tidak tercampur beras warna lain (berwarna kuning, merah, hitam, atau coklat). Dengan demikian, untuk mendapatkan beras yang bermutu baik dan seragam dibutuhkan mesin color sorter yang digunakan untuk memisahkan butir berdasarkan warna (merah, butir kuning, dan butir yang mengapur) serta length grade untuk memisahkan beras kepala sehingga dapat meningkatkan kualitas beras premium (Rokhani, 2017). Salah satu usaha industri dalam memproduksi beras yang menggunakan mesin color sorter ini adalah Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Gapoktan Sidomulyo yakni unit usaha Gapoktan yang bertujuan untuk membantu petani dalam memasarkan hasil panennya dan mengatasi kebutuhan pangan bagi warga masyarakat di Desa Sidomulyo, Yogyakarta (Wibowo, 2018). Dengan digunakannya color sorter di LDPM Gapoktan Sidomulyo ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan harga beras sehingga dapat mengakses pasar-pasar tradisional dan swalayan di Yogyakarta serta bermitra dengan beberapa perusahaan untuk memenuhi kebutuhan beras. Sebagai mesin yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing beras, maka perlu diketahui proses pengoperasian, perbaikan, dan perawatannya. Oleh karena itu PKL II dilakukan di LDPM Gapoktan Sidomulyo sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengoperasian, perbaikan, dan perawatan mesin color sorter.
- ItemStrategi Peningkatan Mutu Olahan Pertanian dan Teknologi Pengolahan yang Digunakan Melalui Penerapan GMP dan HACCP Pada Usaha Kecil Menengah Dodol Bekasi “Buni Ayu” di Desa Sukarukun Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi(Program Studi Tata Air Pertanian,Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia, 2022-09-21) Afifah, Nida; Politeknik Enjiniring Pertanian IndonesiaPROPOSAL PKL 1.2019.TAP.PENDAHULUAN.Indonesia merupakan salah satu negara yang potensial untuk mengembangkan industri olahan berbasis tanaman pangan, memiliki tanah yang subur dan iklim tropis yang sangat menunjang bagi pertumbuhan berbagai bahan pangan. Komoditas unggulan pertanian Indonesia salah satunya adalah beras ketan. Peningkatan produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan guna mengantisipasi kelebihan produksi dan peningkatan nilai tambah. Beras ketan (Oriza Sativa Glatinus) termasuk serealia yang kaya akan karbohidrat sehingga dapat digunakan sebagai makanan pokok manusia, pakan ternak, dan industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan bakunya komponen kimia yang paling utama pada serelia adalah karbohidrat, terutama pati, kira- kira 80% dari bahan kering. Salah satu proses hasil pengolahan bahan pangan adalah pembuatan dodol. Dodol merupakan makanan yang terbuat dari campuran tepung ketan, gula merah dan santan yang didihkan sampai mengental (Anonim, 2012). Menurut Margareta (2013) menunjukkan bahwa “Dodol buah adalah salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah dihancurkan yang ditambahkan tepung ketan, santan dan gula dan dimasak hingga mengental tidak lengket”. Hampir semua jenis buah dapat diolah menjadi dodol. Dalam pembuatan dodol ini prosesnya masih sederhana dan masuk kedalam jenis makanan hasil industri rumahan, sehingga masih diperlukan binaan terhadap industri rumahan atau UKM (Usaha Kecil Menengah) yang bergerak dibidang pangan, agar para produsen pembuat dodol tahu akan pentingnya kualitas dan pengendalian mutu terhadap bahaya yang ditimbulkan apabila dalam mengolah bahan pangan tidak benar. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu produk maka semuanya perlu diperhatikan mulai dari bahan baku, proses pembuatan dan pengemasan, alat dan mesin yang diguanakan hingga sampai ke tangan konsumen. Selain itu proses pengolahan yang tepat akan dapat memperpanjang umur simpan produk, meningkatkan daya tahan produk, meningkatkan kualitas sebagai nilai tambah dan sebagai nilai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu produk akan mempunyai nilai ekonomi yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan. Pengendalian mutu juga diperlukan mulai dari bahan baku, proses produksi hingga produk akhir yang siap dipasarkan. Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif penganekaragaman produk sebagai penunjang agroindustri yang sesuai untuk tingkat pedesaan dan meningkatkan nilai tambah komoditas. Di samping itu dengan lebih beragamnya produk olahan diharapkan dapat mendukung program ketahanan pangan. Pangan yang aman dan bermutu sangat dibutuhkan untuk setiap lapisan masyarakat Indonesia. Jika dalam pemilihan bahan baku dan proses penanganannya tidak benar maka, pangan yang dihasilkan dapat membahayakan kesehatan. Untuk mencapai kualitas Dodol (dodol) yang baik dan sesuai kriteria yang dipersyaratkan yaitu SNI Nomor 01- 2986- 1992, maka dalam setiap tahapan proses pengolahan Dodol (dodol) perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian, mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk siap untuk dipasarkan. HACCP adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai tingkat bahaya, memperkirakan kemungkinan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan. Ukuran adalah nilai atau ketentuan yang digunakan dalam pengawasan untuk pencegahan dan pengendalian proses dari suatu produk (Suklan, 1998). Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin membuat “Strategi Peningkatan Mutu Olahan Pertanian dan Teknologi Pengolahan yang Digunakan Melalui Penerapan GMP dan HACCP Pada Usaha Kecil Menengah Dodol Bekasi “Buni Ayu” di Desa Sukarukun Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi" yang nantinya dapat dikembangkan sehingga bermanfaat untuk menambahkan dan mempertahankan mutu serta alat dan mesin pengolahan yang digunakan pada proses pembuatan dodol.