Buletin Diagnosa Veteriner
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Diagnosa Veteriner by Author "Balai Besar Veteriner Maros"
Now showing 1 - 20 of 101
Results Per Page
Sort Options
- Item1. Modul Penguatan Teknis SDM Puskeswan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022) Muflihanah; Wahyuni; Djatmikowati, Titis Furi; Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemAnalysis of a novel cyclin like melecule CYC2 of Toxoplasma gondii(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2010-09) Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner MarosIn previously study, we successfully cloned a novel gone containing one cyclin box motif, which has homology with cyclin Y (CCNY) in human, we described this new gene as CYC2. The results of that study described the identification of the T.gondii CDK family, CYC1 and TPK2, and new gene CYC2 by produced antibody against CYC1, TPK2, and CYC2, and then observed of their location in T.gondii. Subsequently, we concluded that the CYC2 was not involved in the cell cycle of T.gondii because of CYC2 had different cyclin box motif and protein localization. Recently, by yeast two-hybrid system, we found one protein, which could interact with CYC2 we named C2BP. A polyclonal antibody TgCYC2 was produced with molecular weight 29 kDa and antibody TgC2BP could be detected at 90 kDa, 70 KDa, 60 kDa, 50 kDa, which both were localized in the dense granule and secreted into parasitophorus cavuole (PV) after infection. The interaction of CYC2 with C2BP in the yeast two-hybrid system was confirmed by gluthathione S-transferase (GST) pull-down assay.
- ItemAnalysis of CYC1, TPK2 and novel like molecule CYC2 of Toxoplasma gondii(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2009-09) Marmansari, Dini; Balai Besar Veteriner MarosToxoplasma gondi is causative agent of Toxoplasmosis which one of important pathogens of human and animals. In this study, we succesfully cloned a novel containing one cyclin box motif, which has homology with cyclin Y (CCNY) in human, we described this new gene as CYC2. The results of this study describe the identification of the T.gondii CDK family, CYC1 and TPK2, and new gene CYC2. We produced antibody against CYC1 and CYC2, and we observed that their located in different compartments. By using anti-CYC1 antibody, protein was located at the dense granule. By using anti-TPK2 antibody, the signal still could not be detected in the parasites. Because these particular differences in the immunostaining patterns, their targets might be different. We will examine the function of them, which might be involved in the cell cycle of T.gondii.
- ItemBeberapa Kemungkinan Penyebab Rusaknya Material Rabies Yang Diterima di BPPH Wilayah VII(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 1992-05) Suardi; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemBrucellosis Pada Sapi(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 1993-03) Sulaiman, Isep; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemDampak infeksi dan diagnosa Chicken Infectious Anemia Virus pada Ayam(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-04) Hadi, Sulaxono; Sulaxono, Ratna Loventa; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosSerangan virus Chicken Infectious Anemia Virus (CIAV) menimbulkan berbagai akibat pada ayam, mulai klinis berupa kelemahan, mengantuk, kegatalan pada otot sayap dan perdarahan pada otot sayap. Dampak patologis yang terjadi tampak pada disfungsi hematopoietik sumsum tulang berupa kepucatan sumsum tulang dan nekrosis. Gambaran packed cell volume (PCV) ayam menunjukkan terus penurunan dan ayam mengalami anemia. Produksi sel-sel pembeku darah atau trombosit menunjukkan penurunan, trombositopenia, dibandingkan ayam normal. Perubahan histopatologi spesifik pada infeksi adalah terbentukkan inclusion bodies intranuklear pada sumsum tulang dan berbagai jaringan tubuh ayam yang lain. Secara imunohistokimia, antigen virus penyebab dapat ditemukan diidentifikasi pada sumsum tulang dan berbagai jaringan lainnya dari ayam terinfeksi CIAV dengan warna kecoklatan pada pewarnaan dengan imunohistokimia.
- ItemDampak infeksi dan diagnosa Chicken Infectious Anemia Virus pada Ayam(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Sulaxono, Hadi; Sulaxono, Ratna Loventa; Siswani; Balai Besar Veteriner MarosSerangan virus Chicken Infectious Anemia Virus (CIAV) menimbulkan berbagai akibat pada ayam, mulai klinis berupa kelemahan, mengantuk, kegatalan pada otot sayap dan perdarahan pada otot sayap. Dampak patologis yang terjadi tampak pada disfungsi hematopoietik sumsum tulang berupa kepucatan sumsum tulang dan nekrosis. Gambaran packed cell volume (PCV) ayam menunjukkan terus penurunan dan ayam mengalami anemia. Produksi sel-sel pembeku darah atau trombosit menunjukkan penurunan, trombositopenia, dibandingkan ayam normal. Perubahan histopatologi spesifik pada infeksi adalah terbentukkan inclusion bodies intranuklear pada sumsum tulang dan berbagai jaringan tubuh ayam yang lain. Secara imunohistokimia, antigen virus penyebab dapat ditemukan diidentifikasi pada sumsum tulang dan berbagai jaringan lainnya dari ayam terinfeksi CIAV dengan warna kecoklatan pada pewarnaan dengan imunohistokimia.
- ItemDeteksi Aflatoksi BI (AF B1) Pada Pakan, Jagung, dan Hati Sapi Dengan Teknik Elisa(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2005-09) Muflihanah; Dyah Ayu H; M.Idris; Suriani; Husni Husain; Irmayanti; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan analisa aflatoksin B1 (AF B1) pada pakan unggas (23 sampel), jagung (7 sampel) dan hati sapi (11 sampel) yang diperoleh dari kiriman pelanggan dan beberapa daerah di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik Enzym Linked Immunosorrbent Assay (ELISA). Dari hasil analisa menujukkan bahwa sebanyak 21 (91,3%) sample pakan unggas dan jagung 2 sampel (28,7%) mengandung aflatoksin melebihi batas maksimum residu (50 pbb) dan pada hati sapi terdapat 3 sampel (27,3%) yang mempunyai konsentrasi lebih besar dari BMR (20 ppb). Dari analisa tersebut disimpulkan bahwa pakan unggas, jagung dan hati sapi yang beredar di beberapa daerah wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros mengandung residu afaltoksin.
- ItemDeteksi African Swine Fever pada Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dengan Teknik Real-Time Polymerasa Chain Reaction(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Muflihanah; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosTeknik real fime PCR yang digunakan dalam deteksi penyakil African Swine Fever (ASF) dinilai memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta hasil pemeriksaannya relatif lebih cepat dibanding uji serologis dan isolasi virus. Sebanyak 31 spesimen berupa organ, swab nasal, swab rektal, darah utuh dan produk asal babi dari kasus kematian babi di Kabupaten Manokkwari Provinsi Papua Barat yang telah dilakukan pemeriksaan oleh laboratorium bioteknologi balai besar veteriner maros (BBV Maros). Pengujian seluruh spesimen menggunakan dua pasang primer yang mengamplifikasi pada target gen VP72. Sebanyak 17 spesimen menunjukkan hasil positif ASF Berdasarkan pengujian real time PCR yang dilakukan. Metode PCR digunakan untuk deteksi ASF terutama jika spesimen sudh tidak memadai untuk diisolasi maupun deteksi antigen.
- ItemDeteksi Virus African Swine Fever di Organ Limpa Babi dengan Menggunakan Antibodi Komersial Monoklonal dan Poliklonal pada Tehnik Imunohistokimia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Wahyuni; Idris, Fitria; Wirawawan, Hadi Purnama; Pitriani; Balai Besar Veteriner MarosKasus African Swine Fever sudah di laporkan pada kasus kematian babi di kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat pada bulan Maret-April 2021. Kematian babi yang meningkat pada daerah tersebut akan menyebabkan penurunan perekonomian pada kabupaten tersebut dikarenakan binatang ternak babi adalah komoditas ternak utama di papua barat dan menimbulkan rasa trauma peternak untuk memelihara babi. Hasil pengujian histopatologi dari organ babi yang mati di daerah di duga African swine fever (ASF). Gambaran histopatologi pada organ limpa di dapat adanya pembengkakan organ, perdarahan menyeluruh, hemosiderin dan pengurangan sel limfosit. Pengujian di lanjut ke imunohistokimia dengan menggunakan antibodi monoklonal dan poliklonal ASF. Hasil yang didapat bahwa kedua antibodi dapat mendeteksi adanya virus ASF pada organ limpa dengan ditandai terjadi ikatan antibodi dan antigen yang di warnai dengan pewarnaan DAB yaitu berwarna coklat. Tetapi antibodi dari monoklonal lebih banyak mengikat virus dibanding poliklonal.
- ItemDeteksi Virus African Swine Fever di Organ Limpa Babi dengan Menggunakan Antibodi Komersial Monoklonal dan Poliklonal pada Tehnik Imunohistokimia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Wahyuni; Idris, Fitria; Wirawawan, Hadi Purnama; pitriani; Balai Besar Veteriner MarosKasus African Swine Fever sudah di laporkan pada kasus kematian babi di kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat pada bulan Maret-April 2021. Kematian babi yang meningkat pada daerah tersebut akan menyebabkan penurunan perekonomian pada kabupaten tersebut dikarenakan binatang ternak babi adalah komoditas ternak utama di papua barat dan menimbulkan rasa trauma peternak untuk memelihara babi. Hasil pengujian histopatologi dari organ babi yang mati di daerah di duga African swine fever (ASF). Gambaran histopatologi pada organ limpa di dapat adanya pembengkakan organ, perdarahan menyeluruh, hemosiderin dan pengurangan sel limfosit. Pengujian di lanjut ke imunohistokimia dengan menggunakan antibodi monoklonal dan poliklonal ASF. Hasil yang didapat bahwa kedua antibodi dapat mendeteksi adanya virus ASF pada organ limpa dengan ditandai terjadi ikatan antibodi dan antigen yang di warnai dengan pewarnaan DAB yaitu berwarna coklat. Tetapi antibodi dari monoklonal lebih banyak mengikat virus dibanding poliklonal.
- ItemDiagnostik Sensitivitas dan Spesifitas Complement Fixation Test dalam Deteksi ANtibodi terhadap Brucella abortus dalam Serum Sapi(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-06-05) Anis, Saiful; Rosmiaty; Ferry Kurniawan; Balai Besar Veteriner MarosBrucella merupakan bakteri Gramnegatif, berbentuk cocccobacilli, bersifat sebagai patogen intraseluler fakultatif baik terhadap manusia maupun hewan. Teknik serologis adalah andalan diagnosis dan program CFT merupakan uji yang direkomendasikan sebagai uji komplementer dan sekaligus sebagai uji konfirmasi pengujian massal.Uji tunggal dapat divalidasi untuk satu atau lebih tujuan yang dimaksudkan dengan mengoptimalkan karakteristik kinerjanya untuk setiap tujuan, misalnya menetapkan sensitivitas diagnostik (DSe) tinggi, dengan kekhususan diagnostik (DSp) yang lebih rendah terkait untuk uji skrining, atau sebaliknya, menetapkan DSp tinggi dengan DSe yang lebih rendah terkait untuk uji konfirmasi.
- ItemDistomatosis Pada Sapi dan Domba di Maros, Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 1990-02) Arif, Muhammad; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemDISTRIBUSI ANTIGEN RABIES YANG MENGINFEKSI OTAK ANJING :UNTUK MENENTUKAN DAERAH YANG TERINFEKSI RABIES PADA OTAK DENGAN HISTOKIMIA “ RAPID IMUNOHISTOCHEMICAL TEST”(Balai Besar Veteriner Maros, 2019) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; Pitriani; Balai Besar Veteriner MarosRabies adalah penyakit zoonosis yang membutuhkan uji laboratorium cepat, tepat dan singkat sehingga dibutuhkan rekomendasi bila akan mengkoleksi atau menyampling bagian otak hewan pembawa rabies atau umumnya anjing untuk pengujian laboratorium . Tes histokimia dengan menggunakan uji rapid imunohistokimia merupakan uji alternatif untuk tes cepat rabies. Studi ini bertujuan untuk menentukan daerah bagian dari otak dimana virus rabies banyak ditemukan. untuk pengujian rabies. Sampel berjumlah 30 buah otak yangakan dilakukan uji histokima di bagi menjadi tiga bagian otak. Hal iniakan ditemukan variasi jumlah dari antigen pada bagian bagian dari otak yaitu cerebrum, cerebellum dan hippocampus yang merupakan daerah yang diamati terhadap distribusi dari antigen rabies pada semua spesimen. Analisa statistic dari uji histokimia dengan tehnik rapid imunohistokimia test dijelaskan dengan hasil skoring dan penghitungan antigen berdasarkan bercak warna yang dihasilkan ( coklat) bila positif. Skoring 0 adalah tidak ditemukan antigen. Skoring 1 bila antigen berjumlah 1-10, skoring 2 antigen berjumlah 11-20 dan skoring 4 antigen berjumlah lebih dari 20. Analisa statistic yang dilakukan dengan menggunakan uji t ( Rancangan Acak Lengkap ) dan uji Standard Error. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa daerah yang paling banyak antigen rabies adalah hippocampus kemudian cerebrum lalu cerebellum
- ItemEfektivitas Metode Uji Enzymed Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dalam Mendeteksi Antibodi Penyakit Enzootic Bovine Leucosis di UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Siswani; Rosmiaty; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Enzootic Bovine Leukosis (EBL) adalah penyakit pada ternak yang disebabkan oleh virus leukemia sapi, Bovine Leukosis Virus (BLV) yang merupakan virus golongan retroviridae. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) pada sapi Bali di UPTD Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Konawe Selatan. Sebanyak 70 sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 68 betina dan 2 jantan di uji di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner Maros. Jenis Elisa kit yang digunakan dalam pengujian ini adalah kit komersial Competitive ELISA ID Vet (Perancis), kit diagnostik ini dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap glikoprotein gp51 dalam serum sapi dan kerbau, baik sampel individual maupun sampel yang di pooled (sampai 10 sampel). Hasil uji ELISA EBL terhadap sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa dari 70 sampel yang diuji terdeteksi positif sebanyak 2 sampel (2,86%) positif antibody, uji tersebut mempunyai korelasi positif dengan gejala klinis yang muncul dilapangan, yaitu tumor (limfosarkoma). Dengan demikian teknik ELISA dapat digunakan untuk monitoring penyakit EBL pada sapi dan terutama untuk sapi bibit
- ItemEfektivitas Metode Uji Enzymed Linked Immunosorbant Assay (ELISA) dalam Mendeteksi Antibodi Penyakit Enzootic Bovine Leucosis di UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Siswani; Rosmiaty; Utami, Wulandari; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit Enzootic Bovine Leukosis (EBL) adalah penyakit pada ternak yang disebabkan oleh virus leukemia sapi, Bovine Leukosis Virus (BLV) yang merupakan virus golongan retroviridae. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektivitas metode ELISA untuk mendeteksi keberadaan penyakit Enzootic Bovine Leucosis (EBL) pada sapi Bali di UPTD Perbibitan Sapi Bali Kabupaten Konawe Selatan. Sebanyak 70 sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan yang terdiri dari 68 betina dan 2 jantan di uji di laboratorium serologi Balai Besar Veteriner Maros. Jenis Elisa kit yang digunakan dalam pengujian ini adalah kit komersial Competitive ELISA ID Vet (Perancis), kit diagnostik ini dirancang untuk mendeteksi antibodi terhadap glikoprotein gp51 dalam serum sapi dan kerbau, baik sampel individual maupun sampel yang di pooled (sampai 10 sampel). Hasil uji ELISA EBL terhadap sampel serum sapi Bali milik UPTD Perbibitan Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa dari 70 sampel yang diuji terdeteksi positif sebanyak 2 sampel (2,86%) positif antibody, uji tersebut mempunyai korelasi positif dengan gejala klinis yang muncul dilapangan, yaitu tumor (limfosarkoma). Dengan demikian teknik ELISA dapat digunakan untuk monitoring penyakit EBL pada sapi dan terutama untuk sapi bibit.
- ItemElisa NSP : Deteksi Antibodi untuk Mendiagnosa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Ruminansia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2022-05) Siswani; Utami, Wulandari; Rosmiaty; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit mamalia yang paling menular dan memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang parah pada peternak. Ada tujuh serotipe virus Footh and Mouth Disease Virus (FMDV), yaitu, O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1 (OIE, 2021). PMK tidak dapat dibedakan secara klinis dari penyakit vesikular lainnya, seperti penyakit vesikular babi, stomatitis vesikular, dan eksantema vesikular, oleh karena itu pengujian laboratorium pada kasus suspek PMK menjadi hal utama dalam peneguhan diagnosa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran terhadap efektivitas pengujian PMK dengan metode Elisa NSP dan sejauh mana dapat mendeteksi antibodi terhadap virus PMK pada ternak ruminansia. Dapat disimpulkan bahwa metode ELISA untuk deteksi antibodi terhadap NSP dari FMDV dapat digunakan untuk mengidentifikasi infeksi sebelumnya atau sekarang dengan salah satu dari tujuh serotipe virus yang ada. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi dugaan kasus PMK dan untuk mengevaluasi prevalensi infeksi atau untuk membuktikan kebebasan dari infeksi berdasarkan populasi.
- ItemEvaluasi Kasus Rabies di Sulawesi Selama Periode 1994-1998(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 1999-03) Sulaiman, Isep; Muhammad, Jafar; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemGambaran Darah Pada Ayam Broiler Setelah Perlakuan Vaksin ND (New Castle Disease)(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-02) Muflihanah; M. Idris; Hj. Suriani; Haeriah; Irmayanti; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan percobaan tentang gambaran darah pada Ayam Broiler setelah perlakuan vaksin ND Hitcher B1 dengan tetes hidung, La Sota secara penyuntikan intramuskular, HItcher B1 melalui air minum dan ND Clone dengan cara penyemprotan (spray). Hasil diperoleh dengan membandingkan hasil perlakuan dengan frekuensi dari limfosit, netrofil, eosinofil, basofil dan monosit. Dari seluruh perlakuan diperoleh jumlah limfosit lebih tinggi baik pada kontrol maupun perlakuan.
- ItemGambaran Patologi Anatomi Babi Suspek African Swine Fever (ASF) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Amaliah, Fitri; Supri; Wahyuni; Balai Besar Veteriner MarosAfrican Swine Fever (ASF) merupakan penyakit virus yang menyerang babi dengan kematian yang cukup tinggi dalam waktu singkat. ASF disebabkan oleh virus DNA untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran patologi anatomi babi yang mati mendadak dengan gejala ASF. Sampel organ diambil dari dua ekor babi yang mati mendadak di Distrik Prafi dan Tanah Rubuh, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Pemeriksaan klinis dilakukan pada salah satu babi yang sakit kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi anatomi setelah dilakukan nekropsi. Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan dengan mengamati perubahan struktur dan penampakan organ. Hasil nekropsi menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa perdarahan ekimosis subkutan di bagian ventral dan abdomen serta ekstremitas, perdarahan lambung, usus dan hati, splenomegali hiperemik, perdarahan pteckie pada kapsul ginjal, serta perdarahan multifokal di medula ginjal. Berdasarkan pengamatan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi, dapat disimpulkan bahwa kematian babi diduga disebabkan oleh suspek ASF.