Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar by Author "Ferry, Yulius"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemKAJIAN SIFAT AGRONOMIS BENIH JAMBU METE ASAL BIJI DAN SAMBUNG PUCUK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Saefudin; Ferry, YuliusProduktivitas tanaman jambu mete dipengaruhi oleh jenis bahan tanam yang digunakan. Bahan tanam dapat berupa bibit asal biji (seedling) maupun hasil sambung pucuk (grafting). Jambu mete tergolong tanaman menyerbuk silang yang sifatnya sangat heterozigot, sehingga keturunan tanaman asal biji secara teoritis akan menunjukkan sifat-sifat agronomis yang beragam. Penggunaan benih asal sambung pucuk ( grafting) diduga akan menghasilkan pertanaman lebih seragam dan mampu mempertahankan sifat induknya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Cikampek, pada bulan mei - juli 2012, bertujuan untuk membandingkan sifat agronomis jambu mete yang berasal dari benih seedling dan grafting di lapangan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah asal benih, yaitu tanaman asal biji ( seedling) dan asal sambung pucuk (grafting) dari dua aksesi W-9 dan W-16 pada tanaman umur 2 tahun. Setiap plot terdiri dari 4 tanaman. Parameter pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, luas daun, persentase pohon berbunga, jumlah cabang bunga/tandan, jumlah bunga betina/tandan, panjang bunga dan lebar bunga. Untuk membedakan nilai rata-rata pengamatan digunakan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat agronomis tanaman jambu mete benih asal seedling dan grafting berbeda. Benih asal grafting pertumbuhannya relatif pendek dan tajuknya melebar dibandingkan dengan benih asal seedling. Sifat pembungaan tanaman jambu mete asal benih grafting lebih cepat dengan jumlah bunga betina lebih banyak sedangkan tanaman asal seedling lebih lambat berbunga dan jumlah bunga betina sedikit, tetapi memiliki ukuran bunga yang lebih besar.
- ItemKERAGAAN AWAL TANAMAN KARET RAKYAT DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN KARIMUN(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Ferry, Yulius; SamsudinPengembangan tanaman karet di Kabupaten Karimun terus digalakkan, karena perannya tidak hanya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat tetapi juga untuk meningkatkan daya dukung lingkungan daerah kepulauan. Penanaman 1.000.000 pohon di Kabupaten Karimun dilakukan dengan menanaman 1.000.000 pohon karet. Pengembangan ini dilakukan dengan menyediaan bibit karet klon unggul dan membagi-bagikannya kepada masyarakat. Lahan pertanian di Kabupaten Karimun terdiri dari berjenis-jenis tanah, mulai dari organosol, podsolik merah kuning sampai pasir kwarsa. Tanaman karet yang diberikan di tanam pada berbagai jenis tanah tersebut. Hasil pengembangan menunjukkan keragaan awal pertanaman karet rakyat di Kabupaten Karimun tahun tanam 2007 dan 2009 menunjukkan pertumbuhan yang beragam terutama pertumbuhan lilit batang. Di Pulau Karimun lilit batang tanaman karet terkisar antara 45,95-49,7 cm (KK= 39,37-43,01%) pada umur 6 tahun dan di Pulau Kundur 27,1-42,05 cm (KK=47,85-62,21%) pada umur 4 tahun. Penerapan teknik budidaya ditingkat petani beragam dan belum sesuai dengan semestinya.Masih ada peluang untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman karet rakyat dengan penerepan teknologi budidaya seperti penjarangan tanaman, pemupukan, perbaikan drainase, penanaman tanaman sela dan sebagainya.
- ItemKERAGAAN KOPI ARABIKA JAVA PREANGER DI JAWA BARAT(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-12) Putra, Sunjaya; Ferry, YuliusKondisi tanah yang subur dan iklim yang sesuai di sebagian wilayah pegunungan Jawa Barat menghasilkan kopi Arabika bermutu baik dan citarasa yang excellent . Pada tahun 2014 kopi Arabika asal Priangan Jawa Barat mendapat sertifikat Indikasi Geografis dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan nama Kopi Arabika Java Preanger (KAJP). Budidaya KAJP dilakukan sesuai dengan praktek budidaya yang baik (Good Agricultural Practices). Polatanam kopi Arabika yang banyak dilakukan oleh petani adalah kopi Arabika dengan sayuran. Selain itu petani menerapkan integrasi kopi Arabika dengan ternak. Pengolahan kopi Arabika menggunakan metode olah basah dengan cara giling basah dan kering. Sebagian petani KAJP sudah mulai mengusahakan kopi luwak. Kelembagaan yang terlibat dalam pengelolaan KAJP sebanyak 84 kelompok tani/Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Produk KAJP di ekspor ke berbagai mancanegara baik dalam bentuk kopi beras (greenbean) maupun kopi luwak, dengan harga premium.
- ItemPEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KARET(2016-08) Ferry, Yulius; Tjahjana, Bambang EkaKegiatan penambangan sering meninggalkan lahan dengan kondisi marginal. Lahan bekas tambang batu bara, timah, dan bouksit menyisakan lahan dengan kadar liat yang tinggi, berbatu, daya resap air rendah sehingga mudah tergenang, miskin unsur hara, bahan organik dan mikroorganisme tanah. Lahan bekas tambang tersebut semakin lama semakin luas dan tidak produktif. Reklamasi lahan bekas tambang merupakan usaha untuk mengembalikan lahan sesuai dengan rona awal, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau lainnya. Tanaman karet adalah salah satu tanaman yang berpotensi digunakan sebagai tanaman reklamasi lahan bekas tambang, karena mempunyai adaptasi yang tinggi, dapat hidup pada dataran rendah sampai tinggi tempat 700 m dpl, dari beriklim kering hingga curah hujan mencapai 3.000 m/tahun, dari tanah berliat tinggi sampai tekstur tanah lepas. Tanaman karet dapat menyediakan bahan organik setiap tahun dari guguran daunnya, karet mempunyai sifat menggugurkan daun secara berkala sekali setahun, guguran daun tersebut selain menambah kandungan bahan organik juga meningkatkan jumlah mikroorganisme di dalam tanah. Penggunaan tanaman karet sebagai tanaman reklamasi didukung oleh tersedianya teknologi pembenahan tanah bekas tambang, seperti teknologi biopori yang dapat meningkatkan daya meresap air ke dalam tanah, tempat pembusukan bahan organik, dan tempat berkembangnya organisme yang dapat bersimbiosis dengan perakaran tanaman, perbaikan struktur dan tekstur tanah. Pupuk hayati juga memberikan dampak yang signifikan dalam memperbaiki kesuburan tanah marginal bekas lahan tambang. Membudidayakan karet di lahan bekas tambang akan mengurangi kompetisi penggunaan lahan pertanian, mempercepat produktivitas lahan, memulihkan lingkungan dan meningkatkan pendapatan petani di sekitar lahan bekas tambang.
- ItemPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET MELALUI INTRODUKSI TANAMAN SELA DAN JARAK TANAM(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Ferry, Yulius; RusliHarga karet dunia terus mengalami penurunan yang berimbas pada rendahnya harga karet di dalam negeri. Rendahnya harga dan sempitnya kepemilikan lahan petani (rataan1,4 ha/KK), dengan produktivitas yang hanya 700 kg/ha, pendapatan petani akan semakin rendah. Banyak hasil penelitian yang melaporkan penanaman tanaman sela di antara tanaman karet, tidak hanya berpengaruh positif terhadap tanaman karet, tetapi juga dapat menambah pendapatan petani. Namun penanaman tanaman sela tersebut harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti faktor teknis/biologis, ekonomis dan sosial budaya. Salah satu faktor teknis/biologis yang cukup penting adalah jarak tanam. Jarak tanam karet 2 x 10 meter merupakan usaha untuk meningkatkan pemanfaatan lahan diantara tanaman karet lebih lama yaitu sampai tanaman karet menjadi tua, tambahan pendapatan dari tanaman sela semakin menentukan. Komposisi pendapatan petani tidak terlalu tergantung pada produksi karet dan penurunan harga karet tidak banyak mempengaruhi ekonomi petani. Selanjutnya daya saing tanaman karet akan meningkat dan diharapkan harga akan membaik. Tanaman sela yang dapat ditanam dapat dibagi berdasarkan umur tanaman karet yaitu kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Banyak manfaat yang diperoleh dari penanaman tanaman sela di antara tanaman karet, antara lain, memperpendek masa non produktif lahan, diversifikasi pendapatan, efisiensi penggunaan lahan, terbukanya kesempatan kerja, dan tambahan pendapatan petani. Penanaman padi gogo varietas cirata di bawah tanaman karet pada umur 1 tahun dapat menghasilkan 3,06-3,40 ton/ha, dan pada umur karet 3 tahun menghasilkan 2,44-2,62 ton/ha. Sedangkan pola tanam karet + jagung-kedele-kacang hijau memberikan nilai pendapatan Rp. 2.136.250/ha/tahun.
- ItemPROSPEK PENGEMBANGAN KAYU MANIS (Cinnamomum Burmanii L) DI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Ferry, YuliusTanaman kayumanis (Cinnamomum burmanii L) merupakan penghasil kulit kayu untuk bahan baku rempah. Hasil sampingan pada saat panen berupa batang, daun dan ranting juga dapat dimanfaatkan menjadi beragam produk bernilai ekonomis. Batang kayu manis dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku particle board, sedangkan daun dan rantingnya dapat disuling untuk mendapatkan minyak. Minyak ini dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Tanaman kayu manis juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi untuk mempertahankan daya dukung lingkungan. Potensi pengembangan kayumanis di Indonesia cukup besar karena didukung oleh sumber daya alam (lahan yang sesuai), teknologi, tenaga ahli, ketersediaan sumber plasma nutfah, budidaya organik, bentuk olahan yang lebih hilir, konsumsi dalam negeri yang meningkat, serta tenaga kerja. Prospek tanaman kayumanis di masa depan akan lebih baik sejalan dengan makin bertambahnya penduduk, makin diketahuinya kandungan kimia pada kayumanis dan manfaatnya untuk industri farmasi, kosmetika, makanan dan minuman. Permintaan dari Uni Eropa mengalami peningkatan sebesar 9% per tahun akibat mulai disadarinya rempah sebagai bahan alami yang menyehatkan. Selain itu, konsumsi dalam negeri meningkat sebesar 80% dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Konsumsi minuman kesehatan di dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 15% per tahun. Pemasaran produk kayumanis saat ini dipengaruhi faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor eksternal yang cukup kuat mempengaruhi volume ekspor kayumanis Indonesia adalah pengetatan persyaratan perdagangan oleh Negara Amerika dan Uni Eropa terhadap produk makanan dan bahan baku makanan. Sedangkan faktor internal, antara lain, masih lemahnya prasarana pendukung. Sebagai contoh, Badan Pengawas Mutu Barang (BPMB) perlu menambah peralatan analisa kualitas agar pelayanan pemeriksaan produk yang akan diekspor berlangsung cepat. Selain itu, penambahan fasilitas dermaga juga perlu dilakukan. Manfaat kayu manis yang didukung oleh potensi serta prospek pengembangannya merupakan peluang yang baik. Kendala-kendala yang masih mengganjal seperti keterbatasan bahan tanam unggul serta lemahnya teknologi pasca panen perlu segera diselesaikan.